LANJUT
PADA SISTEM PENCERNAAN
KELOMPOK 3 :
RUSTAN (R01223 1013 ) IRNA ERVINA (R0122 3101 )
DYANA AMRULLAH (R01223101 ) FITRI YULIANTI FAISAL HUDA
(R012231016 )
LATAR BELAKANG
PAROTIS LAMBUNG
• USUS HALUS PANKREAS
USUS KOSONG
USUS PENYERAPAN
• USUS BESAR UMBAI CACING
KOLON ASENDEN
KOLON DESENDEN
KOLON SIGMOID
REKTUM
Fisiologi Sistem Pencernaan
1. Mulut:
Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam mulut. Pengunyahan dan enzim
dalam air liur mulai mengurai makanan.
2. Kerongkongan : Makanan yang telah dikunyah (bentuknya disebut bolus) kemudian ditelan dan
melewati kerongkongan menuju ke lambung.
3. Lambung : Di lambung, bolus dicampur dan dicerna oleh asam lambung dan enzim pencernaan.
Ini membantu menghancurkan makanan menjadi semacam pasta yang disebut chyme.
4. Usus 12 jari (duodenum) : Chyme kemudian bergerak ke usus 12 jari, bagian pertama dari usus
kecil. Di sini, proses pencernaan dilanjutkan dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh pankreas
dan hati.
5. Usus kecil: Di usus kecil, nutrisi yang penting diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam
aliran darah.
6. Usus besar: Apa yang tersisa dari chyme bergerak ke dalam usus besar, di mana air dan
elektrolit diserap, membuat feses menjadi padat.
7. Rektum dan Anus: Feses kemudian bergerak ke rektum dan akhirnya dikeluarkan melalui anus.
Diagram system pencernaan
mulut • Lidah
• Gigi
• Usus 12 jari
• Usus kosong
kerongkongan
Makanan Makanan • Usus penyerapan
yang tidak yang harus
harus dicerna dicerna lambung
• Usus buntu
Usus halus • Umbai cacing
• • Rectum
Vitamin • Karbohidrat
• • Anus
Mineral • Lemak
Usus besar
• protein
PENGKAJIAN KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN
1. Tahap Identifikasi
Identitas Klien
1) Inisial Klien
2) Usia
3) Alamat
4) Pekerjaan
5) Pendidikan
6) Agama
7) Suku Bangsa
2. Pengkajian (Fisiologis)
Pengkajian Subjektif
a. Alasan Masuk Rumah Sakit :
1. Keluhan utama
2. Nyeri
3. Ketidaknyamanan abdomen
4. Laporan mual dan / atau muntah
5. Kembung dan sendawa
6. Kebiasaan buang air besar saat ini, termasuk diare, perubahan usus atau kebiasaan berkemih, atau
konstipasi;
7. Penurunan atau penambahan berat badan
8. Perubahan nafsu makan
9. Disfagia
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang. Tanyakan apakah pada setiap keluhan
utama yang terjadi memberikan dampak terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat badan
c. Riwayat Kesehatan Dahulu Pernah dirawat
Riwayat pernah dirawat dan Riwayat Penyakit
d. Riwayat Penggunaan obat-obatan
Tanyakan mengenai semua obat yang diresepkan, obat yang dibeli bebas dan preparat herbal yang dikonsumsi
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada kecenderungan keluarga memiliki penyakit tertentu pada saluran pencernaan, seperti penyakit radang usus,
poliposis, dan kanker usus besar. Ada peningkatan risiko hepatitis antara anggota keluarga di rumah yang sama,
terutama hepatitis C
f. Kebiasaan Sehari-hari
penggunaan tembakau, kafein, dan alkohol.Juga penting mencatat semua daftar obat yang pernah dan sedang
dikonsumsi, aktivitas, olahraga, dan tidur.
g. Riwayat alergi
Alergi terhadap makanan atau obata-obatan tertentu
h. Status Nutrisi dan Cairan
1) Laporan mual dan / atau muntah (berapa kali/24 jam, berapa banyak, isinya, ukut intake dan output)
2) Nafsu makan berkurang (sebarapa banyak yang dimakan, jumlah makanan yang dihabiskan, berat badan)
3) Tanyakan adanya riwayat diet dan buatlah penilaian mengenai kurang-lebihnya asupan kalori dan sumber
nutrisi penting pasien.
i. Status Eliminasi
1) Diare (berapa banyak, warna)
2) Konstipasi (berapa kali, feses bercampur darah
j. Status Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, penurunan metabolisme tubuh
3. Pengkajian Psikologis
a. Perasaan terhadap penyakitnya
b. Harapan Klien terhadap penyakitnya
c. Tingkat pengetahuan terhadap kondisinya
4. Pengkajian Situasional
d. Kondisi Lingkungan Rumah sakit
e. Status ekonomi keluarga
f. Dukungan keluarga
g. Perilaku dan gaya hidup
5. Pengkajian Objektif
a. Performance Klien
1. Penampilan Umum
Penampilan Umum
Keadaan Umum
2. Pemeriksaan Kognitif
Kemampuan berkosentrasi
Mekanisme Koping
B. Pengkajian Fisik Lanjut Tabel 1
1. Langkah Pemeriksaan Fisik Penemuan Abnormal Pada Inspeksi
a. Inspeksi Penemuan Abnormal Pada Inspeksi (Goolsby & Grubbs, 2006)
Physical Finding Cause
1) Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman),
Scars Indikasi post-operasi atau trauma.
elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering Striae Termasuk obesitas, asites, kehamilan, tumor, penyakit Cushing, dan
penggunaan steroid.
(dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan Venous Pattern Mungkin terlihat menonjol pada orang berkulit terang atau karena kongesti
sirkulasi vena Portal.
(penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan Discoloration Pertimbangkan penyakit kuning, penyakit Addison, penyakit von
Recklinghausen, trauma, ruam atau lesi.
lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran Pada orang dewasa, pertimbangkan obstruksi usus. Pada bayi baru lahir,
Visible Peristalsis peristaltik abdominal atas adalah diagnostik untuk stenosis pilorus.
Denyutan aorta yang terlihat mungkin normal pada tubuh yang kurus, namun
pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada
pada orang yang tidak kurus, mungkin menunjukkan aneurisma aorta.
Pulsations Untuk perubahan kontur atau simetri, pertimbangkan distensi abdomen
hipertensi portal). karena gangguan: lemak, cairan, kotoran, janin, flatus, fibroid, kandung
kemih penuh, tumor fatal, kehamilan palsu.
2) Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung). Distention
3) Simestrisan : perhatikan adanya benjolan lokal ( hernia
hepatomegali, splenomegali, hidronefrosis) gerakan dinding
abdomen pada peritonitis terbatas.
2. Auskultasi
Lakukan sebelum palpasi agar bising usus tidak terdengar berubah.Dengarkan bising
sepanjang aorta dan arteri iliac, ginjal, dan femoral.
Bruits
Suara mendesir terdengar sepanjang aorta, ginjal, iliaka, dan arteri femoral, yang
menunjukkan penyempitan atau aneurisma.
Pops/Tinkles
Suara bernada tinggi menunjukkan cairan usus dan udara di bawah tekanan,
seperti pada obstruksi awal.
Rushes
Suara bernada tinggi yang cepat pada saat terjadi kram, mengindikasikan
Borborygmi obstruksi usus.
Mengalami peningkatan, gurgles berkepanjangan terjadi dengan gastroenteritis,
Rubs obstruksi usus awal, dan pada saar lapar.
Suara keras dan kasar yang berbeda dengan respirasi. Menunjukkan peradangan
pada permukaan peritoneal dari organ akibat tumor, infeksi, atau infark limpa.
Venous Hum
Suara dengungan lembut sering terdengar pada sirosis hati yang disebabkan oleh
peningkatan sirkulasi kolateral antara portal dan sistem vena sistemik.
Succussion Splash
Sebuah suara percikan yang dihasilkan oleh gemetar tubuh ketika ada gas maupun
cairan dalam rongga, atau udara bebas di peritoneum atau thorax.
Penurunan atau tidak ada suara
Terjadi dengan peritonitis atau ileus paralitik.
3.
3.Perkusi
Perkusi untuk bidang tumpul, menunjukkan cairan atau benda padat, dibandingkan adanya udara.
Tabel 3
Penemuan Abnormal Pada Auskultasi
Heel strike
Minta pasien untuk berdiri dengan kaki lurus dan mengangkat jari-jari kaki. Kemudian meminta pasien untuk bersantai, sehingga memungkinkan tumit untuk
menyentuh lantai sehingga menggelegar tubuh. Jika positif, indikasi usus buntu dan gangguan peritoneal.
Obturator sign
Nyeri ditimbulkan dalam usus buntu karena rotasi ke dalam pinggul dengan lutut ditekuk, sehingga obturator internus otot meregang.
Rebound tenderness (Nyeri Tekan)
Diperiksa dengan perlahan-lahan menekan bagian atas perut dengan ujung jari, tahan posisi jari sampai rasa sakit reda atau pasien menyesuaikan dengan ketidaknyamanan, dan kemudian
dengan cepat lepas tekanan. Nyeri tekan meruapakan tanda peradangan peritoneum, muncul jika pasien mengalami ketidaknyamanan yang tajam akibat peradangan.
Heel strike
Minta pasien untuk berdiri dengan kaki lurus dan mengangkat jari-jari kaki. Kemudian meminta pasien untuk bersantai, sehingga memungkinkan tumit untuk menyentuh lantai sehingga
menggelegar tubuh. Jika positif, indikasi usus buntu dan gangguan peritoneal.
Obturator sign
Nyeri ditimbulkan dalam usus buntu karena rotasi ke dalam pinggul dengan lutut ditekuk, sehingga obturator internus otot meregang.
Psoas sign
Letakkan tangan di paha pasien tepat di atas lutut dan minta pasien untuk mengangkat paha melawan tangan pemeriksa. Sehingga memicu kontraksi otot psoas dan menghasilkan rasa sakit
pada pasien dengan apendiks yang meradang.
Murphy’s sign
Nyeri hadir saat inspirasi dalam ketika kandung empedu yang meradang dipalpasi dengan menekan di bawah tulang rusuk. Positif pada penyakit kolesistitis.
Hepatojugular reflux
Ditimbulkan oleh pencetus, dengan memberi tekanan tangan terus menerus pada area pertengahan epigastrium sementara pasien bernafas secara teratur. Amati leher untuk peningkatan
tekanan vena jugularis (JVP) saat tangan menekan dan penurunan tiba-tiba dari JVP ketika tekanan tangan dilepaskan. Refluks hepatojugular terutama terjadi pada gagal jantung kanan.
“Scratch” test
Merupakan alternatif palpasi/perkusi untuk menentukan ukuran hepar bila diperlukan. Tes awal dilakukan dengan menempatkan stetoskop di atas hepar, kemudian garuk ringan abdomen di
sisi kanan, menggunakan jari atau batang depressor. Suara yang terdengar melalui stetoskop akan lebih meningkat di hepar.
Shifting dullness
Dilakukan untuk membedakan ascites. Periksa pergeseran cairan peritoneal ke sisi, tergantung dengan rolling sisi pasien dan lakukan perkusi. catatan: tes ini sudah tidak spesifik dan telah
digantikan oleh ultrasonografi perut.
Jenis pemeriksaan Nilai Rujukan Interpretasi
C. Pemeriksaan
Diagnostik dan Berdasarkan (Brunner &
Suddarth, 2013)
Interprestasi Tes darah meliputi:
Hitung darah lengkap(CBC)
- Eritrosit
Laki-laki
Perempuan Nilai di atas normal
4,1 – 6,0 merujuk diare/ dehidrasi,
4,0 – 5,3 (Kementrian Kesehatan
(Rosida, 2015) RI, 2011)
- Leukosit (/μL) 3200 – 10.000/mm3 Nilai dibawah normal
(Kementrian Kesehatan menunjukkan terjadi
RI, 2011) infeksi virus dan nilai di
atas normal juga
menunjukkan terjadi
infeksi (Kementrian
Kesehatan RI, 2011)
- Trombosit 150-356 ribu/uL Penurunan lebih dari 20 Basofil 0% - 2% , niali di bawah normal berkaitan dengan
Laki-laki 177-401 ribu/uL ribu menunjukan terjadi (Kementrian Kesehatan RI, infeksi akut,
Perempuan (Rosida, 2015) perdarahan yang 2011) (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
lama(Kementrian
Kesehatan RI, 2011) Monosit 0%-11% Penurunan nilai monosit dari normal
(Kementrian Kesehatan RI, 2011) berkaitan dengan infeksi virus, bakteri dan
parasit
Tertentu (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
Limposit 15% - 45% Peningkatan nilai limposit terjadi pada
(Kementrian Kesehatan RI, 2011) penyakit virus, penyakit bakteri
- MCV 80 – 100 (fL) Nilai < 80 fL
(Kementrian alcoholism.(Kementrian
,(Kementrian Kesehatan RI, 2011)
Kesehatan RI, 2011) Kesehatan RI, 2011) Tes fungsi hati 3,5 – 5,0 g% Nilai albumin menurun pada keadaan:
- Albumin malnutrisi
- Peningkatan SGPT menyebabkan
- SGPT 5-35 U/L penyakit sirosis
- RDW-CV 12,1-14% - Peningkatan SGOT menyebabkan
penyakit hati
- SGOT 5 – 35 U/L - Peningkatan nilai GGT menyebabkan
Neutrofil bands 0-12% Peningkatan bands penyait kolesistitis, koletiasis, sirosis
(Kementrian disebabkan oleh infeksi, - kondisi hati pada peningkatanALP :
Kesehatan RI, 2011) perdarahan. - GGT ≤94 U/L obstruksi saluran empedu,
Peningkatan jumlah Laki-laki ≤70 U/L kolangitis, sirosis, hepatitis metastase,
neutrofil menunjukan Perempuan hepatitis, kolestasis, infi ltrating hati
keganasan disease
infeksi(Kementrian
peningkatan karena bukan factor non hati
Kesehatan RI, 2011)
Alkalin Fosfatase (ALP) 30 - 130 U/L penyakit infl amasi/infeksi(Kementrian
(Kementrian Kesehatan RI, 2011) Kesehatan RI, 2011)
Kolestrol Nilai normal : <130 mg/dL Peningkatan nilai LDL terjadi sakit kuning
LDL Nilai batas : 130 - 159 mg/dL yang parah
Risiko tinggi: ≥160 mg/dL Peningkatan HDL dapat terjadi pada
Dewasa: 30 - 70 mg/dL alkoholisme, sirosis bilier primer. Penurunan
HDL (Kementrian Kesehatan RI, 2011) HDL terjadi pada penyakit sirosis hati dan
beberapa infeksi akut (Kementrian
Kesehatan RI, 2011)
Proses inflamasi terjadi dimulai directum, bila rektum saja yang terkena sampai sigmoid disebut proktitis atau prostosigmoiditis, sedangkan bila seluruh kolon yang
terkena disebut pankolitis.
7. Ulkus duodenum
Penyakit krohn merupakan salah satu penyakit usus inflamatorik, dapat menyerang sebagian saluran gastrointestinal, mulai dari mulut sam pai lesi pada anus
Terdapat gambaran khas lesi dengan ulkus dalam, striktur, dan lesi terputus dan dapat
melihat fustula
8. Polip Kolon Diagnosis wasir yang membengkak dan terasa nyeri ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan daerah anus dan rektum. Untuk keadaan yanglebih seriusbisa dibantu
dengan pemeriksaan anoskopi dan Sigmoidoskopi
9. Neoplasma Kolorektal
2. Ultrasonografi - Acites USG dapat menunjukkan cairan, perdarahan dilambung usus
USG adalah tehnik diagnostik noninvasif dimana - Tumor usus halus & usus besar
gelombang bunyi dimasukkan melalui struktur tubuh
internal dan dipantulkan kembali yang menghasilkan
citra organ dan struktur abdomen pada oskiloskop
(Smettzer & Bare, 2001)
Pemeriksaan Barium enema Barium diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar
bagian kemudian dilakukan foto rotgen untuk menunjukkan adanya
polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.
Penyakit hepar, limfa, ginjal, pankreas -Keadekuatan dari detail tes tergantung pada adanya lemak sehingga
dan organ pelvis tidak dilakukan pada pasien yang kurus.
-Bila pemeriksaan barium dilakukan tindakan ini harus dijadwalkan
setelah pemindaian CT agar tidak mempengaruhi pencitraan.