Anda di halaman 1dari 3

Camila Vallejo: Inspirasi Tiada Batas!!!!!

Masih ada yang tak mengenal Camila Vallejo? Person of The Year 2011 oleh majalah Time, dan juga didaulat oleh pembaca majalah Guardian di Inggris sebagai manusia paling populer di tahun 2011. Camila Vallejo yang pada November 2010 lalu terpilih sebagai Presiden Federasi Mahasiswa Universitas Chile (Fech), menjadi salah satu aktor penting dalam mendorong gelombang gerakan mahasiswa yang telah berlangsung selama enam bulan terakhir di Chili. Camila Vallejo memimpin protes besar-besaran mahasiswa yang melakukan tuntutan berkisar seputar pendidikan gratis dan setara hingga perubahan konstitusional dasar. Selain aktif di organisasi formal kampus, Vallejo juga adalah seorang militan dari organisasi pemuda komunis (JJCC). Namanya memang cukup fenomenal. Ia adalah perempuan kedua yang menduduki jabatan presiden Federasi Mahasiswa Universitas Chile. Pendahulunya adalah Marisol Prado, seorang militan komunis, yang menjabat antara tahun 1997-1998. Dalam pemilihan November tahun lalu, Camila menyingkirkan empat orang pesaingnya. Selain dikenal sebagai aktivis pemuda komunis, Camila juga dikenal sangat aktif bekerja sama dengan gerakan sosial, bahkan pernah menjadi sukarelawan saat Chile diguncang gempa tahun 2009 lalu. Camila Vallejo tak sekedar cantik, ia dikenal cerdas dan pemberani. Rekanrekannya memanggilnya dengan julukan: Komandan Camila. Ia seolah dilahirkan sebagai orator ulung ketika berorasi tanpa teks selama berjam-jam di depan puluhan ribu mahasiswa dan masyarakat, mengerahkan demonstrasi menjadi lebih besar bagi reformasi pendidikan meskipun setiap kali polisi muncul dengan gas air mata dan meriam air. Mahasiswi jurusan Geografi 23 tahun ini telah menjadi wajah publik baru dalam pergerakan yang telah berulang kali memaksa Presiden Cile, Sebastian Pinera untuk membuat kesepakatan baru dalam reformasi pendidikan bagi orang-orang tidak mampu.

Tidak hanya dalam protes menentang privatisasi pendidikan, Camila juga memimpin teman-temannya menentang kunjungan Obama ke Chile pada maret lalu. Camila mengecam kebijakan peraih nobel perdamaian 2009 itu terkait intervensi amerika di timur tengah, Libya, dan Amerika Latin. Segera setelah itu nama Camila Vallejo mulai dikenal dunia. Ia diulas oleh banyak media massa, baik media arus utama maupun media alternatif, sebagai icon utama perlawanan anti-neoliberal di Chile. Sejumlah media arus utama di Indonesia juga pernah mengulas profilnya. Camila Vallejo menjadi corong utama gerakan. Ia menjadi bagian dalam delegasi yang bertemu langsung dengan Presiden Brazil, Dilma Roussef. Ia juga mewakili gerakan mahasiswa Chile saat melakukan kunjungan ke eropa guna bertemu sejumlah pemimpin politik dan intelektual. Kecantikan Camila Vallejo di tengah gelombang aksi massa menjadi sorotan dunia, bahkan menghiasai media-media mainstream barat. Tetapi pemimpin muda karismatik ini mengaku tidak terpengaruh. Entah karena ia seorang komunis, Camila Vallejo tidak terseret pada gaya selebritisme media massa itu. Ia memilih tetap konsen terhadap perjuangannya. Ia juga tidak gentar ketika ancaman pembunuhan silih berganti dialamatkan pada dirinya. Seringkali ancaman itu datang melalui SMS, Telpon, ataupun twitter. Akan tetapi, mahasiswa jurusan geografi ini tetap saja muncul di barisan terdepan pawai-pawai ratusan ribu, bahkan jutaan, mahasiswa dan rakyat Chile di kota Santiago. Di meja perundingan pun Vallejo dikenal bak singa dan non-kompromis. Karena itu, namanya pun melonjak menjadi aktivis mahasiswa paling populer di Amerika latin saat ini. Selain pernah diundang langsung bertemu dengan Presiden Sebastian Pinera (Chile), Vallejo pernah pula diajak bertemu dengan Presiden Brazil Dilma Roussef. Berbeda jauh dengan kebanyakan perempuan di antara kita yang

kehidupannya lebih disibukkan dengan fasion, ke mall, ke salon, nogkrong dan ngerumpi. Intelektual muda perempuan di kampus pun hanya berkutat seputaran kost, kantin dan perpustakaan, tak dapat menjadi corong yang mempelopori perbaikan bagi nasib mahasiswa yang tak sadar sedang terhisap akibat biaya pendidikan yang mahal, fasilitas kampus yang kurang memadai, kualitas dan kinerja pengajar yang kurang mumpuni, terutama kebijakankebijakan pendidikan dan perguruan tinggi yang pro-neoliberalisme. Idealisme mahasiswa yang diusung tingg-tinggi hanya mampu menjadi semboyan yang diterbangkan angin. Tri Dharma Perguruan tinggi yang mensyaraktkan pengabdian terhadap masyarakat pun hanya terpatri pada aktivitas KKN dan Kuliah Pemberdayaan Masyarakat dalam jangka waktu 3-6 bulanan. Mahasiswi yang berorganisasi pun hanya cukup puas pada agenda-agenda ceremonial yang seolah hanya dijadikan sebagai pengisi waktu luang dan sebagai jalan untuk memperoleh popularitas atau memperoleh skill-skill tertentu yang tidak diperoleh di perkuliahan. Semoga Camila Vallejo dapat menginspirasi bahwa Perempuan juga dapat berkontribusi terhadap perbaikan nasib orang lain, nasib orang banyak, asalkan mau. Bahkan menjadi pelopor dan berada di garda terdepan dalam melakukan perubahan sosial. Jika pun tidak menjadi sehebat Camila, setidaknya perempuan mampu memperjuangkan nasibnya sendiri terhadap berbagai bentuk ketertindasan dan ketidakadilan. Camila telah menjadi bukti bahwa sebenarnya perempuan juga memiliki kapasitas, kualitas, kecerdasan, keberanian, kekuatan, dan kepemimpinan. (Sumber Deskripsi tentang Camilla Vallejo: Berdikari Online dan Kompasiana)

Anda mungkin juga menyukai