Anda di halaman 1dari 39

THYROIDECTOMY

Anak Agung Ngurah Bayu Putra


1971021010
• Kanker tiroid merupakan kanker organ endokrin
terbanyak dijumai.
• Kanker tiroid paling sering berasal dari sel folikuler.
• Insiden kanker tiroid meningkat selama beberapa
Epidemiologi tahun terakhir. Di US, insiden meningkat 5.4% per
tahun pada laki-laki dan 6.5% pada perempuan dari
tahun 2006 – 2010.
• Peningkatan diagnosis bisa didapatkan karena
penemuan incidental, seperti USG, CT, MRI, PET.
• Pembedahan tiroid pada awal abad ke-16-17,
memberikan mortalitas yang tinggi, pada
umumnya kematian disebabkan oleh perdarahan
yang tidak dapat dikontrol.
• Beberapa ahli bedah pionir pada pembedahan
tiroid, antara lain Lorenz Heister, Pierre Joseph
Desault, Wilhem Hedenus, Dieffenbach, dan
Langenbeck yang semuanya mengatakan bahwa
Sejarah pembedahan tiroid sebaiknya dihindari karena
angka kematian yang sangat tinggi.
• Sukses pembedahan kemudian dilakukan oleh
Theodore Bilroth (pada abad ke-17-18), ahli bedah
dari Swiss dan Eilliam Halsted dari Amerika, yang
mengajukan pembedahan tanpa darah, yang
kemudian diikuti oleh banyak ahli bedah modern
saat ini.
ANATOMI KELENJAR THYROID
 Vertebra cervicalis 5 sampai
thoracalis 1
 15-25 gram.
 lobus kiri dan kanan yang
dihubungkan oleh isthmus
 Kelenjar tiroid dikelilingi oleh
fascia yang bergabung dengan
kapsul tiroid lateral dan
posterior yang membentuk
ligamentum suspensorium
Berry
Membungkus m.
platysma
1. investing fascia
(membungkus
m.trapezius & SCM,
Strap muscles)
2. pretracheal fascia
(membungkus kelenjar 3. prevertebral
tiroid & trachea) fascia
4. carotid
sheath
STRAP
MUSCLES/
INFRAHYOID
MUSCLES
VASCULAR ANATOMY

Sistem Arteri

A. Thyroidea superior
A. Thyroidea inferior
A. Thyroidea ima
A. Thyroidea acessorius
VASCULAR ANATOMY

Sistem Vena

V. Thyroidea superior
V. Thyroidea inferior
V. Thyroidea media
N. LARINGEUS SUPERIOR

– Cabang eksterna laringeus superior


– Cabang interna laringeus superior
Jolls triangle
1. Nodul soliter yang dengan FNAB
dicurigai suatu keganasan
2. Multinodular goiter dengan
pembesaran yang kontiniu
dengan gejala disfagia, tersedak,
INDIKASI dan nyeri
OPERASI 3. Penekanan struktur penting
(trakea, esophagus)
4. Struma toksik yang gagal diobati
dengan medikamentosa atau
kontraindikasi radioablasi
5. Kosmetik
1. Struma toksik yang belum
dipersiapkan (eutiroid).
2. Struma dengan kelainan jantung
dan sistemik (DM,HT) yang
belum terkontrol.
KONTRAIN
DIKASI 3. Fixed untuk tumor besar/
OPERASI karsinoma dengan bahaya
infiltrasi ke trakea atau a.
karotis.
4. Meluas ke mediastinum disertai
vena cava superior syndrome.
 Lobectomy
Reseksi  Isthmolobectomy
thyroid  Total thyroidectomy
TEKNIK OPERASI

o Pasien dalam posisi supine dengan general anasthesia, Posisi Kepala


penderita hiperekstensi dengan bantal di bawah pundak penderita.
o Desinfeksi lapangan operasi dengan alcohol 70 %
– batas lateral: tepi depan
m.trapezius,
– batas atas: bibir bawah,
– batas bawah: kosta 3
TEKNIK OPERASI

o Dibuat marker untuk insisi ± 2 jari diatas sternal notch (atau 1


cm dibawah kartilago krikoid), memanjang sampai ke anterior
otot sternokleidomastoid
TEKNIK OPERASI
o Insisi kulit,
subkutis dan
m. platysma
sekaligus
menjadi satu
flap, untuk
mencegah
perdarahan,
edema, dan
perlengketan
pasca operasi
Dibuat Flap keatas sampai kartilago tiroid dan kebawah
sampai jugulum, kedua flap di teugel keatas dan kebawah
pada linen.
Fascia kolli
superfisial
dibuka pada
garis tengah
dari kartilago
hioid sampai
jugulum.
TEKNIK OPERASI

• Strap muscle (m.sternohyoid dan m.sternothyroid)


diretraksi ke kiri dan ke kanan
• Dilakukan pemisahan kelenjar tiroid pd cleavage plane
(antara kel.tiroid dg m.sternokleidomastoideus)
TEKNIK OPERASI

• Pada tumor yg besar dpt dilakukan pemotongan


strap muscle secara horizontal di 1/3
proksimalnya setelah sebelumnya v.jugularis
anterior diligasi
Tonjolan tiroid  diluksir
dan dievaluasi
mengenai ukuran,
konsistensi, nodularitas
dan adanya lobus
piramidalis.
Ligasi dan potong V. Tiroidea
Media, dan A. Tiroidea
Inferior

Arteri thyroidea inferior diligasi


jauh dari kelenjar untuk
menghindari cedera N.
Laryngeus Recurrent yang
berdekatan letaknya. Syaraf
ini berjalan di depan/ belakang
atau di antara cabang-cabang
arteri tersebut
• Identifikasi N.
Rekuren pada
sulkus
trakeoesofagikus.
Syaraf ini diikuti
sampai
menghilang pada
daerah krikotiroid.

