Preskas Post Ictal Psychosis
Preskas Post Ictal Psychosis
Hari MRS:
3 tahun lalu: 2 hari lalu: Poli saraf: mengamuk
5 tahun lalu: Jatuh dari motor , Kejang tonik klonik Meracau, halusinasi,
Riwayat kejang kejang 2 menit, penurunan waham curiga
kesadaran Menantang dan
mengancam
B. Pembicaraan:
Kuantitas pembicaraan pasien banyak, pembicaraan cepat, volume kuat, kontak mata
adekuat, mencerca dan meracau
E. Proses Pikir
1. Arus pikir :
• Produktivitas : Banyak ide
• Kontinuitas: Pembicaraan tangensial
• Hendaya berbahasa: Word salad
2. Isi pikir :
• Waham : Curiga
F. Sensorium dan Kognisi
1. Kesadaran:
a. Kesadaran Neurologik : Kompos mentis
b. Kesadaran Psikologik : Kesadaran terganggu
2. Inteligensia:
Taraf pengetahuan dan kecerdasan tidak dikaji.
3.Orientasi:
Gangguan orientasi terhadap tempat dan orang buruk, orientasi waktu baik (tahu saat
ditanya malam/siang)
4. Memori: Tidak dilakukan
5. Konsentrasi dan perhatian: Pasien mengalami kesulitan berkonsentrasi selama
proses pemeriksaan.
6. Kemampuan membaca dan menulis: Tidak dilakukan.
7. Kemampuan visuospasial: Tidak dilakukan
8. Pikiran abstrak: Tidak dilakukan
9. Kemampuan menolong diri sendiri: Pasien tidak dapat mengurus diri secara mandiri
dan baik.
G. Pengendalian Impuls
Pasien ditemukan impuls seperti membahayakan orang lain, agresif.
B. Status Neurologik
• Meningeal sign:
• Kaku kuduk –
• Kuduk kaku –
• Brudzinski I –
• Kelainan psikiatrik pada 50% epilepsi. Prevalensi lebih tinggi pada epilepsi fokal, terutama melibatkan lobus temporal.
• Studi epidemiologikal di Islandia oleh Gudmundson tahun 1966: Rerata psikosis 7.2% pada epilepsi.
• Studi-studi lain: Prevalensi psikosis lebih tinggi pada epilepsi dibandingkan umum, rerata 0.48 – 35.7%.
• Gaitatziz et al.: Prevalensi psikosis studi population based 2 – 7%, psikosis 10 – 19% pasien TLE atau epilepsi refrakter.
• Systematic review dan meta analysis Clancy et al: Data PUBMED, OVIDMEDLINE, PsychINFO dan Embase hingga 2010, 215 paper:
Prevalensi psikosis pada epilepsi 5.6% (95% CI: 4.8 – 6.4), lobus temporalis 7% (95% CI: 4.9 – 9.1).
Prevalensi psikosis postiktal pada epilepsi sebesar 2% (95% CI: 1.2 – 2.8).
1. Braatz V., et al. (2021). Postictal psychosis in epilepsy: A Clinicogenetic study. Annals of neurology. 2021;90(3): 464-476.
2. Clancy MJ., et al. The prevalence of psychosis in epilepsy; a systematic review and meta-analysis. BMC psychiatr. 2014;14:1-9.
HISTOLOGI
A: Interneuron
B: Neuron motorik
C: Sinaps akson terminal dengan
neuron post sinaptik
D: Sel glial (Astrosit)
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
ANATOMI DAN FISIOLOGI
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
Korteks Serebri
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
• Koneksi kortikokortikal :
1) Koneksi intrinsik
2) Asosiasi
3) Kalosal
Network Area otak Fungsi
Central Korteks prefrontal dorsolateral, Atensi, Memori kerja,
•Central executive network: DLPFC,
executive Korteks parietal posterior lateral Pengambilan
area multipel korteks parietal posterior lateral Keputusan, Deteksi
•Salience network: Korteks stimuli relevan
Salience Korteks singulata anterior, Deteksi stimuli relevan
singulata anterior (ACC), korteks prefrontal
korteks prefrontal ventromedial,
ventromedial (VMPFC), insula
Insula
•Default mode network: korteks Default Korteks prefrontal medial, Internal cognition
prefrontal Korteks singulata posterior, Theory of mind
medial, korteks singulata posterior, Korteks parietal posterior medial
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
Major synaptic relay station dari informasi yang mencapai korteks serebri
Talamus
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
Sistem Talamokortikal
•Sensorik: Stimuli eksternal melalui nuklei intermediat korda spinalis
dan medula, sinaps dengan specific relay nuclei.
•Motorik: Dari regio asosiasi dan korteks motorik, ke batang otak dan
korda spinalis. Traktus kortikospinal dari korteks premotorik &motorik primer
lobus frontalis, akhir di korda spinalis (kontralateral)
•Asosiasi: Pertemuan regio sensori dan motorik korteks frontal. Input
dari korteks, nukleus asosiasi talamus, dll.
•Input terpengaruh oleh input modulatori nuklei batang otak (dopamin,
norepinefrin, serotonin).
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
Sistem Serebelotalamokortikal
• Serebelum di fossa kranial posterior, inferior lobus oksipital
serebrum.
• Nuklei : fastigial, globosa dan emboliform, dentata (terbesar).
• Korteks memproses input ke serebelum, nuklei memproses
output.
• Kontrol motorik, regulasi postur, gait, pergerakan volunter.
Mungkin berperan dalam mediasi kognitif.
• Studi pencitraan: Skizofrenia: Abnormalitas serebelum,
talamus, korteks prefrontal.
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
Sistem Ganglia Basalis
Regulasi gerakan, terlibat dalam gangguan gerakan (diskinesia)
Fungsi kognitif.
Substansia nigra: Kompakta (dorsal) banyak sel, retikulata (ventral) jarang. Ada
neuromelanin, isi dopamin.
• Input striatonigrostriatal: Korteks prefrontal medial dan orbital -> ventral striatum,
DLPFC -> striatum sentral, korteks premotor, motorik -> striatum dorsolateral.
• Aferen korteks sensorimotor berakhir di putamen, korteks regio asosiasi -> nukleus
kaudatus.
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
Sistem Limbik
Diagram sirkuit neural terkait
emosional
• Korteks limbik, formasi hipokampus, amigdala, area septal, hipotalamus, area talamus dan kortikal terkait.
• Korteks limbik: girus singulata (berbentuk C, dorsal korpus kalosum), dan girus parahipokampus.
• Singulata anterior subgenual: Brodmann 25, subkalosal Brodmann 32 dan 24, terkoneksi amigdala dan hipotalamus (depresi).
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
• Formasi hipokampus (girus dentata, hipokampus, kompleks subikular).
• Nuklei amigdala: Kompleks basolateral, grup amigdaloid sentromedial,
grup olfaktorius.
• Nuklei basolateral terkoneksi korteks temporal, insular, prefrontal.
• Amigdala sentromedial + Bed nucleus of stria terminalis (BNST) =
Extended amygdala
• Extended amygdala sentral terhubung ke batang otak viserosensorik
dan viseromotorik dan hipotalamus lateral
• Extended amygdala medial terhubung ke hipotalamus medial.
• Area septal adalah struktur substansia nigra diatas komisura anterior.
• Nuklei septal terkoneksi timbal balik dengan hipokampus, amigdala,
dan hipotalamus, terproyeksi ke beberapa struktur batak otak.
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
• Hipotalamus: Regulasi sirkuit emosional, fungsi otonom, endokrin, somatik.
• Hubungan: Limbik, nuklei somatik & viseral batang otak, korda spinalis: Output
regulasi kelenjar pituitari.
• Nuklei supraoptic & paraventrikular isi oksitosin & vasopresin ke lobus posterior
pituitari. PVN melepaskan CRF ke portal (hormon pituitari anterior), regulasi area
otonomik simpatetik¶simpatetik medula dan korda spinalis.
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
Sirkuit neuron oreksin3
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
Kejang
• Epilepsi adalah kejang berulang.
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
• Iktal: otomatisme dan aura psikis (mood, derealisasi, depersonalisasi, forced thinking). Halusinasi visual/auditorik.
• Gangguan kognitif dapat mengikuti status epileptikus dengan kejang fokal, diskognitif fokal, atau kejang absen.
• Kejang fokal berulang jika bermanifestasi sebagai aura psikis, sulit dibedakan dengan gangguan psikiatrik primer.
• Selain aura iktal, status epileptikus fokal bisa psikosis.
• Status epileptikus nonkonvulsif muncul dengan imobilitas, fleksibilitas lilin, negativisme menyerupai katatonia.
• EEG interiktal rekuren (periodic lateralizing epileptiform) berhubungan dengan perubahan kognitif fokal dan confusional lama.
• Alternating psychosis
Bervariasi Gangguan mood (depresi, mania), ansietas (panik dan PTSD), agresi, kekerasan, hiposeksualitas, bunuh
diri
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
• Berbeda:
Kehilangan volume bilateral hipokampus&amigdala
Tanpa perbedaan volume total hipokampal
Penurunan volume hipokampal kiri
Penurunan volume substansia alba
Pembesaran amigdala bilateral.
• Sejak tahun 2004, studi morfometrik otak:
Penurunan substansia alba dan substansia nigra
Peningkatan atau penurunan ketebalan kortikal
penipisan kortikal pada girus frontal inferior
Penurunan substansia nigra lobus parietal kiri
Tanpa perubahan morfologi.
• Beberapa studi: Peningkatan ketebalan kortikal pada
psikosis pada epilepsy (cognitive control network dan
default mode network).
Pencitraan epilepsi: (A) Penurunan substansia alba epilepsi lobus temporal
dengan psikosis (TLE-P) atau tanpa psikosis (TLE-NonP), (B) Penurunan • Atrofi hipokampal posterior bilateral, dan fisura
signifikan substansia alba TLE-P, (C) Gangguan network substansia alba TLE-P hipokampal membesar signifikan.
dan TLE-NonP, (d) Area hipermetabolik TLE-P >TLE-NonP4
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
4. Sone D. Neurobiological mechanisms of psychosis in epilepsy: Findings from neuroimaging studies. Frontiers in Psychiatry. 2022;13
Faktor Predisposisi
• Ensefalitis dan trauma kepala
• Aktivitas epileptiform interiktal bilateral EEG, slowing EEG.
• Rekurensi kejang lobus temporalis kontralateral.
• Hipermetabolisme lobus temporalis dan frontalis bilateral, lobus frontalis dan temporalis ipsilateral,
area temporalis lateralis.
• Penghentian benzodiazepin pada epilepsi menyebabkan delirium dan psikosis.
• Hiperaktivitas kortikal pasien disfungsi serebral bilateral dan predisposisi genetik kelainan psikiatrik
• Lebih sering berkaitan dengan kejang kompleks parsial yang berlanjut ke kejang generalisata.
• Studi Umbricht et al. menemukan fokus bitemporal sering terjadi
• Asosiasi kuat antara epilepsi parsial kompleks, terutama lobus temporal dengan psikosis post iktal.5
5. Devinsky O. Postictal psychosis: common, dangerous, and treatable. Epilepsy currents. 2008;208(2): 31-34
Patofisiologi psikosis inter iktal kronik 5
5. Devinsky O. Postictal psychosis: common, dangerous, and treatable. Epilepsy currents. 2008;208(2): 31-34
DIAGNOSIS
• DSM-5 tidak memiliki diagnostik eksklusif kelainan mental terkait epilepsi.
• Psikosis post iktal berdasarkan hubungan psikosis dengan kejang epileptik:
1. Pre-iktal
2. Iktal
3. Post iktal: Keadaan psikotik “clouded” karena gangguan fungsi kortikal
4. Psikosis inter-iktal: Melibatkan limbik (aktivitas elektrikal abnormal, lesi)
5. Psikosis akibat pengobatan epilepsi: Setelah medikasi atau pembedahan.
5. Devinsky O. Postictal psychosis: common, dangerous, and treatable. Epilepsy currents. 2008;208(2): 31-34
6. Whitson J, Agrawal N. Epilepsy and psychosis. In The Comorbidities of Epilepsy. Academic Press. 2019;315-342
7. Depkes R.I. Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993
8. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran FK Unikas Atmajaya; 2019. pp. 22-30, 53
GANGGUAN MENTAL ORGANIK (PPDGJ III)
• Berdasarkan bukti penyakit, cedera, rudapaksa otak, berakibat pada disfungsi otak primer atau sekunder.
• Sindrom klinis Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik (F06) :
• a) Penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit sistemik berhubungan dengan salah satu sindrom
mental
• b) Adanya hubungan waktu (minggu atau bulan) antara perkembangan penyakit yang mendasarinya dengan
• c) Kesembuhan dari gangguan jiwa setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang diduga mendasarinya
• d) Tidak ada bukti penyebab alternatif dari sindrom mental (riwayat keluarga atau stres yang mempercepat)
(a) dan (b) membenarkan diagnosis sementara, bila keempat hal terpenuhi, kepastian diagnosis lebih bermakna.
7. Depkes R.I. Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993
8. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran FK Unikas Atmajaya; 2019. pp. 22-30, 53
Gangguan Waham Organik (F06.2)
• Harus ada waham (kejar, tubuh yang berubah, cemburu, penyakit, atau kematian diri atau orang lain).
• EEG rutin sering normal dan harus diulang: Dengan manuver provokatif
(stimulasi photic, hiperventilasi, sleep deprived EEG) MRI Coronal T2-weighted (kiri) dan FLAIR (kanan)
menunjukkan sklerosis temporalis mesial kanan, sinyal
• CT scan dan MRI lebih tepat melihat fokus kejang. tinggi mengindikasikan gliosis.3
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
DIAGNOSIS BANDING
Halusinosis Gangguan Suasana Perasaan Gangguan Psikotik Akut dan Sementara (F23)
Organik (F06.0) Mood/Afektif Organik (F06.3)
7. Depkes R.I. Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993
8. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran FK Unikas Atmajaya; 2019. pp. 22-30, 53
TATA LAKSANA
• Pengobatan kejang pada beberapa kasus mengurangi psikosis peri-iktal, depresi, atau gangguan perilaku.
• Karbamazepin dan valproat: Efek antimanik dan sedikit efek antidepresan, efikasi sebagai profilaksis episode manik.
• Perubahan ensefalopatik dapat terjadi pada level toksik dari semua obat antiepilepsi.
• Barbiturat memicu depresi, ide bunuh diri, sedasi, psikomotor lambat, hiperaktivitas paradoksikal pada usia sangat muda atau tua.
• Gabapentin memicu perilaku agresif atau hipomania, dan vigabatrin (Sabril) memicu depresi.
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
PENGOBATAN ANTIPSIKOTIK
• Generasi pertama (FGAP) dan generasi kedua (SGAP). Efek samping SGAP (ekstrapiramidal, diskinesia tardif) < FGAP.
• World Federation of Biological Psychiatry (WFSBP): Olanzapin, quetiapin atau risperidon sebagai lini pertama.
• Trial minimal 2 minggu. WFSBP: Pengobatan minimal 1 tahun pada episode pertama psikosis, maintenance 2 – 5 tahun episode multipel.
• Lithium terkadang sebagai augmentasi skizofrenia refrakter pengobatan, tetapi bukti efikasi rendah
• Studi-studi case report: Haloperidol, risperidon, paliperidone, aripiprazol jarang memicu kejang dibandingkan clozapin, olanzapin, quetiapin, chlorpromazin, thioridazin,
perphenazin.
6. Whitson J, Agrawal N. Epilepsy and psychosis. In The Comorbidities of Epilepsy. Academic Press. 2019;315-342
9. Agrawal N, Mula M. Treatment of psychoses in patients with epilepsy: an update. Therapeutic Advances in Psychopharmacology. 2019;9
10. Galletly C, et al. Royal Australian and New Zealand College of Psychiatrists clinical practice guidelines for the management of schizophrenia and related disorders. Australian & New Zealand Journal of
Psychiatry. 2016;50(5): 410-472.
6. Whitson J, Agrawal N. Epilepsy and psychosis. In The Comorbidities of Epilepsy. Academic Press. 2019;315-342
9. Agrawal N, Mula M. Treatment of psychoses in patients with epilepsy: an update. Therapeutic Advances in Psychopharmacology. 2019;9
Dosis antipsikotik oral. (a) dosis mungkin tidak dapat ditoleransi beberapa orang (b) dosis lebih rendah direkomendasikan pada gangguan ginjal (c)
tidak makan dan minum selama 10 menit post dosis (d) generasi pertama antipsikotik (e) dosis lebih tinggi boleh digunakan tetapi tidak umum
direkomendasikan karena resiko efek ekstrapiramidal (f) bersamaan dengan makanan 10
10. Galletly C, et al. Royal Australian and New Zealand College of Psychiatrists clinical practice guidelines for the management of schizophrenia and related disorders. Australian & New Zealand Journal of
Psychiatry. 2016;50(5): 410-472.
PROGNOSIS
•Kebanyakan epilepsi memiliki prognosis baik: Dapat dikontrol OAE, beberapa biasanya hilang saat dewasa.
•Kebanyakan pasien epilepsi tidak mengalami gangguan psikiatri
•Gangguan psikiatri jika kejang bertahun-tahun dan tidak terkontrol.
•Gangguan perilaku: OAE atau pembedahan menghilangkan agresi dan impulsivitas, tidak berpengaruh pada
psikosis dan perilaku bunuh diri.3
•Psikosis post iktal biasanya self limited.
•Umumnya psikosis post iktal respon benzodiazepin dan/atau obat antipsikotik atipikal dosis rendah.
•Studi longitudinal: setengah dari kasus psikosis post iktal rekuren, 15 – 20% menjadi psikosis interiktal kronik,
membutuhkan antipsikotik berkepanjangan.12
•Studi-studi menemukan perkembangan menjadi psikosis interiktal berkisar antara 13 – 39%. 13
12. Regala J, et al. Postictal Psychosis: Case Report and Literature Review. Case Reports in Psychiatry. 2023
13. Trimble M, et al. Postictal psychosis. Epilepsy & Behavior. 2010;19(2):159-161
ANALISA KASUS
• Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan Dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik (F06)
• DSM V: Psychotic Disorder Due to Another Medical Condition (F06): Dengan delusi (F06.2), Dengan halusinasi (F06.0)
• Psikosis post iktal sesuai kriteria diagnosis oleh Logsdail dan Toone
• Gangguan default mode network, central executive network, salience network pada skizofrenia
• Lobus frontotemporal karena gangguan default mode network -> halusinasi visual, emosional positif, agresivitas.
• Central executive network di korteks prefrontal dan lobus parietalis: pertimbangan, pengambilan keputusan -> Tidak mampu mempertimbangkan akibat
perilakunya.
• Salience (Anterior cingulate cortex, insula anterior, presupplementary motor areas, amigdala, hipotalamus, ventral striatum, talamus, girus
parahipokampal, lobus olfaktorius, VTA): Proses emosi, reward, motivasi limbik. -> moral reasoning dan regulasi emosi.
• Fungsi eksekutif terkait input dari korteks prefrontal (kontrol impuls, emosi, berpikir fleksibel, memori kerja, organisasi, task initiation, perencanaan&prioritas, self
monitoring): Gangguan kontrol emosi dan kontrol impuls -> ganglia basalis.
14. Xu H., et al. The interplay of dopamine metabolism abnormalities and mitochondrial defects in the pathogenesis of schizophrenia. Translational
psychiatry. 2021;12(1): 464.
DAFTAR PUSTAKA
1. Braatz V., et al. Postictal psychosis in epilepsy: A Clinicogenetic study. Annals of neurology. 2021;90(3): 464-476.
2. Clancy MJ., et al. The prevalence of psychosis in epilepsy; a systematic review and meta-analysis. BMC psychiatr. 2014;14:1-9.
3. Hodo DW. Kaplan and Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. American Journal of Psychiatry. 2017;163(8)
4. Sone D. Neurobiological mechanisms of psychosis in epilepsy: Findings from neuroimaging studies. Frontiers in Psychiatry. 2022;13
5. Devinsky O. Postictal psychosis: common, dangerous, and treatable. Epilepsy currents. 2008;208(2): 31-34
6. Whitson J, Agrawal N. Epilepsy and psychosis. In The Comorbidities of Epilepsy. Academic Press. 2019;315-342
7. Depkes R.I. Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993
8. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran FK Unikas Atmajaya;
2019. pp. 22-30, 53
9. Agrawal N, Mula M. Treatment of psychoses in patients with epilepsy: an update. Therapeutic Advances in Psychopharmacology. 2019;9
10. Galletly C, et al. Royal Australian and New Zealand College of Psychiatrists clinical practice guidelines for the management of schizophrenia and
related disorders. Australian & New Zealand Journal of Psychiatry. 2016;50(5): 410-472.
11. Centers for Medicare & Medicaid Services. (2015). Atypical Antipsychotics: U.S. Food and Drug Administration-Approved Indications and Dosages
for Use in Adults. Diunduh dari:
https://www.cms.gov/medicare-medicaid-coordination/fraud-prevention/medicaid-integrity-education/pharmacy-education-materials/downloads/atyp-
antipsych-adult-dosingchart11-14.pdf
. [28 April 2024]
12. Regala J, et al. Postictal Psychosis: Case Report and Literature Review. Case Reports in Psychiatry. 2023
13. Trimble M, et al. Postictal psychosis. Epilepsy & Behavior. 2010;19(2):159-161
14. Xu H., et al. The interplay of dopamine metabolism abnormalities and mitochondrial defects in the pathogenesis of schizophrenia . Translational
THANK YOU