Anda di halaman 1dari 28

PERATURAN

KETENAGAKERJAAN

10 Oktober 2012
OUTSOURCING

 Dasar Hukum: Pasal 64, 65, 66 UU No. 13 tahun 2003 tentang


KetenagaKerjaan
 Definisi:
– Pasal 64 :
"Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara
tertulis“.

Formulir Outsourcing
PRO KONTRA OS
1. Putusan Mahkamah Konstitusi No.27/PUU-IX/2011
– Dikabulkannya permohonan gugatan Asosiasi Petugas Pencatat dan
Pembaca Meter Listrik (AP3ML) : perusahaan penyedia jasa OS harus
memberikan perlindungan dan syarat-syarat kerja kepada pekerjanya
sekurang-kurangnya sama dengan pekerja di perusahaan pengguna
jasa OS
– Berdasarkan keputusan ini berarti praktek penggunaan OS masih legal

2. Maraknya group pressure (LSM dan serikat pekerja) berupa demo untuk
menghapuskan sistem OS

3. SP menganggap praktek penggunaan OS di perusahaan dan vendor banyak


melanggar ketentuan, terutama menyangkut :
− Pekerjaan core dan non-core
− Waktu masa kerja tenaga OS

4. Isu OS menjadi isu politis dan menjadi sarana perebutan pengaruh untuk
mencari keanggotaan dengan tujuan memperkuat financial organisasi SP, serta
sarana bargaining power politik para pimpinan SP
DASAR HUKUM HUBUNGAN KERJA:
PKWTT & PKWT
Pasal 50 UU 13 Tahun 2003
1.PKWTT: Perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja yang mengarah
kepada status pekerjaannya yang tetap atau terus menerus.

2.PKWT: Perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian kerja yang mengarah pada
waktu dan pekerjaan tertentu;
- Yang perjanjiannya langsung ke perusahaan pemberi kerja
- Yang perjanjiannya melalui pihak ketiga (outsourcing)
- Harian lepas: pekerja yg bekerja utk melakukan suatu pekerjaan
tertentu dan dapat berubah-ubah dlm waktu maupun volume pekerjaan
dengan menerima upah yg didasarkan atas kehadiran pekerja secara
harian.
(tidak lebih 3 bulan; dan dalam sebulan tidak lebih 20 hari kerja).
PENJELASAN STATUS
HUBUNGAN KERJA – NORMATIF (1)
Pengalihan pihak
No. Perihal PKWTT (KT) PKWT (Non KT) ketiga
(Outsourcing)
1. Para pihak Perusahaan dan Perusahaan dan Perusahaan
perorangan perorangan dengan
perusahaan
penyedia jasa

2. Jenis pekerjaan Semua jenis Semua jenis Jenis pekerjaan


pekerjaan inti dan pekerjaan: yang sifatnya
pendukung - Sekali selesai pendukung dari
/sementara pekerjaan inti
- Pekerjaan
maksimum 3
tahun
- Musiman
- Produk baru
(Ps 59 UU
13/2003)
PENJELASAN STATUS
HUBUNGAN KERJA – NORMATIF (2)
Pengalihan pihak
No Perihal PKWTT ( KT ) PKWT ( Non KT ) ketiga
( Outsourcing )

3. Jangka waktu Tidak terbatas Terbatas , paling lama 2 - Perjanjian


perjanjian tahun & dapat kerjasama dengan
diperpanjang maksimal vendor sesuai
1 tahun, dapat kesepakatan
diperbaharui maksimal - Perjanjian vendor
2 tahun dengan masa dengan
jeda 1 bulan karyawannya
sama dengan
PKWT

4. Masa Dapat Tidak dapat Sama dengan


percobaan mensyaratkan mensyaratkan adanya PKWT
masa percobaan 3 masa percobaan
bulan
GAMBARAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
KEBERADAAN SP
Sebagai gambaran bahwa dalam hubungan industrial keberadaan SP (baik
mandiri maupun luar) adalah sah :

Pengusaha Pekerja

SP – Federasi* -
Asosiasi / Pekerja Apindo
Konfederasi**

Level Company Perusahaan SP/SPTP

Level Karyawan Pekerja Pekerja

*Federasi SP = min. 5 SP
**Konfederasi = min. 3 Federasi SP
ISU-ISU KETENAGAKERJAAN

 Isu-isu ketenagakerjaan yang dapat digunakan sebagai sarana perjuangan dan


dimanfaatkan oleh SP:
− Pengupahan : upah minimum dan skala upah
− Pembentukan SP
− Tenaga alih daya (Outsourcing)
− Pekerjaan core dan non core
− Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
− Keberhasilan SP dalam memperjuangkan hak-hak pekerja
− Pelanggaran normatif ketenagakerjaan
− PP dan PKB
− Union busting
− Perbedaan kesejahteraan karyawan OS dan non OS
− Keselamatan kerja
− Masalah performance perusahaan
ISU-ISU KETENAGAKERJAAN

 Isu-isu ketenagakerjaan di Hotel :


- Pengelolaan service charge dan pembagiannya
- Penggunaan bentuk PKWT di core business
- Perhitungan overtime/ lembur
PEKERJA HARIAN LEPAS

Jenis Pekerjaan :
- Pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam
hal waktu dan volume pekerjaan serta upah di dasarkan
pada kehadiran.

Waktu Bekerja :
- Kurang dari 21 hari dalam satu bulan
- Apabila bekerja 21 hari atau lebih selama 3 bulan berturut-
turut atau lebih maka akan berubah menjadi PKWT
PEMAGANGAN Permenaker No. 22/men/IX/209

Pasal 4 : Jumlah peserta magang paling banyak 30 %


dari jumlah karyawan

Pasal 5 : 1. Peserta magang di dalam negeri :


a. Pencari Kerja
b. Siswa LPK
c. Tenaga kerja yang akan ditingkatkan potensinya

2. Syarat-syarat
a. Usia minimal 18 th
b. Memiliki bakat, minat, & memenuhi persyaratan yang sesuai
pemagangan
c. Menandatangani perjanjian pemagangan

Jangka waktu :
- Paling lama 1 ( satu ) tahun ( pasal 7 : 4)
PERJANJIAN MAGANG :

Perjanjian magang harus tertulis (Pasal 11 ayat 1) dan memuat (Pasal 2) :


a. Hak dan kewajiban peserta
b. Hak dan kewajiban penyelenggara program
c. Jenis program dan kejuruan

Hak & Kewajiban


Hak (Pasal 15):
a. Memperoleh fasilitas keselamatan & kesehatan kerja peserta magang

b. memperoleh uang saku dan uang transport


c. Memperoleh perlindungan dalam bentuk jaminan kecelakaan kerja
dan kematian
d. Memperoleh sertifikat pemagangan apabila di nyatakan lulus

Kewajiban (Pasal 16) :


a. Mentaati perjanjian pemagangan
b. Mengikuti program pemagangan sampai selesai
c. Mentaati tata tertib yang berlaku di perusahaan
d. Menjaga nama baik perusahaan
KEWAJIBAN HOTEL:

a. Membimbing peserta magang sesuai program


b. Memenuhi hak peserta magang sesuai perjanjian
c. Menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan pesyaratan K3
d. Memberikan perlindungan dalam bentuk asuransi tenaga kerja
e. Memberikan uang saku dan/ atau uang transport
f. Mengevaluasi peserta pemagangan
g. Memberikan sertifikat pemagangan bagi yang lulus
MODEL KOMUNIKASI
KEKARYAWANAN

1. Bentuk kelembagaan:
a. LKS Bipartit: Forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari
pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat di instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh (Pasal 1
Kepmen Nomer 255/MEN/2003
b. SPTP: Serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh di
satu perusahaan atau di beberapa perusahaan (Pasal 1 UU 21 Tahun 2000)
c. Forum Komunikasi Karyawan : suatu wadah pertemuan dialogis anatara wakil
perusahaan dan wakil karyawan yang bersifat internal dan bukan merupakan
organisasi kemasyarakatan maupun organisasi sosial politik.
Contoh: FKK, PKK, DK

2. Masih adanya gap komunikasi antara atasan sebagai karyawan organik dan
bawahan sebagai tenaga OS.
REKOMENDASI – POLICY UMUM

1. Mengefektifkan komunikasi karyawan melalui:


 Forum Komunikasi Karyawan (FKK)
 Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipatrit
PASAL 65 UU 13 TAHUN 2003
• Pasal 65 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Ayat (1): “Penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalu perjanjian pemborongan
pekerjaan yang dibuat secara tertulis”.
• Ayat (2): “Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan dan
d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung”.
• Ayat (3): “Perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berbentuk badan hukum”.
• Ayat (4): “Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sekurangkurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada
perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
• Ayat (5): “Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana diatur pada ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan keputusan menteri”.
• Ayat (6): “Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakannya”.
• Ayat (7): “Hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu
tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59”.
• Ayat (8): “Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), tidak terpenuhi, maka
demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih
menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan”.
• Ayat (9): “Dalam hal hubungan kerja beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(8), maka hubungan kerja pekerja/buruh dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan hubungan kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (7)”
PASAL 66 UU 13 TAHUN 2003

• Pasal 66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,


• Ayat (1): “Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh
pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung
dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi”.
• Ayat (2): “Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh;
b. perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam huruf a adalah
perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh
kedua belah pihak;
c. perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi
tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dan
d. perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan perusahaan lain yang bertindak
sebagai perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini”.
• Ayat (3) Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan hukum dan memiliki ijin
dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan”.
• Ayat (4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf
d serta ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dan
perusahaan pemberi pekerjaan.
PENJELASAN PASAL 66 AYAT 1

• Yang dimaksud kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses
produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan.
• Kegiatan tersebut antara lain: usaha pelayanan kebersihan (cleaning servis), usaha penyediaan
makanan bagi pekerja/buruh (catering), usaha tenaga pengamanan (security/satuan pengamanan),
usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan
pekerja/buruh.
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
UU NO.13 TH. 2003
Pasal 151 :
(2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak
dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan
oleh pengusaha dengan pekerja . Apabila sepakat harus dituangkan dalam
Perjanjian Bersama (PB).

(3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar
tidak menghasilkan persetu-juan, pengusaha hanya dapat memutuskan
hubungan kerja dengan pekerja setelah memperoleh penetapan dari lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Pasal 161 :
(1)Dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama,
pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah kepada
pekerja/buruh yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan
ketiga secara berturut turut.
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
UU NO.13 TH. 2003

Pasal 168 :
(1)Pekerja yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah
dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus
hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri.

Pasal 171 :
Pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 158 ayat (1), Pasal 160 ayat (3), dan Pasal 162, dan
pekerja/buruh yang bersangkutan tidak dapat menerima pemutusan hubungan
kerja tersebut, maka pekerja dapat mengajukan gugatan ke lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam waktu paling lama 1 (satu)
tahun sejak tanggal dilakukan pemutusan hubungan kerjanya.
PEMBAGIAN UANG SERVICE

• Permenaker No. 02/Men/1999


• Definisi :
Uang Service adalah tambahan dari tarif yang sudah ditetapkan sebelumnya
dalam rangka jasa pelayanan pada usaha hotel, restoran dan usaha pariwisata
lainnya (Pasal 1 ayat 5)
• Uang Service merupakan milik dan menjadi bagian pendapatan bagi Pekerja yang
tidak termasuk sebagai komponen upah (Pasal 2 ayat 1)
• Pengumpulan dan pengelolaan administrasi uang service sebelum dibagi,
dilakukan sepenuhnya oleh Penguasaha (Pasal 3) dan dilakukan terpisah dari
operasional Perusahaan (Pasal 4)
• Wajib diumumkan secara tertulis hasil perolehan uang service (Pasal 5)
PENENTUAN PEMBAGIAN UANG SERVICE
(Pasal 8)

• Hotel berbintang 3 ke atas :


a. 5% untuk resiko kehilangan dan kerusakan (lost and breakage)
b. 2% untuk pendayagunaan peningkatan kualitas SDM
c. 93% dibagi habis untuk para pekerja

• Hotel berbintang 2 kebawah, restoran dan usaha pariwisata lainnya


a. 8% untuk resiko kehilangan dan kerusakan (lost and breakage)
b. 2% untuk pendayagunaan peningkatan kualitas SDM
c. 90% dibagi habis untuk para pekerja
CARA PEMBAGIAN UANG SERVICE

• Pembagian diserahkan pelaksanaannya kepada Penguasaha dengan


mempertimbangkan azas pemerataan dan azas senioritas pekerja, yaitu :
separuh dibagi sama besar dan sisanya berdasarkan senioritas atau poin
(Pasal 9)

• Pekerja yang berhak mendapat uang service (Pasal 11) :


a. Pekerja yang telah melewati masa percobaan
b. Pekerja yang terikat pada kesepakatan kerja waktu tertentu
c. Pekerja yang sedang menjalani cuti tahunan, cuti melahirkan atau gugur
kandungan
d. Pekerja yang dengan ijin penguasaha sedang menjalankan tugas negara,
kepramukaan, organisasi pekerja dan atau ibadah keagamaan
e. Pekerja lainnya sesuai kesepakataan antara pengusaha dan pekerja

Pekerja yang putus hubungan kerjanya sebelum saat pembagian yang service
berhak mendapat uang service terakhir secara prorata (Pasal 4)
PENGELOLAAN DANA
PENINGKATAN KUALITAS SDM

• Pengelolaan dana sebesar 2% diserahkan kepada Lembaga kerjasama Bipartit


Perusahaan (Pasal 10 ayat 1) atau wakil pekerja (Pasal 10 ayat 3)

Anda mungkin juga menyukai