K E L O M P O K 11
ANGGUN PUTRI MAULANA AHMAD
I R M A T R I A N WA R I Z A F R E D E L A
R I Z K A M A R ’ AT U S S H O L I H A H
N I L A A I S YA H WA H Y U N I
H A N I F D E VA R A A M A L H . T.
DEFINISI
PERKI, 2020
KLASIFIKASI
Gagal jantung dengan Gagal jantung dengan
penurunan fungsi sistolik gangguan fungsi diastolik saja
(fraksi ejeksi) namun fungsi sistolik (fraksi
ejeksi) yang normal
PERKI, 2020
CLASSIFICATION OF PHYSICAL ACTIVITY: BASED ON
METABOLIC EQUIVALENT OF TASK (MET)
CLASS I CLASS II CLASS III CLASS IV
Can Can Can Cannot do
complete complete complete or cannot
any activity any activity any activity complete
requiring: requiring requiring any activity
≤ 7 MET ≤ 5 MET ≤ 2 MET: requiring ≥ 2
MET
https://www.msdmanuals.com/professional/multimedia/table/v936085
Gi-Byoung Nam, MDExercise, Heart and Health(Korean Circ J 2011;41:113-121)
EPIDEMIOLOGI
ESC,2021, WHO
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI Stroke volume: Jumlah darah yg dipompa tiap kontraksi
jantung
Faktor yg mempengaruhi stroke volume:
1. Preload
2. Kontraktilitas
3. Afterload
Mekanisme Frank-
Remodeling Ventrikel
Starling
Aktivasi Neurohormonal
~ Laplace Law
Mekanisme Frank- Regangan dinding jantung = Afterload x diameter dinding jantung
Starling 2 x tebal dinding jantung
Pe↑ diameter / ukuran ventrikel kiri tekanan ventrikel kiri makin besar
regangan dinding ventrikel kiri semakin besar
Aktivasi Neurohormonal
Proses Remodeling
Remodeling Ventrikel
Ukuran, komposisi, volume ventrikel berubah
Fraksi ejeksi ↓
DIAGNOSIS HEART FAILURE (ESC & FRAMINGHAM)
KRITERIA MAYOR KRITERIA MINOR
ESC, 2021
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ESC, 2021
PEMERIKSAAN PENUNJANG HEART FAILURE
EKG
Abnormalitas EKG
spesifisitas rendah & nilai
prediktif kecil
Chest X-Ray
(Foto Thorax)
Peptida Natriuretik
BNP (B type Natriuretic Peptide)
NT-proBNP (N-terminal pro B type Natriuretic Peptide)
Troponin I/T
Natriuretic Peptide (NP) Troponin I atau T
HFREF HFPEF
Fraksi Ejeksi < 40% Fraksi Ejeksi >45-50%
ECHOCARDIOGRAPHY
Transesophageal Echocardiography Stress Echocardiography /
Ekokardiografi dengan Beban
Dobutamin atau latihan
Direkomendasikan pada :
ekokardiografi transtorakal tidak adekuat (ex:
obese, px dengan ventilator)
Kelainan katup
Susp. Diseksi aorta
Endocarditis
PJB
Eksklusi intracavitary trombus pada pasien AF
ALGORITMA DIAGNOSIS
HEART FAILURE
PERKI, 2020
DIAGNOSIS BANDING
Exacerbated pulmonary disease
Pneumonia
Pulmonary embolism
Pneumothorax
Acute respiratory distress syndrome
Severe anemia
Hyperventilation (metabolic acidosis)
Sepsis/septic shock
Redistributive/hypovolemic shock
Terapi Farmakologi
Terapi Nonfarmakologi
Tujuan Terapi Farmakologis
3 tujuan utama pengobatan pasien dgn HFrEF & harus diterapkan sebelum
melakukan terapi invasive dan dengan terapi nonfarmakologis:
1. Penurunan angka kematian
2. Pencegahan rawat inap berulang karena perburukan gagal jantung
3. Peningkatan status klinis, kapasitas fungsional, dan kualitas hidup.
TERAPI FARMAKOLOGI
Angiotensin receptor-neprilysin inhibitor
ACE inhibitor (ARNI)= Sacubitril/ Valsartan
Indikasi pemberian ACE-I
• LVEF ≤45% tanpa gejala dan tanda Indikasi:
• LVEF 41-49% dengan gejala dan tanda HF • LVEF ≤45% tanpa
dengan peningkatan BNP/NTProBNP gejala dan tanda
serta bukti perubahan structural jantung • LVEF 41-49%
• LVEF>49% dengan hipertensi dan/atau dengan gejala
CAD dan tanda HF
dengan
peningkatan
BNP/NTProBNP
serta bukti
perubahan
structural
jantung
Tatalaksana Pre-konsepsi , obat2an HF dapat • Gejala ringan-
membahayakan fetus sehingga ACE-Is, ARBs, ARNI, MRAs, berat (NYHA II-
ivabradine, and SGLT2 inhibitors harus di STOP IV)
Tujuan terapi :
Taat berobat pengaruh ke morbiditas,
mortalitas dan kualitas hidup pasien
INOTROPIK
ATAU
VASOKONSTRIKTOR
Catatan:
Naikkan dulu baru ke arah
kiri
https://www.grepmed.com/images/4159/chf-forrester-diagnosis-table-
classification
TATALAKSANA CHF
Saat ini masih belum ada obat yang dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas
pasien HFpEF.
Risiko rawat inap akibat gagal jantung dapat diturunkan dengan konsumsi obat
Candesartan dan spironolactone. Juga bisa dengan Sacubitril/valsartan.
Kebanyakan pasien HFpEF dengan Hipertensi dan/atau CAD diterapi dengan
ACE-I/ARB, beta blocker, atau MRA
Untuk mengurangi gejala kongesti dapat diberikan loop diuretic disertai dengan
peningkatan aktivitas dan menurunkan BB pada pasien obesitas
Tatalaksana HFpEF
IDENTIFIKASI PENYEBAB /
PRESIPITAN AHF
S H A M E
C H A M P I T
MANAJEMEN TATA LAKSANA DIURETIK PADA ACUTE HEART FAILURE
(AHF)
ESC, 2021
MANAGEMENT ACUTE HEART FAILURE (AHF) BASED ON: ESC,2021
MANAGEMENT OF PATIENTS W/ ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE (ADHF):
•
MANAGEMENT OF PATIENTS W/ ISOLATED RIGHT VENTRICULAR FAILURE:
Hipertensi
Stroke
Komorbid Non-Cardiovaskuler
Atrial fibrilasi
- Indikasi terapi alat pacu jantung tidak berbeda pada pasien dengan gagal jantung dengan penyakit CV
lainnya.
- Banyak bukti bahwa pemacuan RV mungkin memiliki efek buruk pada fungsi sistolik LV, dalam jangka
panjang ke gagal jantung
- Pasien dengan HFrEF yang membutuhkan pemacuan ventrikel yang sering, misal dengan AV blok atau
AF lambat, dan yang memiliki disfungsi sistolik Cardiac Resynchronization Therapy (CRT) daripada
alat pacu jantung standar untuk menghindari hasil yang merugikan, seperti dalam percobaan BLOCK-
HF (Biventrikular versus Pacu Ventrikel Kanan pada Pasien Gagal Jantung dengan Blok
Atrioventrikular).
- Pencarian alternatif yang lebih fisiologis untuk pemacuan RV, pemacuan fisiologis semakin diadopsi.
Dalam perbandingan non-acak dari 304 pasien berturut-turut dengan pemacuan bundle his dan 433
pasien berturut-turut dengan pemacuan RV, kelompok sebelumnya memiliki lebih sedikit gagal
jantung rawat inap dan tren penurunan mortalitas.
- Teknik menjanjikan, namun lebih banyak data diperlukan untuk konfirmasi peran.
Sindrom koroner kronis
Aortic stenosis may cause or worsen HF by increasing LV afterload and causing LV hypertrophy and remodelling.
When HF symptoms occur in patients with severe aortic stenosis, prognosis is extremely poor.
An aortic valve intervention is recommended in patients with HF symptoms and severe, high-gradient aortic stenosis,
regardless of LVEF.
Dengan adanya kecurigaan gejala dan derajat tinggi yang parah stenosis aorta (area katup <_1 cm2, gradien rata-
rata >_40 mmHg), penyebab lain yang menyebabkan highflow status harus disingkirkan dan dikoreksi (yaitu anemia,
hipertiroidisme, pirau arteriovenosa) sebelum melanjutkan ke intervensi katup aorta.
Intervensi direkomendasikan pada pasien dengan harapan hidup> 1 tahun, menghindari treatment yang tidak perlu.
Implantasi katup aorta transcatheter (TAVI) telah terbukti tidak kalah dengan penggantian katup aorta bedah (SAVR)
dalam mengurangi kejadian klinis (termasuk mortalitas dan stroke yang melumpuhkan) pada pasien dengan risiko
tinggi dan menengah untuk pembedahan.
SAVR direkomendasikan pada pasien berusia <75 tahun dan dengan risiko bedah rendah (skor STS-PROM atau
EuroSCORE II <4%),
TAVI direkomendasikan pada mereka yang berusia >75 tahun atau dengan risiko bedah tinggi/terbatas (skor STS-
PROM atau EuroSCORE II >8%
Tatalaksana pasien dengan stenosis
aorta derajat rendah aliran rendah
AORTIC REGURGITATION
- Kejadian stroke me↑ dalam 30 hari pertama setelah diagnosis gagal jantung atau
episode dekompensasi gagal jantung, dan me↓ dlm 6 bulan pertama setelah kejadian
akut.
- Pasien dengan gagal jantung dan AF bersamaan, termasuk AF paroksismal, memiliki skor
CHA2DS2-VASc minimal 1 indikasi untuk diberikan antikoagulasi.
- Indikasi strategi antitrombotik pada pasien dengan gagal jantung dan SR masih
kontroversial.
- Percobaan Warfarin dan Aspirin in Reduced Cardiac Ejection Fraction (WARCEF):
warfarin mengurangi stroke iskemik dibandingkan dengan aspirin, tetapi ↑ perdarahan
besar & tidak mempengaruhi titik akhir primer stroke iskemik, perdarahan
intraserebral, atau kematian.
- Pertimbangkan antikoagulasi untuk pasien dengan trombus intraventrikular yang terlihat
atau dengan risiko trombotik tinggi (memiliki riwayat emboli perifer, beberapa pasien
dengan PPCM atau non-pemadatan LV (LVNC))
Komorbiditas Non-Kardiovaskuler
1. Diabetes Mellitus
ACE-I/ARB/ARNI, Penyekat 8 direkomendasikan pada pasien diabetes dengan
gagal jantung untuk me↓ mortalitas, dan rehospitalisasi
MRA, direkomendasikan pada pasien diabetes dan gagal jantung, yang telah
mendapat ACE-I/ ARB/ARNI, penyekat 8 yang masih dengan NYHA II-IV untuk
me↓ risiko perburukan gagal jantung dan rehospitalisasi
Tiazolidinedion harus dihindari pada pasien diabetes dengan gagal jantung,
karena akan menyebabakan retensi cairan
Metformin direkomendasikan sebagai terapi lini pertama pada pasien gagal
jantung dengan fungsi ginjal yang normal dan fungsi ginjal harus dievaluasi
secara berkala; tetapi harus dihindari pada pasien gagal jantung yang tidak
stabil atau yang dirawat
SGLT2, direkomendasikan untuk mengurangi kejadian gagal jantung dan
hipervolumia pada penderita DMT2.
2. Disfungsi Ginjal dan Sindrom Kardiorenal
ACE-I/ARB/ARNI, MRA biasanya menyebabkan penurunan ringan laju filtrasi
glomerulus, namun jangan dijadikan alasan penghentian terapi obat-obat,
kecuali terjadi penurunan yang sangat signifikan
Bila penurunan laju filtrasi glomerulus signifikan, maka harus pikirkan adanya
stenosis arteri renalis.
Hipotensi, hiponatremia, dan dehidrasi penurunan fungsi ginjal. Hal lain yang
juga dapat menurunkan fungsi ginjal, yang kurang dipahami: hipervolume,
gagal jantung kanan dan kongesti vena ginjal.
Obat-obatan yag dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal: NSAID, beberapa
antibiotik (gentamicin, trimethoprim), digoxin, dan thiazide.
3. ADB
Defisiensi besi disfungsi muskular dan anemia pada gagal jantung.
Beberapa studi: terapi dengan stimulan eritropoetin memberikan perbaikan
status fungsional pasien, akan tetapi masih dalam penelitian lebih lanjut.
4. PPOK
PPOK dan asma kesulitan dalam mendiagnosa gagal jantung terutama
pada HFpEF dan berhubungan erat dengan prognosis dan status fungsional
yang lebih buruk.
Penyekat 8 kontraindikasi pada asma sedang-berat tetapi tidak pada
PPOK.
Penyekat 8 selektif (bisoprolol, metoprolol, nebivolol) lebih dianjurkan.
Kortikosteroid oral retensi natrium dan cairan memperburuk gagal
jantung, tetapi tidak terjadi pada pemberian secara inhalasi.
5. Hiperlipidemia
Peningkatan LDL jarang terjadi pada HFREF. Pasien HFREF lanjut, biasanya
memiliki kadar LDL sangat rendah berhubungan dengan prognosis yang lebih
buruk.
6. Hiperurisemia
Hiperurisemia dan gout sering terjadi pada gagal jantung, umumnya
disebabkan pemberian diuretik yang berlebihan.
Prognosis lebih buruk pada HFrEF.
Allopurinol dapat digunakan untuk pencegahan gout (tingkat keamanan
belum jelas).
Gout simtomatik: pemberian kolkisin lebih baik daripada NSAID, tetapi pada
pasien dengan gangguan ginjal harus berhati-hati, dapat menyebabkan diare.
Kortikosteroid intra-articular: alternatif, tetapi pemberian secara sistemik
tidak dianjurkan karena dapat menyebakan retensi garam dan cairan.
7. Kanker
Beberapa obat kemoterapi (antrasiklin dan trastuzumab): menyebabkan
atau memperburuk disfungsi ventrikel kiri dan gagal jantung.
Dexrazoxane: memberikan proteksi jantung bagi pasien yang menerima
terapi antrasiklin.
Pasien kemoterapi yang mengalami gagal jantung hentikan kemoterapi,
beri terapi standar gagal jantung.
8. Disfungsi erektil
Pemberian penghambat fosfordiesterase V (sildenafil) bukan merupakan
kontraindikasi, kecuali pada pasien yang mendapat nitrat rutin. Obat
fosfordiestrase V memiliki efek hemodinamik yang menguntungkan bagi
pasien HFrEF, namun hati – hati pada HFpEF karena dapat
menyebabkan gangguan LVOT (Left Ventricle Outflow Tract).
HF PADA KONDISI KHUSUS
Kehamilan
Kardiomiopati
Miokarditis
Amiloidosis
a. HF before b. HF during
pregnancy pregnancy
Alur Manajemen HF (pada
Kehamilan)
Kardiomiopati Diagnosis Awal pada Pasien yang
Curiga Kardiomiopati
1. Anamnesis
2. Laboratorium
3. EKG 12 lead dan ekokardiografi
4. Angiografi coroner
5. MRI jantung
6. Konseling genetic
7. Pemantauan EKG rawat jalan
selama 24 atau 48 jam
Left Ventricular Non-Compaction (LVNC)
-CMP kongenital yang sangat langka ditandai dgn trabekulasi endomyocardial yang
meningkat jumlahnya & menonjol.
-Disebabkan mutasi pd gen MYH7 atau MYBPC3
-Pada pasien dengan LVNC, sering ditemukan pada keluarganya dgn HCM dan DCM
Penyakit Atrial
Kelebihan zat besi baik dari peningkatan penyerapan zat besi usus (secara genetik)
dalam konteks hemochromatosis herediter atau dari beberapa transfusi darah untuk
pengelolaan kondisi hematologis seperti beta-thalassemia (kelebihan zat besi
sekunder).
Pencegahan IOCM berhasil dilakukan dengan iron chelators, termasuk deferoxamine,
deferiprone, dan deferasirox
Adult congenital heart disease (ACHD)