Anda di halaman 1dari 18

Chapter 5

The Influence of
Arousal

Why Hot is Much Hotter Than We Realize


Predictably Irrational – Dan
Ariely

Mohammad Muslimin # 12010122410086


Dyorizky Imaduddin Anggara Putra # 12010122410010
Ketika sedang berada dalam kondisi emosional,
seseorang cenderung menunjukkan perilaku
atau mengambil keputusan yang tidak rasional
Takut
Marah
Lapar
Frustasi
Kesal

Sexually Aroused

Kita merasa familiar dengan


perasaan-perasaan ini

Kita menyangka bahwa kita


bisa memprediksi perilaku kita
pada saat berada pada kondisi
tersebut

IS IT TRUE?
Imagine!
You are in the middle of
an aroused state.

Bagaimana menurutmu tentang ini:


a. Apakah menurutmu sepatu itu erotic?
b. Apakah kamu pernah membayangkan tertarik dengan
pasangan yang jauh lebih tua?
c. Apakah kamu menikmati berhubungan dengan
seseorang yang kamu benci?
d. Apakah menyenangkan get tied up or to tie someone?
e. Apakah menggunakan pengaman mengurangi
kenikmatan?
f. Apakah kamu akan mengajak minum teman kencan
untuk meningkatkan kemungkinan dapat berhubungan?
Dan Ariely and George Loewenstein, "The Heat of the Moment: The
Effect of Sexual Arousal on Sexual Decision Making," Journal of
Behavioral Decision Making (2006)

Responden Sesi Penelitian Pertanyaan Hasil

Partisipan: Penelitian terdiri dari dua sesi Pertanyaan terdiri dari 3 Jawaban partisipan di kedua sesi
25 MAHASISWA (random): kategori: sangat berbeda
Di Berkeley a. Kecenderungan untuk
SESI I : partisipan diminta melakukan aktivitas seksual Partisipan gagal memprediksi
Karakter partisipan: membayangkan sedang berada yang tidak biasa perilakunya pada kondisi
Top-level student pada kondisi aroused, lalu b. Kecenderungan melakukan sexually aroused.
Cerdas, baik menjawab beberapa pertanyaan aktivitas yang dipertanyakan
Secara umum tidak “nakal”, melalui computer secara moral untuk Magnitud atau tingkat
rebel, atau berperilaku berisiko mendapatkan kepuasan seksual penyimpangan prediksi dalam
SESI II : partisipan diminta c. Kecenderungan untuk kondisi unaroused dan aroused
menjawab pertanyaan yang melakukan aktivitas seksual sangat besar
sama, namun kali ini dalam yang tidak aman
kondisi aroused
E S
Y
!
AROUSE
D
Setelah benar-benar berada pada
kondisi “heat of the moment”,
konsep mengenai pencegahan,
perlindungan, konservatisme, dan
moralitas lenyap seketika.

Dalam kondisi rasional, berpikir dengan


kepala dingin “cold” dan menggunakan
akal sehat (superego), partisipan
cenderung menghormati perempuan,
tidak tertarik dengan aktivitas seksual
yang tidak biasa, selalu menjunjung
tinggi moral, dan mengira akan selalu
menghindari unsafe sex

UNAROUSE
D
Hasrat untuk melakukan Hasrat untuk melakukan Kecenderungan melakukan
aktivitas seksual yang aktivitas yang tidak bermoral unsafe sex (tidak
tidak biasa menggunakan condom)

136%
lebih tinggi

72%
lebih tinggi 25%
lebih tinggi

Cold Aroused Cold Aroused Cold Aroused


State State State State State State
Experience doesn’t help
Ketidakmampuan kita untuk memahami
diri kita sendiri pada kondisi emosional
yang berbeda tampaknya tidak
membaik dengan pengalaman.

Sejauh mana gairah/rangsangan dapat


menghilangkan akal sehat dan cara
emosi mengendalikan perilaku benar-
benar berada di luar perkiraan.

Meskipun sexual arousal itu sangat familiar,


personal, manusiawi, dan lazim
SISI LAIN
Masing-masing dari kita, tidak memandang seberapa baik
diri kita, tidak bisa memprediksi dengan tepat efek dari
gairah terhadap perilaku kita. Bahkan bagi orang yang
paling cerdas dan rasional sekalipun, dalam panasnya
gairah tampaknya akan menjadi sosok yang sangat berbeda
dari yang bisa ia bayangkan.
(Dan Ariely)
NEWS
Orang-orang baik ini mengasumsikan dirinya
Seorang remaja menembak
temannya sendiri memahami dirinya sendiri, namun ketika berada
dalam panasnya gairah, seketika semuanya berbalik
dan berubah.
Seorang pemuka agama
melakukan tindakan
pelecehan seksual
Menurut istilah Freudian
Seorang tetangga yang baik (Sigmund Freud – penemu
dan ramah menabrakkan psikoanalisis), tiap diri manusia
mobilnya
memiliki sisi gelap yang dapat
lepas kendali dari akal sehat.
Ariely dan Loewenstein
Menyadari bahwa kita dapat
berpendapat bahwa mungkin
mengambil keputusan yang
saja manusia bukanlah sosok
salah pada saat kita
tunggal. Mungkin saja
dicengkeram oleh emosi
sebenarnya manusia adalah
mungkin akan membantu
kumpulan dari banyak
dalam kehidupan sehari-hari.
kepribadian dalam satu
tubuh.
Kegagalan memahami sisi lain dari diri kita akan
membawa kegagalan berulang dalam banyak
aspek kehidupan.
Kita perlu mengeksplor dua sisi kepribadian kita,
memahami “cold state” dan “hot state”.

Untuk dapat mengambil keputusan dengan benar,


kita perlu mengalami dan memahami kondisi
emosional yang mungkin akan kita hadapi. Lalu
mencoba untuk menjembatani gap ini akan
membantu kita dalam mengambil keputusan-
keputusan penting dalam hidup

Cold Hot
state gap state
Menghindar
Mengajarkan anak muda untuk
menghindari “api” gairah sebelum
terjerembab ke dalamnya. Lebih
mudah menghindari godaan
sebelum godaan itu terlalu kuat
untuk dilawan.

Mitigasi
Tindakan yang perlu diambil ketika
passion mulai memanas untuk
“meredam” atau mengurangi risiko
yang ditimbulkan.
Contoh:
 dalam konteks mitigasi penyebaran
penyakit: penggunaan kondom
 Seorang wanita yang memperkirakan

STRATEGI akan tidak kuat menahan sakit saat


melahirkan memilih menggunakan
prosedur epidural
Kesimpulan
 Apa yang kita lakukan, atau keputusan apa yang kita ambil pada saat
kita sedang berada pada kondisi emosional sangat berbeda dengan apa
yang kita prediksi akan kita lakukan Ketika kita membayangkan
berada pada kondisi tersebut.
 Ketika sedang dicengkeram oleh emosi atau gairah seksual, batasan
baik dan buruk menjadi kabur
 Hasil dari keputusan yang kita ambil umumnya berakibat tidak baik
bagi kehidupan sehingga cara terbaik adalah menghindari terseret ke
dalam kondisi tersebut.
 Namun, ada kalanya dengan memahami sisi lain diri kita dalam
kondisi emosional akan dapat membantu kita untuk mengambil
keputusan untuk kehidupan yang lebih baik atau melakukan tindakan-
tindakan pencegahan ataupun pengendalian ketika diri kita yang lain
tersebut muncul ke permukaan.
 Mungkinkah sisi lain dari diri kita tersebut dapat dikendalikan? Akan
dibahas di Chapter 6 tentang “Self Control”
TERIMA
KASIH
Semarang, 20 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai