Anda di halaman 1dari 30

SNNT (Struma Nodosa Non Toksik)

NUR NUBLI JULIAN P G9911112112

Pengertian Struma
Kelainan glandula tyroid dapat berupa

gangguan fungsi seperti tiritosikosis atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti penyakit tyroid noduler. Berdasarkan patologinya, pembesaran tyroid umumnya disebut struma (De Jong & Syamsuhidayat, 2003).

Klasifikasi Struma
Struma Non Toxic Diffusa

Struma Non Toxic Nodusa


Stuma Toxic Diffusa

Struma Toxic Nodusa

(mulinda, 2005)

Anatomi
Gambar : Kelenjar tiroid dan struktur disekitarnya Sumber : Sobotta Atlas antomi manusia

Gambar : Anatomi kelenjar tiroid tampak depan dan potongan melinta Sumber : Schwartzs principles Of Surgery

Histologi
Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20

gram. Secara mikroskopis terdiri atas banyak folikel yang berbentuk bundar dengan diameter antara 50-500 m. Dinding folikel terdiri dari selapis sel epitel tunggal dengan puncak menghadap ke dalam lumen, sedangkan basisnya menghadap ke arah membran basalis. Folikel ini berkelompok sebanyak kira-kira 40 buah untuk membentuk lobulus yang mendapat vaskularisasi dari end entry. Setiap folikel berisi cairan pekat, koloid sebagian besar terdiri atas protein, khususnya protein tyroglobulin (BM 650.000) (Djokomoeljanto, 2001)

Fisiologi Hormon Tyroid


Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama

yaitu Tiroksin (T4). Bentuk aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang terdapat dalam tyroglobulin sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa DIT yang terbentuk dari MIT menghasilkan T3 atau T4 yang disimpan di dalam koloid kelenjar tyroid (De Jong & Syamsuhidayat, 2003).

Sebagian

besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan sisanya tetap didalam kelenjar yang kemudian mengalami diiodinasi untuk selanjutnya menjalani daur ulang. Dalam sirkulasi, hormon tyroid terikat pada globulin, globulin pengikat tyroid (thyroid-binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin (Thyroxine-binding prealbumine, TPBA) (De Jong & Syamsuhidayat, 2003).

Struma nodosa non toksik


Struma nodosa non toksik

merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang teraba sebagai suatu nodul ,tanpa disertai tanda tanda hipertiroidisme

Epidemiologi
Data

rekam medis Divisi Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo tahun 2001-2005 struma nodusa toksik terjadi pada 495 orang diantaranya 60 orang laki-laki (12,12 %) dan 435 orang perempuan (87,8 %) dengan usia terbanyak yaitu 31-40 tahun 259 orang (52,3 2%), (Landenson 2008 &Andrzey Lewinski

Berdasarkan penelitian Hemminichi K,

et al yang dilakukan berdasarkan data rekam medis pasien usia 0-75 tahun yang dirawat di rumah sakit tahun 1987-2007 di Swedia ditemukan 11.659 orang (50,9 %) mengalami struma non toxic, 9.514 orang (41,5 %) Graves disease, dan 1.728 orang (7,54%) struma nodular toxic (Landenson 2008 &Andrzey Lewinski 2004)

Etiologi
Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada defisiensi sedang iodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan hipotiroidisme dan kreatinisme. 2. Kelebihan iodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada preexisting penyakit tiroid autoimun
1.

Etiologi
3.

Goitrogen :

Obat

: Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants yang mengandung iodium Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara. Makanan, Sayur jenis Brassica (misalnya, kubis, lobak cina, brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam rumput liar.

Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosintesis hormon kelejar tiroid 5. Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna. (Lee,
4.

Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal


1. Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul

hanya satu disebut struma nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa. 2. Berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif: nodul dingin, nodul hangat, dan nodul panas. 3. Berdasarkan konsistensinya: nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras (Mansjoer, 2001)

Patofisiologi
1. Gangguan

pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh TSH, TSHResepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan

Patofisiologi
2. Defesiensi dalam sintesis atau uptake

hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen

Patofisiologi
3. Struma mungkin bisa diakibatkan oleh

sejumlah reseptor agonis TSH. Yang termasuk stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise yang resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di kelenjar hipofise, dan tumor yang memproduksi human chorionic gonadotropin(mulinda, 2005)

Diagnosis
Anamnesis :
Sejak kapan benjolan timbul Rasa nyeri spontan atau tidak spontan ,berpindah atau

tetap Cara membesarkanya : cepat atau lambat Pada awalnya berupa satu benjolan yang membesar menjadi beberapa benjolan atau hanya pembesaran leher saja Riwayat keluarga Riwayat penyinaran daerah pada waktu kecil/muda Perubahan suara Gangguan menelan ,sesak nafas Penurunan berat badan Keluhan tirotoksikosis

Diagnosis
Pemeriksaan fisik

Local ;

o Nodul tunggal atau majemuk,atau difus o Nyeri tekan o Konsistensi o Permukaan o Perlekatan pada jaringan sekitarnya o Pendesakan atau pendorongan trakea o Pembesaran kelenjar getah bening regional o Pembertons sign

Pada status lokalis pemeriksaan fisik perlu dinilai :


jumlah nodul
konsistensi nyeri pada penekanan : ada atau tidak pembesaran gelenjar getah bening

(Mansjoer, 2001)

Pada palpasi harus diperhatikan :


lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai

lobus kiri, kanan atau keduanya) ukuran (diameter terbesar dari benjolan, nyatakan dalam sentimeter) konsistensi mobilitas infiltrat terhadap kulit/jaringan sekitar apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin ada bagian yang masuk ke retrosternal)

Diagnosis
Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium : T4 atau T3, dan TSHs 2. Biopsi aspirasi jarum halus nodul tiroid 3. USG tiroid 4. Pemeriksaan Sidik tiroid 5. Pemeriksaaan antitiroglobulin bila TSHs meningkat,curiga penyakit hashimoto 6. Penanda tumor (Mansjoer, 2001)

Diagnosis Banding
1.

2. 3. 4. 5.

6.
7. 8. 9.

Struma nodosa yang terjadi pada peningkatan kebutuhan terhadap tiroksin saat masa pertumbuhan ,pubertas laktasi,menstruasi,kehamilan menopause,infeksi,stes lain . Tiroiditis akut Tiroiditis subakut Tiroiditis kronis,limpositik (hashimoto),fibrous-invasif ( riedel ) Simple goiter Struma endemic Kista tiroid,kista degenerasi Adenoma Karsinoma tiroid primer,metastatik

Penatalaksanaan
Indikasi operasi pada struma

nodosa non toksika ialah : keganasan penekanan kosmetik

Penatalaksanaan
Tindakan

operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi, sedangkan kedua lobus terkena dilakukan subtotal tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher maka dikerjakan juga deseksi kelenjar leher funsional atau deseksi kelenjar leher radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya ekstensi dan luasnya ekstensi

Penatalaksanaan
Indikasi radioterapi pada struma

non toksik inoperabel Adanya kontraindikasi operasi ada residu tumor setelah operasi metastase yang non resektabel

Penatalaksanaan
Farmakologi

Hormonal terapi dengan ekstrak tiroid diberikan selain untuk suplemen juga sebagai supresif untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasca bedah karsinoma tiroid diferensiasi baik (TSH dependence). Terapai supresif ini juga ditujukan terhadap metastase jauh yang tidak resektabel dan terapi adjuvan pada karsinoma tiroid diferensiasi baik yang inoperabel.

DAFTAR PUSTAKA
Andrzey Lewinski. 2004. the problem of goiter with particular consideration of goiter resulting from iodine deficiency. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 2003., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi., EGC., Jakarta Djokomoeljanto, 2001., Kelenjar Tiroid Embriologi, Anatomi dan Faalnya., Dalam : Suyono, Slamet (Editor)., 2001., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.,FKUI., Jakarta Landenson w paul M.D. 2008, goiter and tiroid nodules. Available at: http://www.knl.google.com Lee, Stephanie L., 2004., Goiter, Non Toxic., eMedicine., http://www.emedicine.com/med/topic919.htm Mansjoer A 2001., Struma Nodusa Non Toksik., Kapita Selekta Kedokteran., Jilid 1, Edisi III., Media Esculapius., FKUI., Jakarta Mulinda, James R., 2005., Goiter., eMedicine., http://www.emedicine.com/MED/topic916.htm R. Putz, R. Pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 21 . Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai