Anda di halaman 1dari 25

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

LANJUT
PADA SISTEM PENCERNAAN

KELOMPOK 3 :
RUSTAN (R01223 1013 ) IRNA ERVINA (R0122 3101 )
DYANA AMRULLAH (R01223101 ) FITRI YULIANTI FAISAL HUDA
(R012231016 )
LATAR BELAKANG

 Perkembangan ilmu kesehatan khususnya keperawatan saat ini telah banyak


memberikan pengaruh terhadap proses keperawatan. Dalam prosesnya itu
sendiri terdapat 5 tahapan proses keperawatan, salah satunya adalah
pengkajian dimana dalam pengkajian terdiri dari pengkajian fisik dan
pemeriksaan penunjang. Tahap pengkajian fisik dan pemeriksaan penunjang
adalah bagian penting yang harus dilaksanakan secara komprehensif agar
diperoleh data yang selanjutnya akan analisa sehingga diperoleh masalah –
masalah yang menyimpang dari kebutuhan dasar manusia (Quigley, Palm, &
Bickley, 2012).
ANATOMI DAN FISIOLOGI SYSTEM PERNAPASAN
• MULUT
LELANGIT FARING
UVULA ESOFAGUS
LIDAH
GIGI
• KELENJAR LUDAH HATI

SUBLINGUA KANTONG EMPEDU

SUBMANDIMULA SALURAN EMPEDU UTAMA

PAROTIS LAMBUNG
• USUS HALUS PANKREAS

USUS DUABELAS JARI

USUS KOSONG

USUS PENYERAPAN
• USUS BESAR UMBAI CACING

KOLON TRANSVERSUM ANUS

KOLON ASENDEN

KOLON DESENDEN

KOLON SIGMOID

REKTUM
Fisiologi Sistem Pencernaan

1. Mulut:
Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam mulut. Pengunyahan dan enzim
dalam air liur mulai mengurai makanan.
2. Kerongkongan : Makanan yang telah dikunyah (bentuknya disebut bolus) kemudian ditelan dan
melewati kerongkongan menuju ke lambung.
3. Lambung : Di lambung, bolus dicampur dan dicerna oleh asam lambung dan enzim pencernaan.
Ini membantu menghancurkan makanan menjadi semacam pasta yang disebut chyme.
4. Usus 12 jari (duodenum) : Chyme kemudian bergerak ke usus 12 jari, bagian pertama dari usus
kecil. Di sini, proses pencernaan dilanjutkan dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh pankreas
dan hati.
5. Usus kecil: Di usus kecil, nutrisi yang penting diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam
aliran darah.
6. Usus besar: Apa yang tersisa dari chyme bergerak ke dalam usus besar, di mana air dan
elektrolit diserap, membuat feses menjadi padat.
7. Rektum dan Anus: Feses kemudian bergerak ke rektum dan akhirnya dikeluarkan melalui anus.
Diagram system pencernaan

Sistem pencernaan manusia Gangguan • Diare


pada system • Apendisitis
pencernaan • Ulkus
• Maag
• Sembelit
• parotis
Organ –organ Gangguan
Mencerna
pencernaaan pada system
makanan
pencernaan

mulut • Lidah
• Gigi
• Usus 12 jari
• Usus kosong
kerongkongan
Makanan Makanan • Usus penyerapan
yang tidak yang harus
harus dicerna dicerna lambung
• Usus buntu
Usus halus • Umbai cacing
• • Rectum
Vitamin • Karbohidrat
• • Anus
Mineral • Lemak
Usus besar
• protein
PENGKAJIAN KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN

1. Tahap Identifikasi
Identitas Klien
1) Inisial Klien
2) Usia
3) Alamat
4) Pekerjaan
5) Pendidikan
6) Agama
7) Suku Bangsa
2. Pengkajian (Fisiologis)
Pengkajian Subjektif
a. Alasan Masuk Rumah Sakit :
1. Keluhan utama
2. Nyeri
3. Ketidaknyamanan abdomen
4. Laporan mual dan / atau muntah
5. Kembung dan sendawa
6. Kebiasaan buang air besar saat ini, termasuk diare, perubahan usus atau kebiasaan berkemih, atau
konstipasi;
7. Penurunan atau penambahan berat badan
8. Perubahan nafsu makan
9. Disfagia
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang. Tanyakan apakah pada setiap keluhan
utama yang terjadi memberikan dampak terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat badan
c. Riwayat Kesehatan Dahulu Pernah dirawat
Riwayat pernah dirawat dan Riwayat Penyakit
d. Riwayat Penggunaan obat-obatan

Tanyakan mengenai semua obat yang diresepkan, obat yang dibeli bebas dan preparat herbal yang dikonsumsi
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada kecenderungan keluarga memiliki penyakit tertentu pada saluran pencernaan, seperti penyakit radang usus,
poliposis, dan kanker usus besar. Ada peningkatan risiko hepatitis antara anggota keluarga di rumah yang sama,
terutama hepatitis C
f. Kebiasaan Sehari-hari
penggunaan tembakau, kafein, dan alkohol.Juga penting mencatat semua daftar obat yang pernah dan sedang
dikonsumsi, aktivitas, olahraga, dan tidur.
g. Riwayat alergi
Alergi terhadap makanan atau obata-obatan tertentu
h. Status Nutrisi dan Cairan
1) Laporan mual dan / atau muntah (berapa kali/24 jam, berapa banyak, isinya, ukut intake dan output)
2) Nafsu makan berkurang (sebarapa banyak yang dimakan, jumlah makanan yang dihabiskan, berat badan)
3) Tanyakan adanya riwayat diet dan buatlah penilaian mengenai kurang-lebihnya asupan kalori dan sumber
nutrisi penting pasien.
i. Status Eliminasi
1) Diare (berapa banyak, warna)
2) Konstipasi (berapa kali, feses bercampur darah
j. Status Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, penurunan metabolisme tubuh
3. Pengkajian Psikologis
a. Perasaan terhadap penyakitnya
b. Harapan Klien terhadap penyakitnya
c. Tingkat pengetahuan terhadap kondisinya
4. Pengkajian Situasional
d. Kondisi Lingkungan Rumah sakit
e. Status ekonomi keluarga
f. Dukungan keluarga
g. Perilaku dan gaya hidup
5. Pengkajian Objektif
a. Performance Klien
1. Penampilan Umum
 Penampilan Umum
 Keadaan Umum
2. Pemeriksaan Kognitif
 Kemampuan berkosentrasi
 Mekanisme Koping
B. Pengkajian Fisik Lanjut Tabel 1
1. Langkah Pemeriksaan Fisik Penemuan Abnormal Pada Inspeksi
a. Inspeksi Penemuan Abnormal Pada Inspeksi (Goolsby & Grubbs, 2006)
Physical Finding Cause
1) Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman),
Scars Indikasi post-operasi atau trauma.
elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering Striae Termasuk obesitas, asites, kehamilan, tumor, penyakit Cushing, dan
penggunaan steroid.
(dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan Venous Pattern Mungkin terlihat menonjol pada orang berkulit terang atau karena kongesti
sirkulasi vena Portal.
(penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan Discoloration Pertimbangkan penyakit kuning, penyakit Addison, penyakit von
Recklinghausen, trauma, ruam atau lesi.
lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran Pada orang dewasa, pertimbangkan obstruksi usus. Pada bayi baru lahir,
Visible Peristalsis peristaltik abdominal atas adalah diagnostik untuk stenosis pilorus.
Denyutan aorta yang terlihat mungkin normal pada tubuh yang kurus, namun
pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada
pada orang yang tidak kurus, mungkin menunjukkan aneurisma aorta.
Pulsations Untuk perubahan kontur atau simetri, pertimbangkan distensi abdomen
hipertensi portal). karena gangguan: lemak, cairan, kotoran, janin, flatus, fibroid, kandung
kemih penuh, tumor fatal, kehamilan palsu.
2) Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung). Distention
3) Simestrisan : perhatikan adanya benjolan lokal ( hernia
hepatomegali, splenomegali, hidronefrosis) gerakan dinding
abdomen pada peritonitis terbatas.
2. Auskultasi
Lakukan sebelum palpasi agar bising usus tidak terdengar berubah.Dengarkan bising
sepanjang aorta dan arteri iliac, ginjal, dan femoral.
Bruits
Suara mendesir terdengar sepanjang aorta, ginjal, iliaka, dan arteri femoral, yang
menunjukkan penyempitan atau aneurisma.
Pops/Tinkles
Suara bernada tinggi menunjukkan cairan usus dan udara di bawah tekanan,
seperti pada obstruksi awal.
Rushes
Suara bernada tinggi yang cepat pada saat terjadi kram, mengindikasikan
Borborygmi obstruksi usus.
Mengalami peningkatan, gurgles berkepanjangan terjadi dengan gastroenteritis,
Rubs obstruksi usus awal, dan pada saar lapar.
Suara keras dan kasar yang berbeda dengan respirasi. Menunjukkan peradangan
pada permukaan peritoneal dari organ akibat tumor, infeksi, atau infark limpa.
Venous Hum
Suara dengungan lembut sering terdengar pada sirosis hati yang disebabkan oleh
peningkatan sirkulasi kolateral antara portal dan sistem vena sistemik.
Succussion Splash
Sebuah suara percikan yang dihasilkan oleh gemetar tubuh ketika ada gas maupun
cairan dalam rongga, atau udara bebas di peritoneum atau thorax.
Penurunan atau tidak ada suara
Terjadi dengan peritonitis atau ileus paralitik.
3.

3.Perkusi
Perkusi untuk bidang tumpul, menunjukkan cairan atau benda padat, dibandingkan adanya udara.
Tabel 3
Penemuan Abnormal Pada Auskultasi

Penemuan Abnormal Pada Auskultasi (Goolsby & Grubbs, 2006)


Most Dense ------------------------------- Least Dense
Tone Flat Dull Resonant Hyperresonan Tympanic
Intensity Soft Medium Loud Very Loud Loud
Pitch High Medium Low Very Low High
Durasi Short Medium Long Very Long Medium
Area Muscle, Bone Liver, Spleen Lung Emphysematous Gastric air
-
lung bubble
4. Palpasi
Palpasi ringan dan dalam Penemuan Abnormal Pada Palpasi (Goolsby & Grubbs, 2006)

diperlukan untuk mendeteksi Kondisi Deskripsi Karakteristik

tumor, atau perubahan struktur


yang ada di bawah lapisan kulit.
Jika terjadi perubahan kontur, dan Hepatomegaly Pembesaran hati dapat dideteksi dengan perkusi dan / atau palpasi dan dapat Sirosis teraba membesar, tegas, tidak ada nyeri tekan. Hepatitis dan
disebabkan oleh sirosis, hepatitis, gagal jantung kanan, kista, dan keganasan. gagal jantung kanan ditandai dengan teraba halus dan lembut. Kista
ditemukan massa, kaji konsistensi,
mungkin tidak teraba tetapi akan menghasilkan rasa sakit dan nyeri
ukuran, bentuk, lokasi, dan beri
pada kuadran kanan atas. Keganasan biasanya teraba keras dan tidak
gambaran. teratur pada permukaan liver.
Tabel 4
Penemuan Abnormal Pada Splenomegaly Penyebab pembesaran limpa termasuk penyakit infeksi atau peradangan, seperti Gejala lain selain pembesaran limpa, biasanya perasaan cepat
Palpasi mononukleosis, hepatitis menular, SBE, psittacosis, TB, malaria, sarkoidosis, kenyang saat makan, limpa friction rub, bising epigastrium dan
amiloidosis, SLE; penyakit lymphoand dan mieloproliferatif, seperti limfoma, limpa, dan cytopenias.
leukemia, polisitemia, dan mielofibrosis; anemia hemolitik dan
hemoglobinopathies; kista limpa; dan penyakit lain, seperti Gaucher, Niemann-
Pick, dan penyakit Hand-Schuller-Christian.
Aneurisma Aorta Arteriosclerosis adalah penyebab paling umum dari aneurisma aorta. Penuaan Denyut lateral yang menonjol menunjukkan aneurisma.
dan merokok merupakan faktor yang berkontribusi. Trauma, sifilis; gangguan
jaringan ikat, seperti Marfan; dan riwayat positif aneurisma juga meningkatkan
kejadian.
Tumor Disebabkan oleh pertumbuhan jinak atau ganas di salah satu organ perut. Muncul rasa sakit, kembung, obstruksi, anoreksia, dan perubahan
fungsi usus atau saluran pencernaan
5. Pemeriksaan rektal

Pemeriksaan colok dubur termasuk dalam pengkajian abdomen, dengan mencatat


setiap perubahan kulit atau lesi di daerah perianal, atau adanya wasir
eksternal.Masukkan jari telunjuk yang telah menggunakan sarung tangan ke dalam
anus dengan pasien dimiringkan di atas tempat tidur dan perhatikan adanya
hemoroid interna atau celah. Periksa feses untuk mengkaji adanya darah yang
samar. Untuk laki-laki, ujian dubur diperlukan untuk pemeriksaan langsung prostat
 6. Pemeriksaan Khusus

Rebound tenderness (Nyeri Tekan)


Diperiksa dengan perlahan-lahan menekan bagian atas perut dengan ujung jari, tahan posisi jari sampai rasa sakit reda atau pasien menyesuaikan dengan
ketidaknyamanan, dan kemudian dengan cepat lepas tekanan. Nyeri tekan meruapakan tanda peradangan peritoneum, muncul jika pasien mengalami
ketidaknyamanan yang tajam akibat peradangan.

Rovsing’s sign (Tanda Rovsing)


Indikasiappendicitis bila ada nyeri pada kuadran kanan bawah ketika pemeriksa menekan dalam-dalam pada kuadran kiri bawah dan kemudian dengan cepat
melepaskan tekanan.

Heel strike
Minta pasien untuk berdiri dengan kaki lurus dan mengangkat jari-jari kaki. Kemudian meminta pasien untuk bersantai, sehingga memungkinkan tumit untuk
menyentuh lantai sehingga menggelegar tubuh. Jika positif, indikasi usus buntu dan gangguan peritoneal.

Obturator sign

Nyeri ditimbulkan dalam usus buntu karena rotasi ke dalam pinggul dengan lutut ditekuk, sehingga obturator internus otot meregang.
Rebound tenderness (Nyeri Tekan)
Diperiksa dengan perlahan-lahan menekan bagian atas perut dengan ujung jari, tahan posisi jari sampai rasa sakit reda atau pasien menyesuaikan dengan ketidaknyamanan, dan kemudian
dengan cepat lepas tekanan. Nyeri tekan meruapakan tanda peradangan peritoneum, muncul jika pasien mengalami ketidaknyamanan yang tajam akibat peradangan.

Rovsing’s sign (Tanda Rovsing)


Indikasi appendicitis bila ada nyeri pada kuadran kanan bawah ketika pemeriksa menekan dalam-dalam pada kuadran kiri bawah dan kemudian dengan cepat melepaskan tekanan.

Heel strike
Minta pasien untuk berdiri dengan kaki lurus dan mengangkat jari-jari kaki. Kemudian meminta pasien untuk bersantai, sehingga memungkinkan tumit untuk menyentuh lantai sehingga
menggelegar tubuh. Jika positif, indikasi usus buntu dan gangguan peritoneal.

Obturator sign
Nyeri ditimbulkan dalam usus buntu karena rotasi ke dalam pinggul dengan lutut ditekuk, sehingga obturator internus otot meregang.

Psoas sign
Letakkan tangan di paha pasien tepat di atas lutut dan minta pasien untuk mengangkat paha melawan tangan pemeriksa. Sehingga memicu kontraksi otot psoas dan menghasilkan rasa sakit
pada pasien dengan apendiks yang meradang.

Murphy’s sign
Nyeri hadir saat inspirasi dalam ketika kandung empedu yang meradang dipalpasi dengan menekan di bawah tulang rusuk. Positif pada penyakit kolesistitis.

Hepatojugular reflux
Ditimbulkan oleh pencetus, dengan memberi tekanan tangan terus menerus pada area pertengahan epigastrium sementara pasien bernafas secara teratur. Amati leher untuk peningkatan
tekanan vena jugularis (JVP) saat tangan menekan dan penurunan tiba-tiba dari JVP ketika tekanan tangan dilepaskan. Refluks hepatojugular terutama terjadi pada gagal jantung kanan.

“Scratch” test
Merupakan alternatif palpasi/perkusi untuk menentukan ukuran hepar bila diperlukan. Tes awal dilakukan dengan menempatkan stetoskop di atas hepar, kemudian garuk ringan abdomen di
sisi kanan, menggunakan jari atau batang depressor. Suara yang terdengar melalui stetoskop akan lebih meningkat di hepar.

Shifting dullness
Dilakukan untuk membedakan ascites. Periksa pergeseran cairan peritoneal ke sisi, tergantung dengan rolling sisi pasien dan lakukan perkusi. catatan: tes ini sudah tidak spesifik dan telah
digantikan oleh ultrasonografi perut.
Jenis pemeriksaan Nilai Rujukan Interpretasi
C. Pemeriksaan
Diagnostik dan Berdasarkan (Brunner &
Suddarth, 2013)
Interprestasi Tes darah meliputi:
Hitung darah lengkap(CBC)

1. Pemeriksaan - Hemoglobin Nilai dibawah normal


Laboratorium Laki-laki 12.5-16.7 g/dL penanda terjadinya
Perempuan 12,0-15,6 g/dL perdarahan/
(Rosida, 2015) (Kementrian Kesehatan
RI, 2011)

- Eritrosit
Laki-laki
Perempuan Nilai di atas normal
4,1 – 6,0 merujuk diare/ dehidrasi,
4,0 – 5,3 (Kementrian Kesehatan
(Rosida, 2015) RI, 2011)
- Leukosit (/μL) 3200 – 10.000/mm3 Nilai dibawah normal
(Kementrian Kesehatan menunjukkan terjadi
RI, 2011) infeksi virus dan nilai di
atas normal juga
menunjukkan terjadi
infeksi (Kementrian
Kesehatan RI, 2011)
- Trombosit 150-356 ribu/uL Penurunan lebih dari 20 Basofil 0% - 2% , niali di bawah normal berkaitan dengan
Laki-laki 177-401 ribu/uL ribu menunjukan terjadi (Kementrian Kesehatan RI, infeksi akut,
Perempuan (Rosida, 2015) perdarahan yang 2011) (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
lama(Kementrian
Kesehatan RI, 2011) Monosit 0%-11% Penurunan nilai monosit dari normal
(Kementrian Kesehatan RI, 2011) berkaitan dengan infeksi virus, bakteri dan
parasit
Tertentu (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
Limposit 15% - 45% Peningkatan nilai limposit terjadi pada
(Kementrian Kesehatan RI, 2011) penyakit virus, penyakit bakteri
- MCV 80 – 100 (fL) Nilai < 80 fL
(Kementrian alcoholism.(Kementrian
,(Kementrian Kesehatan RI, 2011)
Kesehatan RI, 2011) Kesehatan RI, 2011) Tes fungsi hati 3,5 – 5,0 g% Nilai albumin menurun pada keadaan:
- Albumin malnutrisi
- Peningkatan SGPT menyebabkan
- SGPT 5-35 U/L penyakit sirosis
- RDW-CV 12,1-14% - Peningkatan SGOT menyebabkan
penyakit hati
- SGOT 5 – 35 U/L - Peningkatan nilai GGT menyebabkan
Neutrofil bands 0-12% Peningkatan bands penyait kolesistitis, koletiasis, sirosis
(Kementrian disebabkan oleh infeksi, - kondisi hati pada peningkatanALP :
Kesehatan RI, 2011) perdarahan. - GGT ≤94 U/L obstruksi saluran empedu,
Peningkatan jumlah Laki-laki ≤70 U/L kolangitis, sirosis, hepatitis metastase,
neutrofil menunjukan Perempuan hepatitis, kolestasis, infi ltrating hati
keganasan disease
infeksi(Kementrian
peningkatan karena bukan factor non hati
Kesehatan RI, 2011)
Alkalin Fosfatase (ALP) 30 - 130 U/L penyakit infl amasi/infeksi(Kementrian
(Kementrian Kesehatan RI, 2011) Kesehatan RI, 2011)

Kolestrol Nilai normal : <130 mg/dL Peningkatan nilai LDL terjadi sakit kuning
LDL Nilai batas : 130 - 159 mg/dL yang parah
Risiko tinggi: ≥160 mg/dL Peningkatan HDL dapat terjadi pada
Dewasa: 30 - 70 mg/dL alkoholisme, sirosis bilier primer. Penurunan
HDL (Kementrian Kesehatan RI, 2011) HDL terjadi pada penyakit sirosis hati dan
beberapa infeksi akut (Kementrian
Kesehatan RI, 2011)

Triglicerida 35 - 135 mg/dL Peningkatan nilai normal terjadi pada pasien


- Pria 40 - 160 mg/dL sirosis(Kementrian Kesehatan RI, 2011)
Tubex Negative Hasil positif menunjukakan adanya infeksi Salmonella serogroup D
(Kusumaningrat & Yusa, 2014) (Kusumaningrat & Yusa, 2014) walaupun tidak secara spesifik menunjukkan pada S. typhi. Nilai
negative menunjukkan kemungkinan menunjukkan terdapat infeksi
oleh S.paratyphi atau penyakit lain (Kusumaningrat & Yusa, 2014)
Test feces dasar meliputi: Konsistensi feces: lunak dan berbentuk - Konsistensi encer penanda diare, sedang keras/skibala penanda
Pemeriksaan dasar tinja meliputi pemeriksaan spesimen untuk konsistensi dan warna dan - Warna: kuning coklat akan lebih tua dengan konstipasi
pengujian untuk darah okultisme urobilin lebih banyak - Warna kelabu menunjukkan terjadi ikterus obstruksi , makanan
juga dapat mempengaruhi warna feses
- Terdeteksinya darah pada feses menandakan terjadi perdarahan di
pinggiran anus (Dokter Online Indonesia, 2012)
- Tidak ada darah pada feces - Urobilinogen positf merupakan penanda diare

- Lemak positif menunjukan absorbs yang tidak sempurna


(Dokter Online Indonesia, 2012)
- Parasit positif menunjukan kecacingan
(Dokter Online Indonesia, 2012)
Urobilinogen: negatif
Lemak: negative
Nitrogen: negative
Parasit: negative
Pathogen : negative
Residu makananan: negative
Tes feces khusus meliputi: (Dokter Online Indonesia, 2012)
tes untuk urobilinogen feses,
lemak, nitrogen, parasit, patogen, residu makanan, dan zat lainnya. Tes occultisme feces
darah (Brunner & Suddarth, 2013)
2. Pemeriksaan diagnostik
No Jenis Pemeriksaan Indikasi interpretasi
1. Endoskopi 1.Varices esophagus Menunjukkan gambaran pelebaran pembuluh darah sub mukosa dan subepitel esofagus
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam
dengan menggunakan selang /tabung serat optik Projeksi seperti jari jarimenjulur keatas dari area epitel columnar bercak bercak menunjjukan gambaran displasia
yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut 2.Barret’s esophagus Perdarahan digastroesofageal juction
(saluran cerna atas untuk memeriksa :
- Kerongkongan (Esofagoskopi) Lesi berupa plak kecil berwarna putih dan abu bentuk tumor bisa polipoid atau bunga kol
- Lambung (Gastroskopi)
- Usus halus (endoskopi) -Ulkus bentuk bulat/ oval, pinggir ulkus tajam dengan batas yang tdak terlalu tinggi dari mukosa sekitar pinggiran tidak ireguler
Endoskop yang dimasukkan melalui anus 3.Mallory Weiss Tear -Dasar ulkus yang licin
(saluran cerna bawah) adalah untuk memeriksa: - ulkus dikelilingi oleh lipatan lipatan berbentuk parut disekitarnya.
- Rektum & usus besar (Sigmoidoskopi) 4.Tumor esofagus
- Keseluruhan usus besar (Kolonoskopi) Terjadi perubahan dari gastritis kepada gastritis atropi, metaplsia, displasia dan akhirnya kanker.
(Kee Joyce Lefever, 2007)
Terdapat kerusakan lapisan pelindung pelindung asam lambung menyebabkan inflamasi dan ulkus
5. Ulkus peptikum
-Adanya penonjolan atau ulkus
-Kelainan warna dan bentuk permukaan
-Gambaran pembuluh darahnya
-perdarahan dari anus
-terdapat konstipasi atau diare dan darah bercampur dengan tinja

95 % kanker kolon berasal dari polip


adematous yang
6.Tumor gaster tumbuh secara perlahan lahan

Proses inflamasi terjadi dimulai directum, bila rektum saja yang terkena sampai sigmoid disebut proktitis atau prostosigmoiditis, sedangkan bila seluruh kolon yang
terkena disebut pankolitis.
7. Ulkus duodenum
Penyakit krohn merupakan salah satu penyakit usus inflamatorik, dapat menyerang sebagian saluran gastrointestinal, mulai dari mulut sam pai lesi pada anus
Terdapat gambaran khas lesi dengan ulkus dalam, striktur, dan lesi terputus dan dapat
melihat fustula

8. Polip Kolon Diagnosis wasir yang membengkak dan terasa nyeri ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan daerah anus dan rektum. Untuk keadaan yanglebih seriusbisa dibantu
dengan pemeriksaan anoskopi dan Sigmoidoskopi

9. Neoplasma Kolorektal
2. Ultrasonografi - Acites USG dapat menunjukkan cairan, perdarahan dilambung usus
USG adalah tehnik diagnostik noninvasif dimana - Tumor usus halus & usus besar
gelombang bunyi dimasukkan melalui struktur tubuh
internal dan dipantulkan kembali yang menghasilkan
citra organ dan struktur abdomen pada oskiloskop
(Smettzer & Bare, 2001)

3. Sinar X ( Rontgen) Foto polos abdomen -Untuk mengetahui adaya penyumbatan


-Adanya kelumpuhan saluran pencernaan
-Pola udara abnormal dalam rongga perut
-Pembesaran organ misalanya hati, ginjal dan limfe

Pemeriksaan Barium enema Barium diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar
bagian kemudian dilakukan foto rotgen untuk menunjukkan adanya
polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.

Penyakit hepar, limfa, ginjal, pankreas -Keadekuatan dari detail tes tergantung pada adanya lemak sehingga
dan organ pelvis tidak dilakukan pada pasien yang kurus.
-Bila pemeriksaan barium dilakukan tindakan ini harus dijadwalkan
setelah pemindaian CT agar tidak mempengaruhi pencitraan.

Dilakukan untuk meningkatkan Pemeriksaan ini tidak dilakukan pada pasien :


diagnosis penyakit gasrtro -Pacu jantung permanen
Intestinal -Katub jantung buatan
-Defibrilator
-Pemberian insulin
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai