Anda di halaman 1dari 6

RESUME METODE TAKHRIJ DALAM KITAB “TURUQU TAKHRIJI

HADISI RASULILlAH”

Oleh: Siti Durrotun Nafisah

I. PENDAHULUAN

Hadis merupakan sumber hukum yang kedua dalam agama Islam, hadis sendiri
adalah sesuatu apapun yang dibawah oleh Rasulallah, baik berupa ucapan, perbuatan
maupun ketetapannya. Berbeda dengan al-Qur’an yang tiada cacat dan cela
tersampaikan pada para sahabat dengan secara mutawatir tertulis dan tersimpan.
Sedangkan hadis tidaklah demikian, banyak hadis yang disampaikan tidak secara
mutawatir. Untuk itu sangatlah diperlukan sebuah keontektikan atau validasi hadis
untuk disampaikan pada umat dengan jalur yang panjang dan dalam perjalanannya
penyampaian setiap generasi harus terdapat sesuatu yang tetap dapat menjaga
keontektikan hadis.
Takhrij Hadis merupakan salah satu metode (cara) yang digunakan untuk
mengetahui jalannya sanad hadis, sehingga kita dapat memahami dari mana hadis
tersebut diriwayatkan. Dan cara ini dilakukan untuk memeriksa kualitas hadis dan
menguatkan keyakinan agar saat mengamalkannya suatu hadis tidak ada keraguan
didalamnya.
Kebutuhan takhrij adalah perlu sekali, karena orang yang mempelajari ilmu
tidak akan dapat membuktikan atau menguatkan dengan suatu hadist atau tidak dapat
meriwayatkannya, kecuali setelah ulama-ulama yang telah meriwayatkan hadist
dalam kitabnya dengan dilengkapi sanadnya, karena itu, masalah takhrij ini sangat
dibutuhkan setiap orang yang membahas atau menekuni ilmu-ilmu syar‟i dan yang
sehubungan dengannya.
Oleh sebab itu dalam makalah ini penulis memberikan gambaran metode
penakhrijan hadis beserta kelebihan dan kekuranganya dan urgensi dari takhrij itu
sendiri.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Urgensi Takhrij

Pengertian takhrij menurut bahasa adalah dari kata ّ‫ خخخخررج‬yang berarti


mengeluarkan, sedangan takhrij menurut istilah adalah :

‫عزو الحديث الي الكتب الي رواته بإسناده مع بيان حاله‬

mengembalikan sebuah hadis pada kitab-kitab rowi dengan beberapa


sanad serta menjelaskan status hadis

Tujuan pokok takhrij adalah dapat mengetahui sumber hadis, dan dapat
mengetahui status hadis dalam hal diterima dan ditolaknya.

Adapun faidah-faidah takhrij adalah

1. Dapat meneliti hadis dengan mudah dan cepat, maka dengan takhrij
seorang peneliti akan mengetahui imam-imam yang meriwayatkan hadis.
2. Mengetahui keadaan sanad
3. Menaikkan status atau drajat hadis dengan banyaknya sanad

B. Metode-metode dalam takhrij hadis


1. Takhrij menggunakan permulaan kata dalam hadis
Hadis-hadis dengan metode ini ditulis berdasarkan lafadz pertamanya
berurutan sesuai dengan urutan huruf hijaiyah, pada metode ini peneliti harus
mengetahui kata awal dari hadis, dan melihat huruf pertama dari kata awal
hadis tersebut dan huruf-huruf setelahnya dalam kitab-kitab yang memang
disusun sesuai dengan urutan huruf hijaiyah. Kitab -kitab yang menggunakan
metode ini adalah al-Jami’ al-Shogir, al-Fathu al-Kabir, Jam’u al-Jawami’,
al-Jam’u al-Azhar, Hidayah al-Bari.
Contoh mentakhrij hadis dengan metode ini adalah:
Misalnya mencari hadis yang awal katanya adalah ‫مخخن غشخخنا فليخخس منخخا‬, maka
peneliti membuka kitab yang susunanya berurutan sesuai huruf hijaiyah,
seperti kitab Fathu al-Kabir selanjutnya mencari hadis tersebut pada huruf
mim dan nun, dalam kitab al-Fathu al-Kabir, maka akan muncul seperti ini:

Dari situ dapat diketahui bahwa hadis tersebut ditakhrij oleh al-Turmudzi
dalam kitab Sunannya dari Abi Hurairah.
Kelebihan: dapat menemukan hadis yang dicari dengan cepat
Kekurangan : pencarian hadis dengan metode ini dapat tidak ditemukan ketika
terdapat kesalahan walau sedikit berubahnya permulaan huruf hadis pertama.

2. Takhrij menggunakan lafadz hadis.


Metode ini berdasarkan pada kata yang terdapat dalam hadis, baik
berupa kalimat isim maupun fiil, dan tidak dapat menggunakan kalimat huruf.
lafadz yang dicantumkan adalah penggalan dari hadis. Dan dibawah
penggalan tersebut terdapat nama para ulama yang meriwayatkan beserta
nama kitab induk yang dikarang. Dalam metode ini lebih mudah jika
menggunakan kata yang asing dalam hadis tersebut. Kitab yang menggunakan
metode ini adalah al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-Nabawi karya
orientalis bernama A. J. Weinsinck seorang guru bahasa Arab di Universitas
Leiden.
Contoh mentakhrij hadis dengan metode ini adalah:
Misalnya mencari hadis ‫ضخخعع أطججنبطحتطهطخخا بر ض‬
‫ضخخا لبططخخالب ب‬
‫ب‬ ‫طوإبنن اجلطمطلئبطكةط لطتط ط‬
ْ‫اجلبعجلم‬, maka peneliti mengambil kata asing dalam hadis tersebut, yakni kata

‫ أطججنبطح‬, selanjutnya mencari kata ‫ جنح‬dalam kitab yang ditentukan, maka akan
menemukan seperti ini,

Dari situ dapat diketahui bahwa hadis tersebut di takhrij oleh Abi Dawud
dalam Sunannya kitab ilmu bab 1, al-Turmudzi dalam Sunanya kitab ilmu bab
19, al-Nasa’I dalam sunannya kitab Thoharoh bab 112, Ibnu Majah dalam
Sunannya kitab muqoddimah hadis ke 17, dan Ahmad dalam Musnadnya.
Kelebihan: dapat mempercepat pencarian hadis dengan lantaranya, para
penyusun kitab hadis dengan metode ini memberikan batasan pada hadis
dalam beberapa kitab induk dengan menyebut nama kitab, juz, dan halaman,
memungkinkan pencarian hadiskelalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam
metode ini.
Kekurangan : peneliti harus mampu dalam hal kebahasaan dan ilmu yang
berkenaan, tidak menyebutkan perawi dari kalangan shahabat, terkadang tidak
cukup hanya mencari satu kata namun beberapa kata.

3. Takhrij menggunakan nama perawi hadis pertama.


Metode ini berdasarkan pada rowi a’la, baik rawi tersebut dari
golongan Sahabat, bila sambung sanadnya sampai pada Nabi, atau dari
golongan Tabi’in, dan apabila tidak mengetahui perawi hadis pertama maka
tidak dapat menggunakan metode ini. Adapun beberapa kitab hadis yang
menggunakan metode ini adalah Kutub al-Athraf, dan Kutub al-Masanid.
Contoh mentakhrij hadis dengan metode ini adalah:
Misalnya mencari hadis dalam kitab musnad Ahmad

‫صلىَّ ُهلاللي ُهللعليييهه‬ ‫ٍ ُهللعين ُهلألنل س‬،‫ٍ ُهللعين ُهلألهب ُهلقهللبلةل‬،‫ب‬


‫ٍ ُهلأللن ُهلالنله ل‬،‫س‬
‫ب ُهل ل‬
‫ه‬
‫ٍ ُهللحلدثَّلينلاَ ُهلألييوُّ ل‬،‫لحلدثَّلينلاَ ُهللعيبلد ُهلاليلوُّلهاَب‬
‫ه‬ ‫هه‬ ‫هه‬ ‫ِ ُهل" ُهلثَّللل ث‬:‫لولسي يللم ُهلقليياَلل‬
‫ِ ُهلألين ُهليللك ييوُّلن ُهلاليل ي ُهللولرلس ييوُّلهل‬:‫ث ُهللمي يين ُهللكي يلن ُهلفيي يه ُهللولجي يلد ُهلبي يلن ُهللحلللولة ُهلا يهليليياَن‬
‫ٍ ُهللوألين ُهليليكيلرله ُهلألين ُهليليعلييوُّلد ُهلهفي ُهلاليلكيفيهر‬،‫ب ُهلاليلمييرءل ُهللل ُهل لهيبييهل ُهلإهلل ُهللهليهه‬
‫ٍ ُهللوألين ُهل لهيي ل‬،َ‫ها‬ ‫ألحي ل ه ه ه‬
‫ب ُهلإهليييه ُهلميلاَ ُهلسيلوُّا لل‬ ‫ل‬
(1)‫ف ُهلهفيلهاَ ُهل" ُهل‬
‫ٍ ُهللكلماَ ُهليليكلرهل ُهلألين ُهلليوُّقللد ُهللهل ُهللناَثر ُهلفلييلييقلذ ل‬،‫بلييعلد ُهلإهيذ ُهلألنييلقلذهل ُهلالل ُهلهمينهل‬
Maka yang dicari adalah musnad Anas dan akan menemukan hadis tersebut,
dan dari situ dapat diketahui pentakhrij hadis.
Kelebihan : metode ini mempermudah, pengarang kitab hadis dengan metode
ini memberikan nama ulama’ hadis yang meriwayatkanya beserta kitab-
kitabnya, dapat melakukan takhrij persanad.
Kekurangan: tidak dapat digunakan kecuali mengetahui rawi a’lanya.
4. Takhrij menggunakan tema hadis.
Metode ini berdasarkan pada tema hadis sehingga menuntun peneliti
untuk dapat memetakan sebuah tema dari suatu hadis, melihat suatu hadis dan
mencari sebuah tema yang cocok dengan hadis tersebut. Kitab yang
menggunakan metode ini adalah Kanzu al-Amal fi Sunan al-Aqwal wa al-
Af’al, Miftah Kunuz al-Sunnah, Nashb al-Rayah fi Takhrij Ahadis al-
Hidayah, al-Diroyah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah.
Contoh mentakhrij hadis dengan metode ini adalah:
Misalnya mencari hadis dalam kitab Kanzu al-Amal

.‫ٍ ُهلولاَ ُهلاليماث‬،‫ٍ ُهلوعليهاَ ُهلالعدة‬،‫إذا ُهلأغلق ُهلباَباَ ُهلوأرخىَّ ُهلستا ُهلوجب ُهلعليه ُهلالصداق‬
Maka mencari tema yang cocok dengan hadis tersebut, hadis tersebut terdapat
pada tema nikah, karena dalam hadis tersebut membahas tentang maskawin.
Maka akan muncul

Dari situ dapat diketahui, bahwa hadis tersebut ditakhrij oleh Daruqutni, Abd
al-Razzaq, Ibnu Abi Syaibah.
Kelebihan : dapat menemukan hadis ketika mengetahuimakna hadis itu
sendiri, dapat melatih peneliti mengenai pembahasan dalam hadis.
Kekurangan: tidak dapat menemukan hadis jika peneliti sulit memecahkan
tema yang terkandung dalam hadis, terkadang maksud peneliti berbeda
dengan yang dimaksudkan oleh pengarang, sehingga sulit untuk
menyimpulkan sebuah tema yang cocok.

5. Takhrij menggunakan sifat dan jenis hadis.


Metode ini memperkenalkan kegiatan baru yang telah dilakukan para
ulama’ hadis dalam menyusun kitab hadis dengan metode menggolongkan
hadis sesuai dengan statusnya, dan karya-karya tersebut sangat membantu
dalam pencarian hadis yang dilihat dari statusnya,seperti Hadis-hadis Qudsi,
Hadis Masyhur, Hadis Mursal, dan lain sebagainya, adapun diantara kitab-
kitab yang menggunakan metode tersebut adalah Al-Azhar al-Mutanatsirah fi
al-Akhbar al-Mutawatirah, Al-Ittihafat al-Sanariyyat fi al-Ahadis al-
Qudsiyyah, dan Al-Marasil
Kelebihan: takhrij dengan metode ini sangat dimudahkan, yang mana
para pengarang telah menyatukan hadis hadis sesuai dengan sifatnya.

Anda mungkin juga menyukai