Anda di halaman 1dari 42

www.darulfatwa.org.

au
1
MUQADDIMAH





Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Dia yang maha Hidup, kekal dan Pengatur segenap
makhluk.
Ini adalah Mukhtashar (ringkasan) yang
memuat sebagian besar pokok-pokok ilmu agama
yang tidak boleh bagi setiap orang mukallaf
1
untuk
melalaikannya (wajib diketahui). Yaitu perihal aqidah,
masalah-masalah fiqh; mulai dari tata cara bersuci
hingga haji, beberapa hukum tentang mu'amalah.
Semuanya dalam (bingkai) madzhab Imam asy-Syafi'i.
Kemudian penjelasan tentang dosa-dosa hati dan
anggota badan seperti lidah dan lainnya. Asal kitab ini
adalah karya sebagian para ahli fiqh Hadlramaut;
yaitu 'Abdullah ibn Husain ibn Thahir. Kemudian
dilengkapi dengan banyak tambahan tentang
masalah-masalah penting, dengan membuang
pembahasan mengenai tasawwuf yang ia sebutkan
dan merubah sebagian kalimat-kalimatnya tanpa

1
Mukallaf : orang yang sudah baligh, berakal dan telah
mendengar dakwah Islam (dua kalimat syahadat).
menyebabkan perubahan pada pokok masalah.
Terkadang kami menyebutkan pendapat yang
dikuatkan (tarjih) oleh sebagian ahli fiqh Syafi'i seperti
al Bulqini karena lemahnya pendapat di kitab aslinya.
Maka hendaklah setiap mukallaf serius mempelajari
kitab ini agar diterima amalnya. Kami namakan kitab
ini: Mukhtashar 'Abdillah al Harari al Kafil bi 'Ilm
ad-Din ad-Dlaruri (Ringkasan 'Abdullah al Harari
yang memuat ilmu agama yang pokok).




















www.darulfatwa.org.au
2
Bab I
POKOK-POKOK AQIDAH





(Pasal)


Wajib bagi semua mukallaf untuk memeluk
agama Islam, meyakininya untuk selamanya dan
melaksanakan segala hukum-hukum yang diwajibkan
atasnya. Di antara hal yang wajib diketahui dan
diyakini secara mutlak, dan wajib diucapkan seketika
jika memang dia (mukallaf) kafir, atau jika tidak (ia
bukan seorang kafir) maka wajib mengucapkannya
dalam shalat, adalah dua kalimat syahadat:

r
Makna : aku mengetahui, meyakini
dan mengakui (dengan ucapan) bahwa tidak ada yang
disembah dengan hak (benar) kecuali Allah, yang Esa,
tiada sekutu bagi-Nya, tidak terbagi-bagi,
2
tidak

2
Karena Dia bukan jism; benda. Ini adalah makna Ahad
menurut sebagian ulama.
bermula, tidak didahului dengan ketiadaan, Maha
Hidup, tidak membutuhkan kepada yang lain, tidak
berakhir, Maha Pencipta, Pemberi rizki, Maha
mengetahui, Maha Kuasa, yang mudah bagi-Nya
melakukan segala apa yang Ia kehendaki. Segala apa
yang Ia kehendaki terjadi dan segala apa yang tidak Ia
kehendaki tidak akan terjadi. Tidak ada daya untuk
menjauhi perbuatan dosa kecuali dengan
pemeliharaan-Nya, dan tidak ada kekuatan untuk
berbuat ta'at kepada-Nya kecuali dengan pertolongan-
Nya. Allah memiliki segala sifat kesempurnaan yang
layak bagi-Nya dan Maha Suci dari segala kekurangan
bagi-Nya.
Allah tidak menyerupai sesuatupun dari
makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun dari makhluk-
Nya yang menyerupai-Nya, Dia Maha Mendengar dan
Maha Melihat.
3
Hanya Allah yang tidak memiliki
permulaan (Qadim), segala sesuatu selain-Nya memiliki
permulaan (Hadits-baharu). Dia-lah sang Pencipta,
segala sesuatu selain-Nya adalah ciptaan-Nya
(makhluk). Segala yang ada (masuk ke dalam wujud),
benda
4
dan perbuatannya, mulai dari (benda yang
terkecil) dzarrah hingga (benda terbesar) 'Arsy, segala

3
Pendengaran Allah tidak seperti pendengaran makhluk,
penglihatan Allah tidak seperti penglihatan makhluk.
4
Benda yang dimaksud di sini bukan benda padat, tetapi A'yan
atau Ajsam; segala sesuatu yang memiliki bentuk dan ukuran, termasuk
manusia.

www.darulfatwa.org.au
3
gerakan manusia dan diamnya, niat dan lintasan
fikirannya; semuanya itu (ada) dengan penciptaan
Allah, tidak ada yang menciptakannya selain Allah,
bukan thabi'ah (yang menciptakannya) dan bukan
pula 'Illah.
5
Akan tetapi segala sesuatu tersebut masuk
pada keberadaan (ada) dengan kehendak Allah dan
kekuasaan-Nya, dengan ketentuan dan ilmu-Nya
yang azali (yang tidak bermula), sebagaimana firman
Allah:

] [ ) : 2 (
Maknanya : "Dan Allah menciptakan segala sesuatu"
(Q.S. al Furqan: 2)
Artinya Allah mengadakannya dari tidak ada
menjadi ada. Makna (Khalaqa) demikian ini tidak layak
bagi siapapun kecuali hanya bagi Allah. Allah
berfirman:

] [ ) : 3 (
Maknanya: "Tidak ada pencipta selain Allah" (Q.S.
Fathir: 3)
An-Nasafi berkata: "Apabila seseorang
melempar kaca dengan batu hingga pecah, maka
lemparan, hantaman batu dan pecahnya kaca
semuanya adalah ciptaan Allah. Jadi seorang hamba

5
Thabi'ah adalah 'adah ; kebiasaan. Kebiasaan api adalah
membakar. 'Illah adalah sebab. Api adalah sebab terjadinya pembakaran.
hanyalah melakukan kasb.
6
Adapun penciptaan hanya
milik Allah, Allah berfirman:

] [ ) : 286 (
Maknanya: "Bagi setiap jiwa (balasan baik dari) kebaikan
yang ia lakukan dengan kasabnya dan atas setiap jiwa
(balasan buruk atas) keburukan yang ia lakukan" (Q.S. al
Baqarah: 286)
Kalam Allah Qadim (tidak bermula)
7
seperti
seluruh sifat-sifat-Nya. Karena Allah tidak menyerupai
semua makhluk-Nya, baik pada Dzat-Nya, Sifat-sifat-
Nya dan perbuatan-Nya. Allah Maha Suci dari apa
yang dikatakan orang-orang zhalim (orang kafir)
dengan kesucian yang agung.
Kesimpulan dari makna (syahadat pertama) ini
adalah ketetapan adanya tiga belas sifat bagi Allah,
yang sering terulang penyebutannya dalam al Qur'an,
baik dengan lafazh maupun maknanya saja. Yaitu: al
Wujud (Allah ada), al Wahdaniyyah (tidak ada sekutu
bagi-Nya pada dzat, sifat dan perbuatan-Nya), al Qidam
(tidak bermula), al Baqa (tidak berakhir), Qiyamuhu bi
nafsihi (tidak membutuhkan kepada yang lain dan
segala sesuatu membutuhkan kepada-Nya), al Qudrah


6
Kasb adalah apabila seorang hamba mengarahkan niat dan
kehendaknya untuk melakukan suatu perbuatan dan pada saat itulah Allah
menciptakan dan menampakkan perbuatan tersebut
.
7
Kalam Allah yang dimaksud di sini adalah Kalam Allah yang
merupakan sifat Dzat-Nya. Karena sifat kalam ini qadim berarti pasti
bukan huruf, suara dan bahasa karena semua itu baharu, makhluk.

www.darulfatwa.org.au
4
(Maha Kuasa), al Iradah (berkehendak), al 'Ilm
(mengetahui segala sesuatu), as-Sam'u (mendengar
segala sesuatu), al Bashar (melihat segala sesuatu), al
Hayat (yang maha hidup), al Kalam (berbicara dengan
kalam yang bukan huruf, suara dan bahasa),
Tanazzuhuhu 'an al Musyabahah li al hadits (maha suci
dari menyerupai segala yang baharu). Karena sifat-
sifat ini banyak penyebutannya dalam teks-teks
syari'at, para ulama mengatakan: Wajib atas setiap
Mukallaf (Wajib 'Aini) untuk mengetahuinya. Dan
karena Dzat Allah adalah Azali (tidak bermula), maka
demikian pula sifat-sifat-Nya pasti (wajib) Azali, karena
kebaharuan sifat suatu dzat mengharuskan
kebaharuan dzat tersebut.
Makna r : "Aku
mengetahui, meyakini dan mengakui (dengan ucapan)
bahwa Muhammad ibn 'Abdullah ibn 'Abdul
Muththalib ibn Hasyim ibn 'Abd Manaf al Qurasyi
(dari kabilah Quraisy) shallallahu 'alayhi wasallam
adalah hamba Allah dan utusan-Nya kepada segenap
makhluk. Dan bahwa Muhammad r lahir dan diutus
(menjadi seorang Nabi dan Rasul) di Makkah, hijrah
ke Madinah dan dimakamkan di sana".
Termasuk cakupan makna syahadat kedua ini,
meyakini bahwa Nabi Muhammad jujur dalam segala
berita yang ia bawa dan sampaikan dari Allah. Di
antaranya : (adanya) siksa dan nikmat kubur,
pertanyaan dua malaikat; Munkar dan Nakir, al Ba'ts
(dibangkitkannya semua orang mati), al Hasyr (saat
dikumpulkannya makhluk di suatu tempat), al
Qiyamah (hari kiamat), al Hisab (perhitungan atas segala
perbuatan), ats-Tsawab (balasan bagi seorang mukmin
yang membuatnya senang), al 'Adzab (balasan bagi
seseorang yang membuatnya sedih dan merugi), al
Mizan (timbangan yang memiliki dua neraca; satu
untuk kebaikan dan lainnya untuk keburukan), an-Nar
(neraka Jahannam), ash-Shirath (jembatan terbentang di
atas neraka, satu ujungnya pada bumi yang telah
diganti al Ardl al Mubaddalah- dan ujung lainnya di
satu tempat menuju ke arah surga), al Haudl (telaga), as
Syafa'ah (Syafa'at), al Jannah (sorga), ar Ru'yah (melihat
Dzat Allah --di akhirat kelak-- dengan mata kepala
dengan tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk, tanpa
bentuk, tanpa tempat dan tanpa arah, tidak seperti
terlihatnya makhluk), dan kekekalan di dalam surga
dan neraka. Juga beriman dengan para malaikat Allah,
para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, ketentuan (al maqdur)-
Nya yang baik dan buruk, dan bahwa Nabi
Muhammad adalah penutup para nabi dan pemimpin
seluruh manusia (keturunan Adam).
Wajib berkeyakinan juga bahwa setiap nabi
Allah pasti (wajib) memiliki sifat jujur, dapat dipercaya
(Amanah) dan cerdas. Mustahil bagi mereka sifat
bohong, khianat, ar-Radzalah (terjatuh dalam perbuatan
hina), bodoh dan dungu.

www.darulfatwa.org.au
5
Mereka pasti (wajib) terjaga dari kekufuran,
dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang
menandakan rendahnya jiwa pelakunya, baik sebelum
mereka menjadi nabi maupun sesudahnya. Mereka
mungkin (ja-iz) saja melakukan dosa-dosa kecil (yang
tidak menandakan rendahnya jiwa pelakunya),
namun mereka diingatkan langsung untuk taubat
sebelum dosa-dosa tersebut diikuti oleh orang lain.
Dari sini diketahui bahwa kenabian tidak sah
(berlaku) bagi saudara-saudara nabi Yusuf yang telah
melakukan perbuatan-perbuatan keji itu, mereka itu
adalah selain Binyamin. Sedangkan al Asbath (kisah
mereka disebutkan dalam al Quran) yang
mendapatkan wahyu (diangkat menjadi Nabi) dari
Allah, mereka adalah keturunan saudara-saudara nabi
Yusuf (bukan saudara-saudara nabi Yusuf tersebut) .


(Pasal)

Wajib atas setiap muslim memelihara
Islamnya dan menjaganya dari hal-hal yang merusak
dan memutuskannya, yaitu riddah (kufur; keluar dari
Islam). An Nawawi dan lainnya berkata: "Riddah
adalah kekufuran yang paling keji"
8
. Pada masa ini

8
Makna pernyataannya: "Riddah adalah kekufuran yang paling
keji" adalah dari sisi keburukannya, bukan berarti bahwa segala bentuk
macam riddah lebih parah dari kufur yang asli, karena kufur yang paling
parah adalah at-ta'thil; menafikan adanya Allah, dan aqidah hulul;
telah banyak sikap ceroboh (sembrono) dalam
berbicara, hingga sebagian orang mengucapkan kata-
kata yang mengeluarkan mereka dari Islam, sedang
mereka tidak menganggap bahwa hal tersebut adalah
perbuatan dosa, terlebih melihatnya sebagai
kekufuran. Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah :
" "
) (
Maknanya: "Sungguh seorang hamba jika mengucapkan
perkataan (yang melecehkan atau menghina Allah atau
syariat-Nya) yang tidak dianggapnya bahaya, padahal
perkataan itulah yang menjerumuskannya ke (dasar) neraka
(yang jarak tempuhnya) 70 tahun (dan tidak akan dihuni
kecuali oleh orang-orang kafir)"
Artinya jarak tempuhnya dari atas ke bawah adalah 70
tahun dan itulah dasar neraka jahanam; tempat yang
hanya dihuni oleh orang-orang kafir. Hadits ini
diriwayatkan oleh at Tirmidzi
9
dan dishahihkannya.
Semakna dengan hadits ini sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh al Bukhari
10
dan Muslim.
11


mereka yang meyakini bahwa Allah menempati atau menyatu pada alam,
artinya bahwa Allah adalah kesatuan alam dan alam bagian dari-Nya.
9
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunan-nya: Kitab Zuhud,
bab tentang orang yang berbicara dengan sebuah perkataan agar
ditertawakan oleh orang banyak.

10
Diriwayatkan oleh al Bukhari dalam Shahih-nya: kitab ar-
Riqaq, bab menjaga lidah.

www.darulfatwa.org.au
6
Hadits ini merupakan dalil bahwa ketika
seseorang telah nyata jatuh dalam kekufuran tidak
disyaratkan ia harus mengetahui hukumnya (bahwa
hal tersebut menyebabkannya jatuh dalam kekufuran),
dan tidak harus (dengan) lapang dada ketika
mengatakannya, juga tidak harus meyakini makna
lafazh itu sendiri seperti yang dikatakan kitab "Fiqh as-
Sunnah". Begitu juga tidak disyaratkan bahwa
seseorang yang jatuh dalam kekufuran tersebut tidak
sedang dalam keadaan marah, sebagaimana hal ini
telah diisyaratkan oleh an-Nawawi. Ia berkata: "Bila
seseorang marah kepada anak atau budaknya, lalu ia
memukulinya dengan pukulan yang keras, kemudian
orang lain berkata kepadanya: (teganya engkau
melakukan ini !?) Bukankah engkau seorang muslim?,
ia menjawab: "bukan !", ia ucapkan dengan sengaja,
maka ia telah kafir". Hal ini juga diungkapkan oleh
selain an-Nawawi dari kalangan ulama madzhab
Hanafi dan madzhab lainnya (Sebagaimana dikutip
dalam kitab al Fatawa al Hindiyyah).
Riddah (kufur) ada tiga macam sebagaimana
pembagian an-Nawawi dan lainnya dari kalangan
ulama madzhab Syafi'i, Hanafi dan lainnya:
Keyakinan, Perbuatan dan Ucapan. Setiap dari tiga
macam ini memiliki cabang yang sangat banyak.

11
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya: kitab az Zuhd
wa ar Raqa-iq, bab tentang berbicara dengan kalimat yang menyebabkan
jatuh ke dalam neraka.
Di antara bagian pertama (Kufur Keyakinan):
Ragu perihal adanya Allah atau Rasulnya atau al
Qur'an atau hari akhir atau surga atau neraka atau
pahala atau siksa dan hal-hal lainnya yang termasuk
perkara-perkara yang telah disepakati (ijma'), meyakini
bahwa alam qadim (tidak bermula) atau azali dengan
jenis dan materinya atau meyakini alam qadim dengan
jenisnya saja, atau menafikan salah satu sifat di antara
sifat-sifat Allah yang wajib bagi-Nya dengan ijma'
(konsensus para ulama) seperti bahwa Allah maha
mengetahui, atau menisbatkan sesuatu yang Allah
maha suci (mustahil mempunyai sifat tersebut) darinya
dengan ijma' seperti bentuk, atau menghalalkan
sesuatu yang haram secara ijma' yang sudah dikenal
dengan pasti oleh semua orang Islam (hukum halal
atau haramnya) serta termasuk hal-hal yang tidak
samar baginya seperti (haramnya) perbuatan zina,
homo seks, membunuh, mencuri dan merampas, atau
mengharamkan sesuatu yang jelas kehalalannya seperti
jual beli dan nikah, atau menafikan kewajiban yang
telah disepakati dengan ijma' seperti shalat yang lima,
atau sujud sebagai bagian darinya (shalat), zakat,
puasa, haji dan wudlu, atau mewajibkan sesuatu yang
tidak wajib secara ijma', atau menafikan sesuatu yang
telah disyari'atkannya dengan ijma', atau berniat untuk
jatuh kepada kekufuran di masa mendatang, atau
untuk berbuat salah satu dari yang telah disebutkan di
atas, atau ragu-ragu (antara melakukan atau tidak) hal-

www.darulfatwa.org.au
7
hal tersebut; (bukan perkara yang terlintas dalam
hatinya yang datang dengan tiba-tiba tanpa ia
kehendaki). Atau mengingkari status Abu Bakr as
Shiddiq --semoga Allah meridlainya-- sebagai sahabat
Rasulullah, atau kerasulan seseorang di antara rasul-
rasul yang kerasulan mereka telah disepakati secara
ijma', atau mengingkari satu huruf yang telah menjadi
ijma' sebagai bagian dari al Qur'an, atau menambah
satu huruf di dalam al Qur'an yang telah disepakati
dengan ijma' atas ketiadaannya dengan keyakinan
bahwa hal itu bagian darinya, atau mendustakan
seorang rasul atau merendahkannya atau mengecilkan
namanya (melakukan Tashghir)
12
dengan tujuan
menghinanya, atau membolehkan kenabian (diangkat
menjadi nabi) bagi seseorang setelah nabi Muhammad.
Bagian kedua adalah perbuatan: Seperti sujud
kepada berhala atau matahari atau makhluk lainnya
dengan niat beribadah kepadanya.
Bagian ketiga adalah perkatan: Bagian ini
sangat banyak tidak terhitung. Di antaranya: Bila
seseorang memanggil orang muslim dengan
panggilan: "wahai kafir!" atau "wahai yahudi!" atau
"wahai nashrani!" atau "wahai orang yang tidak
beragama (ateis)!" dengan bermaksud bahwa orang
yang ia ajak bicara agamanya (yaitu Islam) dia anggap
sebagai kekufuran atau agamanya disamakan dengan

12
Seperti nama nabi Musa dijadikan (ditashghir) Muwaisa dengan
tujuan menghinanya, maka dia telah kafir.
agama yahudi atau nashrani atau tidak
menganggapnya sebagai agama; ia mengatakan ini
bukan dengan tujuan menyerupakan orang yang
dipanggil dengan orang kafir atau yahudi dan lainnya
(mungkin dalam prilakunya). Menghina salah satu
nama Allah atau janji-Nya atau ancaman-Nya, hal ini
dilakukan oleh seseorang yang tidak samar baginya
tentang penisbatan hal tersebut kepada Allah. Juga bila
seseorang berkata: "jika Allah memerintahkanku
dengan suatu perkara maka aku tidak akan
mengerjakannya" atau "apabila kiblat berubah ke arah
ini maka aku tidak akan shalat ke arahnya" atau "jika
Allah memberiku surga maka aku tidak akan
memasukinya", ucapan-ucapan ini ia maksudkan
untuk merendahkan atau inaad (menolak).
Juga seperti perkataan seseorang: "jika Allah
menyiksaku karena aku meninggalkan shalat dalam
keadaan sakitku maka Ia telah menzhalimiku" atau
berkata tentang suatu perbuatan "ini terjadi bukan
dengan takdir Allah" atau "apabila para nabi, para
malaikat atau semua orang Islam bersaksi di
hadapanku maka tidak akan aku terima" atau berkata
"saya tidak akan mengerjakan hal itu sekalipun
sunnah," dengan tujuan meremehkannya, atau bila ia
berkata "jika si fulan seorang nabi, maka aku tidak
akan beriman kepadanya" atau bila ia diberi fatwa oleh
seorang yang alim (ahli fatwa), kemudian berkata
"syari'at macam apa ini!", dengan tujuan merendahkan

www.darulfatwa.org.au
8
hukum syari'at, atau berkata "laknat Allah atas setiap
orang alim", dengan tujuan ucapannya mencakup
keseluruhan orang alim, adapun apabila tidak
dimaksudkan orang alim secara keseluruhan
13
tapi
dengan tujuan melaknat para ulama yang hidup di
masanya dan ada qarinah (indikator-petunjuk
penentu) yang menunjukkan hal itu seperti sangkaan
rusaknya perilaku mereka maka ia tidak dihukumi
kafir, namun begitu ia tetap tidak lepas dari dosa
karena ucapannya ini. Atau bila berkata "saya bebas
(tidak mengimani) dari Allah atau dari para malaikat
atau dari nabi atau dari syari'at atau dari Islam" atau
ia berkata "saya tidak mengenal hukum", dengan
tujuan menghina hukum Allah. Atau ia berkata
setelah menuangkan air ke dalam bejana ( )
-Q.S. an Naba' :34-, atau berkata setelah
mengosongkan tempat minuman ( ) -Q.S. an
Naba' :20-, atau saat mengukur dan menimbang ia

13
Orang yang mengatakan: "laknat Allah bagi setiap 'alim"
disertai adanya qarinah (indikator-petunjuk penentu) yang menunjukkan
bahwa ia tidak menginginkan keseluruhan ulama, seperti ia sebutkan
atau orang lain yang menyebutkan beberapa ulama suuk (tidak baik),
kemudian ia mengatakan: "laknat Allah bagi setiap 'alim", maka yang
dimaksudkan dalam perkataannya adalah ulama dari golongan terakhir
ini dan ia tidak dihukumi kafir. Adapun apabila ia mengatakan perkataan
ini " laknat Allah bagi setiap 'alim" tanpa didahului qarinah apapun
maka ia kafir. Sekedar niat di dalam hati tanpa disertai qarinah tidak
dapat menghindarkannya dari kekufuran dan orang yang tidak
mengkafirkan hal ini maka ia juga kafir.
berkata ( ) -Q.S. al Muthaffifin :3-
, atau ketika melihat suatu kumpulan massa berkata
( ) -Q.S. al Kahf :47- dengan
tujuan merendahkan semua ayat-ayat ini, begitu pula
pada setiap tempat (keadaan) yang membawa-bawa --
ayat-ayat-- al Qur'an dengan tujuan merendahkan hal
tersebut. Adapun apabila tidak dengan tujuan itu maka
tidak menjadi kafir, akan tetapi as-Syaikh Ibn Hajar
berkata: "tidak jauh (kemungkinan besar) dari
dihukumi sebagai perkara haram". Begitu pula
dihukumi kafir orang yang mencaci seorang nabi atau
malaikat atau berkata: "saya akan menjadi mucikari
(jawa: germo) jika saya shalat", atau berkata: "saya
tidak mendapatkan kebaikan semenjak saya shalat",
atau "shalat tidak baik bagi saya" dengan tujuan
menghina, atau ia berkata kepada seorang muslim:
"saya adalah musuhmu dan musuh nabimu" atau
kepada seorang keturunan Rasulullah: "Saya adalah
musuhmu dan musuh kakekmu" dengan maksud Nabi
Muhammad, atau mengucapkan kata-kata yang
semisal dengan lafazh-lafazh yang buruk dan keji ini.
Para ulama, seperti seorang ahli fiqh madzhab Hanafi
(al Faqih al Hanafi) Badr ar Rasyid dan al Qadli 'Iyadl al
Maliki, telah memberikan penjelasan dan contoh-
contoh yang banyak dalam masalah --kufur ucapan--
ini. Maka semestinya seseorang menelaah itu semua,

www.darulfatwa.org.au
9
karena orang yang tidak mengetahui suatu keburukan
akan terjatuh padanya.

(Kaidah) Sesungguhnya setiap keyakinan,
perbuatan atau ucapan yang menunjukkan
penghinaan terhadap Allah, kitab-kitab-Nya, para
rasul-Nya, para malaikat-Nya, syi'ar-syi'ar-Nya,
ajaran-ajaran agama-Nya, hukum-hukum-Nya, janji-
Nya atau ancaman-Nya adalah kekufuran. Maka
hendaklah setiap orang untuk menjauhkan dirinya
dengan segala upayanya dari ini semua dalam
keadaan apapun.



(Pasal)


Wajib atas orang yang jatuh dalam kekufuran
(riddah) untuk kembali seketika itu juga kepada Islam
dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan
melepaskan diri dari apa yang menjadikannya jatuh
dalam kekufuran tersebut. Dan wajib bagi dia untuk
menyesal atas apa yang telah ia perbuat tersebut dan
bertekad untuk tidak kembali kepada kekufuran
semacam itu. Bila orang ini tidak mau kembali kepada
Islam dari kekufurannya dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat maka wajib diperintahkan untuk
bertobat (dengan kembali masuk Islam) dan tidak
diterima darinya kecuali Islam, atau ia dibunuh yang
akan dilaksanakan oleh khalifah, setelah ditawarkan
kembali kepadanya untuk masuk Islam. Dalam hal ini
(pelaksanaan hukum bunuh) khalifah bertindak
berdasarkan (kesaksian) dua orang saksi yang adil atau
pengakuan orang kafir tersebut atas kekufurannya. Hal
ini (hukuman bunuh bagi orang yang murtad)
berdasarkan hadits al Bukhari: (Barang
siapa yang merubah agamanya (keluar dari Islam) maka
bunuhlah ia).
Kekufuran (riddah) ini membatalkan puasa
seseorang, tayammumnya, nikahnya (baik sebelum ia
menggauli istrinya atau setelah menggaulinya jika
dalam masa 'iddahnya ia (murtad) masih tidak kembali
kepada Islam), tidak sah akad nikahnya atas seorang
perempuan muslimah atau lainnya. Karena riddah juga,
binatang sembelihan seseorang menjadi haram
dimakan, ia juga tidak mendapat harta warisan (dari
kerabatnya yang meninggal), tidak juga mewariskan
hartanya, tidak dishalatkan, tidak dimandikan, tidak
dikafani, tidak boleh dikuburkan di pemakaman
orang-orang Islam dan hartanya adalah faei'
(dilimpahkan ke bait maal).






www.darulfatwa.org.au
10
(Pasal)


Wajib atas setiap orang mukallaf
melaksanakan seluruh apa yang diwajibkan Allah
atasnya. Ia wajib melaksanakannya sesuai perintah
Allah dengan mengerjakan segala rukun-rukun dan
syarat-syaratnya serta menjauhi segala hal yang
membatalkannya. Dan wajib atasnya bila melihat
seseorang meninggalkan sesuatu di antara kewajiban
tersebut untuk memerintahnya agar melaksanakannya
sesuai aturannya; mengerjakan segala syarat dan
rukunnya. Wajib atasnya untuk memaksa orang
tersebut melakukan --sesuai tuntutannya-- ini jika ia
mampu memaksanya, dan bila tidak mampu
memaksa dan memerintahnya maka ia wajib
menginkarinya dalam hatinya, dan ini adalah batas
minimal yang seharusnya dilakukan seseorang dalam
keadaan tidak mampu.
Dan diwajibkan atas seseorang untuk
meninggalkan segala hal yang haram dan mencegah
pelakunya secara paksa dari keharaman tersebut jika
ia mampu memaksanya, atau apabila tidak mampu
maka wajib atas dia mengingkarinya dalam hatinya.
Haram menurut syara' adalah sesuatu yang
diancam oleh Allah bagi pelakunya dengan siksa dan
dijanjikan bagi yang meninggalkannya (dengan niat
mendapatkan ridla Allah) pahala. Kebalikan dari
haram adalah wajib.





























www.darulfatwa.org.au
11
Bab II
BERSUCI (THAHARAH) DAN
SHALAT




(Pasal)


Di antara kewajiban (terhadap mukallaf) adalah
shalat lima waktu dalam sehari semalam:
1. Zhuhur: waktunya apabila matahari telah
tergelincir --ke arah barat-- hingga bayangan segala
sesuatu menjadi sama --panjang-- dengan
bendanya, selain bayangan istiwa'
14
.
2. 'Ashar: waktunya dari setelah habis waktu zhuhur
hingga terbenamnya matahari.
3. Maghrib: waktunya dari terbenamnya matahari
hingga hilangnya mega merah.
4. 'Isya': waktunya dari setelah waktu maghrib
hingga terbit fajar shadiq.
5. Shubuh: waktunya dari setelah waktu isya hingga
matahari terbit.

14
Bayangan istiwa adalah bayangan suatu benda ketika matahari
berada tepat di tengah langit. Bayangan ini adalah bayangan yang
terpendek dari benda tersebut.
Wajib atas setiap orang muslim yang telah
baligh, berakal dan suci (dari haid dan nifas) untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban ini pada
waktunya. Dan diharamkan untuk mendahulukannya
atas waktunya (melakukannya sebelum masuk waktu)
dan mengakhirkannya dari waktunya dengan tanpa
udzur. Apabila datang penghalang shalat seperti haid
setelah berlalu masa (waktu shalat) yang
memungkinkannya mengerjakan shalat dalam --
jenjangmasa tersebut, dan dengan ditambah masa
untuk bersuci bagi yang memiliki semisal penyakit
salas (keluar air kencing terus menerus), maka orang
tersebut harus mengqadla shalatnya itu. Atau apabila
penghalang shalat (haid, pingsan dan lainnya) telah
hilang, dan tersisa masa --antara waktu di mana ia
berada dengan waktu shalat berikutnya-- dengan
seukuran bacaan takbir ( ) sekali maka iapun
wajib mengqadla shalat --yang ada pada waktu
hilangnya penghalang-- itu, begitu pula wajib
mengerjakan shalat sebelumnya jika bisa dijama'
dengan shalat tersebut. Seperti apabila penghalang
tersebut berhenti pada akhir waktu shalat 'ashr
sebelum terbenamnya matahari dengan seukuran
cukup mengucapkan takbir, maka ia wajib
mengerjakan 'ashr dan zhuhur. Juga wajib shalat 'isya
dan magrib jika penghalang tersebut berhenti sebelum
terbitnya fajar dengan seukuran ucapan takbir.


www.darulfatwa.org.au
12
(Pasal)


Wajib atas seorang wali (orang tua) anak, baik
anak laki-laki maupun perempuan yang telah
mumayyiz, memerintah keduanya untuk shalat,
mengajari keduanya tentang hukum-hukum shalat
tersebut setelah si anak berumur tujuh tahun dan
memukul keduanya bila meninggalkannya setelah
berumur sepuluh tahun, begitu juga puasa apabila
keduanya mampu melakukannya. Juga wajib atas wali
tersebut mengajari keduanya tentang aqidah, hukum-
hukum; hal ini wajib... hal itu haram...,
disyari'atkannya bersiwak dan berjama'ah. Wajib bagi
penguasa (khalifah) untuk membunuh orang yang
meninggalkan shalat karena malas, jika ia tidak
bertaubat. Namun hukumnya ia tetap seorang
muslim. Kemudian juga wajib atas setiap muslim
menyuruh keluarganya untuk shalat, juga menyuruh
setiap orang yang ia kuasa untuk menyuruh mereka
(selain keluarganya).


(Pasal)

Di antara syarat-syarat shalat adalah wudlu.
Rukun-rukun wudlu ada 6:
1. Niat bersuci untuk shalat atau selain shalat -dari
niat-niat yang mencukupi- ketika membasuh
muka (dalam madzhab Syafi'i niat ini diucapkan
bersamaan dengan saat membasuh muka
tersebut, sementara dalam madzhab Malik niat
tersebut dapat mencukupi walau diucapkan sesaat
sebelum membasuh muka).
2. Membasuh seluruh wajah, dari tempat tumbuh
rambut (bagian atas) hingga ke dagu dan dari
anak telinga (kanan) nya hingga ke anak telinga
(kiri) nya, baik kulit maupun rambutnya (yang
ada pada wajahnya), dan tidak (wajib) membasuh
bagian dalam jenggot dan jambang yang lebat
(sampai tidak terlihat kulitnya).
3. Membasuh kedua tangan beserta kedua sikunya
dan segala apa yang ada di atas keduanya.
4. Mengusap kepala atau sebagiannya sekalipun
satu rambut yang berada di bagian kepalanya.
5. Membasuh dua kaki dan mata kakinya atau
mengusap khuffi apabila telah sempurna syarat-
syaratnya.
6. Mengerjakannya dengan susunan di atas.


(Pasal)


Hal-hal yang membatalkan wudlu :
1. Sesuatu yang keluar melalui qubul dan dubur
selain mani (sperma).
2. Menyentuh qubul manusia atau lubang dubur
dengan telapak tangan tanpa kain (penghalang).

www.darulfatwa.org.au
13
3. Menyentuh kulit wanita lain (wanita yang boleh
dinikahi)
4. Hilang akal, tidak termasuk tidur dalam keadaan
duduk yang tetap di tempatnya.


ISTINJAK

(Pasal)


Wajib beristinjak dari sesuatu yang keluar
melalui qubul dan dubur dalam keadaan basah selain
mani (sperma) dengan menggunakan air sampai suci
tempat keluarnya atau (kalau tidak menggunakan air)
dengan menggosok tiga kali gosokan atau lebih
sampai bersih tempat tersebut meskipun masih ada
bekasnya dengan menggunakan sesuatu yang bisa
mencongkel (kotoran) , suci, padat dan tidak
terhormat seperti batu atau daun sekalipun ada air.
Cara yang kedua ini bisa dipakai kalau memang
kotoran yang keluar tidak berpindah dan belum
kering. Jika kotoran berpindah dari tempatnya atau
sudah kering maka wajib menggunakan air untuk
beristinjak (tidak bisa lagi menggunakan batu atau
semacamnya).


(Pasal)

Di antara syarat shalat yaitu :
Suci dari hadats besar (dengan mandi atau tayammum
bagi yang tidak mampu [karena ada udzur] mandi).
Sedangkan yang mewajibkan mandi ada 5 perkara :
1. Keluar mani (sperma)
2. Jima (bersetubuh)
3. Haidl
4. Nifas
5. Melahirkan.

Fardlu-fardlu mandi ada 2 :
1. Niat menghilangkan hadats besar atau
semisalnya.
2. Meratakan air ke seluruh anggota badan, baik kulit
dan rambut (bulu) walaupun lebat.


(Pasal)

Syarat-syarat bersuci :
1. Islam.
2. Tamyiz (mencapai umur sekiranya bila ditanya
dapat menjawab dengan benar seperti ditanya ada

www.darulfatwa.org.au
14
berapa kali shalat fardlu dalam sehari, berapa kali
kita puasa dalam setahun dan lain-lain).
3. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke
anggota tubuh yang dibasuh.
4. Mengalir airnya (ke anggota tubuh yang dibasuh)
5. Air yang digunakan harus suci dan mensucikan,
yaitu air yang tidak tercabut namanya (dari status
air mutlak) disebabkan tercampur dengan benda
suci lain yang semestinya dapat dihindarkan
darinya seperti : susu, tinta, dan yang serupa
dengan keduanya. Kalau air yang tercampur itu
berubah sehingga tidak lagi disebut air mutlak
(dengan adanya keterangan khusus di bagian
belakang seperti air susu misalnya) maka tidak sah
untuk bersuci. Adapun jika air berubah karena
sesuatu yang tidak memungkinkan (sulit) untuk
dihindarkan darinya seperti berubahnya air karena
sesuatu yang ada di tempat air tersebut atau
tempat mengalirnya atau yang semacamnya yang
sulit menjauhkan air tersebut darinya maka tidak
apa-apa (boleh digunakan) dan air tersebut tetap
suci. Disyaratkan juga air yang digunakan untuk
bersuci tidak berubah disebabkan najis walaupun
perubahannya hanya sedikit. Jika kadar (volume)
air tersebut kurang dari dua qullah, maka
disyaratkan tidak terkena najis yang tidak
dimaafkan, dan syarat kedua air tersebut tidak
mustamal (telah digunakan) untuk mengangkat
hadats atau menghilangkan najis.

Orang yang tidak mendapatkan air atau
membahayakan dirinya jika menggunakannya maka
dia bisa bertayammum, dengan syarat:
- (bertayammumnya) setelah masuk waktu sholat
- Hilangnya najis yang tidak dimaafkan
- Tayammum dilakukan dengan tanah yang murni
(tidak bercampur dengan abu misalnya) dan suci
mensucikan yang diusapkan pada muka dan kedua
tangan secara berurutan dengan melakukan dua
tepukan (ke tanah) dengan niat supaya
diperbolehkan melaksanakan fardhu shalat. Niat ini
dilakukan bersamaan dengan memindahkan tanah
dan ketika pertama kali mengusap wajah.


(Pasal)

Orang yang batal wudlunya haram baginya
melakukan shalat, thawaf, membawa mushaf dan
menyentuhnya (dibolehkan membawa dan
menyentuhnya bagi anak kecil dengan tujuan
mempelajarinya). Diharamkan pula bagi orang yang
junub hal-hal yang telah disebut di atas dan membaca
al-Quran serta berdiam diri di masjid. Begitu juga
wanita yang haidl dan nifas tidak boleh melakukan

www.darulfatwa.org.au
15
semua yang telah disebutkan di atas dan juga tidak
boleh melakukan puasa sebelum haidlnya berhenti
dan bercumbu (melakukan istimta) dengan suami
atau tuannya (jika perempuan tersebut budak/hamba
sahaya) pada bagian di antara pusar dan lutut
sebelum mandi (ada yang berpendapat tidak
diharamkan kecuali bersetubuh saja).

(Pasal)

Di antara syarat-syarat shalat yaitu suci dari najis
(baik yang ada):
- di badan
- pakaian
- tempat
- dan sesuatu yang dibawa bersamanya (seperti
botol yang berada di sakunya).
Jika seseorang terkena najis atau sesuatu yang
dibawanya terkena najis maka batal shalatnya kecuali
jika ia lemparkan seketika itu dan najis tersebut padat
atau termasuk najis yang dimaafkan seperti darah dari
luka di tubuhnya.
Dan wajib bagi seseorang untuk
menghilangkan najis yang tidak dimaafkan dengan
membersihkan bendanya (najis) ; rasa, warna dan
baunya, dengan air yang suci dan mensucikan.
Cara mensucikan najis Hukmiyah adalah
dengan menyiramkan air pada benda yang terkena
najis. Najis hukmiyah adalah najis yang sudah hilang
warna, rasa dan baunya.
Dan najis kalbiyyah (karena jilatan anjing) cara
menghilangkannya dengan mencuci sebanyak 7x salah
satunya dicampur dengan debu yang suci, dan
basuhan air untuk menghilangkan najis yang ada pada
bendanya walaupun berkali-kali dianggap satu kali.
Dan disyaratkan (dalam menghilangkan najis) untuk
mengalirkan (bukan dengan meletakkan benda yang terkena
najis dalam bejana air) jika airnya sedikit (kurang dari dua
qullah).

(Pasal)

Di antara syarat-syarat shalat yaitu :
1. Menghadap kiblat
2. Masuknya waktu shalat
3. Islam
4. Tamyiz (yaitu seorang anak telah sampai
pada umur tertentu dimana ia telah
mampu memahami pembicaraan serta
menjawab pertanyaan)

www.darulfatwa.org.au
16
5. Mengetahui kefardluan shalat tersebut
(kewajibannya; jika shalat tersebut
hukumnya wajib)
6. Tidak meyakini salah satu dari rukun-
rukunnya sebagai perkara sunnah
7. Menutup aurat dengan sesuatu yang
dapat menutup warna kulit pada
seluruh badan bagi perempuan yang
merdeka kecuali muka dan kedua
telapak tangan dan sesuatu yang
menutupi bagian antara pusar dan
lutut bagi lakilaki dan budak
perempuan dari semua sudut atau arah
kecuali bawah.

(Pasal)

Yang membatalkan shalat :
1. Berbicara walaupun dengan dua huruf atau satu
huruf yang bisa difahami kecuali dalam keadaan
lupa dan dengan kata-kata yang pendek.
2. Gerakan yang banyak yaitu menurut sebagian
fuqaha gerakan yang lamanya satu rakaat shalat.
Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan gerakan yang banyak adalah tiga kali
gerakan anggota badan secara terus menerus, dan
pendapat yang pertama lebih kuat dalilnya.
3. gerakan yang berlebihan.
4. Menambah satu rukun fi'li.
5. Satu kali gerakan dengan tujuan bergurau.
6. Makan dan minum kecuali dalam keadaan lupa
dan kadar makanannya sedikit.
7. Berniat untuk memutuskan shalat.
8. Berniat memutuskan shalat dengan
menggantungkan niat (memutus) kepada sesuatu
yang lain.
9. Raguragu untuk meneruskan atau memutuskan
shalat.
10. Berlalu satu rukun disertai keraguan pada niat
saat takbiratul ihram (sudah dilakukan atau belum)
atau lamanya waktu keragu-raguan tersebut.


(Pasal)

Di samping syarat-syarat yang telah dijelaskan
di atas, agar shalatnya diterima oleh Allah subhanahu
wa ta'ala juga disyaratkan bahwa shalat yang dilakukan
hendaklah diniatkan hanya untuk mendapatkan ridla
Allah, dan hendaknya makanan, pakaian dan tempat
shalatnya haruslah yang halal, juga disyaratkan
hatinya dalam keadaan khusyuk ketika sedang shalat
walaupun hanya sebentar. Apabila syarat-syarat
tersebut tidak terpenuhi maka sah shalatnya tapi tanpa
pahala


www.darulfatwa.org.au
17
(Pasal)

Rukun rukun shalat itu ada tujuh belas:
1. Berniat dalam hati untuk melakukan shalat dan
menjelaskan sebabnya atau waktunya (kalau
memang shalat tersebut memiliki sebab atau
waktu tertentu) dan diniatkan fardliyahnya
(kewajibannya) pada shalat fardlu.
2. Mengucapkan Allahu akbar (takbiratul ihram)
sekiranya ia sendiri bisa mendengar suaranya
sebagaimana hal ini juga dilakukan pada setiap
rukun qauli .
3. Berdiri dalam shalat fardlu bagi yang mampu.
4. Membaca al Fatihah dengan Basmalah dan semua
tasydid-tasydidnya dan disyaratkan muwalah
(bersambungan; tidak terputus dengan
berhenti/diam yang lama misalnya) dan tartib
serta mengeluarkan huruf sesuai makhrajnya dan
tidak melakukan kesalahan pada bacaan yang
sampai merubah makna seperti mendlammahkan
huruf TA pada kalimat , dan diharamkan
salah baca yang tidak merubah makna akan
tetapi hal tersebut tidak membatalkan shalat.
5. Ruku' dengan membungkukkan badan sekiranya
kedua telapak tangannya bagian dalam sampai
pada kedua lututnya.
6. Thuma'ninah ketika ruku' dengan kadar membaca
Subhanallah. Thuma'ninah adalah diamnya seluruh
persendian tulang (anggota badan) pada posisinya
sekaligus (serentak).
7. Itidal yaitu berdiri tegak setelah ruku'.
8. Thuma'ninah ketika i'tidal.
9. Sujud dua kali yaitu dengan meletakkan dahinya
semuanya atau sebagiannya pada tempat
shalatnya dalam keadaan terbuka dan melakukan
penekanan padanya serta menjadikan bagian
bawah (belakang) badannya lebih tinggi dari
bagian atas (depan)nya (at-Tankis), meletakkan
sebagian dari kedua lututnya dan bagian dalam
kedua telapak tangannya dan bagian dalam jari
jari kedua kakinya. Sebagian ulama di luar
mazhab Syafi'i mengatakan : "Tidak disyaratkan
dalam sujud at-Tankis, maka seandainya
kepalanya lebih tinggi dari pada duburnya sah
shalatnya menurut mereka.
10. Thuma'ninah dalam sujudnya.
11. Duduk di antara dua sujud.
12. Thuma'ninah ketika duduk.
13. Duduk untuk tasyahhud akhir dan bacaan
sesudahnya yaitu shalawat dan salam kepada
Nabi.
14. Tasyahhud akhir , yaitu membaca :
`

.

www.darulfatwa.org.au
18
Atau paling sedikitnya membaca:


.
15. Shalawat kepada Nabi Shalallahu 'alayhi wa sallam
paling sedikit membaca:

16. Mengucapkan salam dan paling sedikit
membaca :
17. Tertib (berurutan). Dan jika dia sengaja
meninggalkannya (tertib) seperti melakukan
sujud sebelum ruku' maka batal shalatnya. Dan
jika dia lupa maka hendaklah dia kembali ke
posisi yang ia lupa kecuali dia pada posisi
tersebut (tetapi dalam rakaat lain) atau
setelahnya maka dia menyempurnakan
raka'atnya dan raka'at di mana dia ada yang lupa
salah satu gerakannya tidak dihitung (diabaikan),
maka jika dia tidak ingat bahwa dia telah
meninggalkan ruku' kecuali setelah ia ruku' pada
raka'at sesudahnya atau ketika sujud pada raka'at
sesudahnya maka gerakan yang ia lakukan antara
yang demikian itu diabaikan (tidak dihitung).



(Pasal)

Shalat jama'ah itu fardlu kifayah bagi lakilaki
yang merdeka, mukim, baligh dan yang tidak ada
udzur, dan pada shalat jumat fardlu 'ain bagi mereka
jika ada empat puluh orang yang mukallaf, mustawthin,
bertempat tinggal pada bangunan permanen bukan
dalam kemah/tenda karena bagi mereka yang sedang
berkemah tidak wajib untuk melakukan shalat jumat.
Dan wajib (melakukan sholat Jumat) bagi orang yang
berniat untuk menetap (di Balad al Jumah) selama
empat hari penuh (yaitu selain hari masuk dan hari
keluar) dan juga wajib (melakukan sholat Jumat) bagi
orang yang mendengar suara adzan seorang
muadzdzin yang keras suaranya dari ujung daerah
yang berdekatan dengan Balad al Jumah.

Dan syarat syaratnya :
1. Waktu dzuhur
2. Dua kali khuthbah (di waktu Zhuhur) sebelum
sholat yang didengarkan oleh empat puluh.
3. Dilakukan dengan cara berjamaah dengan empat
puluh orang tersebut.
4. Tidak dilaksanakan shalat jum'at lain pada satu
daerah. (jika ternyata dilaksanakan dua shalat
Jumat) maka jika salah satu di antara keduanya
mendahului yang lainnya dalam takbiratul ihramnya
sholat Jumat yang sah adalah yang lebih dahulu
selesai takbiratul ihramnya dan yang belakangan

www.darulfatwa.org.au
19
tidak sah, yang demikian ini jika memang
memungkinkan mereka berkumpul pada satu
tempat (masjid), akan tetapi jika sulit untuk
berkumpul pada satu masjid maka keduanya sah
yaitu yang lebih dahulu selesai takbiratul ihramnya
dan yang belakangan.

Rukun rukun dua khutbah:
1. Memuji Allah, dan shalawat kepada Nabi, dan
berwasiat untuk bertaqwa pada kedua khuthbah.
2. Membaca ayat yang bisa difahami pada salah satu
dari kedua khutbah.
3. Membaca doa untuk orang-orang mukmin pada
khutbah yang kedua.

Dan syarat-syarat dua khuthbah :
1. Suci dari dua hadats (besar dan kecil) dan dari
najis pada badan, pakaian dan sesuatu yang
dibawa.
2. Menutup aurat.
3. Berdiri.
4. Duduk di antara kedua khuthbah dan
bersambungan antara rukun-rukun keduanya.
5. Bersambungan antara kedua khutbah dengan
shalat.
6. Kedua khutbah (rukun-rukunnya) disampaikan
dalam bahasa Arab.

(Pasal)

Wajib bagi setiap orang yang bermakmum
baik pada shalat jumat dan selainnya :
1. Tidak mendahului imam pada posisi berdirinya dan
ketika mengucapkan takbiraktul ihram, bahkan batal
kalau dia berbarengan pada waktu membaca
takbiratul ihram dan membarengi imam pada selain
takbiratul ihram hukumnya makruh kecuali pada
bacaan amin.
2. Diharamkan mendahului imam dengan satu rukun
fi'li dan batal shalatnya makmum apabila
mendahului imam dengan dua rukun fi'li berturut
turut yang panjang atau satu panjang dan yang satu
lagi pendek tanpa udzur. Dan begitu juga tertinggal
dari gerakan imam sebanyak dua rukun yang
berturut-turut tersebut tanpa udzur, atau lebih dari
tiga rukun yang panjang walaupun karena udzur.
Maka seandainya seseorang tertinggal karena
masih menyempurnakan bacaan al fatihah sehingga
imam selesai rukuk dan dua sujud lalu imam
duduk untuk tasyahhud atau imam berdiri maka
makmum harus segera meningalkan bacaan al
fatihahnya dan menyesuaikan diri dengan posisi
imam dan makmum menambah satu raka'at setelah
imam salam dan jika dia menyempurnakannya
(bacaan al fatihah) sebelum demikian itu (duduk
untuk tasyahhud atau berdiri untuk rakaat

www.darulfatwa.org.au
20
berikutnya) maka dia mengerjakan sendiri sesuai
tertibnya.
3. Mengetahui pergantian gerakan imam.
4. Harus berkumpul dalam masjid atau jika tidak
maka pada jarak tiga ratus hasta (tangan).
5. Tidak terhalang antara keduanya (imam dan
makmum) oleh suatu penghalang yang tidak bisa
dilewati.
6. Harus sama gerakan shalat keduanya, maka tidak
sah orang yang melakukan shalat fardlu
(bermakmum) di belakang orang yang sedang
shalat jenazah.
7. Keduanya tidak berbeda pada gerakan sunnah
yang perbedaan tersebut dianggap parah, seperti
tasyahhud awal; antara melakukan dan
meninggalkan yakni jika imam duduk (untuk
tasyahhud awal) maka makmum harus duduk dan
jika imam berdiri (tidak melakukan tasyahhud awal
karena lupa) maka makmum harus berdiri
mengikuti imam.
8. Niat iqtida' (bermakmum) saat takbiratul ihram pada
shalat jum'at dan sebelum mengikuti (gerakan
imam) dan menunggu dalam waktu yang lama
pada selainnya. Yakni sebelum mengikutinya
dengan sengaja, maka jika dia mengikuti imam
(dengan sengaja) tanpa niat (bermakmum) maka
rusaklah shalatnya, dan demikian juga kalau dia
menunggu sampai lama lalu mengikutinya.
Adapun kalau dia mengikutinya karena kebetulan
gerakannya sama tanpa niat (bermakmum) maka
tidak batal shalatnya. Kesimpulannya, jika dia
mengikutinya dengan sengaja (tanpa niat
bermakmum) maka shalatnya rusak baik dengan
menunggu lama atau tidak, adapun jika dia
menunggunya lama dan tidak mengikutinya pada
rukun fi'li (perbuatan) maka tidak batal shalatnya.
Dan wajib bagi imam untuk niat menjadi imam
pada shalat jumat dan shalat mu'adah, adapun pada
selain keduanya hal tersebut hanya disunnahkan. Yang
dimaksud dengan shalat mu'adah adalah shalat yang
dikerjakan untuk kedua kalinya setelah dia shalat
berjama'ah atau sendirian jika dia mendapatkan
seseorang yang hendak shalat kemudian dia shalat
bersamanya agar orang tersebut juga mendapatkan
fadlilah shalat berjamaah.

(Pasal)

Memandikan mayat, mengkafaninya,
menshalatinya, dan memakamkannya adalah fardlu
kifayah jika mayat tersebut muslim dan dilahirkan
dalam keadaan hidup, dan juga fardlu kifayah
mengkafani dan mengkebumikan mayit kafir dzimmi.

www.darulfatwa.org.au
21
Adapun bayi yang lahir karena keguguran dan
meninggal wajib dimandikan, dikafani, dikebumikan,
keduanya (Dzimmi dan bayi yang meninggal karena
keguguran) tidak dishalatkan.
Dan barangsiapa yang mati dalam peperangan
melawan orang kafir maka dia dikafankan dengan
pakaian yang ia kenakan, jika tidak cukup maka
ditambah dengan kain kafan lalu dikebumikan, tidak
dimandikan dan tidak dishalatkan.
Cara memandikan sedikitnya adalah:
menghilangkan najis dan meratakan air pada seluruh
badan dan rambut meskipun rambutnya lebat cukup
sekali dengan air yang suci.
Cara mengkafani sedikitnya adalah : menutupi
semua badan dan tiga lapis kain bagi orang yang
mempunyai harta peninggalan yang lebih dari
hutangnya dan dia tidak berwasiat untuk tidak
dikafani dengan tiga lapis kain.
Cara menshalatkannya sedikitnya adalah: niat
menshalatinya, niat fardliyahnya, menentukan
mayatnya (yang disholati) walaupun hanya dengan
isyarat dalam hati dan dengan mengucapkan :
dalam keadaan berdiri jika dia mampu, kemudian
membaca al Fatihah, kemudian membaca:
kemudian membaca:

kemudian membaca:

kemudian membaca: . Dalam sholat
jenazah ini harus juga dipenuhi semua syarat-syarat
shalat dan ditinggalkan hal-hal yang membatalkannya.
Cara memakamkannya sedikitnya adalah:
menggali lubang yang sekiranya dapat
menyembunyikan baunya dan menjaganya dari
binatang buas. Disunnahkan mendalamkan lubang
kuburan seukuran tinggi orang berdiri sambil
mengangkat tangannya ke atas dan meluaskannya.
Dan wajib menghadapkannya ke arah kiblat dan tidak
dibolehkan memakamkannya dalam Fisqiyyah (laci
mayat) .








www.darulfatwa.org.au
22
Bab III
Zakat




(Pasal)

Hal-hal yang wajib dikeluarkan zakatnya
adalah:
1. Unta
2. Sapi
3. Kambing
4. Kurma
5. Zabib (anggur kering)
6. Tanaman pertanian yang dijadikan makanan pokok
dalam keadaan tidak terpaksa.
7. Emas
8. Perak
9. Barang tambang
10. Rikaz dari keduanya (emas dan
perak)
11. Harta dagangan .
12. Zakat fitrah .

- Awal nishab unta adalah lima ekor.
- Sapi adalah tiga puluh ekor.
- Dan kambing adalah empat puluh ekor.
Maka tidak wajib zakat sebelum sampai batasan
tersebut dan harus mencapai haul (satu tahun
kepemilikan) setelah mencapai pada batasan tersebut.
Disyaratkan juga harus digembala di padang rumput
yang tidak ada pemiliknya yaitu digembala oleh
tuannya atau orang yang diberi izin untuk
menggembalakannya di di padang rumput yang tidak
ada pemiliknya, dan bahwa binatang itu tidak
dipergunakan untuk bekerja seperti dipergunakan
untuk membajak sawah, berarti binatang yang
dipergunakan untuk bekerja tidak wajib dizakati.
Setiap lima ekor unta wajib dikeluarkan
zakatnya berupa satu ekor kambing. Dan setiap
empat puluh ekor kambing dikeluarkan zakatnya
berupa satu ekor domba jantan umur satu tahun atau
satu ekor kambing (kambing jawa) betina umur dua
tahun. Zakat dari tiga puluh ekor sapi adalah satu ekor
anak sapi (jantan).
Kemudian apabila bertambah jumlah binatang
tersebut, maka bertambah pula kewajiban zakatnya,
maka seseorang wajib mempelajari ketentuan yang
diwajibkan oleh Allah Ta'ala.
Adapun kurma, anggur dan tanaman (yang
menjadi bahan makanan pokok), permulaan nishabnya
adalah lima wasaq atau tiga ratus sha (lebih kurang
enam ratus kilo) dengan ukuran shanya Rasulullah,
yang takarannya terdapat di Hijaz.

www.darulfatwa.org.au
23
Dalam menghitung nishab tanaman, hasil suatu
panen digabung (disempurnakan) dengan hasil pada
panen yang lainnya dalam rentang waktu satu tahun
(meskipun hasil masing-masing panen tidak mencapai
nishab namun jika hitungan digabung semuanya
mencapai nishab maka wajib dikeluarkan zakatnya).
Penggabungan ini disyaratkan terjadi pada tanaman
yang sejenis (misalnya antara gandum dengan
gandum), bukan pada tanaman yang berlainan jenis
(misalnya antara gandum dengan hinthah).
Zakat tanaman wajib dikeluarkan apabila telah
nampak sudah dapat dimakan, oleh karenanya tidak
ada kewajiban zakat apabila tanaman tersebut belum
dapat dimakan, misalnya anggur yang masih masam
atau kurma yang mentah. Dan disyaratkan biji
tanaman sudah mengeras.
Zakat pada tanaman, bila dalam pengairannya
tidak memakai biaya adalah sebesar sepuluh persen,
namun bila memakai biaya irigasi sebesar lima persen.
Jumlah zakat yang dikeluarkan akan bertambah
apabila jumlah hasil panennya bertambah. Tanaman
yang tidak mencapai satu nishab, tidak wajib
dikeluarkan zakatnya kecuali apabila pemiliknya
hendak bersedekah (sunnah).
Nishab emas adalah dua puluh mitsqal (lebih
kurang 84,8 grm emas murni/24 karat). Sedang nishab
perak adalah 200 dirham (lebih kurang 594 grm perak
murni).
Zakat yang wajib dikeluarkan dari keduanya
adalah 2,5%, semakin bertambah beratnya maka
bertambah pula zakatnya. Keduanya wajib dizakati
bila telah mencapai haul, kecuali pada hasil tambang
dan harta terpendam (Rikaz), wajib dikeluarkan
zakatnya seketika itu juga (tanpa menunggu haul). Dan
zakat harta terpendam sebesar 20%.
Zakat harta perniagaan, nishabnya dihitung
seperti nishab emas atau perak, demikian pula
zakatnya dihitung seperti pada zakat emas dan perak
yaitu 2,5%. Pada harta perniagaan nishab dihitung di
akhir tahun perniagaan. Bila pada akhir tahun total
harta mencapai nishab maka wajib dizakati, bila di
akhir tahun hartanya tidak mencapai nishab maka
tidak wajib dizakati.
Harta perserikatan/kongsi (oleh dua orang atau
lebih), nishabnya ditentukan seperti pada harta milik
pribadi (satu orang), dan zakatnya dikeluarkan juga
seperti pada harta pribadi. Ini bila perserikatan
tersebut memenuhi syarat-syarat perserikatan dalam
syara.
Zakat fitrah wajib dikeluarkan apabila seseorang
mendapatkan (hidup di) sebagian dari bulan ramadlan
dan sebagian dari bulan syawwal. Zakat fitrah ini
wajib dikeluarkan oleh setiap muslim untuk dirinya
sendiri dan mereka yang menjadi tanggungan (nafkah)
nya, bila mereka memang muslim. Besarnya zakat
fitrah yang wajib dikeluarkan bagi tiap individu adalah

www.darulfatwa.org.au
24
sebesar 1 sha=lebih kurang 2 kg, dari bahan makanan
pokok daerahnya. Hal ini diwajibkan apabila seorang
muslim tersebut mempunyai harta yang lebih dari
kebutuhannya untuk membayar hutang, pakaian,
tempat tinggal serta kebutuhan pangan bagi dirinya
dan orang yang menjadi tanggungannya pada hari
raya dan malamnya.
Diwajibkan niat dalam keseluruhan jenis
zakat, yaitu pada saat memisahkan kadar harta benda
yang akan dijadikan sebagai zakat.
Zakat tersebut wajib dibagikan pada orang
yang termasuk dalam delapan golongan berikut:
1. Fakir
2. Miskin
3. Amil zakat
4. Muallaf
5. Hamba (budak)
6. Gharim, yaitu orang yang mempunyai hutang dan
tidak mampu membayarnya
7. Sabilillah, yaitu orang yang berperang di jalan Allah
dan dia tidak digaji dari pekerjaannya itu (relawan
jihad). Bukan yang dimaksud fi sabilillah dalam hal
ini adalah setiap amal yang baik.
8. Ibnu sabil, yaitu musafir yang tidak mempunyai
bekal untuk sampai pada tujuannya.
Tidak boleh dan tidak sah memberikan zakat
pada selain dari delapan golongan tersebut diatas.
Bab IV
PUASA




(pasal)

Setiap muslim mukallaf wajib berpuasa di
bulan Ramadlan. Adapun orang yang sedang haid atau
nifas, puasanya tidak sah dan keduanya wajib
mengqadla puasa yang mereka tinggalkan.
Bagi musafir (yang mengadakan perjalanan
yang mencapai jarak qashar), dia boleh berbuka (tidak
berpuasa) meskipun perjalanan tersebut tidak
memberatkannya, demikian pula bagi orang yang
sakit, hamil atau menyusui yang merasa berat dan sulit
apabila dia berpuasa, boleh berbuka tapi wajib
mengqadla puasanya.
Diwajibkan bagi orang yang berpuasa supaya
berniat setiap hari. Niat tersebut wajib dilakukan pada
malam hari dan wajib dijelaskan niatnya. Orang yang
berpuasa wajib menahan dari:
1. Melakukan jima.
2. Istimna/onani (mengeluarkan mani dengan tangan
misalnya).

www.darulfatwa.org.au
25
3. Muntah dengan sengaja.
4. Murtad.
5. Memasukkan sesuatu sampai pada batas
kerongkongan kecuali air liur yang suci.
6. Tidak gila, meskipun sebentar.
7. Tidak pingsan selama satu hari penuh.

Tidak sah puasa yang dilakukan pada dua
hari raya (Idul fitri dan idul adlha), hari tasyriq (11, 12,
13 Dzulhijjah), paruh terakhir dari bulan syaban, pada
hari syak (30 syaban), kecuali apabila orang tersebut
menyambung puasa yang dia lakukan dengan hari-
hari sebelumnya, atau karena puasa qadla, atau nadzar,
atau puasa yang biasa dia lakukan (seperti puasa
senin kamis)
Orang yang membatalkan puasanya pada
bulan Ramadhan tanpa ada rukhshah (keringanan yang
diberikan dalam syar) dengan melakukan jima, maka
dia berdosa dan harus mengqadla puasa tersebut
segera setelah idul fitri serta diwajibkan baginya
membayar kaffarah (seperti kaffarah Zhihar), yaitu:
memerdekakan budak, apabila dia tidak mampu
maka berpuasa dua bulan berturutturut apabila dia
tidak mampu maka dia harus memberi makan 60
orang miskin, masingmasing sebanyak satu mud
gandum atau makanan pokok daerah tersebut. Satu
mud adalah cakupan dua telapak tangan orang yang
berbadan sedang
Bab V
HAJI





(Pasal)

Kewajiban haji dan umrah adalah sekali
seumur hidup bagi seorang muslim, merdeka,
mukallaf, yang memiliki harta yang cukup untuk
perjalanan ke sana dan kembali lagi ke tanah airnya,
lebih dari kebutuhannya untuk membayar hutang,
kebutuhan tempat tinggal, pakaian yang layak dan
nafkah bagi yang wajib dia nafkahi, selama
kepergiannya sampai kepulangannya dari tanah suci.

Rukun haji ada enam:
1. Ihram, yaitu berniat dalam hati dengan mengatakan:
Saya berniat (mulai) melaksanakan ibadah haji
atau umrah.
2. Wuquf di Arafah, (waktunya adalah antara
tergelincirnya matahari pada hari Arafah yaitu pada
tanggal 9 dzulhijjah sampai terbitnya fajar malam
hari raya idul adlha).

www.darulfatwa.org.au
26
3. Thawaf di baitullah.
4. Sai antara bukit Shofa dan bukit Marwa tujuh kali
dari aqd ke aqd.
5. Memotong sebagian atau seluruh rambut.
6. Tertib dalam sebagian besar rukunnya.
Adapun yang merupakan rukun ibadah umrah
adalah yang tersebut di atas kecuali wukuf di Arafah.
Dan tiap-tiap rukun ini mempunyai tuntunan;
kewajiban dan syarat-syarat tersendiri yang harus
dipenuhi.
Dalam pelaksanaan thawaf disyaratkan
menempuh jarak yang di mulai dari hajar aswad
menuju kembali ke hajar aswad sebanyak tujuh kali
putaran, dan disyaratkan pula untuk menutup aurat,
suci dari hadats besar dan hadats kecil, serta
menempatkan kabah di sebelah kiri kita, tidak
menghadap atau membelakanginya.

Diharamkan bagi orang yang sedang ihram:
1. Memakai wewangian.
2. Meminyaki rambut atau janggut dengan minyak,
lemak (yang sudah mencair) atau lilin yang berasal
dari sarang lebah madu yang sudah cair.
3. Memotong kuku atau rambut.
4. Jima' (termasuk pula hal-hal yang merupakan
permulaan jima', seperti berciuman).
5. Melakukan aqad nikah.
6. Berburu binatang darat yang boleh dimakan dan
buas.
7. Bagi lelaki dilarang menutup kepalanya atau
memakai pakaian yang menutupi sepeti yang
dijahit atau sejenisnya.
8. Bagi wanita dilarang menutup muka dan memakai
sarung tangan.

Barang siapa mengerjakan salah satu dari hal-
hal yang diharamkan ini maka dia berdosa dan harus
membayar fidyah. Adapun orang yang merusak ibadah
hajinya dengan jima', maka selain berdosa dan
membayar fidyah hajinya rusak dan dia wajib
mengqadla sesegera mungkin dan menyempurnakan
(menuntaskan sampai selesai) ibadah hajinya (yang
rusak tersebut). Jadi orang yang merusak hajinya
dengan jima dia harus tetap meneruskan ibadahnya
(tidak boleh memutuskannya) dan pada tahun
berikutnya dia mempunyai kewajiban untuk
mengqadlanya kembali.

Wajib haji adalah:
1. Ihram dari miqot; yaitu tempat yang telah
ditentukan oleh Rasulullah untuk memulai ihram,
seperti tempat yang bernama Dzul hulaifah sebagai
miqat bagi penduduk Madinah dan orangorang
yang melewati daerah ini.

www.darulfatwa.org.au
27
2. Bermalam di Muzdalifah ketika haji menurut satu
pendapat, dalam pendapat yang lain tidak wajib.
3. Bermalam di Mina menurut satu pendapat, dalam
pendapat yang lain tidak wajib.
4. Melempar jumrah aqabah pada hari raya qurban
(10 Dzulhijjah).
5. Melempar tiga jumrah (Jumrah Ula, Jumrah
Wustha dan Jumrah Aqabah) pada hari tasyriq (11,
12, 13 Dzulhijjah).
6. Thawaf wada menurut satu pendapat dalam
madzhab Syafi'i.

Orang yang tidak melaksanakan keenam
perkara ini (wajib haji), tidak rusak ibadah hajinya,
tetapi dia berdosa dan harus membayar fidyah.
Berbeda dengan rukunrukun yang telah disebutkan
sebelumnya, orang yang tidak melaksanakannya
(sekalipun satu rukun) maka hajinya tidak sah dan
orang yang meninggalkannya tidak bisa
menggantinya dengan dam; denda berupa
menyembelih kambing.
Diharamkan berburu binatang dan memotong
pepohonan di dua tanah haram baik bagi orang yang
sedang melaksanakan ibadah haji atau tidak. Jika hal
ini dilakukan di Mekah maka wajib membayar fidyah,
berbeda jika dilakukan di Madinah maka tidak wajib
membayar fidyah. Tanah haram-nya Madinah adalah
yang ada di antara bukit Ayr dan bukit Tsawr.
Bab VI
MU'AMALAT






(pasal)

Diwajibkan bagi setiap muslim mukallaf (baligh,
berakal dan telah sampai padanya dakwah Islam)
untuk tidak melakukan sesuatu apapun sebelum
mengetahui apa yang dihalalkan dan yang diharamkan
Allah berkenaan dengan hal tersebut, karena Allah
telah membebankan kepada kita beberapa perkara,
maka wajib bagi kita untuk memenuhi apa yang telah
dibebankan kepada kita tersebut.
Allah telah menghalalkan jual beli (al Bay) dan
mengharamkan riba. Jual beli yang dihalalkan oleh
Syariat Islam (al Bay) telah dibatasi dengan Al at-Tarif
(al yang menjadikan suatu kata menjadi marifah;
definitif); yang berarti jual beli tertentu , karena
(bentuk-bentuk) jual beli tidaklah sah seluruhnya
kecuali jual beli yang memenuhi syarat-syarat dan

www.darulfatwa.org.au
28
rukun-rukunnya, karena itulah wajib dipenuhi
tuntunan tersebut.
Maka bagi orang yang hendak melakukan
transaksi jual beli ia harus mempelajari ilmu tentang
jual beli, karena jika tidak, maka mau tidak mau ia
akan memakan riba. Rasulullah shallallahu alayhi
wasallam bersabda:
" "

Maknanya: Pedagang yang jujur kelak akan dikumpulkan
di hari kiamat dengan para nabi, para Shiddiqin dan orang-
orang yang mati syahid.
Kedudukan yang tinggi tersebut tidaklah ia
dapatkan melainkan karena kesungguhannya dalam
mengekang jiwa dan nafsunya untuk menjalankan
transaksi-transaksi (akad) sesuai dengan aturan
syara. Karena jika tidak, nyatalah ancaman Allah bagi
mereka yang melampaui batas-batas (yang telah
ditetapkan oleh syari'at). Kemudian akad-akad
lainnya seperti akad al-ijarah (sewa menyewa), al-qiradl
(bagi hasil), al-rahn (penggadaian), al-wakalah
(perwakilan), al-wadiah (titipan), al-ariyah (pinjam
meminjam), asy-syarikah (perserikatan; kongsi) dan al-
musaqah (perburuhan dalam menyiram tanaman) juga
harus dipenuhi syarat-syarat dan rukun-rukunnya.
Akad nikah membutuhkan kehati-hatian dan
ketelitian yang lebih agar terhindar dari akibat-akibat
hukum karena kecerobohan dalam hal tersebut. Al
Quran telah mengisyaratkan akan pentingnya hal
tersebut; Allah berfirman:
] [
) : 6 (
Maknanya: Wahai orang-orang yang beriman jagalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu. (Q.S. at-Tahrim: 6)
Al Imam Atha -semoga Allah meridlainya-
berkata (dalam penafsiran ayat di atas): Yaitu dengan
Belajar tata cara mengerjakan shalat, puasa, jual beli,
nikah dan thalaq.
15












15
Diriwayatkan oleh al Khathib al Baghdadi dalam kitabnya al
Faqih wa al Mutafaqqih (1/13).

www.darulfatwa.org.au
29
Bab VII
RIBA





(Pasal)

Riba hukumnya haram, baik melakukannya,
memakannya, mengambil (harta)nya, mencatatnya
dan menjadi saksinya.

Riba adalah:
v Jual beli salah satu dari an-naqdayn dengan yang
lain (emas dengan perak) dengan penundaan
penyerahan salah satunya. Yang dimaksud dengan
an-naqdayn adalah emas dan perak, baik yang
berbentuk mata uang atau lempengan, atau
perhiasan dan atau masih dalam bentuk aslinya
berupa butir-butir kecil (Tibr).
v Atau akad jual beli (emas dengan perak) dengan
tanpa serah terima pada saat yang sama. Artinya
dua orang yang bertransaksi (dalam jual beli emas
atau perak tersebut) berpisah sebelum adanya
serah terima.
v Atau melakukan akad jual beli antara jenis yang
sama; emas dengan emas atau perak dengan perak,
tapi dengan penundaan penyerahan dari salah satu
keduanya (pihak penjual dan pembeli), atau dengan
adanya perpisahan antara penjual dan pembeli
sebelum saling menyerahterimakan dua barang
tersebut.
v Atau membuat akad dalam transaksi jual beli emas
dengan emas atau perak dengan perak dengan
adanya tambahan timbangan pada salah satu dari
keduanya.
v Demikian juga riba berlaku dalam jual beli
makanan, artinya haram jual beli makanan dengan
makanan lain yang berlainan jenis; seperti jual beli
qamh dengan syair kecuali jika memenuhi dua
syarat; "yaitu tidak menyebutkan waktu penundaan
dalam penyerahan, dan antara pembeli dan penjual
tidak berpisah sebelum saling serah terima". Juga
berlaku riba ini dalam jual beli makanan dengan
makanan lain yang sama jenisnya; seperti jual beli
burr dengan burr -dari jenis yang sama- kecuali
dengan dua syarat yang disebutkan di atas dan satu
syarat lagi; sama dalam timbangannya. Karena
itulah haram jual beli sya'ir dengan sya'ir, kecuali
apabila dengan: "takaran yang sama, tidak dengan
penundaan penyerahan, dan saling serah terima
sebelum berpisah".

www.darulfatwa.org.au
30
v Haram menjual barang yang belum dia terima
(dalam kepemilikannya).
v Atau menjual daging dengan hewan.
v Atau jual beli hutang dengan hutang; seperti
apabila si Zaid berhutang kepada seseorang,
kemudian orang tersebut menjual hutang
(hartanya yang berupa hutang di Zaid) tersebut
kepada Amr (karena ia berhutang kepada 'Amr)
dengan harga yang bertempo sampai satu bulan
misalnya.
v Atau menjual sesuatu yang bukan miliknya.
artinya menjual sesuatu yang bukan miliknya atau
sesuatu yang tidak diwakilkan kepadanya untuk
menjualnya.
v Atau menjual sesuatu yang tidak terlihat. Dalam
satu pendapat imam Syafii menyatakan boleh jika
disebutkan sifat-sifatnya.
v Tidak sah transaksi jual beli yang dilakukan oleh
orang yang tidak mukallaf. Maka tidak sah jual beli
orang yang gila atau anak kecil. Dalam madzhab
imam Ahmad; sah jual belinya anak kecil yang
sudah mencapai tamyiz.
v Atau jual beli barang yang tidak mampu untuk
diserah terimakan.
v Atau Jual beli sesuatu yang tidak ada manfaatnya.
v Menurut sebagian ulama tidak sah jual beli dengan
tanpa menyebutkan shighat akad (ijab qabul),
menurut sebagian ulama lainnya sah dengan taradli
(saling ridla) walau dengan tanpa menyebut shighat
akad.
v Jual beli sesuatu yang tidak masuk dalam
kepemilikannya; seperti memperjual belikan orang
merdeka dan tanah yang tidak bertuan.
v Jual beli benda majhul (barang yang tidak
diketahui).
v Jual beli benda najis; seperti darah,
v Jual beli setiap benda yang memabukkan,
v Jual beli benda yang diharamkan; seperti thunbur
(alat musik yang sejenis gitar),
v Juga haram jual beli benda yang halal dan suci
kepada orang yang diketahui akan menggunakan
benda tersebut untuk kemaksiatan; seperti menjual
anggur kepada orang yang akan membuat khamr,
atau menjual senjata kepada orang yang akan
menyakiti orang lain,
v Jual beli benda-benda yang memabukkan,
v Menjual benda yang ada cacatnya dengan tanpa
memberitahukan cacatnya.

{Faedah}

Tidak sah membagi harta peninggalan mayit
dan memperjual belikannya sebelum dilunasi hutang-
hutang si mayit, dilaksanakan wasiatnya dan
dikeluarkan ongkos haji dan umrahnya jika si mayit
memiliki kewajiban untuk melaksanakannya, kecuali

www.darulfatwa.org.au
31
apabila benda-benda peninggalannya dijual dengan
tujuan untuk menyelesaikan hal-hal tersebut di atas.
Jadi harta peninggalan mayit itu seperti halnya harta
yang digadaikan (Marhun), artinya bahwa harta
tersebut tertahan oleh hal-hal tersebut dan belum
boleh dibagi, seperti halnya seorang budak yang
mencuri sekalipun senilai seper enam dirham, maka
budak tersebut tidak boleh dijual (oleh tuannya)
hingga dipenuhi tanggungannya (dengan
dikembalikan barang yang dicurinya) atau diperoleh
izin dari pemilik harta yang dicuri untuk dijual
(budak tersebut).
Haram hukumnya bagi seseorang (si A)
melemahkan minat beli seorang pembeli (si B) setelah
adanya kesepakatan harga antara dia (si B) dengan
penjual, agar orang pertama (si A) dapat membeli
barang tersebut. Atau melemahkan minat penjual saat
hendak menjual barangnya kepada si B dengan harga
yang sudah disepakati mereka berdua, agar penjual
menjual barangnya tersebut kepada si A. Terlebih lagi
bila perbuatan "melemahkan minat" ini dilakukan
pada saat telah terjadinya akad (dalam tempo khiyar)
antara penjual dan pembeli.
Juga haram membeli makanan pokok pada
waktu mahal harganya dan sangat dibutuhkan
masyarakat untuk ditimbun lalu dijual dengan harga
yang lebih mahal, juga haram menambah harga
barang untuk menipu konsumen (an-Najsy). Haram
memisahkan budak perempuan dengan anaknya yang
masih belum tamyiz, menipu dan berkhianat (saat jual
beli) dalam membuat takaran, menimbang barang,
mengukur dengan hasta dan menghitung dengan
bilangan, dan atau juga berbuat bohong. Diharamkan
juga menjual kapas atau barang dagangan lainnya
dengan harga lebih tinggi dengan sebab memberikan
pinjaman hutang kepada pembeli (kapas) tersebut,
atau juga memberikan hutang kepada penjahit atau
pegawai buruh lainnya kemudian dipekerjakan
dengan gaji dibawah standar normal karena sebab
hutang tersebut, artinya jika si pemberi hutang
mensyaratkan hal tersebut (transaksi ini disebut
dengan ar-Rabthah), atau memberikan hutang kepada
para petani sampai waktu panen datang, kemudian
para petani tersebut menjual hasil panennya itu kepada
si pemberi hutang dengan harga yang lebih
rendah/murah sedikit karena hutang tersebut.
(praktek seperti ini disebut dengan al-Maqdliyy).
Demikian pula bentuk-bentuk transaksi yang
dilakukan orang-orang sekarang, kebanyakan tidak
mengindahkan peraturan-peraturan syariat.
Maka bagi orang yang mengharapkan ridla
Allah dan keselamatan agama dan dunianya
hendaklah ia mempelajari apa yang dihalalkan dan apa
yang diharamkan kepada orang yang 'Alim
(mengetahui ilmu-ilmu agama), Wari (menjaga diri
dari hal-hal yang haram), Nashih (yang suka memberi

www.darulfatwa.org.au
32
nasihat) dan syafiq (penyayang) kepada agamanya
karena sesungguhnya mencari harta yang halal adalah
kewajiban setiap muslim.


(Pasal)

Seseorang yang mampu (berkecukupan) wajib
memberi nafkah orang-orang tuanya yang tidak
mampu (fakir), sekalipun orang-orang tuanya tersebut
mampu bekerja. Juga wajib bagi orang tersebut
memberi nafkah anak turunannya (anak cucu) yang
kesulitan dan tidak mampu mencari nafkah sendiri,
baik karena mereka masih kecil atau karena penyakit
yang dideritanya yang menyebabkan mereka tiadak
mampu bekerja.
Wajib atas seorang suami memberi nafkah dan
mahar (mas kawin) kepada istrinya, dan wajib atasnya
memberi mutah untuk istri yang ditalaknya. Mutah adalah
harta yang diberikan kepada sang istri yang ditalak tanpa
sebab dari pihak istri.
Wajib atas pemilik hamba sahaya atau pemilik
binatang-binatang ternak untuk memberi nafkah
mereka semua, dan tidak membebankan mereka
pekerjaan yang di luar kemampuan mereka, juga tidak
boleh memukul mereka tanpa hak.
Wajib bagi seorang istri taat kepada suaminya
berkenaan dengan dirinya kecuali dalam hal yang
tidak dihalalkan. Seorang istri tidak boleh melakukan
puasa sunnah dan tidak boleh keluar dari rumah suaminya
tanpa seizin suaminya.


Bab VIII
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN HATI







(Pasal)

Di antara kewajiban-kewajiban hati adalah; Iman
kepada Allah, dan iman kepada segala apa yang
datang dari Allah, iman kepada Rasulullah dan iman
kepada segala apa yang datang dari Rasulullah.
Dan ikhlas; artinya adalah berbuat ketaatan
hanya karena Allah semata. Menyesal atas maksiat
yang telah diperbuatnya. Tawakkal kepada Allah.
Muraqabah lillah (merasa bahwa Allah selalu
mengetahui segala perbuatannya). Ridla atas taqdir
Allah dalam arti berserah diri kepada-Nya dan tidak
membangkang (itiradl) kepada-Nya, mengagungkan
ajaran-ajaran-Nya, bersyukur atas nikmat yang telah

www.darulfatwa.org.au
33
dikaruniakan Allah kepadanya (dalam pengertian
tidak menggunakan pemberian Allah tersebut dalam
kemaksiatan), Sabar dalam menjalankan perintah dan
meninggalkan larangan (hal-hal yang diharamkan
oleh) Allah juga sabar terhadap musibah yang
ditimpakan oleh Allah kepadanya, membenci syetan,
membenci perbuatan maksiat, mencintai Allah, al-
Quran, Rasulullah, sahabat-sahabat rasulullah,
beserta keluarganya dan orang-orang shaleh.


MAKSIAT ANGGOTA BADAN
(Pasal)
Maksiat Hati

Di antara maksiat hati adalah: riya' dalam
beramal kebaikan, artinya berbuat kebaikan karena
manusia; agar dapat pujian dari manusia. Perbuatan
riya ini dapat menghilangkan pahala kebaikan yang
dilakukannya. 'Ujub dalam berbuat ketaatan; artinya
menganggap bahwa ibadah yang ia kerjakan adalah
murni hasil dari usahanya melupakan bahwa itu
adalah karunia dari Allah. Ragu akan adanya Allah.
Merasa aman dari siksaan dan ancaman Allah dan
atau putus asa dari rahmat Allah. Sombong kepada
manusia; artinya menolak kebenaran dari orang lain
dan memandang rendah manusia. Dengki (al-Hiqd),
yaitu; menyimpan rasa permusuhan yang disertai
dengan usaha untuk mewujudkannya serta ia sendiri
tidak membenci perasaan hatinya tersebut. Iri hati (al-
Hasad), artinya; membenci kenikmatan yang diraih
oleh seorang muslim dan merasa keberatan dengannya
yang disertai dengan usaha untuk melenyapkan
kenikmatan tersebut darinya. Mengungkit-ungkit
shadaqah yang ia berikan kepada orang lain, perbuatan
ini meleburkan pahala shadaqahnya; seperti ia berkata
kepada orang yang telah menerima shadaqahnya:
"Bukankah aku telah telah memberimu ini dan itu
pada hari demikian?". Terus-menerus dalam berbuat
dosa. Berburuk sangka kepada Allah dan hamba-
hamba-Nya. Mendustakan (tidak mempercayai
adanya) ketentuan (qadar) Allah. Gembira dengan
maksiat yang ia kerjakan atau yang dikerjakan orang
lain. Berkhianat sekalipun kepada orang kafir; seperti
berjanji akan melindungi orang kafir tersebut tapi
kemudian justru ia membunuhnya. Melakukan makar
(al-Makr), yaitu; mencelakakan orang muslim dengan
cara sembunyi-sembunyi atau tipu muslihat.
Membenci sahabat-sahabat rasulullah, keluarganya
dan orang-orang shaleh. Pelit (al-Bukhl) dalam hal yang
diwajibkan Allah, Kikir (as-Syuhh) (lebih parah dari
pelit) dan tamak (al-Hirsh). Meremehkan atau
menganggap kecil sesuatu yang diagungkan atau

www.darulfatwa.org.au
34
digambarkan keburukan dan kepedihannya oleh
Allah; seperti perbuatan ta'at, perbuatan maksiat
(seperti meremehkan ancaman yang dijanjikan oleh
bagi mereka yang berbuat maksiat), al Quran, ilmu
agama, surga dan neraka.

(Pasal)
Maksiat Perut

Di antara maksiat perut adalah: Makan harta
riba, menarik pajak, ghasab (mengambil hak milik
orang lain dengan paksa), mencuri (mengambil harta
orang dengan cara sembunyi-sembunyi), dan setiap
harta yang dihasilkan dari transaksi yang diharamkan
oleh syariat.
Minum khamr (arak); pelakunya dihukum
dengan dicambuk sebanyak 40 kali, jika pelakunya
adalah seorang yang merdeka, dan setengahnya (20
kali cambuk) jika hamba sahaya. Dan boleh bagi
khalifah menambah hukuman tersebut berdasarkan
kemaslahatan yang dilihatnya. Makan barang-barang
yang memabukkan, barang najis dan mustaqdzar (tidak
najis tetapi menjijikkan seperti ingus, air ludah dan
semacamnya). Makan harta anak yatim atau harta
wakaf dengan menyalahi apa yang telah disyaratkan
oleh orang yang mewakafkannya. Menerima
pemberian orang lain yang diberikan kepadanya
karena rasa malu dan tidak tulus dalam
memberikannya.


(Pasal)

Maksiat Mata

Di antara maksiat mata adalah: Melihat
perempuan ajnabiyah (bukan mahramnya) ke muka dan
dua telapak tangannya dengan syahwat, atau melihat
kepada selain muka dan dua telapak tangannya
sekalipun tanpa syahwat. Demikian juga sebaliknya;
perempuan melihat laki-laki yang bukan mahramnya
kepada apa yang ada di antara pusar dan lututnya.
Tidak haram bagi perempuan tersebut melihat kepada
yang selain antara pusar dan lutut dengan tanpa
syahwat. Haram juga melihat aurat (sekalipun sesama
jenis). Haram bagi laki-laki dan perempuan membuka
dua aurat besarnya (Qubul dan Dubur) di tempat yang
sepi dengan tanpa ada hajat. Boleh (Halal) bagi
seseorang dengan mahramnya atau sesama jenis
melihat kepada selain antara pusar dan lutut dengan
tanpa syahwat. Haram memandang hina atau rendah
terhadap seorang muslim. Juga melihat isi rumah
orang lain tanpa seizin tuan rumah, atau melihat
sesuatu yang disembunyikannya.


www.darulfatwa.org.au
35
(Pasal)

Maksiat Lidah

Di antara maksiat lidah adalah: Ghibah, yaitu;
apabila engkau menyebutnyebut sesama saudara
muslim dengan sesuatu yang ia membencinya (untuk
dibicarakan terhadap orang) di antara apa yang ada
pada diri orang tersebut di belakangnya artinya tidak
di hadapannya. Namimah, yaitu; menyebarkan isu atau
propaganda permusuhan (provokasi). Tahrisy, yaitu;
provokasi dengan tanpa ucapan, sekalipun antara
binatang. Berbohong (perkataan yang tidak sesuai
dengan kenyataan). Sumpah palsu. Mengucapkan
kalimat-kalimat yang mengandung qadzaf; kalimat
qadzaf ini sangat banyak sekali, intinya tuduhan
kepada seseorang atau salah seorang kerabatnya
dengan perbuatan zina, baik dengan kata-kata yang
sharih (jelas) secara mutlak (dengan atau tanpa niat)
atau dengan kata-kata kinayah (sindiran) yang disertai
dengan niat tuduhan. Pelakunya (jika orang merdeka)
dihukum dengan 80 kali cambukan dan setengahnya
bila ia seorang hamba sahaya. Mencaci sahabat
Rasulullah. Bersaksi palsu. Menunda-nunda dalam
membayar hutang padahal dia mampu untuk
membayarnya. Mencaci, melaknat dan menghina
seorang muslim dan setiap perkataan yang
menyakitinya. Berdusta kepada Allah dan rasul-Nya,
melakukan dakwa (mengakui hak milik orang lain
sebagai miliknya) palsu, thalak bidiy (yaitu mentalak
istri dalam keadaan haid atau dalam keadaan suci yang
telah ia setubuhi pada masa suci tersebut). Zhihar, yaitu
berkata kepada istri: Punggungmu seperti punggung
ibuku, artinya aku tidak lagi menggaulimu. Pelaku
zhihar dikenakan kifarat jika tidak mentalaknya
seketika itu. Kifaratnya adalah; memerdekakan budak
mukmin yang normal (sehat dan tidak cacat), jika tidak
mampu maka berpuasa selama dua bulan berturut-
turut, dan jika tidak mampu berpuasa maka harus
memberi makan 60 orang miskin dengan 60 mud (satu
mud adalah satu cakupan dua tangan ukuran tangan
orang yang sedang, tidak terlalu kecil atau terlalu
besar). Salah dalam membaca al-Quran dengan bacaan
yang bisa merusak makna, atau bacaan yang merusak
irab (harakat akhir kata) sekalipun tidak sampai
merusak makna. Meminta-minta (mengemis) bagi
orang yang berkecukupan dengan harta atau
pekerjaannya. Bernadzar dengan tujuan menggagalkan
hak waris ahli warisnya. Tidak berwasiat tentang
hutangnya atau suatu benda titipan yang ada padanya;
yang keduanya tidak diketahui oleh orang lain.
Menisbatkan diri kepada selain ayahnya atau kepada
selain tuannya yang telah memerdekakannya, seperti
berkata; "saya telah dimerdekakan oleh si fulan",
dengan menyebutkan nama orang lain yang tidak
memerdekakannya. Melamar perempuan yang telah

www.darulfatwa.org.au
36
dilamar muslim lainnya. Memberi fatwa tanpa
berdasarkan ilmu. Belajar dan atau mengajarkan ilmu
yang membahayakan tanpa ada sebab syari. Memakai
hukum selain hukum Allah. Meratapi musibah
dengan menyebut-nyebut kebaikan dan atau
menjerit-jerit karena kematian seseorang. Setiap
perkataan yang mendorong seseorang untuk berbuat
kemaksiatan dan atau perkataan yang melemahkan
seseorang dari melaksanakan pekerjaan wajib. Setiap
perkataan yang mengandung hinaan terhadap agama,
salah seorang nabi, ulama, al-Quran atau ajaran-
ajaran Allah lainnya. Meniup seruling. Berdiam diri
dari amar maruf dan nahi munkar tanpa ada udzur
syari. Menyembunyikan ilmu yang wajib dipelajari
(tidak mengajarkannya) kepada orang yang
menuntutnya darinya. Mentertawakan orang karena
keluarnya angin darinya, atau mentertawakan seorang
muslim dengan tujuan menghinanya.
Menyembunyikan persaksian dan tidak menjawab
salam yang wajib untuk dijawab. Haram bagi seorang
yang sedang berihram haji atau umrah mencium
suami atau istri yang membangkitkan syahwat, juga
bagi yang sedang menjalankan puasa fardlu apabila
dikhawatirkan dapat menyebabkan keluarnya mani
dan ada pendapat yang mengatakan bahwa hal
tersebut hukumnya makruh, juga haram mencium
orang yang haram untukcdicium.

(Pasal)

Maksiat Telinga

Di antara maksiat telinga adalah: Mendengar
perkataan orang yang dirahasiakan darinya.
Mendengar bunyi seruling, biola (alat musik yang
menyerupai gitar) dan suara-suara lain yang
diharamkan. Juga haram hukumnya mendengar ghibah,
namimah dan semacamnya. Berbeda halnya jika
mendengar suara-suara tersebut tanpa disengaja dan ia
membencinya, namun demikian dia harus
mengingkarinya jika mampu.

(Pasal)
Maksiat Kedua Tangan
Di antara maksiat kedua tangan: Mengurangi
takaran, timbangan atau ukuran (dengan hasta
misalnya). Mencuri, dan pencuri barang yang senilai
seperempat dinar dari tempat biasanya barang tersebut
disimpan, akan dikenakan hukuman had dengan
dipotong tangan kanannya kemudian jika dia
mengulanginya lagi maka dipotong kaki kirinya, jika
dia mengulanginya kembali maka dipotong tangan
kirinya, kemudian kaki kirinya. Merampas hak orang
lain secara terang-terangan dengan mengandalkan lari

www.darulfatwa.org.au
37
(an-Nahb), Menguasai hak orang lain secara terang-
terangan dengan mengandalkan kekuatan (Ghashb)
dan mengambil pajak dan mengambil harta ghanimah
sebelum dibagikan secara syari. Dan membunuh,
kifaratnya secara mutlak yaitu memerdekakan hamba
sahaya yang sehat (tidak cacat), jika dia tidak mampu
maka berpuasa dua bulan berturutturut, dan kalau
membunuhnya dengan sengaja maka ia dikenakan
hukuman qishash kecuali dimaafkan oleh ahli waris
dengan syarat membayar diyat atau dengan cuma-
cuma (gratis). Sedangkan membunuh karena tersalah
(Qatl al Khatha) dan yang menyerupainya (Syibh al
Khatha) maka hukumnya wajib membayar diyat yaitu
seratus unta jika yang terbunuh adalah laki-laki
merdeka yang muslim dan separuhnya bagi
perempuan merdeka yang muslimah, dan hukum diyat
itu disesuaikan dengan kasus pembunuhannya. Dan di
antara maksiat tangan ialah memukul tanpa hak. Dan
mengambil suap dan menyuap. Dan membakar hewan
kecuali jika hewan itu menyakiti dan tidak ada jalan
lain untuk menolak bahayanya, memotong-motong
tubuh hewan. Bermain dadu dan semua yang
mengandung perjudian hingga permainan anak
dengan kaplek, dan memainkan alat musik yang
diharamkan seperti biola, robab, seruling dan gitar.
Diharamkan bagi laki-laki menyentuh perempuan
yang ajnabi (bukan mahram) dengan sengaja tanpa
kain penghalang atau dengan menggunakan kain
penghalang tapi dengan syahwat walaupun dengan
sejenisnya atau mahramnya. Menggambar sesuatu
yang bernyawa. Tidak membayar zakat atau hanya
mengeluarkan sebagian saja padahal sudah tiba
waktunya dan ia mampu untuk membayarnya,
mengeluarkan sesuatu yang tidak menjadikan sah
zakatnya, membagikan zakatnya kepada mereka yang
tidak berhak menerimanya, tidak membayar upah
buruh. Tidak menolong orang yang sedang dalam
Dlarurah (kesulitan yang sangat berat) dengan sesuatu
yang menyelamatkannya tanpa ada udzur syari, tidak
menolong orang yang sedang tenggelam padahal tidak
ada udzur syari. Menulis sesuatu yang haram untuk
diucapkan. Khianat; yaitu kebalikan nasihat, hal ini
bisa terwujud dalam perkataan, perbuatan dan
keadaan.


