Anda di halaman 1dari 21

SUTUDI HADIST

TAKHRIJUL HADIST,SEJARAH,
METODE,KEGIATAN UTAMA,
DAN KITAB-KITAB
TAKHRIJUL HADIST.
KELOMPOK

‫تهكريج‬ 6
 FIQHRY AL _FAID’ZIN

(05040322081)

‫الحديث‬
 SITI AFIFI NUR LAILA

(05040322091)

 NOUR LATHFIA
RAHMAWATIE

Presentation title (05040322102)


TAKHRIJUL HADIST
Pengertian tentang hadist disebut dengan takhrijul hadist. Takhrijul berasar
dari kata kharajja yang artinya mengeluarkan hadist dari persembuyiannya,baik
dari ilmu seorang ulama maupun dari tulisan yang berserakan dalam berbagai
bentuk kitab hadist.
Takhrijul hadist ini bertujuan untuk menyelesaikan persoalan hadist yang
belum diketahui letak persembuyian,kualitas priwayatan,jalur sanad, dan kitab
yang memuatnya.
oleh sebab itu, jika dilihat dari tujuannya, takhrijul hadist dipandang sebagai
pekerjaan yang sangat penting.tampa adanya takhrij, akan sulit diketahui asal-
usul dan Riwayat dari sebuah hadist.

Presentation title 3
DEFINISI LAINNYA
ْ ‫ ِع ْن َد‬5‫يَ ُان َمرْ تَبَتِ ِه‬555‫ َب‬5‫ َّم‬555‫ ُث‬،5‫ َسنَ ِد ِه‬555‫ ِب‬5ُ‫لتِيَأ ْخ َر َج ْته‬55‫ا‬
‫ل َحا َج ِة‬55‫ا‬ َّ ‫َأْلصْ لِي َِّة‬55‫ ا‬5‫صا ِد ِر ِه‬
َ ‫يم‬ ْ 5‫ض ِع‬
َ 555‫ل َح ِد ِيثِف‬55‫ا‬ َ َ‫ل ِّداَل َل ُة َعل‬55‫َا‬
َ ‫ىم ْو‬
ARTINYA;
Menunjukkan asal suatu hadits di dalam sumber aslinya yang meriwayatkan hadits tersebut beserta
sanadnya, lalu menjelaskan status hadits tersebut bila dibutuhkan.
METODE TAKHRIJUL HADIST
Kitab dan literatur yang masuk dalam kategori sumber asli, disusun dengan
sistematika dan metodologi yang berbeda. Hal ini menyebabkan metodologi yang
digunakan untuk mengkaji hadis-hadisnya juga berbeda. Untuk melakukan proses
”pembacaan” terhadap sebuah literatur, kita perlu mengetahui metodologi
penulisan yang digunakan. Saat akan melakukan takhrijhadis, kita perlu
mengetahui metode penulisan sumber-sumber asli, agar dapat ditentukan metode
takhrij mana yang akan kita gunakan.
Ada ulama yang menyusun kitabnya berdasarkan susunan nama perawi.Ada
juga yang berdasarkan bab-bab fiqhatau tema-tema tertentu. Dengan berdasarkan
kategorisasi dan metodologi penulisan, Mahmud al-Thahhan menyebutkan bahwa
setidaknya ada lima cara atau metode yang digunakan untuk menakhrij hadis:

Presentation title 5
Metode‫لحديث‬55‫هكريج ا‬555‫ ت‬ada 6
1. Takhrij berdasarkan perawi dari sahabat.
2. Takhrij berdasarkan permulaan lafadz hadist.
3. Takhrij berdasarkan kata-kata dalam matan hadist.
4. Takhrij berdasarkan tema hadist.
5. Takhrij berdasarkan status hadist
6. Takhrij berbasis software hadist

Presentation title 6
1.Takhrij berdasarkan perawi dari sahabat
Metode ini digunakan jika kita mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan
hadist yang akan ditakhrij. Jika tidak diketahui nama shahabat yang
meriwayatkannya tentu tidak dapat dilakukan takhrij dengan metode ini. Untuk
mengaplikasikan metode ini diperlukan tiga kitab yang dapat membantu. Kitab-
kitab berikut disusun berdasarkan nama sahabat yang meriwayatkan hadist yaitu:
 Al-masanid ( musnad-musnad )
 Al-ma’ajim (mu’jam-mu’jam )
 Kitab-kitab Al-Atraf.

hgfhgfgbbvbngnhghgh 7
2.TAKHRIJ BERDASARKAN PERMULAAN LAFADZ
HADIST.
Metode ini sangat tergantung pada lafadz pertama matan hadist. hadis-
hadist dengan metode ini sangat dikondifikasikan berdasarkan lafat
pertamanya menurut urutan huruf hijaiyah.misanya, apabila akan men-
takhrij hadist yang berbunyi.
‫الص َر َع ِة‬
ُّ ِ‫ش ِدي ُد ب‬ َ ‫لَ ْي‬
َّ ‫س ال‬
lafat di atas menjelaskan bahwa untuk mengetahui dan menelusuri
matan sebuah hadist atau urutan awal suatu matan hadist yang memuat
penggalan matan yang dimaksud. Bunyi lengkap matan hadist yg di cari
adalah ;
ُ ِ‫ش ِدي ُد الَّ ِذي يَ ْمل‬
‫هُ ِع ْن َد‬5‫ نَ ْف َس‬5‫ك‬ َّ ‫ا ال‬5‫ص َر َع ِة ِإنَّ َم‬ َّ ‫ ال‬5‫س‬
ُّ5 ‫ش ِدي ُد بِال‬ َ ِ ‫ُو َل هَّللا‬5‫ن َرس‬5َّ ‫ َأ‬5َ‫ي هُ َر ْي َرة‬5ِ‫ َأب‬5‫َع ْن‬
َ ‫ لَ ْي‬5‫لَّ َم قَا َل‬5‫ َو َس‬5‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬5‫ص‬
‫ب‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ْال َغ‬

Presentation title 8
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah
Saw bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat
(perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang
itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut
sebagai orang yang kuat adalah orang yang
mampu menguasai dirinya tatkala dia
marah.
3.TAKHRIJ BERDASARKAN KATA-KATA DALAM MATAN
HADIST
Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam
matan hadist, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak
digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian hadisnya sehingga
pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat. Penggunaan metode
ini akan lebih mudah manakala menitikberatkan pencarian hadis berdasarkan lafad-
lafadnya yang asing dan jarang penggunaanya.
Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya adalah kitab Al-Mu`jam Al-Mufahras lῑ
Alfaz Al-Hadis An-Nabawi. Kitab ini mengumpulkan hadist-hadist yang terdapat di dalam 9
kitab induk hadist sebagaimana yaitu ; Ṣaḥiḥ al-Bukhari, Sahiḥ Muslim, Sunan Turmizi,
Sunan Abu Daud, Sunan Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwatta’ malik, dan
Musnad Imam Aḥmad.

Presentation title 10
4.TAKHRIJ BERDASARKAN TEMA HADIST
Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadis. Oleh karena itu untuk
melakukan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu disimpulkan
tema dari suatu hadis yang akan ditakhrij dan kemudian baru mencarinya
melalui tema itu pada kitab-kitab yang disusun menggunkan metode ini.
Seringkali suatu hadis memiliki lebih dari satu tema. Dalam kasus yang
demikian seorang mukharrij harus mencarinya pada tema-tema yang
mungkin dikandung oleh hadis tersebut
Contoh hadistnya;
‫ج‬ ُ ‫ن ُم َح َّم ًدا َر‬Vَّ ‫ ِإاَّل هَّللا ُ َوَأ‬Vَ‫ اَل ِإلَه‬V‫ َأ ْن‬V‫ش َها َد ِة‬
َّ ‫ ال‬V‫و ُل هَّللا ِ وَِإقَا ِم‬V‫س‬
Vِّ ‫ َوا ْل َح‬V‫ ال َّز َكا ِة‬V‫اَل ِة وَِإيتَا ِء‬V‫ص‬ ٍ ‫ى َخ ْم‬Vَ‫اَل ُم َعل‬V‫س‬
َ V‫س‬ ْ ‫ اِإْل‬V‫بُنِ َي‬
‫ان‬
َ ‫ض‬ َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ َ ‫َو‬

Presentation title 11
Islam dibangun di atas lima (landasan);
persaksian tidak ada ilah selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad utusan Allah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan
puasa Ramadan."
Hadis di atas mengandung beberapa tema yaitu iman, tauhid, shalat,
zakat, puasa dan haji. Berdasarkan tema-tema tersebut maka hadis di atas
harus dicari di dalam kitab-kitab hadis di bawah tema-tema tersebut.
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa takhrij dengan metode ini sangat
tergantung kepada pengetahuan terhadap tema hadis. Untuk itu seorang
mukharrij harus memiliki beberapa pengetahuan tentang kajian Islam secara
umum dan kajian fikih secara khusus.
Kelebihan metode ini adalah hanya menuntut pengetahuan akan
kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan tentang lafad pertamanya.
Akan tetapi metode ini juga memiliki berbagai kelemahan, terutama apabila
kandungan hadis sulit disimpulkan oleh seorang peneliti, sehingga dia tidak
dapat menentukan temanya, maka metode ini tidak mungkin diterapkan.

Presentation title 13
5.TAKHRIJ BERDASARKAN STATUS HADIST
Metode ini memperkenalkan suatu upaya yang telah dilakukan
oleh paraulama hadis-hadis, yaitu penghimpunan hadis berdasarkan
statusnya. Karya-karyatersebut sangat membantu sekali dalam proses
pencarian hadis berdasarkanstatusnya, seperti Hadist-hadist Qudsi,
Hadis Masyhur, Hadist Mursal, dan lainnya.Seorang peneliti hadis,
dengan membuka kitab- kitab seperti di atas, dia telah melakukan
takhrij al- hadist.

Presentation title 14
6. Takhrij berbasis software hadist
Perkembangan teknologi informasi dan multimedia dapat membantu para pembelajar hadis
dalam studi hadis khususnya kegiatan takhrij. Munculnya beberapa software yang dapat
digunakan untuk studi hadis atau kegiatan takhrij hadis, merupakan cara efektif yang dapat
digunakan. Berikut pendeskripsian singkat mengenai beberapa sofware di antaranya yang
dapat digunakan dalam belajar hadis atau takhrij hadis secara mandiri tersebut:
 Al-Kutub al-Tis’ah
 Al-Kutub al-Tis’ah,
 Hadist Web 4.1,

Presentation title 15
Kegiatan utama
Kitab-kitab induk hadits yang ada mempunyai susunan tertentu dan berada antara
satu dan yang lainnya, yang dalam hal ini memerlukan cara tertentu secara ilmiah
agar penelitian dan pencarian haditsnya dilakukan dengan mudah. Cara praktis
dan ilmiah inilah yang merupakan kajian pokok ilmu takhrij.
Takhrij al-Hadits kemudian mengalami perkembangan sebagaimana yang
telah dilakukan oleh imam Baihaqi, yaitu mengambil hadits dari kitab hadits
selain dari ulama secara langsung, kemudian beliau mengemukakan sanadnya
sendiri.

Presentation title 16
masih terdapat kekurangan-kekurangannya, sebab belum dapat
memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana melakukan praktek
takhrij secara sistematis. Pada abad terakhir ini muncul kitab-kitab
takhrij yang berhasil disusun para tokoh hadits tergolong
sistematis, seperti kitab Ushul al Takhrij wa Dirasat al Asanid, oleh
Muhammad al Thahhan (1398 H/1978 M), kitab Turuq Takhrij
Hadits Rasuli Shalla Allahu ‘alihi wa sallam, oleh Abu Muhammad
Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi (1408 H/1987 M),
dan kitab-kitab Takhrij lainnya

Presentation title 17
KITAB-KITAB TAKHRIJUL
HADIST.
Ada banyak sekali kitab-kitab yang ditulis khusus untuk takhrij.
Seperti Takhrîju Ahâdîtsil Muhadzdzab karya al-Hafidh al-Hazimi
(wafat 584 H), dua kitab takhrij karya al-Hafidh al-'Iraqi (wafat 806
H) terhadap hadits-hadits dalam kitab Ihyâ'; yang besar dan yang
ringkas. Yang ringkas ini diberi nama al-Mughni 'an Hamlil Asfâr
dan di kemudian hari dicetak bersama Ihyâ'. Lalu at-Talkhîshul
Habîr karya al-Hafidh Ibnu Hajar (wafat 852 H) yang mentakhrij
hadits-hadits dalam asy-Syarh al-Kabîr karya Imam ar-Rafi'i (wafat
623 H).

Presentation title 18
‫‪Kreatifitas penyusunan kitab takhrij baru muncul belakangan.‬‬
‫‪Kerja ilmiah tersebut belum ada pada masa ulama‬‬
‫‪mutaqaddimîn sebelum tahun 500 H. Al-Hafidh al-'Iraqi‬‬
‫‪menceritakan hal tersebut sebagaimana dikutip Syekh‬‬
‫‪Abdurra'uf al-Munawi:‬‬

‫ﻮت َﻋ َّﻤﺎ َأ ْو َر ُدوا ِﻣ َﻦ‬


‫ﻴﻦ اﻟ ُّﺴ ُﻜ ُ‬ ‫ﻹﺣْ ﻴَﺎ َء‪َ :‬عا َدةُ ْاﻟ ُﻤﺘَﻘَ ِّﺪ ِﻣ َ‬ ‫ﻴﺮ ا ِْ‬‫ﻳﺠ ِﻪ ا ْ‪5‬ﻟ َﻜﺒِ ِ‬
‫ﻄﺒَ ِﺔ ﺗَ ْﺨ ِﺮ ِ‬ ‫قَا َل ْاﻟ َﺤﺎﻓِﻆُ اﻟ َّﺰﻳ ُْﻦ ْاﻟ ِﻌ َﺮاﻗِ ُّﻲ ﻓِﻲ ُﺧ ْ‬
‫ﻴﻒ ِإاَّل نَا ِدرًا‪َ ،‬وِإ ْن َﻛﺎﻧُﻮا ِﻣ ْﻦ َأﺋِ َّﻤ ِﺔ‬‫ﻀ ِﻌ ِ‬ ‫ﻴﺢ ِﻣ َﻦ اﻟ َّ‬ ‫َّﺤ ِ‬‫ان اﻟﺼ ِ‬ ‫ان َﻣ ْﻦ َﺧ َّﺮ َﺟﻪُ َوبَيَ ِ‬ ‫ﺼﺎﻧِﻴ ِﻔ ِﻬ ْﻢ َو َع َد ُم بَيَ ِ‬ ‫اَأْل َحا ِدي ِ‬
‫ث ﻓِﻲ ﺗَ َ‬
‫ين َأ ْن ﻻَ ﻳَ ْﻐﻔَ َﻞ اﻟﻨَّاسُ اﻟﻨَّﻈَ َﺮ ﻓِﻲ ُﻛ ِّﻞ ِﻋ ْﻠ ٍﻢ ِﻓﻲ َﻣ ِﻈﻨَّﺘِ ِﻪ‪َ .‬ﻭ ِﻟﻬَ َﺬا َﻣ َﺸﻰ‬ ‫ﺚ َﺣﺘَّﻰ َﺟﺎ َء اﻟﻨَّ َﻮ ِويُّ ﻓَﺒَﻴ ََّﻦ‪َ .‬وﻗَﺼْ ُﺪ اَأْل َّولِ َ‬
‫ْاﻟ َﺤ ِﺪﻳ ِ‬
‫ﺚ ِﻣ َﻦ اﻟﻨَّ َﻮ ِويِّ‬ ‫اﻟﺮَّاﻓِ ِﻌ ُّﻲ َﻋﻠَﻰ ﻃَ ِﺮﻳﻘَ ِﺔ ْاﻟﻔُﻘَﻬَﺎ ِء َﻣ َﻊ َﻛ ْﻮﻧِ ِﻪ َأ ْﻋﻠَ َﻢ ﺑِ ْﺎﻟ َﺤ ِﺪﻳ ِ‬

‫‪Presentation title‬‬ ‫‪19‬‬


Artinya, “Al-Hafidh al-'Iraqi dalam pembukaan kitab takhrijnya yang
besar atas kitab Ihya' menceritakan, adat ulama mutaqaddimîn adalah
tidak mengomentari dan mentakhrij hadits-hadits yang dicantumkan
dalam kitab-kitab (selain kitab hadits). Hal ini berlaku bahkan bagi
mereka yang termasuk para imam dalam ilmu hadits, hingga an-Nawawi
muncul dan memberi takhrij terhadap hadits yang dimuat dalam
berbagai kitab. Maksud ulama mutaqaddimîn tidak memberikan
komentar adalah agar para pembaca merujuk sendiri ke sumber
referensi di setiap ilmu (sehingga kitab-kitab induk tidak ditinggalkan),
karena alasan inilah ar-Rafi'i mengikuti gaya ulama mutaqaddimîn
dengan tidak memberi komentar pada hadits, meskipun beliau lebih
mahir dalam bidang hadits dibandingkan dengan an-Nawawi.”
(Abdurra'uf al-Munawi, Faidlul Qadîr, [Mesir, al-Maktabatut Tijâriyyah:
1356 H], juz I, halaman 17).

Presentation title 20
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai