Anda di halaman 1dari 4

TATALAKSANA TB dengan komplikasi efusi pleura

Pengobatan TB dengan komplikasi efusi pleura sama dengan pengobatan TB paru dengan paduan
2RHZE/4RH. Evakuasi cairan seoptimal mungkin dilakukan sesuai keadaan pasien.

Tahapan pengobatan TB terdiri dari 2 tahap, yaitu :

a. Tahap awal

Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan
untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien
mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan
selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit,
daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu pertama (Kemenkes
RI, 2019).

Pada fase intensif pasien diberikan kombinasi 4 obat berupa Rifampisin (R), Isoniazid (H),
Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) selama 2 bulan. Untuk menunjang kepatuhan berobat, paduan
OAT lini pertama telah dikombinasikan dalam obat Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Satu tablet
KDT RHZE untuk fase intensif berisi Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg,
dan Etambutol 275 mg. Jumlah tablet KDT yang diberikan dapat disesuaikan dengan berat badan
pasien. Secara ringkas perhitungan dosis pengobatan TB menggunakan OAT KDT dapat dilihat
pada Tabel 2 (PDPI, 2021).

b. Tahap lanjutan

Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam
tubuh, khususnya kuman persisten sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan. Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan. Pada fase lanjutan seharusnya obat diberikan
setiap hari (Kemenkes RI, 2019). Pada fase lanjutan pemberian obat yaitu Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) selama 4 bulan. Paduan OAT fase lanjutan telah dikombinasikan dalam KDT RH
yang berisi Rifampisin 150 mg + Isoniazid 75 mg diberikan setiap hari. Jumlah tablet KDT yang
diberikan dapat disesuaikan dengan berat badan pasien. Secara ringkas perhitungan dosis
pengobatan TB menggunakan OAT KDT dapat dilihat pada Tabel 2 (PDPI, 2021).
Tabel 1. Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa

Tabel 2. Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa menggunakan tablet kombinasi
dosis tetap (KDT)

Tatalaksana efusi pleura

Drainase terapeutik untuk efusi pleura diperlukan hanya jika pasien mengalami gangguan
pernapasan. Sesak napas pada efusi pleura terutama disebabkan oleh gerakan paradoks dari
hemidiafragma terbalik. Secara klinis, inversi diafragma menghasilkan gerakan paradoks pada sisi
yang terkena. Kapasitas vital dan ventilasi alveolus berkurang, dengan akibat hipoksemia dan dispnea.

Drainase atau thoracocentesis dapat dilakukan dengan jarum, selang interkostal atau kateter
pigtail. Secara tradisional, drainase menggunakan jarum atau selang melekat pada saluran
pembuangan bawah air yang terdiri dari unit kaca yang dapat digunakan kembali. Namun dapat
digantikan menggunakan urobag/urosac sebagai kantong pengumpul cairan pleura yang murah dan
mudah didapatkan (Karkhanis & Joshi, 2012).

Studi terdahulu menunjukkan bahwa hasil thoracocentesis yaitu terdapat pengurangan ukuran
cavum toraks, yang memungkinkan otot-otot inspirasi untuk beroperasi pada bagian yang lebih
menguntungkan dari kurva panjang-tegangan mereka. Studi lain menunjukkan perbaikan pertukaran
gas sebagai akibat dari peningkatan rasio ventilasi-perfusi karena peningkatan ventilasi bagian paru-
paru yang sebelumnya berventilasi buruk tetapi perfusi (Karkhanis & Joshi, 2012).

Pengeloalaan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan untuk mengobati penyakit dasar dan
pengosongan cairan (thorakosentesis). Indikasi untuk melakukan thorakosentesis adalah
(Keperawatan, 2014):

a. Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleura.
b. Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal.
c. Bila terjadi reakumulasi cairan.

Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari 1000 cc, karena pengambilan cairan
pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan edema paru yang
ditandai yang ditandai denghan batuk dan sesak. Kerugian thorakosentesis (Keperawatan, 2014):

a. Dapat menyebabkan kehilangan protein yang berbeda dalam cairan pleura.


b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c. Dapat terjadi pneumothoraks

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Tuberkulosis. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Tuberkulosis. Pusat Data dan Informasi Kesehat RI.
2018;2(1):3–4.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) (2021) Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan diIndonesia. Jakarta: PDPI.
Keperawatan, A. 2014. Kumpulan Asuhan Keperawatan (Askep Efusi Pleura). BUKU
DIGITAL KEPERAWATAN KEPERAWATAN.

Karkhanis, V. S., & Joshi, J. M. 2012. Efusi pleura: Diagnosis, pengobatan, dan manajemen.
Pengobatan Darurat Akses Terbuka, 4, 31–52. https://doi.org/10.2147/OAEM.S29942

Anda mungkin juga menyukai