(Pasal)

Maksiat farji

Di antara maksiat farji adalah Zina (yaitu
memasukkan kepala penis ke dalam qubul). Liwath
(yaitu memasukkan kepala penis melalui dubur).
Hukuman bagi orang yang berbuat zina atau liwath
adalah Rajam; dilempar dengan batu sampai
meninggal, bagi laki laki dan perempuan yang sudah

www.darulfatwa.org.au
38
menikah atau dicambuk seratus kali dan diasingkan
selama satu tahun bagi yang belum menikah dan bagi
seorang budak setengah dari ketentuan tersebut.
Bersetubuh dengan hewan meskipun hewan
tersebut miliknya, onani dengan selain tangan istrinya
dan tangan budaknya yang halal baginya, bersetubuh
di saat haidl, nifas, atau telah suci dari keduanya tapi
belum mandi hadats besar atau setelah mandi wajib
tapi tanpa disertai niat yang sah, atau disebabkan
tertinggalnya salah satu syarat dari syarat-syarat
mandi wajib. Menampakkan sesuatu di hadapan
orang yang haram melihatnya atau membukanya
dalam keadaan sendirian tanpa tujuan apapun.
Menghadap atau membelakangi kiblat ketika buang
air kecil atau besar tanpa ada penghalang (penutup di
depannya yang tingginya 2/3 hasta atau lebih). Atau
ada sesuatu yang menghalanginya akan tetapi jauh
darinya lebih dari tiga hasta atau penghalang tersebut
tingginya kurang dari 2/3 hasta kecuali pada tempat
yang memang dikhususkan untuk buang air (boleh
menghadap atau membelakangi kiblat bila berada di
tempat yang khusus disediakan untuk buang hajat
seperti WC dan kamar kecil). Buang air besar di atas
kuburan, Buang air kecil di masjid di tempat yang
dimuliakan secara syariat meskipun kencingnya
ditaruh di tempat semacam botol, Tidak khitan
padahal ia telah baligh, tapi menurut mazhab imam
Malik hal ini dibolehkan.
(Pasal)
Maksiat kaki

Di antara maksiat kaki : Pergi untuk melakukan
perbuatan dosa seperti mencelakakan sesama muslim
dengan menghasut seorang penguasa atau yang
lainnya, atau untuk membunuhnya; yaitu berjalan
untuk membunuhnya atau melukainya tanpa hak.
Kaburnya seorang hamba dari majikannya, istri dari
suamiya, seseorang pelaku jinayah dari hukuman
qihsash, lari dari hutang, lari dari tanggungjawab
memberi nafkah, lari dari kewajiban berbakti kepada
kedua orang tua atau lari dari tanggungjawab
memelihara anak. Berjalan dengan sombong.
Melangkahi pundak orang lain kecuali untuk
menempati tempat yang kosong. Berjalan di depan
orang yang sedang shalat apabila syarat-syarat
pembatasnya (Sutrah) terpenuhi. Mengarahkan kaki
(dengan selonjor misalnya) ke mushaf padahal mushaf
dalam posisi/tempat yang tidak tinggi. Dan setiap
perjalanan untuk melakukan perkara yang haram dan
meninggalkan kewajiban.







www.darulfatwa.org.au
39
(Pasal)

Maksiat Badan

Di antara maksiat badan: Menyakiti (Uquq)
kedua orang tua. Kabur dari peperangan; yaitu lari
dari barisan tentara Islam yang berperang di jalan
Allah setelah sampai di medan peperangan.
Memutuskan tali silaturrahmi. Menyakiti tetangga
meskipun seorang kafir; yang telah mendapat jaminan
keamanan. Menyemir rambut dengan warna hitam
(sebagian ulama membolehkan apabila tidak
bertujuan untuk menipu dan mengelabui). Lakilaki
menyerupai perempuan dan sebaliknya yakni dengan
sesuatu yang khusus bagi salah satu jenis dalam hal
berpakaian, sikap dan lainlain. Isbal (melebihkan
pakaian hingga ke bawah mata kaki) dengan niat
pamer atau sombong. Memberi warna pada tangan
dan kaki dengan daun pacar bagi laki-laki tanpa ada
kebutuhan yang diperbolehkan syara.
Membatalkan ibadah wajib (seperti shalat,
puasa) tanpa udzur syari. Membatalkan ibadah haji
dan umrah yang status keduanya adalah sunnah bagi
pelakunya. Meniru perbuatan orang mukmin dengan
tujuan menghinanya. Mencari-cari kejelekan orang.
Memakai atau yang membuat tato. Tidak bertegur
sapa terhadap seorang muslim selama lebih dari tiga
hari kecuali ada alasan yang diperbolehkan syara.
Duduk bersama dengan ahli bidah atau orang fasiq
sehingga si fasiq tenggelam dalam kefasikannya.
Memakai emas, perak dan kain sutra atau
sesuatu yang kadar ketiganya lebih banyak bagi laki-
laki yang telah baligh kecuali cincin perak. Khalwah
dengan ajnabiyah yaitu berduaan antara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahramnya di tempat yang
sunyi tanpa ada orang ketiga; laki-laki atau perempuan
yang disegani. Perginya seorang wanita tanpa
mahram. Mempekerjakan orang lain yang merdeka
secara paksa. Memusuhi wali. Menolong/membantu
dalam berbuat maksiat. Menyebarkan sesuatu yang
palsu. Memakai peralatan rumah (bejana-bejana) yang
terbuat dari emas dan perak atau menyimpannya, dan
untuk perhiasan diperbolehkan bagi perempuan.
Meninggalkan sesuatu yang fardlu, atau
melaksanakannya tapi dengan meninggalkan rukun
atau syaratnya atau melakukan hal yang
membatalkannya. Meninggalkan shalat jumat yang
hukumnya wajib baginya meskipun dia melakukan
shalat Zhuhur. Meninggalkan shalat berjamaah bagi
seluruh penduduk desa umpamanya. Mengakhirkan
shalat fardlu sampai keluar dari waktunya tanpa
udzur. Melempar binatang buruan dengan sesuatu
yang berat dan tumpul (dengan sesuatu yang dapat
membunuhnya karena sebab beratnya seperti batu).
Menjadikan hewan sebagai sasaran latihan. Perempuan
yang sedang dalam masa iddah keluar rumah tanpa

www.darulfatwa.org.au
40
udzur. Tidak menjalankan ihdad atas meninggalnya
suami. Mengotori masjid dengan benda najis atau
meskipun dengan benda yang suci. Menunda-nunda
haji bagi yang telah mampu sampai meninggal dunia.
Berhutang bagi orang yang tidak ada harapan secara
lahiriyah dapat membayar hutangnya dan orang yang
menghutanginya tidak tahu akan hal tersebut. Tidak
memberikan tempo waktu yang lebih lama bagi orang
yang tidak sanggup membayar hutang. Menggunakan
harta untuk perbuatan maksiat. Merendahkan al
Quran dan ilmu syara dan membiarkan anak kecil
yang sudah mumayyiz untuk melakukan itu.
Memindahkan batasan tanah (memindahkan batasan
antara tanah miliknya dengan tanah milik orang lain).
Memanfaatkan tanah jalan dengan sesuatu yang tidak
diperbolehkan. Menggunakan barang pinjaman tidak
pada fungsinya, memakainya melebihi batas waktu
yang telah ditentukan atau meminjamkannya kepada
orang lain.
Melarang orang mengunakan fasilitas umum
seperti padang rumput untuk menggembala,
melarang orang lain mencari kayu bakar di tanah
yang tidak bertuan, melarang orang lain mencari
garam atau emas dan perak di lahan tambang milik
umum dan lainnya. Melarang orang lain mengambil
air dari sumbernya. Mengunakan barang temuan
sebelum diumumkan ke publik/masyarakat sesuai
dengan syarat-syaratnya. Duduk sambil melihat
kemunkaran kecuali ada udzur. Bertamu di suatu
perayaan tanpa diundang atau yang mengadakan
pesta mengizinkannya masuk karena merasa malu bila
mengusirnya.
Membedakan antara istriistri (oleh suami yang
berpoligami) dalam hal nafkah dan bermalam,
sedangkan kecondongan cinta dan sayang yang lebih
pada salah satunya bukanlah maksiat. Keluarnya
seorang perempuan dari rumah untuk mencari
perhatian atau menggoda lakilaki.
Melakukan sihir. Tidak taat pada
Imam/Khalifah; seperti mereka yang membangkang
kepada sayyidina Ali dan bahkan memeranginya, al
Bayhaqi mengatakan bahwa seluruh orang yang
memerangi Ali adalah bughat (pembangkang), begitu
pula fatwa Imam Syafii sebelumnya, meskipun di
antara mereka ada yang tergolong sahabat pilihan
karena seorang wali sekalipun tidak mustahil berbuat
dosa sekalipun dosa besar. Mengurus anak yatim,
masjid atau menjadi hakim padahal ia mengetahui
bahwa dirinya tidak mampu menjalankan amanat
tersebut. Menyembunyikan dan melindungi orang
yang zhalim dari orang yang ingin mengambil hak
darinya. Menakut-nakuti orang muslim. Membegal
dan pembegal ini dihukum sesuai dengan perbuatan
kriminalnya bisa didera, atau dipotong tangan dan
kakinya secara berlawanan apabila ia membegal tanpa
membunuh korbannya atau dibunuh dan disalib

www.darulfatwa.org.au
41
apabila ia membunuh korbannya. Tidak
melaksanakan apa yang telah dinadzarkan. Wishal
dalam berpuasa; yaitu berpuasa dua hari atau lebih
secara berturutturut tanpa makan apapun.
Menempati tempat duduk orang lain atau
mendesaknya dan sampai menyakitinya atau
mengambil giliran orang lain.





















Bab IX
Taubat





Wajib atas setiap mukallaf bertaubat dengan
segera atas dosadosa yang dilakukannya; yaitu
dengan menyesali perbuatan dosanya,
meninggalkannya dan bertekad untuk tidak
mengulanginya kembali. Bila dosa yang ia lakukan
adalah meninggalkan kewajiban maka segera ia
mengqadla kewajiban tersebut atau bila berkenaan
dengan hak sesama manusia maka segera ia
mengembalikannya atau meminta maaf dan direlakan
darinya.

b








www.darulfatwa.org.au
42
DAFTAR ISI





1. Muqaddimah -1-
2. BAB I POKOK-POKOK AQIDAH -3-
3. Makna Syahadat Pertama -3-
4. Makna Syahadat Kedua -7-
5. Wajib Memeluk Agama Islam -9-
6. Riddah dan Pembagiannya -11-
7. Kufur Keyakinan -12-
8. Kufur Perbuatan -13-
9. Kufur Perkataan -13-
10. Murtad dan Akibat Hukumnya -17-
11. Kewajiban Menjalankan Perintah dan Menjauhi Larangan -19
12. BAB II BERSUCI (THAHARAH) DAN SHALAT -21-
13. Waktu-waktu Shalat -21-
14. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak -23-
15. Rukun-rukun Wudlu -23-
16. Hal-hal yang Membatalkan Wudlu -24-
17. Istinjak -25-
18. Hadats Besar dan Cara Mensucikannya -26-
19. Syarat-syarat Bersuci -26-
20. Hal-hal yang Diharamkan Bagi Orang yang Tidak suci -28-
21. Syarat-syarat Shalat -29-
22. Hal-hal yang Membatalkan Shalat -31-
23. Syarat Diterimanya Shalat -32-
24. Rukun-rukun Shalat -33-
25. Shalat Jamaah dan Shalat Jumat -36-
26. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Shalat Berjamaah -
38-
27. Hukum Merawat Jenazah -40-
28. BAB III ZAKAT -43-
29. Hal-hal yang Wajib Dizakati -43-
30. Zakat Fitrah -46-
31. Golongan yang Berhak Mendapatkan Zakat -47-
32. BAB IV PUASA -48-
33. Kewajiban Berpuasa -48-
34. Hari-hari yang Diharamkan Berpuasa -49-
35. Kifarat Bagi Orang yang Membatalkan Puasanya Dengan
Jima -49-
36. BAB V HAJI -50-
37. Kewajiban Haji dan Umrah -50-
38. Rukun-rukun Haji -50-
39. Hal-hal yang Diharamkan bagi Orang yang Sedang Ihram -51-
40. Wajib Haji -52-
41. BAB VI MUAMALAT -54-
42. Kewajiban Mengetahui Hukum-hukum Muamalat Bagi
Mereka yang Hendak Melakukannya -55-
43. BAB VII RIBA -57-
44. Riba dan Macam-macamnya -57-
45. Kewajiban Memberi Nafkah -63-
46. BAB VIII KEWAJIBAN-KEWAJIBAN HATI -64-
47. Kewajiban-kewajiban Hati -64-
48. Maksiat Badan -65-
49. Maksiat Hati -65-
50. Maksiat Perut -67-
51. Maksiat Mata -68-
52. Maksiat Lidah -69-
53. Maksiat Telinga -72-
54. Maksiat Kedua Tangan -72-
55. Maksiat Farji -74-
56. Maksiat Kaki -76-
57. Di antara Maksiat Badan -77-
58. BAB IX TAUBAT -82-
59. Daftar Isi -83-

Anda mungkin juga menyukai