Anda di halaman 1dari 26

STRESS AKIBAT KERJA

OLEH
GUSMAN ARSYAD, SST, M.Kes
PENGERTIAN
 Kata stress pertama kali diperkenalkan oleh Selye pada dunia psikologi
dan kedokteran sekitar tahun 1930-an. Menurut Selye, stress
merupakan reaksi organisme terhadap keadaan terancam dan tertekan.
Selye menemukan bahwa stress dihasilkan dari reaksi rantai hormon
neuroendokrin yang terjadi di dalam tubuh. Hal ini terjadi dengan
diawalinya eksitasi pada jaringan otak yang diikuti peningkatan sekresi
hormon dari kelenjar adrenal. Peningkatan sekresi hormon tersebut di
dalam tubuh akan mempengaruhi peningkatan detak jantung dan
tekanan darah. Reaksi dalam tubuh ini biasa disebut dengan
pengaturan ergotropik dan diidentikkan sebagai mekanisme dasar
terjadinya stress di dalam tubuh seseorang.
 Stress merupakan ketidakseimbangan yang terjadi antara permintaan
dan kemampuan individu sehingga menimbulkan respon baik secara
fisiologi dan perilaku.
 Stress kerja merupakan keadaan emosional yang timbul karena adanya
ketidaksesuaian antara tingkat permintaan dengan kemampuan
individu untuk mengatasi stress kerja yang dihadapinya. Hal ini
bersifat subjektif dan selalu ada pada setiap individu yang tidak
mampu mengatasi tuntutan yang terdapat di lingkungan kerja
(Kroemer & Grandjeai, 1997)

 Stress kerja dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian antara


permintaan dan tekanan tetapi dapat juga diartikan sebagai
ketidaksesuaian dengan pengetahuan dan kemampuan. Situasi seperti
ini tidak hanya berkaitan dengan kemampuan individu untuk
menghadapi tekanan pekerjaan tetapi juga pengetahuan dan
kemampuan individu yang tidak digunakan dengan baik sehingga
memicu timbulnya masalah bagi diri mereka (WHO, 2003)
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI STRESS KERJA
1. KARAKTERISTIK PEKERJAAN
1. Kebisingan
Pajanan kebisingan di tempat kerja juga berhubungan dengan
berbagai macam efek stress, seperti aktivitas neuroendokrin,
peningkatan detak jantung, kelelahan, sulit berkonsentrasi, dan
rendahnya motivasi kerja.
2. Pencahayaan
Tingkat pencahayaan yang terlalu rendah dan menyilaukan
dapat memicu terjadinya ketegangan otot mata, kelelahan mata,
sakit kepala, kerusakan penglihatan, ketegangan, dan frustasi.
Tingkat pencahayaan yang kurang baik dapat membuat pekerja
lebih sulit dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga akan
menghabiskan lebih banyak waktu
1. KARAKTERISTIK PEKERJAAN
3. Suhu
Stress yang diakibatkan suhu dapat menurunkan kemampuan dalam
pengambilan keputusan dan performa kerja. Selain itu, lingkungan kerja
yang terlalu dingin juga dapat menurunkan tingkat ketangkasan dan
motivasi dalam bekerja tetapi dapat meningkatkan kejadian kecelakaan
4. Ventilasi
Kualitas udara yang buruk di lingkungan kerja dapat memicu terjadinya
sakit kepala dan kelelahan sehingga menyebabkan pekerja sulit
berkonsentrasi. Rendahnya kualitas udara ini dapat disebabkan beberapa
hal, seperi tingginya konsentrasi polutan di udara, buruknya sirkulasi
udara, atau kurangnya ventilasi. Selain itu, faktor lain yang juga
mempengaruhi kualitas udara yaitu asap rokok, sistem pendingin
ruangan, ionisasi akibat peralatan elektronik, terlalu banyak orang di
ruangan yang kecil, dan adanya bahan kimia
1. KARAKTERISTIK PEKERJAAN
5. Konflik Peran
Konflik peran merupakan bentuk umum stressor yang terjadi di tempat
kerja. Konflik ini biasanya muncul ketika pekerja diharuskan untuk
berperilaku dengan cara yang bertentangan dengan diri mereka, misalnya
Komunikasi yang tidak berjalan dengan baik, Banyak harapan untuk
bertindak dengan cara yang berbeda, Peran ganda yang tidak sesuai dengan
kemampuan, Banyaknya peran yang harus dilakukan, Nilai dan
kepercayaan pekerja yang tidak sesuai dengan kemampuan diri
6. Ketaksaan Peran
Ketaksaan peran terjadi ketika tidak tersedia cukup informasi mengenai
perilaku yang diharapkan dari perusahaan. Informasi yang tidak jelas
mengenai harapan yang harus dipenuhi membuat pekerja harus
menjalankan peran yang beragam. Ketaksaan peran berhubungan dengan
ketidakjelasan dalam memberikan tugas kepada pekerja. Sehingga hal ini
dapat menimbulkan terjadinya frustasi dan sulitnya bagi pekerja untuk
mencapai kepuasan dalam bekerja.
1. KARAKTERISTIK PEKERJAAN
7. Konflik Interpersonal
Setiap pekerjaan pasti mengharuskan pekerjanya untuk berinteraksi
dengan orang lain, misalnya dengan rekan kerja, klien. Interaksi sosial
berpotensi menimbulkan konflik yang dapat mengakibatkan stress.
8. Ketidakpastian Pekerjaan
Ketidakpastian pekerjaan merupakan salah satu sumber stress yang dapat
mengakibatkan menurunnya performa kerja dan menyebabkan pekerja
mencoba mencari pekerjaan di tempat lain
9. Kurangnya Kontrol
Stress terjadi ketika adanya permintaan dari lingkungan yang tidak sesuai
dengan kemampuan individu dalam mengatasinya. Ketika permintaan
dari lingkungan tersebut tidak mampu dipenuhi maka individu tersebut
akan merasa sulit melakukan kontrol terhadap dirinya sendiri. Kurangnya
kontrol terhadap diri sendiri dapat menimbulkan terjadinya stress.
1. KARAKTERISTIK PEKERJAAN
10. Kurangnya Kesempatan Kerja
Kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia dapat memicu terjadinya
stress. Hal ini dikarenakan munculnya kekhawatiran dalam diri individu
terhadap kemungkinan kehilangan pekerjaan dan sulitnya mencari
pekerjaan kembali
11. Jumlah Beban Kerja
Bekerja di bawah tekanan waktu untuk mencapai target merupakan
sumber stress yang seringkali terdapat di tempat kerja. Tingkat stress
akan meningkat seiring dengan semakin dekatnya target yang ditentukan.
12. Variasi Beban Kerja
Variasi beban kerja yang beragam dapat menimbulkan stress bagi pekerja
ketika mereka merasa tidak mampu melaksanakan tugas tersebut.
Ketidakmampuan pekerja dalam menyelesaikan tugas tersebut dapat
mempengaruhi penilaian diri seseorang terhadap dirinya
1. KARAKTERISTIK PEKERJAAN
13. Tanggung Jawab Terhadap Pekerja Lain
Peningkatan tanggung jawab terhadap orang lain berarti bahwa
seorang pekerja lebih sering menghabiskan waktunya untuk
berinteraksi dengan pekerja lain, menghadiri pertemuan, bekeja
sendiri dan sebagai konsekuensinya akan menyebabkan seorang
pekerja berada dalam tekanan.
14. Kemampuan yang Tidak Digunakan
Kemampuan pekerja yang tidak digunakan dapat menimbulkan
stress. Kondisi seperti ini seringkali terjadi ketika pekerja memiliki
kemampuan yang banyak untuk melakukan suatu pekerjaan. Akan
tetapi, kemampuan tersebut tidak dapat digunakan karena sudah
menggunakan alat bantu atau adanya pekerja lain yang melakukan
tugas tersebut.
1. KARAKTERISTIK PEKERJAAN
15. Tuntutan Mental
Tuntutan mental merupakan sumber stress yang signifikan terutama pada
pekerjaan yang menuntut interaksi secara langsung dengan klien
perusahaan khususnya pada sektor jasa. Pekerjaan yang mengharuskan
berinteraksi dengan orang lain memiliki banyak sumber emosi yang
bersifat negatif, seperti kesedihan, mudah marah, tidak sabar, dll.
16. Shift Kerja
Pekerjaan shift terutama saat malam hari akan memberikan tekanan yang
besar bagi tubuh. Tubuh akan merasa lebih lelah sehingga risiko terjadinya
kecelakaan akan meningkat. Jam kerja yang terlalu lama sebaiknya juga
dihindari. Urutan shift kerja yang baik yaitu shift pagi- siang malam dan
setiap shift tersebut diselesaikan tubuh akan membutuhkan waktu sekitar
11 jam untuk beristirahat. Kurangnya istirahat akan memberikan efek
negatif dari stress dengan munculnya gangguan kesehatan
2. KARAKTERISTIK INDIVIDU
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan stress
di tempat kerja. Menurut ILO (2001), perempuan lebih berisiko
mengalami stress yang dapat berdampak pada timbulnya penyakit akibat
stress serta tingginya keinginan untuk meninggalkan pekerjaannya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan rentan mengalami
stress kerja, yaitu: 1. Perempuan memiliki peran dominan dalam merawat
keluarga sehingga total beban kerja perempuan lebih tinggi dibandingkan
laki-laki. 2. Tingkatan untuk mengontrol pekerjaan cenderung rendah
karena sebagian besar perempuan menempati jabatan di bawah laki-laki.
3. Semakin banyaknya perempuan yang menduduki jabatan penting. 4.
Semakin banyaknya perempuan yang bekerja pada tingkat stress kerja
tinggi 5. Terjadinya ketidakadilan dan diskriminasi dari posisi yang lebih
senior
2. KARAKTERISTIK INDIVIDU
2. Umur
Umur dapat mempengaruhi tingkat stress yang dialami seseorang.
Pekerja pada usia yang lebih tua cenderung mengalami stress lebih
rendah dibandingkan dengan pekerja berumur muda. Tetapi
pengalaman stress pada pekerja yang berumur tua lebih banyak
dibandingkan dengan pekerja muda.
3. Status Pernikahan
Status pernikahan dapat berpengaruh pada tingkat stress seseorang.
Individu yang berstatus menikah biasanya memiliki tingkat stress yang
lebih rendah dibandingkan dengan individu yang tidak menikah. Hal
ini terjadi dikarenakan apabila pekerja mendapat dukungan dalam
karir dari pasangannya maka stress kerja yang dialaminya akan
cenderung berkurang karena adanya dukungan dari pasangan
2. KARAKTERISTIK INDIVIDU
4. Jumlah Anak
Berdasarkan hasil penelitian Twenge et al (2005) menunjukkan bahwa
orang tua yang memiliki anak lebih dari dua akan memiliki tingkat
kepuasan pernikahan yang rendah serta tingginya stress yang dirasakan
oleh orang tua (Hess, 2008) Dalam penelitian lainnya menunjukkan
bahwa keluarga yang memiliki jumlah anak lebih sedikit akan lebih
baik dalam mengelola stress sehingga tingkat stress yang dirasakan
oleh orang tua cenderung lebih rendah
5. Masa Kerja
Masa kerja yang berhubungan dengan stress kerja berkaitan dalam
menimbulkan kejenuhan dalam bekerja. Pekerja yang telah bekerja
lebih dari lima tahun biasanya memiliki tingkat kejenuhan kerja yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja baru. Kejenuhan ini yang
kemudian dapat berdampak pada timbulnya stress di tempat kerja
(Munandar, 2001)
.
3. AKTIVITAS DI LUAR PEKERJAAN
 Aktivitas di luar pekerjaan juga dapat berpengaruh dalam
menimbulkan kondisi stress bagi seorang pekerja. Pada semua
model stress kerja, aktivitas di luar pekerjaan diakui sebagai salah
satu sumber stress bagi pekerja. Aktivitas di luar pekerjaan yang
dapat mempengaruhi kondisi stress sangat beragam, seperti
masalah keuangan, penikahan, kehidupan sosial, anak, dsb.
Sumber stress yang berasal dari aktivitas di luar pekerjaan dapat
memperburuk kondisi stress yang dialami pekerja akibat aktivitas
pekerjaannya. Oleh karena itu, menghilangkan sumber stress
dari aktivitas di luar pekerjaan sebaiknya dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah menurunnya kepuasan kerja
seseorang serta menghambat perkembangan reaksi stress dari
sumber yang telah didapat ketika bekerja (Hurrell, 1990)
DAMPAK STRESS KERJA
DAMPAK BAGI PEKERJA
 Stress merupakan masalah umum yang saat ini seringkali
terjadi pada pekerja. Stress memiliki dampak kerugian yang
besar bagi absenteisme dan rendahnya performa kerja. Selain
itu, efek jangka panjang stress dapat menimbulkan berbagai
penyakit, seperti gangguan lambung, gangguan tulang dan
otot, hipertensi hingga penyakit jantung. Penyakit- penyakit
tersebut merupakan penyebab tingginya angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian di negara industri .
 Berbagai penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
dampak stress terhadap individu menemukan bahwa stress
berdampak negatif pada tiga hal, yaitu psikologis, kesehatan
fisik, dan perilaku individu.
Efek psikologis
Efek psikologis yang dapat timbul akibat kondisi stress,
antara lain :
1.Sulitnya berkonsentrasi
2.Ketidakpuasan dalam bekerja
3.Gangguan afektif, seperti kecemasan, depresi, dan
mudah marah
4. Gangguan somatik, seperti sakit kepala, sesak napas,
dan pusing
5.Rendahnya penghargaan diri
Adapun efek jangka panjang bagi kondisi psikologis
individu, yaitu insomnia, kecemasan dan depresi kronis,
neurosis, dan bunuh diri (Hardy, Carson, & Thomas, 1998)
Efek kesehatan fisik
Dampak kesehatan fisik yang timbul akibat kondisi stress
sangat beragam, seperti sakit kepala, sakit punggung,
gangguan pola tidur, gangguan sistem pernapasan, dan
gangguan sistem imun (Dollard, Winefield, & Winefield,
2003). Adapun efek jangka panjang yang dapat timbul,
seperti penyakit jantung, hipertensi, dan rendahnya
kondisi kesehatan secara umum (Hardy et al., 1998)
Efek perilaku
Perubahan perilaku akibat kondisi stress dapat terlihat dari
konsumsi alkohol, rokok dan obat-obatan, penurunan
performansi kerja, apatisme, tingginya angka absenteisme,
kecelakaan kerja dan tingginya angka turnover pekerja
(Dollard et al., 2003). Sedangkan dalam jangka waktu yang
panjang, efek perilaku ini dapat juga berdampak pada
perpecahan rumah tangga dan isolasi terhadap kehidupan
sosial di sekitarnya (Hardy et al., 1998)
Dampak Bagi Perusahaan
 Peninjauan terhadap stress kerja yang dialami pekerja seharusnya
dilakukan untuk mencegah meningkatnya tingkat stress kerja yang
dialami para pekerja. Hal ini dikarenakan stress yang dialami
pekerja dapat berdampak juga pada performa perusahaan
 Berikut adalah beberapa dampak stress kerja bagi perusahaan.:
a. Meningkatnya keluhan dari klien
b. Rendahnya komitmen pekerja untuk mecapai tujuan perusahaan
c. Meningkatnya angka kecelakaan kerja
d. Meningkatnya angka turnover pekerja
e. Meningkatnya absenteisme
f. Menurunnya performa kerja
PENCEGAHAN STRESS KERJA
 Pencegahan Primer
Pencegahan stress primer dapat dilakukan dengan melakukan penyesuaian
ergonomik, mendesain lingkungan dan pekerjaan sesuai dengan kemampuan
pekerja, dan melakukan pengembangan organisasi dan manajemen. Dalam
mendesain lingkungan dan pekerjaan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan agar mencegah terjadinya stress pada pekerja.
 Pencegahan sekunder
Untuk melakukan pencegahan stress sekunder dapat dilakukan dengan
memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para pekerja dalam mencegah
dan mengatasi stress kerja
 Pencegahan tersier
Langkah pencegahan terakhir yang dapat dilakukan yaitu dengan
meningkatkan sensitivitas dan respon sistem manajemen serta meningkatkan
pelayanan kesehatan kerja. Pencegahan tersier ini menekankan pada
peningkatan respon dan pelayanan kesehatan kerja yang efisien. Program
manajemen stress kerja juga seharusnya dikembangkan dalam langkah
pencegahan ini.
Penanggulangan Stress Kerja
Manajemen stress Perubahan organisasi
 Perubahan organisasi dapat dilakukan dengan
 Manajemen stress menggunakan jasa konsultan untuk melakukan
perbaikan kondisi kerja di suatu organisasi.
biasanya dilakukan Pendekatan ini cara langsung yang dapat digunakan
dengan cara memberikan untuk mengurangi stress di tempat kerja. Pendekatan
cara ini dilakukan dengan cara mengidentidikasi
pelatihan manajemen aspek stress kerja yang terdapat di tempat kerja,
stress bagi para pekerja seperti beban kerja berlebih, harapan yang
melalui Employee bertentangan, dll dan melakukan desain
strategiuntuk mengurangi atau menghilangkan
Assistance stressor yang telah diidentifikasi. Keuntungan dari
Program(EAP). Pelatihan pendekatan ini yaitu secara langsung mengatasi
permasalahan stress kerja hingga ke penyebab
ini diberikan untuk dasarnya. Akan tetapi, para manajer seringkali tidak
meningkatkan menyukai pendekatan ini karena melibatkan
kemampuan pekerja perubahan dalam rutinitas kerja, jadwal produksi
atau perubahan struktur organisasi. Secara umum,
dalam mengatasi situasi prioritas utama dalam menanggulangi stress kerja
pekerjaan yang sulit. harus dilakukan dengan cara perubahan organisasi
untuk memperbaiki kondisi kerja. Akan tetapi,
kombinasi perubahan organisasi dan manajemen
stress marupakan pendekatan yang paling sesuai
untuk dapat mengurangi stress di tempat kerja
Cara Pengukuran Stress Kerja
Self Report Measure Physiological Measure
 Pengukuran dengan metode ini  Pengukuran metode ini
dilakukan dengan menanyakan dilakukan dengan cara melihat
intensitas pengalaman baik perubahan yang terjadi pada
psikologis, fisiologis dan perubahan kondisi fisik seseorang, seperti
fisik yang dialami seseorang
perubahan tekanan darah,
menggunakan kuesioner. Teknik ini
ketegangan otot bahu, leher, dan
seringkali disebut life event scale
Teknik ini mengukur stress dengan pundak. Cara ini dianggap
cara mengobservasi perubahan memiliki reliabilitas paling
perilaku seseorang, seperti tinggi akan tetapi sebenarnya
kurangnya konsentrasi, cenderung tergantung pada alat yang
berbuat salah, bekerja dengan digunakan serta pengukur itu
lambat, dll sendiri.
Cara Pengukuran Stress Kerja
Biochemical Measure
 Pengukuran metode ini dilakukan  Dari ketiga cara di atas
dengan melihat respon biokimia
melalui perubahan kadar hormon
pengukuran life event scale
katekolamin dan kortikosteroid paling sering digunakan
setelah dilakukan pemberian dalam pengukuran stress. Hal
stimulus. Reliabilitas pengukuran ini dikarenakan
dengan metode ini tergolong cukup
tinggi tetapi hasil pengukurannya penggunaannya yang mudah
dapat berubah jika subjek serta biaya yang relatif
penelitiannya memiliki kebiasaan mudah meskipun tidak dapat
merokok, minum alkohol, dan kopi.
dihindari adanya
Hal ini dikarenakan kandungan
dalamrokok, alkohol, dan kopi dapat keterbatasan tertentu.
mempengaruhi kadar hormon
tersebut di dalam tubuh.
Thank’s
for
attention

Anda mungkin juga menyukai