Anda di halaman 1dari 4

KOMPLIKASI

Golongan azoles sangat mempengaruhi aktivitas enzim sitokrom P450 (misalnya,


CYP3A4), yang dapat menyebabkan interaksi obat-obat yang cukup besar (Dvorak, 2011).
Therapeutic drug monitoring (TDM) dapat membantu dalam mendeteksi konsentrasi obat
subterapeutik karena malabsorpsi dan interaksi obat-obat serta dalam mengoptimalkan
aturan dosis individu. Pemantauan pengobatan dan follow-up pasien sangat penting untuk
mendeteksi efek samping antijamur, interaksi obat-obat, kegagalan pengobatan, dan gejala
sisa paru. Gejala sisa jangka panjang seperti aspergillosis paru kronis harus
dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan kavitas parenkim paru (Salzer et al., 2017).
Gejala dapat bertahan selama beberapa bulan dan tes fungsi paru-paru (biasanya
menunjukkan pola obstruktif) dapat membantu memantau perjalanan penyakit.
Mikosis dapat menyebabkan komplikasi yang berbeda-beda, tergantung jenis dan
lokasinya. Mikosis organ dalam dapat menyebar ke aliran darah dan memburuk seiring
waktu. Jika tidak ditangani, infeksi jamur tersebut dapat menyebabkan kegagalan fungsi
berbagai organ. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi karena mikosis paru yang tidak
tertangani dengan baik, yaitu (Denning & Cadranel, 2016) :
 Penyebaran infeksi jamur ke organ lain seperti otak, meningen, kulit, hati, ginjal, kelenjar
adrenal, jantung, mata, lien.
 Gagal napas progresif.
 Fungemia sistemik dan syok sepsis.
 Invasi pada pembuluh darah menyebabkan hemoptisis masif, infark paru, infark miokard,
infark/ emboli serebral.
 Kompleks rheumatologis/ perikarditis terkait dengan pneumonia jamur endemik.
 Terbentuknya kavitasi paru.
 Perkembangan misetoma di rongga paru-paru.
 Kerusakan paru yang dapat menyebabkan terbentuknya fistula bronkopleural atau fistula
trakeo-esofagus, fibrosis mediastinum, kalsifikasi pada paru, gejala paru kronis.
 Reaksi imunologis terhadap antigen jamur.
 Endokarditis jamur.

PROGNOSIS
Prognosis dari mikosis paru sangat bervariasi dalam kasus infeksi oportunistik, tergantung
pada jenis jamur penyebab infeksi dan derajat immunocompromised dari pasien,
komorbiditas dan kecepatan diagnosis infeksi jamur paru. Mortalitas keseluruhan kasus
relatif tinggi (mungkin >50% pada pasien immunocompromised). Kematian untuk mikosis
paru yang disebabkan oleh histoplasmosis diseminata yang tidak diobati adalah 80%,
berkurang menjadi 25% dengan pengobatan (Kauffman, 2007). Aspergillosis dan
mucormycosis memiliki tingkat kematian 50-85% pada penerima transplantasi, terutama
setelah transplantasi sumsum tulang (Singh & Paterson, 2005). Coccidioidomycosis
memiliki tingkat kematian setinggi 70% pada pasien dengan AIDS (Ramos et al., 2012).

PENCEGAHAN

Pencegahan dapat menggunakan masker dan pakaian pelindung untuk mengurangi


kontak dengan spora. Menghindari perjalanan dan paparan di daerah endemis. Imunisasi
biasanya tidak efektif. Pasien yang menjalani transplantasi sumsum tulang atau periode
neutropenia berkepanjangan disarankan untuk menghindari kegiatan (misalnya, berkebun,
membersihkan, mengagitasi puing-puing) atau benda (misalnya, tanaman pot, bunga, buah-
buahan segar, sayuran) yang mungkin dapat menyebabkan paparan spora Aspergillus atau
jamur lain. Untuk pasien yang menjalani transplantasi sumsum tulang, transplantasi organ
padat, atau kemoterapi antileukemia, gunakan sistem filtrasi udara di unit perawatan untuk
meminimalkan risiko pasien terkena spora Aspergillus. Penggunaan terapi antijamur
profilaksis pada pasien yang berisiko tinggi untuk infeksi jamur oportunistik, termasuk pasien
dengan riwayat infeksi jamur. Dalam sebuah penelitian, posaconazole terbukti lebih unggul
dalam mengurangi kejadian flukonazol aspergillosis invasif ( 1 % vs 5,9 % ) pada penerima
transplantasi alogenik hematopoietik stem sel (Hamza et al., 2004; Cornely et al., 2007).

Untuk mencegah terjadinya infeksi jamur, cara yang paling tepat adalah dengan
memastikan bahwa tubuh dan lingkungan tempat tinggal terbebas dari pertumbuhan jamur.
Jamur senang tumbuh di lingkungan dan bagian tubuh yang lembab. Oleh karena itu
beberapa langkah di bawah ini dapat mencegah mikosis akibat tubuh yang lembab, di
antaranya (Cornely et al., 2007) :

 Hindari menggunakan pakaian yang ketat.


 Hindari penggunaan pakaian secara berulang, termasuk pakaian dalam.
 Saat pakaian sudah basah akibat keringat, segera ganti dengan pakaian yang kering.
 Selalu gunakan kaus kaki yang kering dan bersih.
 Kebersihan sepatu perlu diperhatikan dengan mencucinya secara rutin. Karena beberapa
jenis mikosis dapat ditularkan, sebaiknya jangan gunakan barang-barang pribadi, seperti
handuk dan sisir, bersama-sama dengan orang lain.
 Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter juga dapat menjadi salah satu langkah
pencegahan yang tepat bagi seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah
untuk menghindari terjadinya mikosis.
DAFTAR PUSTAKA

Hamza NS, Ghannoum MA, Lazarus HM. Choices aplenty: antifungal prophylaxis in
hematopoietic stem cell transplant recipients. Bone Marrow Transplant. Sep
2004;34(5):377-89.

Cornely OA, Maertens J, Winston DJ, Perfect J, Ullmann AJ, Walsh TJ, et al. Posaconazole
vs. fluconazole or itraconazole prophylaxis in patients with neutropenia. N Engl J Med.
Jan 25 2007;356(4):348-59.

Dvorak Z: Drug-drug interactions by azole antifungals: beyond a dogma of CYP3A4 enzyme


activity inhibition. Toxicol lett 2011; 202: 129-132

Salzer HJ, Heyckendorf J, Kalsdorf B, Rolling T, Lange C: Characterization of patients with


chronic pulmonary aspergillosis according to the new ESCMID/ERS/ECMM and IDSA
guidelines. Mycoses 2017; 60: 136-142

Kauffman CA; Histoplasmosis: a clinical and laboratory update. Clin Microbiol Rev. 2007
Jan20(1):115-32

Ramos-e-Silva M, Lima CM, Schechtman RC, et al; Systemic mycoses in immunodepressed


patients (AIDS). Clin Dermatol. 2012 Nov-Dec30(6):616-27. doi:
10.1016/j.clindermatol.2012.01.008.

Singh N, Paterson DL; Aspergillus infections in transplant recipients. Clin Microbiol


Rev. 2005 Jan18(1):44-69.

Denning DW, Cadranel J, Beigelman-Aubry C, et al ; Chronic pulmonary aspergillosis:


rationale and clinical guidelines for diagnosis and management. Eur Respir J.
2016 Jan47(1): 45-68. Doi: 10.1183/13993003.00583-2015

Latge JP, Chamilos G; Aspergillus fumigatus and Aspergillosis in 2019. Clin Microbiol
Rev. 2019 Nov 1333(1). pii: 33/1/e00140-18. doi: 10.1128/CMR.00140-18.
Print 2019 Dec 18.

Anda mungkin juga menyukai