SYDROME
Pembimbing: dr. Ikhwan Handirosiyanto, Sp.JP
KELOMPOK
11 PUTRI
ANGGUN
IRMA FREDELA
RIZKA MARATUS
NILA AISYAH
HANIF DEVARA
Collet et al. 2020 ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation. EHJ. 2021. 42: 1289-1367
KLASIFIKASI (ESC, 2020)
ANAMNESIS+ELEKTROKARDIOGRA
FI
Collet et al. 2020 ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation. EHJ. 2021. 42: 1289-1367
KLASIFIKASI (PERKI, 2018)
ANAMNESIS+PEMERIKSAAN FISIK+ ELEKTROKARDIOGRAFI+
BIOMARKER ENZIM JANTUNG
Oklusi total pembuluh darah Dx: angina pektoris akut TANPA elevasi
arteri koroner segmen ST yang menetap di 2 sadapan
Revaskularisasi dan reperfusi • Depresi segmen ST
miokard: • inversi gelombang T
- Fibrinolitik • Flattening gelombang T
- PCI
Dx: angina pectoris akut + ST
↑ Enzim jantung ↓/N Enzim jantung
elevasi persisten di 2 sadapan
Collet et al. 2020 ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation. EHJ. 2021. 42: 1289-1367
EPIDEMIOLOGI
↓ Angka kematian
6,3 %
Collet et al. 2020 ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation. EHJ. 2021. 42: 1289-1367
FAKTOR RISIKO
TIDAK DAPAT DIMODIFIKASI DAPAT DIMODIFIKASI
• Hipertensi
• Riwayat Penyakit Jantung Koroner
• Diabetes melitus
pada keluarga
• Hiperkolesterolemia
• Usia, >45 tahun
• Merokok
• Jenis Kelamin, Laki>Perempuan
• Diet tinggi lemak
• Etnik
• Obesitas
• Stress
Huma S, Tariq R, Amin F, Mahmood T. Modifiable and non- modiafiable presdisposing risk factors of myocardial infarction – a review. J Pharm Sci, Res 2012; 4 (1):1649-53
ETIOPATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang berperan dalam progresi SKA
Rosen AB., Gelfand EV. Patophysiology of Acute Coronary Syndromes. Dalam: Gelfand Eli V., Cannon Cristopher P. Management of Acute Coronary Syndromes. West Sussex: Wiley Blackwell. 2009. Pp: 1-11;
http://media.wiley.com/product_data/excerpt/75/04707255/0470725575-1.pdf
PEMBENTUKAN PLAK ATEROSKLEROTIK
1. Peran endotel
Faktor risiko (hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes, merokok, infeksi dan
stres oksidatif) kerusakan endotel disfungsi endotel mengaktifkan
proses inflamasi migrasi dan proliferasi sel kerusakan jaringan
perbaikan pertumbuhan plak
• Gangguan
kontraktilitas
miokard Memperberat
Berkurangnya aliran
Iskemia miokardium gangguan aliran darah
• Disritmia darah coroner
coroner
• Remodelling ventrikel
(perubahan bentuk,
ukuran dan fungsi)
Sebagian pasien, SKA
terjadi karena
Suplai oksigen yang
berhenti selama ±20 Infark miokard penyumbatan dinamis
menit akibat spasme local a.
kornaria epicardial
(angina prinsmetal)
PERKI, 2018
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan oksigen miokardium:
Rosen AB., Gelfand EV. Patophysiology of Acute Coronary Syndromes. Dalam: Gelfand Eli V., Cannon Cristopher P. Management of Acute Coronary Syndromes. West Sussex: Wiley Blackwell.
2009. Pp: 1-11; http://media.wiley.com/product_data/excerpt/75/04707255/0470725575-1.pdf
Plak ateroskerosis dengan Disrupsi plak terbentuk trombus Ruptur plak thrombus Disrupsi plak dan
stenosis permanen. Gejala penurunan perfusi atau
peningkatan kebutuhan oksigen
oklusi parsial infark trombosis oklusi total
muncul bila kebutuhan (oxygen mismatch). subendokardial sehingga terjadi iskemia
oksigen melebihi suplai Trombus bersifat labil dengan oklusi transmural dan nekrosis
oksigen ke jantung (latihan, tidak menetap.
Miokardium mengalami stres tetapi
stres) bisa membaik kembali.
Nekrosis otot
papillary
Diastolic
Katup tidak
Kekuatan compliance ↓ disokong
kontraksi (miokard nekrotik tidak
dengan baik
ventrikel ↓ dapat relaksasi)
Kontraksi atrium
Regurgitasi
mendorong darah ke katup mitral
HR
non-compliant LV pada Uncoordinated LV penuh
end diastole apex beat, dengan
diffuse/faint darah
residual Pansistolik
murmur (apex)
S4
Turbulensi aliran
early diastolic
dari L atrium ke Darah kembali ke L
LV atrium ke sirkulasi
pulmonal TD
pulmonal
S3
Inspirasi, udara
masuk dan
membuka alveoli
Crackles/
rales
Angina Tipikal
Angina Ekuivalen
1. Angina tipikal yang persisten selama lebih dari 20 menit. Dialami oleh Sebagian
besar pasien (80%)
2. Angina awitan baru (de novo) kelas III klasifikasi the Canadian cardiovascular
Society (CCS). Terdapat pada 20% pasien.
3. Angina stabil yang mengalami destabillasi (angina progresif/kresendo) : menjadi
makin sering, lebih lama, atau menjadi berat; minimal kelas III klasifikasi CCS
4. Angina pasca infark miokard: angina yang terjadi dalam 2 minggu setelah infark
miokard.
LABORATORIUM
• Pemeriksaan darah rutin, Status Elektrolit, Tes Fungsi Ginjal, GDS, Koagulasi darah,
Profil Lipid & Pemeriksaaan biomarka jantung
Troponin merupakan biomarker yang lebih spesifik dan sensitive untuk mendeteksi Cardiomyocyte injury
PEMERIKSAAN BIOMARKER JANTUNG
Ekokardiografi
Transtorakal Stress Test (Menyingkirkan
diagnosis banding PJK
(Memberikan (EKG Exercise) obstruktif)
gambaran umum
ventrikel kiri)
Temuan khas
Penemuan Oklusi trombotik
akut pada arteri sirkumfleksa
Prosedur intervensi non bedah dengan menggunakan 1. Primary PCI : IKP emergensi yang dikerjakan pada
kateter untuk melebarkan/membuka pembuluh darah arteri yang infark tanpa terapi fibrinolitik
coroner yang menyempit dengan balon atau stent sebelumnya dan lebih disarankan sebagai terapi
reperfusi dibandingkan fibrinolisis
2. Rescue PCI : IKP emergensi yang dilakukan
sesegera mungkin jika terapi fbrinolitik gagal.
Farmakoterapi Periprosedural PCI
2. Antikoagulan
- UFH (unfractioned heparin) 70-100
IU/kgBB bolus iv
- Enoxaparin 0,5 mg/kgBB bolus iv
• Agen yang spesifik terhadap fibrin (tenecteplase,
alteplase, reteplase lebih disarankan dibandingkan agen
tidak spesifik (streptokinase)
• Harus diberikan aspirin oral dan clopidogrel
2. Terapi Fibrinolitik diindikasikan sebagai tambahan untuk aspirin.
• Antikoagulan direkomendasikan bagi pasien STEMI
dengan fibrinolitik sampai revaskularisasi bisa
Strategi reperfusi yang penitng terutama pada dilakukan atau selama dirawat di RS hingga 5 hari
faskes yang tidak dapat melakukan PCI pada (maks 8 hari) dengan pilihan:
pasien STEMI dalam waktu yang disarankan - Enoxaparin iv diikuti subkutan
(<12 jam). - UFH bolus iv sesuai berat badan dan infus selama 3
hari
- Pada pemebrian streptokinase diberikan
fondaparinux iv bolus dilanjut subkutan 24 jam
kemudian
Kontraindikasi Fibrinolitik
EVALUASI DAN MONITOR
PASIEN DENGAN
FIBRINOLISIS
Selama dilakukan fibrinolysis, pasien harus dipantau TTV dan EKG setiap 5-10 menit untuk
mendeteksi risiko yaitu:
PAHA
1)Perdarahan
2)Alergi
3)Hipotensi
4)Aritmia reperfusi
3. Oksigen 4. Statin
• Oksigen diindikasikan pada pasien dengan • Direkomendasikan untuk memulai statin
hipoksemia (SaO2 <90% atau PaO2 <60 intensitas tinggi sesegera mungkin, kecuali
mmHg) dan pasien dengan edema pulmonal terdapat kontraindikasi atau intoleransi, dan
(SaO2 <90% ) untuk mempertahankan diberikan dalam jangka panjang
saturasi >95% • Target LDL <70 gr/dL atau reduksi minimal 50%
• Oksigen rutin tidak direkomendasikan bagi jika kadar awal 70-135 mg/dL.
pasien dengan SaO2 >90% • Pada pasien LDL > 70 mg/dL harus
dipertimbangkan terapi lanjutan
Terapi Jangka Panjang
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
Waktu Melakukan Strategi Invasif (IKP dan BPAK)
(waktu untuk melakukan angiografi dihitung dari kontak medis pertama)
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
3. Strategi invasive (<72 jam) (Kelas
I-A)
Strategi invasive merupakan
keterlambatan maksimal yang
direkomendasikan untuk angiografi
pada pasien dengan minimal 1 kriteria
risiko intermediat, gejala rekuren, atau
pemeriksaan iskemia non-invasive.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
Terapi Farmakologi
Anti iskemia
- Beta Blocker
- Nitrat Blok reseptor beta-1
- Calcim konsumsi oksigen
Channel mikoard menurun
Blocker (CCB)
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
Antiplatelet
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
Penghambat Abciximab
Reseptor Glikoprotein Tirofiban
Eptifibatide
IIb/IIIa
• Penghambat reseptor glikoprotein Iib/IIIa dapat diberikan pada pasien IKP yang telah
mendapatkan DAPT dengan risiko tinggi (ada peningkatan troponin dan thrombus yang
terlihat) apabila risiko perdarahan rendah (Kelas I-B).
• Tidak disarankan diberikan rutin sebelum angiografi atau pada pasien yang mendapatkan
DAPT yang diterapi secara konservatif (Kelas III-A)
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
Antikoagulan
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
Kombinasi Antiplatelet
dan Antikoagulan
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
ANTIKOAGULAN
ANTIPLATELET
FIBRINOLISIS
ACEi (angiotensin converting
enzyme inhibitor) dan ARB
- ACEi mengurangi
(angiotensin II receptor blocker)
remodeling dan menurunkan
angka mortalitas paska
infark miokard yang disertai
gang fungsi sistolik dengan
atau tanpa gejala klinis
gagal jantung
- Pasien dengan fraksi ejeksi
< 40%, diabetes, hipertensi,
penyakit ginjal kronik
diindikasikan menggunakan
ACEi untuk jangka panjang
ARB alternatif pada pasien yang kecuali ada kontraindikasi.
intoleran terhadap ACEi.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
Statin
Tanpa melihat nilai awal LDL dan tanpa pertimbangan modifikasi diet, statin
perlu diberikan pada semua pasien NSTE-ACS termasuk yang telah
menjalani revaskularisasi kecuali ada kontraindikasi
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi IV. Jakarta : PERKI
TERIMA KASIH