Anda di halaman 1dari 48

Zifat-sifat Zat Cair

Beberapa sifat / karakteristik zat cair yang


berpengaruh terhadap proses angkutan sedimen
 Rapat massa, 
 Viskositas, 
 Variabel-variabel aliran, seperti :
 kecepatan, V

 Tegangan gesek, 
o
Kecepatan
 Pada aliran seragam turbulen, rumus
distribusi kecepatan dan kecepatan
rata-rata dapat dibedakan untuk
dinding hidraulik licin, dan dinding
hidraulik kasar
Hidraulik Licin dan Kasar

Flow Flow
z

viscous sub-layer
ks

u*/ =11.6
viscous sub-layer
 : kinematic viscosity  : 0.01 cm2/s (water)
Persamaan Logaritmik
u*k s
 Dinding hidraulik licin: 5

104 z
 Distribusi kecepatan : u z  5,75 u * log ( )

42 h
 Kecepatan rata-rata : U  5,75 u * log ( )

u*k s
 Dinding Hidraulik kasar:  70

33 z
 Distribusi kecepatan : u z  5,75 u * log ( )
k
Kecepatan rata-rata :
12 h

U  5,75 u * log ( )
k
Persamaan Logaritmik
u* k s
Smooth bed ⇒ 5

u( z) u* z
 5.5  5.75 log
u* 

u*k s
Rough bed ⇒  70

u( z) z
 8.5  5.75 log
u* ks
Kecepatan Rata-Rata (Depth-average
d velocity)
Small relative wat
er depth: v u*h
 3  5.75 log
u* 
Large relative
water depth:
v h
 6  5.75 log
u* ks
Tegangan Gesek Dasar

 o   g h Ie

1
o  f V 2
8

V = kecepatan rata-rata, f = koefisien gesekan


Resistansi Aliran

1
o  f V 2
8
V = kecepatan rata-rata, f = koefisien gesekan
o
Ie 
gR
V 8

gRI e f u*  g R I e
Persamaan resistansi Aliran

Darcy Weisbach :
V 8

gRI e f

Manning : 1 2 / 3 1/ 2
o V  R Ie
u*  n

Chezy : V  C RI e
V R
 Logarithmic law :  6  5.75 log
gRI e ks
Zifat-sifat Sedimen
 Sifat-sifat sedimen yang terkait dengan angkutan sedimen
adalah ukuran, bentuk, kecepatan endap, komposisi batuan
(mineral)
 ukuran sedimen merupakan salah satu sifat yang paling
penting dan banyak digunakan dalam kaitannya dengan
angkutan sedimen
 untuk menyatakan suatu ukuran butiran digunakan diameter
nominal, diameter jatuh (fall velocity), diameter sedimentasi
(sedimentation diameter), diameter saringan, dan ukuran
sumbu triaxial
Ukuran Butiran
 Diameter nominal, dn, dari butiran didefenisikan sebagai
diameter bola yang mempunyai volume yang sama dengan
volume butiran
 Diameter jatuh (fall velocity), dari butiran didefenisikan
sebagai diameter bola dengan berat jenis spesifik 2,65 yang
mempunyai kecepatan jatuh standar sama dengan kecepatan
jatuh butiran. Kecepatan jatuh standar didefinisikan sebagai
kecepatan jatuh dari butiran dalam air suling, pada suhu 24C
 Diameter sedimentasi adalah merupakan diameter bola yang
mempunyai berat spesifik dan kecepatan pengendapan yang
sama dengan butiran sedimen, dalam zat cair yang sama dan
pada kondisi yang sama pula
 Diameter saringan, paling sering dibunakan. Untuk menentukan
ukuran butiran dengan saringan, digunakan beberapa saringan
dengan ukuran lubang yang berbeda;
 Pengukuran diameter butiran dengan cara ini dilakukan untuk
butiran yang mempunyai diameter lebih besar dari 0.0625 mm,
sesuai dengan ukuran saringan terkecil.
Klasifikasi ukuran butiran menurut AGU
Interval/range (mm) Nama Interval/range (mm) Nama
4096 - 2048 Batu sangat besar 1/2 - 1/4 Pasir sedang
(Very Large Boulders) (Medium Sand)
2048 - 1024 Batu besar 1/4 - 1/8 Pasir halus
(Large Boulders) (Fine Sand)
1024 - 512 Batu sedang 1/8 - 1/16 Pasir sangat halus
(Medium Boulders) (Very Fine Sand)
512 - 256 Batu kecil 1/16 - 1/32 Lumpur kasar
(Small Boulders) (Coarse Silt)
256 - 128 Kerakal besar 1/32 - 1/64 Lumpur sedang
(Large Cobbles) (Medium Silt)
128 - 64 Kerakal kecil 1/64 - 1/128 Lumpur halus
(Small Cobbles) (Fine Silt)
64 - 32 Kerikil sangat kasar 1/128 - 1/256 Lumpur sangat halus
(Very Coarse Gravel) (Very Fine Silt)
32 - 16 Kerikil kasar 1/256 - 1/512 Lempung kasar
(Coarse Gravel) (Coarse Clay)
16 - 8 Kerikil sedang 1/512 - 1/1024 Lempung sedang
(Medium Gravel) (Medium Clay)
8-4 Kerikil halus 1/1024 - 1/2048 Lempung halus
(Fine Gravel) (Fine Clay)
4-2 Kerikil sangat halus 1/2048 - 1/4096 Lempung sangat halus
(Very Fine Gravel) (Very Fine Clay)
2-1 Pasir sangat kasar Koloid
(Very Coarse Sand)
1 - 1/2 Pasir kasar
(Coarse Sand)
Bentuk Butiran
• Bentuk butiran adalah merupakan salah satu sifat sedimen
yang sering dianggap ikut berpengaruh terhadap proses
angkutan sedimen
• Untuk menyatakan butiran sering digunakan koefisien.
Koefisien / parameter tersebut pada prinsipnya dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
– koefisien yang didasarkan pada volume butiran,
– koefisien yang didasarkan pada proyeksi luasan butiran,
dan
– koefisien yang didasarkan pada sumbu triaxial (sumbu
panjang, sumbu pendek dan sumbu menengah)
Sphericity
• Koefisen / parameter yang sering digunakan untuk mendefenisikan
bentuk butiran berdasarkan volume butiran adalah sphericity.
• Untuk butiran berbentuk bola, nilai sphericity akan sama dengan satu,
sedangkan untuk bentuk yang lain, nilai sphericity kurang dari satu
• Koefisien sphericity cenderung digunakan untuk mendefenisikan bentuk
suatu butiran terhadap bentuk bola

0.5 0.55 0.6 0.65 0.7

0.75 0.8 0.85 0.90 0.95


Roundness
• Koefisen / parameter yang biasa digunakan untuk
mendefenisikan bentuk butiran berdasarkan proyeksi
luasan butiran adalah roundness
• koefisien roundness digunakan untuk menunjukkan
keruncingan dari ujung-ujung butiran sedimen

0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

0.6 0.7 0.8 0.9 1.0


Shape Factor
• Nilai Shape factor didasarkan pada nilai-nilai sumbu triaxial
yang saling tegak lurus; yaitu sumbu panjang, a, sumbu
menengah, b, dan sumbu pendek, c.
c
Shape factor 
ab
• Untuk butiran berbentuk bola, nilai shape factor ini akan sama
dengan satu, sedangkan untuk butiran dengan bentuk selain
bola, nilai shape factor lebih kecil dari satu.
• Shape factor (faktor bentuk), mempengaruhi besar kecilnya
hambatan aliran, CD
wd 24  24
Re 1 CD  
 w d  Re
Pengaruh Faktor Bentuk Thd Koefisien Hambatan

CD

Oseen
Goldstein
Disk
(eksperimental)
Stokes

Bola
(eksperimental)

Re
Pengaruh Faktor Bentuk Thd Koefisien Hambatan

Faktor bentuk
Diameter Vs. Kecepatan Endap
Komposisi Batuan/Mineral Material Sedimen

• Komposisi mineral dari bahan penyusun sedimen merupakan


faktor penting terhadap nilai berat jenisnya (spesific gravity),
karena berat jenis dari material sedimen tergantung dari komposisi
mineral material sedimennya
• Material agak kasar, seperti misalnya pasir, mineral penyusun
utamanya sebagian besar adalah berupa quartz
• Untuk material dengan ukuran yang lebih kecil, persentase kuartz
biasanya sedikit, dan sebagian besar mineral penyusunnya adalah
berupa material lempung.
• Materail sedimen pada sungai-sungai alluvial, komposisi material
penyusunnya sebagian besar adalah berupa quartz dengan berat
jenis bervariasi antara 2.6 sampai dengan 2.7
Penampilan hasil analisis ukuran butiran

• Dari hasil analisis ukuran butiran berdasarkan metode


ayakan, data yang diperoleh adalah dalam bentuk jumlah
sedimen yang tertinggal di atas saringan dari berbagai
macam ukuran.
• Data dari hasil analisis ini untuk selanjutnya dapat
diperlihatkan dalam beberapa macam cara yang berbeda,
untuk mendapatkan suatu informasi dan kesimpulan tertentu
mengenai distribusi ukuran butirannya.
• Beberapa bentuk penampilan data yang biasa dilakukan
adalah dengan histogram, poligon frekuensi, kurva frekuensi
dan kurva frekuensi komulatif
Histogram, poligon frekuensi dan kurva frekuensi
Kurva frekuensi komulatif
AWAL GERAK BUTIRAN
SEDIMEN
Konsep Awal Gerak
• Awal gerak butiran sedimen sangat penting dalam
kaitannya dengan studi tentang angkutan sedimen,
degradasi dasar sungai / saluran, desain saluran
stabil, dll.
• Perhitungan awal gerak sedimen dibutuhkan untuk
perencanaan sungai, seperti misalnya perencanaan
saluran stabil, dimana kemiringan dan dimensi saluran
didesain sedemikian rupa sehingga pada waktu air
mengalir dalam saluran tidak menimbulkan erosi dasar
dan tebing saluran.
Defenisi Awal Gerak
• Karena pergerakan partikel / butiran sedimen sangat tidak
teratur, akan sangat sulit untuk mendefinisikan dengan pasti,
pada kondisi pengaliran yang bagaimana, partikel sedimen
mulai bergerak (kondisi kritis).
• Ada beberapa pendekatan dalam mendefinisikan awal gerak
butiran; yaitu bilamana pada suatu kondisi pengaliran, terjadi
:
– satu pertikel diketahui sudah ada yang bergerak
– sejumlah partikel sudah bergerak
– butiran pada dasar secara umum sudah bergerak
– pada kondisi dimana jumlah angkutan sedimen sama
dengan nol.
• Pendekatan ke-1 dan ke-2 sangat subyektif, tergantung
pada orang yang mengamati pergerakan sedimen.
Metode ke-3 kurang tepat didefinisikan sebagai awal
gerak butiran, karena angkutan sedimen sudah terjadi di
sepanjang dasar.
• Barangkali yang dapat dikatakan paling obyektif adalah
metode ke-4, hanya saja perlu pengukuran besarnya
angkutan sedimen pada berbagai kondisi pengaliran
yang berbeda; untuk selanjutnya dilakukan interpolasi
untuk mendapatkan kondisi besarnya angkutan sedimen
sama dengan nol.
• Pendekatan teoritis (di literatur) untuk menentukan awal gerak
didasarkan pada pendekatan kecepatan, pendekatan gaya
angkat, dan pendekatan dengan konsep gaya seret (gesek).
• Namun mengingat bahwa kondisi alami dari pergerakan
sedimen sangat tidak teratur (random), pendekatan dengan
teori probabilitas juga sering digunakan.
Konsep Pendekatan Awal Gerak
• Pendekatan kecepatan (competent velocity).
Dalam hal ini, ukuran dari material dasar, d, dihubungkan dengan kecepatan di
dekat dasar atau dengan kecepatan rata-rata yang menyebabkan bergeraknya
butiran.
• Pendekatan gaya angkat (lift force)
Dalam hal ini, diasumsikan bahwa bilamana gaya angkat ke atas akibat aliran
(lift force) sedikit lebih besar dari berat partikel di dalam air, kondisi awal gerak
tercapai.
• Pendekatan tegangan gesek kritik.
Pendekatan ini didasarkan pada konsep bahwa gaya gesek yang bekerja pada
aliran dianggap paling berperan terhadap pergerakan partikel sedimen, dan
• Pendekatan dengan cara lain, yang diantaranya dengan teori probabilitas
Pendekatan Tegangan Gesek Kritik
• Akibat adanya aliran air, timbul gaya-gaya aliran yang bekerja pada
material sedimen. Gaya-gaya tersebut mempunyai kecenderungan
untuk menggerakkan/ menyeret butiran material sedimen.
• Untuk material sedimen kasar (pasir dan batuan), gaya untuk melawan
gaya-gaya aliran tsb mrpkn fungsi dari berat butiran sedimen.
• Untuk material sedimen halus yang mengandung fraksi lanau (silt) atau
lempung (clay) yang cenderung bersifat kohesif, gaya untuk melawan
gaya-gaya aliran lebih disebabkan oleh kohesi dari pada berat material
(butiran) sedimen.
• Kohesi dari material sedimen halus merupakan fenomena yang
kompleks, dimana pengaruh kohesi dapat bervariasi tergantung dari
kandungan mineralnya.
• Fokus bahasan : Analisa Sedimen Non-kohesif
• Pada waktu gaya-gaya aliran (gaya hidrodinamik) yang
bekerja pada partikel sedimen mencapai suatu nilai
tertentu, dimana apabila gaya sedikit ditambah, akan
menyebabkan butiran sedimen bergerak, maka kondisi
tersebut dinamakan sebagai kondisi kritik.
• Parameter aliran pada kondisi tersebut, seperti tegangan
gesek dasar, o, kecepatan aliran, U, mencapai kondisi
kritiknya.
• Bila gaya-gaya aliran berada di bawah nilai kritiknya,
maka butiran sedimen tidak bergerak; dasar saluran
dikatakan sebagai rigid bed. Bila gaya aliran melebihi nilai
kritiknya, butiran sedimen bergerak, dan dasar saluran
dikatakan bergerak (movable bed).
Analisa Sedimen Non-kohesif

Gaya-gaya yang bekerja pada suatu butiran sedimen non-


kohesif dalam aliran air :
• Gaya berat (gravity force)
• Gaya apung (buoyancy force)
• Gaya angkat (hydrodynamic lift force)
• Gaya seret (hydrodynamic drag force)

FD : gaya seret
Fg : gaya berat di dalam air
 : sudut kemiringan dasar
 : sudut gesek (longsor) alam (the angl
e of repose)
a1 : jarak antara pusat berat (CG) sampai
titik guling (point of support)
a2 : jarak antara pusat gaya seret (drag) s
ampai titik guling
Pada kondisi kritik, partikel sedimen berada pada kondisi hampir bergerak /
mengguling terhadap titik guling (point of support).

Gaya berat di dalam air :

Fg  C1 ( s   ) d s 3
dimana :
C1ds3 : volume dari butiran sedimen
ds = diameter signifikan dari sedimen (biasanya ukuran ayakan)
C1 = konstanta untuk konversi volume butiran

Gaya seret kritik (Critical Drag Force)

FD  C2 c d s 2
dimana
C1ds2 = luas permukaan efektif dari partikel yang mengalami tegangan gesek
kritik, c.
luas efektif : luas dari proyeksi partikel pada bidang  arah aliran.
Pada kondisi kritik (seimbang)

Momen gaya berat = Momen gaya seret


Jarak Fg = FD . Jarak

Dengan penjabaran seperlunya, diperoleh persamaan :

c u*c 2 u*c d s
  f( )  f (Re* )
( s   )d s  s ' d s v
Grafik Shields
Contoh Hitungan
• Diketahui suatu aliran dengan kedalaman aliran h = 3 m dan kemiringan
dasar saluran, So = 10-4. Butiran dasar seragam, dengan ukuran, d = 2
mm dan rapat massa sedimen, ρs = 2650 kg/m3. Data pendukung lainnya
adalah, tair = 12°C, ρw = 1000 kg/m3, dan g = 9,8 m/dt2.

Dengan berdasarkan data tersebut di atas, tentukan:


a). kestabilan butir-butir di dasar,
b). tentukan kestabilan butiran dengan berdasarkan nilai o, c, u*c dan
tentukan nilai Re*c.
c). jika ρs = 3000 kg/m3 dan tair = 20°C, berapakah c dan Re*c (bila ρw = Cte)
Jawab :
a).
tair = 12°C  air = 1,25 x 10-6 m2/dt
ρs = 2650 kg/m3  seluruh diagram/grafik Shields berlaku
u* = g h S o = 9 ,81  3  10 4 = 0,0542 m/dt
Grafik Shields
d = 2 mm
 butiran bergerak (tidak
stabil) c
 0,04
b). Dari Grafik Shields untuk ukuran butiran d = 2 mm  s    g d

c = 0,04 × (s - ) g d
= 0,04 × (2650 – 1000) × 9,81 × 2 ×10-3 = 1,294 N/m2
o =  g h So
= 1000 × 9,81 × 3 ×10-4
= 2,94 N/m2
o > c
atau
u* c 2
Grafik Shields  = 0,04
gd
 s   2650  1000
 =   1000 = 1,65

u*c = [0,04 ×1,65 × 9,81 × 2 ×10-3]1/2 = 0,036 m/dt

Diketahui pada aliran, u* = 0,054 m/dt


karena u* > u*c  butir bergerak

u*c d 0,036  2  10 3
Re*c = v  1,25  10 6 = 57,6
c). s = 3000 kg/m3 ; tair = 20°C  = 10-6 m2/dt

w = 1000 kg/m3 ; d = 2 mm

c
Grafik Shields   0,04
 s   w  g d
0,04 × (3000 – 1000) × 9,81 × 2 ×10-3 = 1,57 N/
 c  m2

u*c = c 1,57
  0,0396
w 1000

Re*c u*c d 0,0396  2  10 3


 = 79,2
= v 10 6
Untuk sedimen dengan gradasi tidak seragam (sedi
ment mixture)

 Butiran berukuran besar terekspose dan bergerak


karena pengaruh kecepatan aliran.

Partikel berukuran kecil akan terlindungi (terkunci)


oleh partikel yang lebih besar.
Egiazaroff (1965):

2
u * ci 1.64 di

u 2
* cm log10 19d i / d m  d m
2

u*2cm
 0.05
 /   1gd m

u*ci = kecepatan gesek kritik dari butiran / partikel, di , u


*cm
= kecepatan gesek kritik dari butiran / partikel, dm.
Modifikasi
Ashida and Michiue (1971)
u*2ci
 0.85, d i  0.4d m 
u*2cm

Motion
Experiment

No motion

Overestimated
Karakteristik awal gerak

Motion

No motion

Jika partikel dengan ukuran di = dm tidak bergerak, partik


el dengan ukuran di<dm tidak dapat bergerak.

Sheltering effect dari partikel berukuran besar


Contoh Soal

Gradasi material dasar suatu sungai diberikan sebagai


berikut. Jika kedalaman air adalah 1.5 m, dan kemiri
ngan garis energi 1/1600, tentukan ukuran butiran m
ana yang bergerak ?.

Diasumsikan, tegangan gesek kritik (tak berdimensi) *c

m adalah sama dengan 0.05. Specific gravity dari sedi


men adalah 2.65.
  Diameter Content by perce Representative diam u*ci u*ci (cm/s)
Class
ntage fi eter di(cm)
di/dm (u*ci/u*m)
2
Uniform sedim
(cm) (cm/s) ent
1  
0.01-0.02 1.3      
2 0.02-0.04 3.0      
3 0.04-0.08 7.0      
4      
0.08-0.16 10.9  
5      
0.16-0.32 19.8  
6    
0.32-0.64 21.2  
7  
0.64-1.28 16.3      
8  
1.28-2.56 12.7      
9    
2.56-5.12 5.8    
10      
5.12-102 2.0  
   
S=100.0      

d i  d il  d iu
Jawab

u*cm=8.47cm/s *cm =u*cm2/(/-1)/g/dm=0.05 d m   di f i 0.863cm

1 2 3 4 5 6 7 8
diameter R
Diameter Int Prosentase, epr.di(c u*ci u*ci Uniform
No erval fi m) di/dm (u*ci/u*m) 2
(cm/s) (cm/s)

1 0.01 - 0.02 1.3 0.0141 0.0164 0.85 7.81 1.12

2 0.02 - 0.04 3.0 0.0283 0.0328 0.85 7.81 1.29

3 0.04 - 0.08 7.0 0.0566 0.0655 0.85 7.81 1.71

4 0.08 - 0.16 10.9 0.1131 0.1311 0.85 7.81 2.34

5 0.16 - 0.32 19.8 0.2263 0.2621 0.85 7.81 3.87

6 0.32 - 0.64 21.2 0.4525 0.5243 0.86 7.87 5.77

7 0.64 - 1.28 16.3 0.9051 1.0485 1.02 8.55 8.56

8 1.28 - 2.56 12.7 1.8102 2.0971 1.34 9.82 12.10

9 2.56 - 5.12 5.8 3.6204 4.1941 1.90 11.68 17.12

10 5.12 - 10.2 2.0 7.2266 8.3719 2.83 14.26 24.18


• Kolom 2 : Ukuran butiran masing-masing interval ukuran butiran
• Kolom 3 : prosentasi masing-masing interval
• Kolom 4 : diameter butiran representatif, d i  d il  d iu
• Kolom 5 : di/dm ; d m   di fi
• Kolom 6 : u 2 u*2ci 1.64 di
*ci
 0.85, d i  0.4d m  
u*2cm u*2cm log10 19d i / d m 2 d m
• Kolom 7 : jelas
• Kolom 8 : grafik Shields

Anda mungkin juga menyukai