Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 9

Hildan Octavian Mazaya (16700054)


Kadek Tesya Monica (16700033)
Mega Indira S (17700159)
Joevan Octavian G (17700153)
Mochamad Dava Wardana (17700157)
Bentuk bentuk klinis basal
cell karsinoma

• subtipe nodulo-ulseratif, termasuk ulkus Rodent


• subtipe berpigmen
• subtipe morfea atau fibrosing atau sklerosing,
• subtipe superfisial
• tipe fibroepitelioma.
Bentuk bentuk klinis squamous cell
karsinoma
KSS in situ :
• Karsinoma sel skuamosa ini terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai lesi kulit yang telah ada
sebelumnya seperti solar keratosis, kronis radiasi keratosis, hidrokarbon keratosis, arsenikal keratosis, kornu
kutanea, penyakit bowen, dan eritroplasia Queyrat. KSS in situ ini dapat menetap di epidermis dalam jangka
waktu lama dan tak dapat diprediksi, dapat menembus lapisan basal sampai ke dermis dan selanjutnya
bermetastase melalui saluran getah bening regional.

KSS invasive:
• KSS invasiv ini dapat berkembang dari KSS in situ dan dapat juga dari kulit normal, walaupun jarang. KSS
invasif yang dini baik yang muncul pada karsinoma in situ, lesi premaligna atau kulit normal, biasanya adalah
berupa nodul keciol dengan batas yang tidak jelas, berwarna sama dengan warna kulit atau agak sedikit
eritema. Permukaannya mula-mula lembut kemudian berkembang menjadi verukosa atau papilomatosa.
Ulserasi biasanya timbul didekat pusat dari tumor, dapat terjadi cepat atau lambat, sering sebelum tumor
berdiameter 1-2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan mudah berdarah, sedangkan pinggir ulkus
biasanya meninggi dan mengeras. Dapat dijumpai krusta.
Kaporsi sarkoma

• Sarkoma Kaposi (SK) merupakan keganasan jaringan lunak berasal dari


proliferasi sel spindel yang bersumber dari sel endotel pembuluh
darah. Penyakit ini lebih sering mempengaruhi jaringan kulit,
subkutan, serta saluran pencernaan. SK memiliki empat varian, yaitu:
• Klasik atau sporadis
• Endemik (Afrika)
• Epidemi (terkait Acquired Immune Deficiency Syndrome/AIDS)
• Iatrogenik (post-transplant).
Perbedaan hemangioma infatil dan pws
Hemangioma Infatil

 Tidak muncul saat lahir atau muncul sebagai tanda yang belum disadari

untuk diperhatikanbiasanya berupa area yang pucat, telangiektasis, atau

kehitaman proliferasi jinak dari jaringan endothelial (strawberry

hemangioma)

 Hemangioma infantil segmental (mirip dengan penyakit dermatologi

segmental lainnya, seperti vitiligo dan neurofibromatosis) berkembang

secara segmental atau menyebar mengikuti wilayah anatomi. Gambaran

berupa plak dengan konfigurasi linear atau geografika.

 Gambarannya terlokalisir, berbatas tegas, massa subkutan dengan

konsistensi seperti karet, yang dapat sedikit meninggi berwarna kebiruan

atau diatasnya terdapat telangiektasis,

 Pemeriksaan nya anamnesa,pemeriksaan fisik terapinya Propranolol,

kortikosteroid, Laser (superfisial), vincristine, interferon alfa, β-Blocker


Sturge Weber Syrome

 gejala nya berupa pws yang terlihat saat lahir

 Biasanya unilateral dan melibatkan muka bagian atas kelopak

mata superior atau daerah supraorbital

 Adanya bercak merah anggur (pws) port wine stain

 Pelebaran progresif system pembuluh darah kapiler yang

abnormal

 Beberapa gejala lain yang dapat juga terjadi antara lain

hemimegalencephaly, kelainan pada saluran kemih, gangguan

pertumbuhan dan perkembangan, polidaktili, makrodaktili,

sindaktili, serta kejang.

 pemeriksaan fisik serta diagnostic imaging, seperti CTA, MRI,

angiography, dan USG Doppler ultrasonography. USG Doppler

mampu mendeteksi adanya arterio-venous shunts.


Risiko komplikasi Hemangioma infatil
• Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan biopsi ialah perdarahan.
• Pada umumnya hemangioma infatil tidak timbul komplikasi .Tetapi, pengobatan yang
dilakukan pada hemangioma dapat menyebabkan komplikasi fungsional, yang dapat
menimbulkan perubahan bentuk permanen, yang letaknya di tempat yang mengganggu
kosmetik sehingga menyebabkan distress psikososial, yang pertumbuhannya cepat atau
yang permukaannya bergaung yang mengalami ulserasi.
• Pada hemangioma jenis ini dosis kortikosteroid intralesi tidak bolehmelebihi 3-5 mg/kg
triamcinolone setiap sesi suntikan.14,21 Beberapa ahli mengemukakan bahwa pemberian
kortikosteroid intralesi pada daerah periocular dikontra-indikasikan, sejak diketahui
menyebabkan banyak komplikasi seperti atropi kulit, nekrosis, dan oklusi arteri retina
sentral, dengan konsekuensi kebutaan.
Risiko komplikasi PWS (prader willy
syndrome)
• Komplikasi yang umum meliputi:
• gagal tumbuh pada masa prenatal
• fitur dismorfik
• perawakan pendek
• Hipogonadisme
• gangguan kognitif
• Hiperfagia
• gangguan perilaku.
Struge weber ( kapan berbahaya atau
tidaknya,kapan harus diobati,dll)
Berbahaya,dikarenakan Struge Weber Sindrom disebabkan oleh anomali
perkembangan bantalan vascular pada stadium awal vaskularisasi otak
yang mengakibatkan kelainan pada otak, yang ditandai dengan angioma
pada muka yang secara tipikal terdapat pada muka bagian atas dan
sebagian kulit kepala yang mengikuti perjalanan nervus trigeminus,
kelainan vaskular dan kalsifikasi intrakranial ipsilateral,
kejang,hemianopsia, dan glaukoma serta hemiparesis kontra lateral.
Pengobatan
• Pasien SSW tidak dapat disembuhkan, dengan pengobatan simptomatis. Kejang dan epilepsi diatasi dengan pemberian

obat anti kejang seperti feno-barbital, dilantin, atau karbamazepin, atau anti epilepsi lain sesuai dengan kondisi pasien.

Bila dengan pemberian obat ini kejang tidak berhenti, maka dapat dilakukan tindakan pembedahan berupa reseksi lobus

otak yang terkena, reseksi korpus kalosum, atau bila diperlukan dilakukan hemisferektomi total. Hemis-ferektomi total

hanya dilakukan pada bayi di bawah 1 tahun dengan kejang yang tidak dapat diatasi dengan pemberian obat anti kejang.

• Glaukoma harus dideteksi dan diobati secara dini dengan melakukan operasi atau pemberian tetes mata untuk

mencegah kebutaan. Tindakan operasi trabekulektomi atau goniotomi dapat menjadi pilihan lain.

• Nevus pada wajah dapat dihilangkan dengan terapi laser, yang terbukti efektif menghancurkan lesi vascular tanpa

merusak kulit yang normal. 7 Paresis atau paralisis yang biasanya hemi dan kontralateral terhadap letak lesi dapat

ditangani dengan fisioterapi, berupa stimulasi, hidroterapi dan terapi wicara, sesuai dengan defisit neurologis atau

keterlambatan yang terjadi pada pasien tersebut.


Daftar Pustaka
• Enjolras. Sturge Weber syndrome Dalam: Behrman RE,Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Text-book of Pediatrics.
Edisi ke-16. Philadelphia: WB Saunders, 2000. h. 1838.
• Tan,Sumawati Tansil, Mahmud Ghaznawie dan Gabriela Reginata.2016. Deteksi Dini Karsinoma Sel Basal.Vol. 10, No. 2 .
Jakarta: Indonesian Journal of Cancer.
• Miryana,Windy dkk. GAMBARAN HISTOPATOLOGI KARSINOMA SEL BASAL.journal MDVI. Vol. 40 No.3: 138-144 tahun 2013
• Toha,Synthia Sari dkk. Kejadian Karsinoma Sel Basal di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Berdasarkan Subtipe Histopatologi
menurut Jenis Kelamin, Usia, Lokasi Anatomi, dan Diameter Tumor.journal CDK .CDK-275/Vol. 46 no. 4 Th 2019.
• Rata IGAK. Tumor kulit. Dalam: Ilmu Penyakit kulit dan kelamin, edisi ketiga. Jakarta:FKUI. 1999: 207-15.
• Schawarth RA, Stoll HL. Squamous cell carcinoma. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Auten KF,
penyunting. Dermatology in general medicine, 4th ed, New York: Mc Graw Hill. 1993:821-35.
• Sari,Kadek E S S P, Putu Dyah Ayu Saraswati danI Ketut Suryana.2017. Sarkoma Kaposi pada ODHA. vol. 44 no. 6. journal CDK.
• Ersha ,Riry Febrina dan Armen Ahmad.2018. Human Immunodeficiency Virus – Acquired Immunodeficiency Syndrome
dengan Sarkoma Kaposi. 7(Supplement 3). Journal Kesehatan Andalas.
• Nafianti ,Selvi.2010. Hemangioma pada Anak. Vol. 12, No. 3. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara / RSUP. Haji Adam Malik Medan.
• Reynaldo,Giovanni dan Audrey Desiree.2019. Diagnosis dan Tatalaksana Sindrom Prader-Willi. vol. 46 no. 11. jurnal CDK
• Bebin EM, Gomez MR. Prognosis in Sturge-Weber dis-ease: comparison of unihemispheric and Bihemispheric
involvement. J Child Neurol 1988 ; 3:181-4.

• Pinton F, Chiron C, Enjoiras O, Motte J, Syrota A, Dulac O. Early single photon emission computed tomogra-phy in Sturge
Weber syndrome. J Neurol Neurosurg Psy 1997; 63:616-21.

• Lee JS, Asano E, Muzik O. Correlation between clinical course and FDG PET finding. Neurology 2001;57:85-90.

• Portiilla P, Husson B, Lasjaunias P, Landrieu P. Sturge Weber disease with repercussion on the prenatal devel-opment of
the serebral hemisphere. Am J Neuroradiol 2002; 23:490-2.
• D, Subagio Hendrian. 2019. Anomali Vaskular Mata Terkini. Surabaya : Kepustakaan Universitas Airlangga
• Dr Ratih Vibriyanti Karna dkk. 2017. HEMANGIOMA INFANTIL: MANIFESTASI KLINIS DAN TERAPI. Denpasar :Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai