Anda di halaman 1dari 13

ETIKA INDIVIDU

DAN
DILEMA ETIS
ETIKA BISNIS INDIVIDU

Dalam lingkungan bisnis masa kini, setiap orang bisa mempengaruhi ekspektasi
etis dan perilaku. Ketika eksekutif, manajer, dan karyawan menunjukkan prinsip-
prinsip etis pribadi mereka atau kurangnya prinsip-prinsip etis, maka ekspektasi
dan tindakan mereka yang bekerja untuknya maupun mereka yang bekerja
dengannya bisa berubah.
Meskipun perilaku etis sulit untuk dilacak atau bahkan dirumuskan dari semua
keadaan, namun berbagai bukti menunjukkan bahwa banyak individu bertindak
secara tidak etis atau ilegal dalam melakukan pekerjaan. Contohnya adalah
pencurian yang dilakukan oleh karyawan. Diperkirakan dunia bisnis Amerika
Serikat saat mi mengalami kerugian hingga lebih dan $120 miliar setahun karena
pencurian yang dilakukan karyawan, mulai dari uang tunai hingga klip kertas.
Dalam suatu survei di antana para pekerja Amerika, hampir setengahnya
mengakui telah melakukan satu atau lebih tindakan tidak etis atau ilegal di
tempat kerja selama waktu-waktu yang lalu. Tindakan-tindakan yang paling sering
dilakukan adalah menurunkan kualitas (16 persen), menutupi kesalahan (14
persen), dan berbohong atau menipu pelanggan (9 persen). Studi lainnya
menemukan bahwa 30 persen dari para manajer mengakui telah membuat laporan
internal yang menipu.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi etika individu
dan dilema etis secara umum

 Di antara banyak faktor yang membentuk etika individu adalah pengalaman


masa lalu, tekanan kelompok sebaya, dan budaya organisasi.
 Etika individu juga dipengaruhi oleh standar keluarga, budaya, dan agama.
 Selain itu, budaya organisasi di mana seseorang bekerja juga bisa menjadi
sebuah faktor.
 Situasi-situasi etis di tempat kerja yang umum dihadapi oleh seseorang
mencakup konflik kepentingan, loyalitas kepada majikan, suap, dan
pengungkapan pelanggaran perusahaan ( whistle-blowing).
PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS INDIVIDU

Gambar 1.
Tahap-tahap Perkembangan Moral dan Etis
Setiap orang pada umumnya mengembangkan standar-standar etis dalam
tiga tahap seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. yaitu : tahap
prakonvensional, konvensional, dan pascakonvensional.
Dalam tahap prakonvensional setiap individu dalam membuat keputusan
terutama memikirkan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri. Kepatuhan
mereka terhadap peraturan eksternal hanya dilakukan karena mereka takut
terhadap hukuman atau karena harapan untuk menerima hadiah jika mereka
mentaatinya.
Pada tahap kedua, yaitu tahap konvensional, setiap orang menyadari dan
bertindak untuk menanggapi kewajiban mereka kepada orang lain, termasuk
kewajiban kepada anggota keluarga, rekan sekerja, dan organisasi mereka.
Ekspektasi dari kelompok ini akan mempengaruhi cara mereka dalam memilih
antara apa yang bisa diterima dan tidak bisa diterima pada situasi-situasi
tertentu. Akan tetapi, kepentingan pribadi terus memainkan peranan dalam
pembuatan keputusan.
Terakhir, tahap pascakonvensional mewakili tingkatan tertinggi dari
perilaku moral dan etis. Pada tahap ini, setiap orang mampu bertindak lebih
dari sekadar untuk kepentingan pribadi dan kewajiban tetapi juga
mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang lebih luas
Tabel 1.
Perbedaan Etika Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 1. menyimpulkan bahwa pria dan wanita cenderung menggunakan


teknik yang berbeda dalam menyelesaikan beragam situasi etis.

Tahap perkembangan moral dan etis seseorang ditentukan oleh banyak


faktor. Pengalaman masa lalu membentuk berbagai respons terhadap situasi yang
berbeda. Latar belakang keluarga, pendidikan, budaya, dan agama seseorang juga
memainkan peranan. Orang juga bisa memiliki gaya yang berbeda dalam
memutuskan dilema etis, tanpa memandang tahap perkembangan moral di mana
mereka berada.
DILEMA ETIS

Dalam dunia bisnis yang melaju sangat cepat, kadang-kadang Anda dituntut untuk
mempertimbangkan keputusan-keputusan etika yang dapat mempengaruhi bukan hanya masa
depan Anda, tetapi mungkin juga masa depan sesama teman kerja Anda, perusahaan Anda,
dan pelanggannya. Tidaklah selalu mudah untuk membedakan antara apa yang benar dan yang
salah dalam banyak situasi bisnis, khususnya ketika terjadi konflik antara berbagai
kebutuhan dan kepentingan dari banyak pihak.

Situasi yang dihadapi oleh William Haggett, CEO Bath Iron Works (BIW), sebuah
perusahaan pembuat kapal, sesudah Ia mengadakan pertemuan dengan klien papan atas
perusahaannya, yaitu Angkatan Laut Amerika Serikat. Sesudah pertemuan tersebut,
Haggett menemukan bahwa salah satu konsultan Angkatan laut secara tidak sengaja
meninggalkan sebuah dokumen setebal 67 halaman yang bertuliskan, “ Business Sensitive.”
Setelah melihat dokumen tersebut, Haggett menyadari bahwa dokumen itu merinci proposal
pesaing BIW atas sebuah proyek, di mana pihak BIW juga terlibat tender. Haggett bukan
hanya membaca proposal pihak pesaing, tetapi ia juga membahas isinya dengan para
bawahan dan menggandakan dokumen tersebut.

Ketika seorang bawahannya melaporkan tindakan Haggett ke presiden BIW, pemimpin


BIW ini segera menemui Haggett dan mendesaknya untuk mengembalikan proposal tersebut
ke konsultan Angkatan laut. Walaupun penyelidikan yang dilakukan pihak AL membersihkan
Haggett dari tuduhan melakukan kesalahan yang serius, namun kolega BIW mendorongnya
untuk mengundurkan diri. Dan mengakui kesalahannya dalam konferensi pers di kemudian
hari.
CEO Lockheed Martin, Norman Augustine, juga mengalami hal yang
sama. Sehari sebelum proposal perusahaannya atas kontrak besar dengan
pemerintah harus dimasukkan, sebuah paket misterius datang via pos. Paket
tersebut berisi salinan proposal pesaing untuk kontrak yang sama.
Dengan informasi di tangannya, ia masih punya waktu untuk mengubah
proposal perusahaannya agar mendapatkan peluang yang lebih tinggi guna
memenangkan kontrak. Augustine segera mengembalikan data tersebut
kepada pemerintah dan memberitahu pesaing Lockheed Martin mengenai
paket yang telah diterimanya.
Dalam banyak kasus, setiap keputusan yang mungkin memiliki
konsekuensi yang tidak menyenangkan maupun keuntungan yang positif
harus dievaluasi. Dilema etis yang harus dihadapi oleh Augustine dan
Haggett hanyalah sebuah contoh dari beragam jenis pertanyaan etis yang
ditemui di tempat kerja.
DILEMA ETIS DI TEMPAT KERJA

Gambar 2.
Dilema Etika Bisnis Yang Umum

Mengungkapkan
Kejujuran dan integritas
Pelanggaran
Loyalitas Perusahaan
Konflik versus
Kepentingan
Kebenaran
Konflik Kepentingan

1. Konflik kepentingan (conflict of Interest)


Terjadi apabila seorang pelaku bisnis
menghadapi situasi dimana keputusannya
bisa dipengaruhi oleh potensi keuntungan
pribadi. Suap adalah salah satu bentuk
konflik kepentingan

2. Kejujuran dan Integritas


Kejujuran dan Integritas adalah sifat-sifat
yang sangat dihargai oleh para pemilik
perusahaan. Integritas melibatkan
penghormatan yang didasari dengan
sedalam-dalamnya terhadap prinsip-prinsip
etis pada berbagai situasi bisnis.
Integritas (integrity) melibatkan sikap
penghormatan yang disadari dengan
sedalam-dalamnya terhadap prinsip-prinsip
etis pada berbagai situasi bisnis.
Kejujuran adalah prinsip etis yang meresap
di berbagai situasi kerja.
PERANTI BISNIS
3. Loyalitas versus Kebenaran
Para pelaku bisnis mengharapkan para karyawannya agar loyal dan bertindak demi
kepentingan perusahaan. Akan tetapi, sebuah konflik bisa muncul ketika seseorang harus
memutuskan antara loyalitas kepada perusahaan dan kebenaran dalam hubungan bisnis.
William Haggett dan Norman Augustine keduanya menghadapi masalah ini dalam
memutuskan bagaimana menangani situasi di mana mereka memiliki akses ke informasi
tentang rencana pihak pesaing.

4. Mengungkap Pelanggaran Perusahaan (Whislte-blowing)


Mengungkap Pelanggaran Perusahaan (Whislte-blowing) adalah tindakan seorang
karyawan yang mengungkap praktik ilegal, tidak etis, dan tidak bermoral dari organisasi
kepada media atau pemerintah.
Agen perusahaan asuransi Nationwide Insurance, John Askin, menghadapi sebuah dilema
etis pada awal tahun 1990- an, dan ia memutuskan bahwa whistle-blowing adalah satu-
satunya jalan keluar yang tersedia baginya. Askin bersaksi bahwa bosnya telah memberinya
sebuah peta Louisville, Kentucky, dengan tanda X besar di beberapa lingkungan.
Tindakan mengungkapkan pelanggaran yang dilakukan perusahaan di mana seseorang
bekerja dan masalah-masalah etis lainnya relatif jarang terjadi dalam perusahaan dengan
iklim perilaku etis yang kuat.
Rangkuman

Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi etika


individu dan dilema etis secara umum di dunia kerja

Di antara banyak faktor yang membentuk etika individu


adalah pengalaman masa lalu, tekanan kelompok sebaya, dan
budaya organisasi. Etika individu juga dipengaruhi oleh
standar keluarga, budaya, dan agama. Selain itu, budaya
organisasi di mana seseorang bekerja juga bisa menjadi
sebuah faktor. Situasi-situasi etis di tempat kerja yang umum
dihadapi oleh seseorang mencakup konflik kepentingan,
loyalitas kepada majikan, suap, dan pengungkapan
pelanggaran perusahaan (whistle-blowing).

Anda mungkin juga menyukai