Anda di halaman 1dari 13

Perang Hunai

SER 102
Kelompok 11
Anggota Kelompok

1. Ida Rosidah Nuraeni (10003573)


2. Nursafiroh (10003820)
3. Suharneli (10002361)
4. Aditiya Winanti (10005393)
5. Nur Salsabila (10003361)
6. Eva Nurazizah (10004107)
7. Farah aulia (10003283)
8. Bunga Pratiwi H (10004077)
01

Pendahuluan
Latar Belakang Perang
Hunai
Penaklukan kota Mekkah membawa dampak besar bagi masyarakat di seluruh
jazirah Arab. Banyaknya kabilah Arab yang tunduk di bawah naungan Islam membuat
kekhawatiran bagi para pembesar Hawazin dan Tsaqif. Ada beberapa suku lain yang
berhimpun bersama mereka, seperti Nashr, Jusyam, Sa’d bin Bakr dan beberapa orang
dari Bani Hilal, yang berasal dari Qais dan Ailan. Mereka berhimpun dibawah
pimpinan Malik bin Auf An-Nashri dan menyusun strategi untuk melakukan
penyerangan terhadap umat muslim agar Islam tidak menyebar kepada kabilah mereka.
Rasulullah mendengar kabar tersebut lalu mengutus Abdullah bin abi hadrad al aslami.
Masing-masing pihak menyiapkan pasukan dan segala apa yang dibutuhkan
dengan semaksimal mungkin, baik Rasulullah ‫ ﷺ‬maupun Malik bin Auf. Walaupun
kemenangan suatu kaum dalam peperangan tidak selalu dipengaruhi oleh banyaknya
jumlah pasukan atau harta yang disiapkan, melainkan keikhlasan dan keyakinan bahwa
semua yang terjadi atas kehendak Allah ‫ﷻ‬. Maka dari itu umat muslim tidak selalu
mendapatkan kemenangan, mereka pun merasakan adanya kekalahan dalam sebauh
peperangan. Karena mereka yakin apapun yang terjadi, pasti ada hikmah dan faidah
untuk dijadikan pelajaran.
Persiapan Perang
Persiapan Suku Hawazin Persiapan Kaum Muslimin
• Membentuk persekutuan (Bani sa’ad, Bani tsaqif)
• Rasulullah ‫ ﷺ‬memutuskan medan perang di antara
• Malik bin Auf mengumpulkan tentara sekitar 22.000
Hawazin dan Makkah, tempat yang jauh dari Makkah.
pasukan dan menyertakan harta mereka, anak-anak
Karena dikhawatirkan penduduk Makkah yang baru
dan wanita-wanita mereka. Malik ini dibantah oleh
memeluk islam akan bekerja sama dengan Malik bin
salah satu veteran Hawazin yang sudah sangat tua
Auf.
dan buta, Duraid bin as-shimmah karena beresiko
• Pasukan Muslimin sebanyak 10.000 pasukan (yang
tinggi. Malik bin Auf pun menolak saran dan
ikut pada Fathu Makkah) dan 2000 orang yang baru
permintaan Duraid untuk memulangkan anak-anak,
memeluk islam setelah Fathu makkah.
wanita-wanita dan harta benda mereka. Adapun
• Rasulullah meminjam 100 baju besi perang kepada
alasan Malik bin A’uf adalah supaya pasukan tidak
Shafwan bin Umayyah seorang (pedagang di Makkah)
mundur dan siap bertempur habis-habisan karena
untuk menambah kekuatan militer bagi tentara
mengigat dibelakang mereka ada harta, anak-anak
muslimin dengan jaminan akan mengganti bila rusak
dan wanita-wanita mereka. Jadi bisa menambah
maupun hilang.
serta mengobarkan semangat perang.
Peperangan Hunain
Pada 6 Syawal, 8 Hijriyah Pasukan Islam berangkat menuju lembah Hunain dengan perjalanan
yang memakan waktu 3-4 hari . Dalam perjalanan tersebut seseorang berkata : “Kali ini kita tidak
mungkin bisa dikalahkan.” Padahal justru hal itu mendatangkan kesulitan tersendiri bagi Rasulullah
‫ﷺ‬. Karena itu, ada indikasi bahwa sebagian dari kaum muslimin yang membenarkan, mereka
terkena penyakit hati yaitu ujub. Penyakit membanggakan diri sendiri termasuk penyakit yang
membinasakan. Karena penyakit ini tidak menyandarkan kepada pemberi kemenangan yaitu Allah.
Sebagaimana dalam QS; At-Taubah:25, Allah berfirman :

‫ت َعلَ ْي ُك ُم‬ َ ‫ْن ۙ ِإ ْذ َأعْ َج َب ْت ُك ْم َك ْث َر ُت ُك ْم َفلَ ْم ُت ْغ ِن َعن ُك ْم َش ْيـًٔا َو‬


ْ ‫ضا َق‬ َ ‫ص َر ُك ُم ٱهَّلل ُ فِى َم َواطِ َن َكث‬
ٍ ‫ِير ٍة ۙ َو َي ْو َم ُح َني‬ َ ‫لَ َق ْد َن‬
ُ ْ ‫ٱَأْلرْ ضُ ِب َما َر ُح َب‬
َ ‫ت ث َّم َولَّ ْي ُتم م ُّْد ِب ِر‬
‫ين‬

“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan
Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat
kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. “

Namun Malik bin Auf dan pasukannya lebih dahulu tiba di Hunai. Dia langsung memencarkan pasukan dan menempatkan mereka di
setiap jalan masuk, di sela-sela bukit dan di celukan yang tersembunyi. Merekapun masih bisa beristirahat di tempat tersebut. Berbeda
dengan kaum muslimin, mereka sudah diliputi rasa ujub, sehingga tidak mempersiapkan penjagaan sebelum memasuki area perang. Mereka
terluput dari perangkap-perangkap yang sudah musuh siapkan.
Tafsir Kontekstual Dilihat dari Segi Penulisan
dan Penyajian

Tafsir kontekstual tahlili, artinya Tafsir kontekstual Muqarin, artinya < Tafsir kontekstual Maudhu’i, artinya
> > mufassir dalam menyajikan tulisannya, seorang mufassir dalam menyajikan
seorang mufassir menyajikan
ia menyebutkan perbedaan tafsirannya ia hanya mengoleksi
penafsirannya dengan cara
pemahaman kemudian sejumlah ayat dari beberapa surat
mengurai ayat-ayat al Qur’an dari membandingkan di antara tafsir-tafsir yang membahas satu persoalan
awal sampai terakhir sesuai yang penafsir inginkan, sehingga tertentu yang sama, lalu ayat-ayat itu
susunannya dalam mushaf. Jenis kekurangan sebuah penafsiran dapat ditata sedemikian rupa dan diletakkan
penafsiran seperti dapat terlihat tertutupi oleh penafsiran yang di bawah satu topik bahasan
pada karya Muhammad Abduh dibandingkannya. Jenis ini dapat kemudian selanjutnya ditafsirkan
dan Muhammad Rasyid Ridha; dilihat pada karya Imam al Qurthuby: secara tematik metode ini dapat
al jami’ li ahkam al Qur’an al Karim dilihat pada karya al Raghib al
Tafsir al Manar, Sayyid
atau karya Quraish Shihab: tafsir al Asfahany; Mufaradat al Qur’an,
Tabathaba’i; tafsir al Mizan, dll. Misbah. Fazlur Rahman; Major Themes of
The Qur’an, dll.

Tafsir kontekstual dilihat dari sumber penafsirannya


terbagi menjadi 2 yaitu tafsir terpuji , dan tercela.
Kekurangan Tafsir Kontekstual
> Hasil penafsiran kontekstual Tafsir kontekstual memotivasi <
terkadang didahului oleh interest seseorang untuk cepat merasa
pribadi dan dorongan hawa nafsu mampu menafsirkan al Qur’an
karena adanya pintu penyesuaian sekalipun syarat-syarat mufassir
nilai-nilai al Qur’an dengan kondisi belum terpenuhi. Sebab penguasaan
masyarakat terhadap satu cabang ilmu dan
keberanian berkomentar bukanlah
dasar utama sebuah penafsiran.

Berkembangnya tafsir kontekstual


> Usaha tafsir kontekstual terkadang
sebenarnya menjadi awal kemunduran
<
menitikberatkan sebuah penafsiran pada
umat Islam. Sebab terkadang tafsir
satu aspek misalnya aspek kondisi sosial
kontekstual ini berdampak pada
semata tanpa melihat aspek-aspek yang
keengganan –kekurangan- untuk merujuk
lain termasuk bahasa, asbab nuzul,
pada riwayat-riwayat dan penjelasan para
nasikh mansukh, dsb. Sehingga
ulama terdahulu. Padahal keiistimewaan
penafsiran tersebut menyimpang dari
dan ciri khas umat Islam adalah dalil-dalil
maksud yang diinginkan
< naqlinya
Corak Tafsir Modern

Tafsir Ilmi Tafsir Filologi Tafsir Adabi Ijtimai


Setiap muslim mempercayai bahwa al qur`an Ada tiga kerangka yang harus dilakukan Tafsir adabbi ijtima`i muncul untuk “ menggugat
mampu mengantisipasi pengetahuan modern. dalam tafsir ini ; Pertama, seorang capaian-capaian tafsir klasik yang dianggap
Al Gazali mempunyai peran penting dalam mufassir harus mampu mengaitkan satu kurang mengakar pada persoalan-persoalan
memperkenalkan tafsir ini, dalam tataran ayat dengan ayat lainnya yang memiliki masyarakat.. Bagi para mufassir dengan
diskursus modern kemunculan tafsir ini tema serupa. Kedua, mempelajari setiap pemikiran ini, alqur` an baru dapat dikatakan
menimbulkan polemik. Para pendukungnya makna kata dlam al qur`an yang tidak sebagai hudan li an-nas bila telah dirasakan
menjadi problem solver bagi persoalan-persoalan
berpandangan bahwa kemunculan tafsir Ilmi hanya menggunakan kamus saja, tetap
kemasyarakatan. Bentuk –bentuk penafsiran
adalah fenomena yang wajar dan mesti yang juga dengan kata-kata al qur`an yang sifatnya tidak membumi tentu saja tidak
terjadi. Pokok pemikiran tafsir Ilmi bisa dilacak sendiri yang memiliki akar kata serupa. mendapat tempat pada pemikiran ini,. Pokok-
pada tokoh semisal Mohammad Abduh, Al Ketiga, analis terhadap bagaimana al pokok pemikiran di atas terliahat jelas pada
Maraghi, Tanthawi Jauhari, Sa`id Huwa, Dan qur`an mengombinasikan kata-kata dalam pendapat Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Al
lain-lain. sebuah kalimat. Salah satu produk dari Maraghi, dan Sayyid Quthb.
tafsir ini adalah Tafsir Al-Bayan yang ditulid
oleh Bintu Syathi.
03

Penerjemahan
Al-Qur’an
● Al-Qur’an adalah percakapan terakhir antara Tuhan dan manusia, yang
diturunkan dalam bahasa Nabi terakhir sebagaimana firman Allah :

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa
Terjemah Al-Qur’an bukanlah
kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka.”
terjemahan Al-Qur’an seluruh
maknanya , tetapi hanya
● Al-Qur’an menggunakan Bahasa Arab, dengan sekejap Bahasa Arab tidak sebuah penjelasan dalam
hanya menjadi bahasa wahyu, namun juga bahasa resmi kabilah islam. Dalam bahasa yang lain. Belajar
waktu singkat juga Bahasa Arab mampu menyebar dengan cepat sehingga bahasa arab merupakan tujuan
membayangi bahasa-bahasa asing lainnya.
setiap muslim supaya dapat
● Dengan terpecah belahnya agama islam, proses transisi ke Bahasa Arab
mendengar dan mengerti
menjadi terhenti. Para penjajah mengharuskan bahasa yang belum beralih ke
Bahasa Arab harus ditulis latin terlebih dahulu. Sekolah Al-Qur’an juga ditutup
firman Allah sebagaimana Al-
lalu digantikan dengan sekolah Nasrani. Akibatnya banyak umat yang tidak Qur’an diturunkan.
mengetahui Bahasa Arab.
Referensi
Jazaakumullahu
Khayran
Katsiraan…

Anda mungkin juga menyukai