• Identifikasi Kel.
Paratiroid Inferior
pada permukaan
posterior kel. tiroid
berdekatan
dengan masuknya
a. tiroidea inferior
pada tiroid.
• Kutub atas kel. tiroid dibebaskan dari kartilago tiroid
mulai dari posterior dengan identifikasi Cabang
Eksterna N. Laringikus Superior dengan
memisahkannya dari A & V Tiroidea Superior.

• Arteri thyroidea superior diligasi dekat dengan


kelenjar untuk mencegah cedera N. Laryngeus
externa yang berjalan bersama-sama denagn arteri
tersebut
Diseksi dilanjutkan
kearah isthmus (pada
cleavage plane),
ligamentum Berry dan
isthmus diklem dan
dipotong.

Perhatian : a & v kecil


(laryngeal inferior)
yang biasanya
menembus posterior
lig. Berry sisi kranial /
pada lokasi RLN
memasuki
m.krikotiroid
• Dilakukan
penjahitan
“omsteking” (jahit
ikat) pd jaringan
tiroid yg diklem
tadi. Kontrol
perdarahan,
dilihat pada vasa
tiroidea superior.
• Luka operasi di
cuci dengan
cairan fisiologis
Figure: Oversewing the
thyroid isthmus
• Pasang drain no.12 yg ditembuskan ke kulit searah dg
tepi sayatan luka operasi, kemudian difiksasi dg silk 3.0
• Kalau kelenjar paratiroid terambil, sebelum menutup luka
operasi kelenjar paratiroid ditanam (replantasi) di
m.sternokleidomastoideus dg jahitan vikril
• Strap muscle
direkatkan
sedekat mungkin
interrupted dg
vikril 3/0
• Posisi leher
dikembalikan dg
mengambil
bantal dibawah
pundak
penderita,
valsava
manuver
• Evaluasi ulang,
rawat
perdarahan
 Platysma didekatkan dan dijahit
interrupted dengan vikril 3/0

 Kulit dijahit secara subkutikular dgn


benang vikril 4/0

 Luka operasi ditutup dg kassa steril


PERAWATAN POST OPERASI
KOMPLIKASI DINI
Perdarahan
• Bila darah drain > 300 ml per 1 jam, perlu dilakukan re‑open. Dapat terjadi
hematoma pada leher dan menekan trakea sehingga penderita sesak napas..
• Lakukan intubasi, Luka operasi dibuka dan evakuasi bekuan darah
• Penderita dibawa ke kamar pembedahan untuk dicari sumber perdarahan dan
dihentikan, dipasang drain.
Lesi n. laringius superior
Kerusakan n. laringeus rekuren
CIDERA NERVUS LARYNGEUS
RECURENT
 Insiden : temporary 1-5%, permanent 0,1-0,8%
 Resiko meningkat bila terdapat tiroiditis,
retrosternal extension, keganasan atau pernah
operasi sebelumnya
 Mekanisme : terbelah, laserasi, regangan, tekanan,
cauter, ligasi, iskemi dan cedera akibat suction.
 Gejala klinis :
 Unilateral : suara serak atau lemah
 Bilateral: stridor, obstruksi airway
 Selalu identifikasi dan proteksi saraf
 Intra operative NLR monitoring
CIDERA NERVUS LARYNGEUS SUPERIOR
• Insiden : 5-10%, permanent paralysis 0-5%
• Akibat regangan, klem atau ligasi arteri/vena tiroidea
superior
• Gejala :
– Cabang interna : batuk bila minum cairan, kesedak
– Cabang eksterna : tidak bisa suara tinggi (high
pitch), vocal weakness
• Terapi : Speech therapy
KOMPLIKASI LANJUT
Hipoparatiroidism

PERAWA • Hipokalsemia transien dapat terjadi 1‑2 hari


pasca‑bedah. Oedema pada paratiroid karena
TAN manipulasi dapat menambah terjadinya
hipoparatiroidism transien.
POST • Bila timbul gejala klinis seperti parestesi, kram,
OPERASI kejang, perlu diberi terapi dengan pemberian
pelan intravena kalsium glukonat 10 % sebanyak
10 ml, disertai kalsium per‑oral.
• Terjadinya hipoparatiroidism permanen bila
kel.paratiroid terambil sebanyak 2 buah atau
lebih, atau terjadi kerusakan vaskularisasinya.
Hipotiroidism
• Hipotiroidism setelah tiroidektomi total adalah
konsekwensi logis yang terjadi karena penderita
tidak lagi memiliki jaringan tiroid sama sekali.
• Monitor jalan nafas dan vital
signs
• Posisi penderita elevasi kepala
30° bila telah sadar penuh atau
Perawatan
setengah duduk
Paska Bedah
• Observasi tanda hipokalsemia
dan suara serak atau stridor
• Drain dilepas bila produksi < 10
cc/hari
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai