Anda di halaman 1dari 32

TEKNIK KHUSUS BERKOMUNIKASI

Ilmu Komunikasi

KELOMPOK 10 ICUK SUSANTO PUTRO RIDA DESIANA RINA YULIASTUTI ASMANTO 1.A D III

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II JURUSAN GIZI FEBRUARI 2012

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas teknik khusus berkomunikasi. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian. Jakarta, Februari 2012

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Komunikasi 2.2 Unsur Komunikasi 2.3 Strategi Komunikasi Efektif 2.4 Faktor Dalam Komunikasi 2.5 Teknik Khusu Berkomunikasi Dalam Organisasi 2.6 Teknik Khusus Berkomunikasi Berdasarkan Tingkat Usia 2.7 Teknik Khusus Berkomunikasi Dengan Penderita Gangguan Pendengaran 2.8 Teknik Khusus Berkomunikasi Dengan Penderita Gangguan Penglihatan 2.9 Teknik Khusus Berkomunikasi Dengan Penderita Gangguan Berbicara BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Latihan Soal DAFTAR PUSTAKA 27 27 32 6 6 6 7 8 15 24 25 26 4 5 2 3

1
1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin communicotio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini adalah sama makna. Jadi, kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan tejadi selama ada kesamaan makna mengenai yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang digunakan belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasa belum tentu mengerti makna bahasa yang di bawakan itu. Percakapan dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dair bahan yang di percakapkan. Menurut Carl I. hovland, ilmu komunikasi dalah : upaya yang sestemaits untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Untuk memahami pengertian sehingga dapat dilancar kan secara efektif, para peminat komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan Harold Laswell. Lasswell mengatakan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yakni: - Komunikator - Pesan - Media - Komunikan - Efek Jadi, berdasarkan paradigma lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyapaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertetu. Sehingga dalam berkomunikasi antara komunikator dengan komunikan dibutuhkan suatu teknik khusus agar keduannya dapat berkomunikasi dengan efektif.

1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengerrti dan memahami: 1.2.1 Teknis khusus dalam berkomunikasi. 1.2.2 Bentuk teknis khusus berkomunikasi dalam organisasi. 1.2.3 Bentuk teknis khusus berdasarkan tingkat usia. 1.2.4 Bentuk komunikasi dengan penderita ganggunan sensoris pendengaran. 1.2.5 Bentuk teknik komunikasi dengan penderita gangguan penglihatan. 1.2.6 Bentuk teknik komunikasi dengan penderita gangguan berbicara.

2
2.1 Definisi Komunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalani kehidupan. Sebagai bagian dari makhluk sosial yang syarat dengan keberagaman, kebutuhan, dan kepentingan serta harapan-harapan yang ingin dicapai, manusia tidak bisa lepas dari aktivitas komunikasi. Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan yang mempunyai waktu paling lama berinteraksi dengan klien dituntut mempunyai keterampilan komunikasi yang bermakna terapeutik. Komunikasi menyampaikan informasi, dan merupakan suatu aksi saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien. (Fundamental Keperawatan Jilid 1, 301) Seringkali komunikasi antara dua orang atau lebih tidak berjalan dengan baik karena mereka dapat saja menggunakan satu istilah atau kata yang sama, akan tetapi mempunyai arti yang berbeda atau menggunakan kata yang berbeda dengan arti yang sama.

2.2 Unsur Komunikasi


Tiga unsur komunikasi yaitu: a. Pengirim pesan atau sering juga disebut sebagai komunikator (sender). Pengirim pesan harus dapat menuliskan atau menyandikan pesan dengan baik dan jelas. b. Penerima pesan atau sering disebut sebagai reciever atau komunikan. Penerima pesan harus mendengarkan atau berkonsentrasi agar pesan dapat diterima dengan benar, dan memberikan umpan balik. c. Media atau saluran yang digunakan sebagai alat untuk mengirimkan pesan. Media ini dapat berupa telepon, televisi, fax, telecopier,

sandimorse, semapore, SMS, E-mail , dan lain lain.

2.3 Strategi Komunikasi Efektif


Strategi dalam membangun komunikasi efektif: a. Ketahui mitra bicara (audience). b. Ketahui tujuan c. Perhatikan konteks
6

d. Pelajari kultur, dan e. Pahami bahasa Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan secara lisan atau verbal melalui katakata. Penyampaikan informasi seperti ini dinamakan berbicara. Komunikasi lisan akan menjadi lebih efektif apabila diikuti dengan tinggi rendah, lemah lembut, dan perubahan nada suara yang disesuaikan.

2.4 Faktor Dalam Komunikasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran dan kelainan dalam komunikasi yaitu faktor pengetahuan, faktor pengalaman, faktor intelegensia, faktor kepribadian, dan faktor biologis. Berbicara dapat digolongkan dalam berbagai segi yaitu segi jarak, sarana yang digunakan, tujuan (menyampaikan informasi, mengumpulkan informasi, pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan penjualan informasi), kedinasan, lawan bicara, isi, dan pertumbuhan bicara. Dalam berbicara yang baik harus memperhatikan prinsip dan teknik komunikasi. Sedangkan teknik adalah kepandaian, pengetahuan membuat sesuatu berkenaan dengan seni. Teknik disebut juga metode, daya upaya dan kemahiran yang terjadi karena pikiran yang lebih luas, dan perasaan yang lebih tajam. Mendengarkan merupakan hal yang penting dalam komunikasi. Mendengarkan dengan aktif berarti mengerti apa yang dikatakan di balik pesan yang diterima. Keterampilan dalam berbicara merupakan kemampuan mengekspresikan pembicaraan dalam bahasa kata-kata. Semuanya tergantung pada pengalaman, pengetahuan, panjang dan pendeknya pembicaraan, serta isi pembicaraan.

2.5 Teknik Khusus Berkomunikasi Dalam Organisasi

Leader A A1 A2 B3 B1 B B2 C1 C C2 C3

2.5.1 Teknik Komunikasi Ke Bawah Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Titik berat dalam komunikasi organisasi sering kali bergerak ke arah komunikasi manajerial yang perhatian utamanya adalah komunikasi ke bawah, membawa informasi ke kelompok manajemen kepada kelompok operatif. Ada dua masalah utama: (1) jenis informasi apa yang disebarkan dari tingkat manajemen kepada para pegawai dan (2) bagaimana informasi tersebut disediakan. Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (Katz & Kahn 1966): (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). Para pegawai di seluruh tingkat dalam organisasi mereka perlu diberi informasi. Manajemen puncak hidup dalam dunia informasi. Kualitas dan kuantitas informasi harus tinggi agar dapat membuat keputusan yang bermanfaat dan cermat. Manajemen puncak harus memiliki informasi dari semua unit dalam organisasi, dan harus memperoleh informasi untuk semua unit. Aliran informasi dari manajemen puncak yang turun ke tingkat operatif merupakan aktivitas yang berkesinambungan dan sulit. Pemilihan cara
8

menyediakan informasi mencakup tidak hanya pengeluaran sumber daya langsung moneter tetapi juga sumber daya psikis dan emosional. 2.5.1.1 Pemilihan Metode dan Media Level (1972) mensurvei para penyelia dan meminta mereka untuk menilai keefektifan kombinsai-kombinasi yang berbeda dari metode-metode untuk berbagai jenis situasi komunikasi yang berlainan. Ada empat metode sebagai berikut (1) tulisan saja, (2) lisan saja, (3) tulisan diikuti lisan, dan (4) lisan diikuti tulisan. Metode lisan diikuti tulisan dinilai paling efektif dalam enam dari sepuluh situasi dan tidak pernah dinilai tidak sesuai untuk situasi apapun. Situasi yang memerlukan tindakan segera tetapi kemudian diikuti oleh tindak lanjutnya, bersifat umum dan memerlukan pendokumentasian, dan yang meliputi hubungan-hubungan antarpersona yang positif, tampaknya paling baik ditangani oleh metode lisan diikuti tulisan. Ada enam kriteria yang sering digunakan untuk memilih metode penyampaian informasi kepada para pegawai (Leve & Galle, 1988). 1. Ketersediaan. Metode-metode yang tersedia dalam oraganisasi cenderung

dipergunakan. Setelah menginventariskan metode yang tersedia, organisasi dapat memutuskan metode apa yang dapat ditambahkan untuk suatu program keseluruhan yang lebih efektif. 2. Surya. Metode yang dinilai paling murah cenderung dipillih untuk penyebaran informasi rutin dan yang tidak mendesak. Bila diperlukan atau diinginkan penyebaran informasi yang tidak rutin dan mendesak, metode yang lebih mahal tetapi cepat dapat digunakan. 3. Pengaruh. Metode yang nampaknya memberi pengaruh atau kesan paling besar sering dipilih daripada metode yang baku. 4. Relevansi. Metode yang tampak paling relevan dengan tujuan yang ingin dicapai akan lebih sering dipilih. Bila tujuannya singkat dan sekedar menyampaikan informasi, dapat dilakukan dengan pembicaraan diikuti memo. Bila tujuannya menyampaikan masalah yang rinciannya rumit, metode laporan teknis tertulis adalah yang mungkin dipilih. 5. Respons. Metode yang dipilih akan dipengaruhi oleh ketentuan apakah dikehendaki atau diperlukan respons khusus terhadap infomasi tersebut.

6.

Keahlian. Metode yang nampaknya sesuai dengan kemampuan pengirim untuk menggunakannya dan dengan kemampuan penerima untuk memahaminya cenderung digunakan daripada metode yang tampaknya di luar kemampuan komunikator atau di luar kemampuan pemahaman pegawai yang menerimanya.

Metode yang paling efektif/yang paling tidak efektif untuk berkomunikasi dengan bawahan dalam sepuluh situasi yang berbeda Situasi Paling Efektif Paling Tidak Efektif Penyampaian informasi yang memerlukan tindakan segera Informasi yang memerlukan tindakan pada waktu mendatang Penyampaian informasi yang bersifat umum Penyampaian arahan atau perintah Penyampaian informasi mengenai perubahan kebijakan yang penting Penyampaian kemajuna kerja kepada penyelia langsung anda Promosi kampanye keamanan Pemberian pujian atas prestasi kerja Pemberian teguran atas kelalaian kerja Penyelesaian perselisihan mengenai masalah kerja Lisan diikuti tulisan Lisan diikuti tulisan Lisan saja Lisan saja Lisan saja Tulisan saja Tulisan saja Tulisan saja Lisan diikuti tulisan Lisan saja Tulisan saja Lisan diikuti tulisan Lisan diikuti tulisan Lisan saja Lisan saja Lisan saja Tulisan saja Lisan saja Lisan diikuti tulisan Tulisan saja

2.5.2 Teknik Komunikasi Ke Atas Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Suatu permohonnan atau komentar yang diarahkan kepeda individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas.

10

Pentingnya Komunikasi Ke Atas Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan. 1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya (Sharma, 1979). 2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepadan penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka (Planty & machaver, 1952). 3. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya (Conboy, 1976). 4. Komunikasi ke atas menimbulkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi (Planty & Machaver, 1952). 5. Komunikasi ke atas mengjzinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah (Planty & Machaver). 6. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut (Harriman, 1974). Apakah Yang Harus Dikomunikasikan Ke Atas? Kebanyakan analisis dan penelitian dalam komunikasi ke atas menyatakan bahwa penyelia dan manajer harus menerima informasi dari bawahan mereka yang: 1. Memberikan apa yang dilakukan bawahan pekerjaan mereka, prestasi, kemajuan, dan rencana reancana untuk waktu meendatang. 2. Menjelaskan pesoalan-persoalan kerja yang belum dipecahkan bawahan yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan. 3. Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan.
11

4. Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, dan organisasi. Sharma (1979) mengungkapkan empat alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit: 1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka. 2. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik kepada masalah pegawai. 3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai. 4. Perasaan bahwa penyelia tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap terhadap apa yang disampaikan pegawai. Prinsi-Prinsip Komunikasi Ke Atas Planty dan Machaver (1952) mengemukakan tujuh prinsip sebagai pedoman program komunikasi ke atas. Prinsip-prinsip ini tampaknya dapat digunakan sampai sekarang, sama seperti ketika digunakan pada saat dirumuskannya. 1. Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan. 2. Program komunikasi ke atas yang efektif berlangsung secara berkesinambungan. 3. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan saluran rutin. 4. Program komunikasi ke atas yang efektif menitikberatkan kepekaan dan

penerimaan dalam pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih rendah. 5. Program komunikasi ke atas yang efektif mencccakup mendengarkan secara efektif. 6. Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup tindakan untuk mrnanggapi masalah. Program komunikasi yang efektif menggunakan berbagai media dan metode untuk meningkatkan aliran informasi. 2.5.3 Teknik Komunikasi Horisontal Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Tujuan Komunikasi Horisontal

12

Penelitian dan pengalaman menyatakan bahwa komunikasi horisontal muncul paling sedikit karena enam alasan berikut. 1. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. 2. Berbagai informasi mengenai rencana dan kegiatan. 3. Untuk memecahkan masalah. 4. Untuk memperoleh pemahaman bersama. 5. Untuk mendamaikan. 6. Untuk menumbuhkan dukungan antarpesona. Metode Komunikasi Horizontal Komunikasi horisontal paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan, kegiatan sosial dan lingkaran kualitas. Lingkaran kualitas adalah sebuah kelompok pekerja sukarela yang berbagi wilayah tanggung jawab. Yang penting kelompok ini adalah kelompok kerja biasa yang membuat atau memperbaiki sebagian produk. Lingkaran kualitas umumnya diberi tanggung jawab penuh untuk mengenali dan memecahkan masalah. (Yager, 1980). Hambatan-hambatan pada komunikasi horisontal banyak persamaannya dengan hambatan yang mempengaruhi komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah. 2.5.4 Teknik Komunikasi Lintas-saluran Spesialisasi staf (staff specialist) biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran karena biasanya tanggung jawab mereka muncul di beberapa rantai otoritas perintah dan jaringan yang berhubungan dengan jabatan. Spesialis staf sering berhubungan dengan manajemen puncak, yang memungkinkan mereka memperpendek rangkaian sistem otoritas. Pentingnya komunikasi lintas-saluran dalam organisasi mendorong Keith Davis (1967) untuk menyatakan bahwa penerapan tiga prinsip berikut akan memperkokoh peranan komunikasi spesialis staf: 1. Spesialis staf harus dilatih dalam keahlian berkomunikasi. 2. Spesialis staf perlu menyadari pentingnya peranan komunikasi mereka.

13

Manajemen harus menyadari peranan spesialis staf dan lebih banyak lagi memanfaatkan peranan tersebut dalam komunikasi organisasi. 2.5.5 Teknik Komunikasi Informal, Pribadi, atau Selentingan Informasi mengalir ke atas, ke bawah, horisontal, dan melintasi saluran hanya dengan sedikit kalau ada perhatian pada hubungan-hubungan posisional. Karena informasi informal/personal ini muncul dari interaksi diantara orang-orang, informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapevine). Sifat Sifat Selentingan Meskipun penelitian tentang sifat sifat selentingan tidak ekstensif, sifat sifat selentingan cukup lengkap seperti yang digambarkan berikut ini (W.L.Davis & OConnor, 1977) : 1. Selentingan berjalan terutama melalui interaksi mulut ke mulut. 2. Selentingan umumnya bebas dari kendala-kendala organisasi dan posisi. 3. Selentingan menyebarkan informasi dengan cepat 4. Jaringan kerja selentingan digambarkan sebagai suatu rantai kelompok 5. Para peserta dalam jaringan kerja selentingan cenderung menjalankan satu dari tiga peranan berikut : penghubung, penyendiri, atau pengakhir. 6. Selentingan cenderung lebih merupakan produk suatu situasi daripada produk orang orang dalam organisasi tersebut. 7. Semakin cepat seseorang mengetahui suatu peristiwa yang baru saja terjadi, semakin besar kemungkinan ia menceritakannya kepada orang lain 8. Bila suatu informasi yang disampaikan pada sesorang menyangkut sesuatu yang menarik perhatiannya, semakin besar kemungkinan ia menyampaikan informasi tersebut kepada oarang-orang lainnya 9. Aliaran utama informasi dalam selentingan cenderung terjadi dalam kelompokkelompok fungsional. 10. Umumnya 75%-90% dari rincian pesan yang disampaikan oleh selentingan adalah cermat 11. Informasi selentingan biasanya tidak lengkap, menghasilkan kesalahan interpretasi bahkan bila rinciannya cermat
14

12. Selentingan cenderung mempengaruhi organisasi.

2.6 Teknik Khusus Berkomunikasi Berdasarkan Tingkat Usia


2.6.1 Teknik Berkomunikasi Dengan Anak Anak adalah individu yang unik, bukan miniatur orang dewasa. Untuk melakukan pendekatan perlu teknik khusus agar hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak. 2.6.1.1 Teknik Non Verbal 2.6.1.1.1 Teknik Orang Ketiga Teknik ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang ketiga, seperti dia atau mereka. Teknik tersebut mengurangi perasaan terancam dari pada langsung bertanya pada anak bagaimana perasaannya? Cara seperti ini memberikan kesempatan untuk setuju atau tidak setuju tanpa ingin bertahan. Misalnya Perawat mengatakan: kadang-kadang bila seseorang jatuh sakit, perasaan-perasaan marah dan sedih karena dia tidak mampu berbuat seperti apa yang orang lain perbuat. Kemudian diam sebentar untuk menunggu responnya atau mendorong timbulnya jawaban dan berkata lagi: Apakah engkau pernah merasakan seperti itu?. Teknik pendekatan seperti ini member kesempatan pada anak dalam tiga pilihan: 1) Menyetujui, penuh harapan dan mengungkapkan perasaannya. 2) Tidak setuju/ 3) Tetap diam, mungkin mempunyai suatu perasaan tetapi tidak mampu mengekresikannya pada saat itu. 2.6.1.1.2 Neuro Linguistic Programming (NLP) Teknik pendekatan ini relative masih baru. Pendekatan ini untuk mengerti proses komunikasi yang memperhatikan cara/gaya/kelakuan dimana informasi dapat diterima dan dimengerti oleh individu. Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik seperti; - Penglihatan
15

- Pendengaran - Kinesthetic Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari kata kerja, kata sifat dan kata ketergantungan yang digunakan seseorang.

Dengan menggunakan sensori yang sama, perawat dapat meningkatkan hubungan dan mengkomunikasikan informasi lebih efektif. Orang tipe mendengar menggunakan kata-kata atau suara-suara. Anak-anak cenderung menggunakan bentuk kinesthetic dan belajar dari manipulasi objek-objek. Cara komunikasi Respon yang cocok Cara visual: Saya dapat melihat bahwa saya tidak sehat. Ceritakan pada saya tentang apa yang kamu lihat. Cara audiotory: Dari apa yang saya dengar dimana Dokter mengatakan, anak saya akan sembuh. Apa yang kamu dengar yang membuat kamu melihat sesuatu seperti ini. Cara kinesthetic: Saya merasa bahwa prognosa anak saya menurun. Ceritakan lagi tentang perasaan anda bahwa prognosanya menurun. 2.6.1.1.3 Fasilitative Responding Facilitative Responding adalah mendengarkan secara seksama dan

membayangkan kembali perasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan anak. Seperti: - Respon yang empati - Tidak menghakimi dan mengesahkan perasaan-perasaan seseorang. Rumus untuk facilitative responding adalah; Engkau merasa _ karena _.

16

Contoh: Bila seseorang anak mengatakan: Saya benci ke RS dan mendapatkan suntikan, dan fasilitatif respon adalah engkau merasa tidak bahagia karena semua dilakukan padamu. 2.6.1.1.4 Bercerita (Story Telling) Respon anak terhadap teknik-teknik bercerita bervariasi. Bercerita menggunakan bahasa anak, dan menyelidiki perasaannya, sementara itu menghindari hambatan yang disengaja atau hindarkan ketakutan-ketakutan yang paling sederhana adalah meminta anak menceritakan tentang sesuatu kejadian/peristiwa spesifik berada di rumah sakit. Selain itu dapat menggunakan gambaran dari suatu peristiwa dan meminta anak untuk menceritakannya. Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatan terapeutik. Dongeng tidak saja membantu membuka pikiran anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau perasaan takutnya. Kita mulai dengan meminta anak bercerita tentang sesuatu kejadian, diikuti oleh cerita lain oleh perawat yang sebabnya sama dengan cerita anak hanya bedanya disini bertujuan membantu anak masuk kedalam masalahnya. Contohnya: Anak bercerita tentang masuk rumah sakit dan tidak dapat melihat orang tuanya lagi. Cerita perawat hampir sama dan menggunakan nama orang lain bercerita bahwa sewaktu anak itu berada di rumah sakit tetap dapat bertemu orang tuanya setiap hari setelah selesai bekerja. Dengan cara ini dapat mengurangi perasaan takutnya akan terpisah dari orang tuanya. 2.6.1.1.5 Bibliotherapy Bibliotherapy melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka proses

therapeutic dan supportive. Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan perasaanperasaan dan perhatiannya melalui aktivitas membaca, cara ini dapat member kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu kejadian yang sama dengan keadaannya tetapi sedikit berbeda untuk mengijinkan dia membatasinya dari kisah itu dan tetap dalam kontrol. Pada

17

dasarnya buku tidak mengancam karena anak dapat sewaktu-waktu menutup buku tersebut atau berhenti membacanya. Petunjuk umum dalam menggunakan bibliotherapy: - Jajaki perkembangan emosi dan pengetahuan anak. - Hayati isi buku dan sesuaikan isinya dengan tingkat usia anak. - Bersama-sama memakai buku itu seperti kita membaca untuknya. - Menyilidiki bersama anak akan arti dari isi buku dengan cara menceritakan kembali cerita itu, baru kembali bagian-bagian khusus, gambar sesuatu yang berkaitan dengan cerita itu dan diskusikan gambaran tersebut, bicarakan tentang karakter atau simpulkan pengertian dari cerita tersebut. 2.6.1.1.6 Fantasy Bentuk khusus dari bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasy atau dongeng yang wajar seperti Bawang Putih dan Bawang Merah, Maling Kundang, Sikancil Mencuri Ketimun, Abu Nawas, dan lain-lain. Figur dan kejadian-kejadian pada dongeng melambangkan dan mengilustrasikan adanya suatu konflik dalam suatu peristiwa seperti butuh kasih sayang/ dicintai, takut akan meninggal, takut akan tidak berharga, pentingnya kejujuran dalam kehidupan dan lain-lain. Perlu penjelasan pada anak arti dari dongeng dalam mencapai kebutuhan-kebutuhannya. 2.6.1.1.7 Mimpi Mimpi sering diartikan sebagai ungkapan sesuatu sasaran tidak sadar dan akan menekan kembali perasaan dan pikiran seseorang. Dipulau jawa kita kenal beberapa macam mimpi yang dapat mengartikan sesuatu, seperti mimpi titiyoni, gondoyoni dan puspogeni. Salah satu cara pada Psikoterapi dapat menggunakan interpretasi dari mimpi dengan menanyakan pada anak dan orang tua tentang mimpi. Kemudian jelajahi perasaan bersalah yang sangat mengganggu. 2.6.1.1.8 Pertanyaan Bagaimana Bila Pertanyaan Bagaimana Bila mendorong anak untuk menjelajahi situasi dan menentukan berbagai pemecahan masalah.
18

Contoh: Perawat dapat bertanya: bagaimana bila engkau sakit dan harus masuk Rumah Sakit?. Anak akan mengatakan perasaan-perasaannya yang telah dia ketahui tentang apa yang dia anggap aneh yang ingin dia ketahui. Jenis komunikasi yang baik akan membantu anak mempelajari ketrampilan pertahanan diri; khususnya pada situasi-situasi yang berbahaya. 2.6.1.1.9 Tiga Permintaan Satu strategi untuk mengundang anak-anak dalam percakapan adalah teknik Tiga Permintaan. Satu pertanyaan sederhana, apabila kau ingin memiliki tiga hal didunia, apakah itu. Biasanya anak menjawab tentang apa yang dirasakan, seperti Saya tidak mau sakit lagi. Apa bila kita tanyakan tentang kedua sisa pertanyaan, dia akan menyatakan Apabila hal itu jadi kenyataan, demikian pula permintaan lainnya adalah sama dan saya tidak ada permintaan lagi. Selanjutnya perawat dan pasien akan menbahas tentang apa arti sakit baginya. Sekalipun perawat tidak mampu menyembuhkannya tetapi dia mampu membuat sebagian permintaannya menjadi kenyataan. 2.6.1.1.10 Rating Game Permintaan ini terutama membantu anak-anak yang lebih besar untuk berani berbicara. Dari pada menanyakan padanya bagaimana perasaannya, lebih baik perawata bertanya bagaimana pengalaman dari hari ke hari dalam skala sampai 10, dengan skor 10 yang menjadi paling baik. Anak-anak pada tingkat usia sekolah. 2.6.1.1.11 Word Assosiation Game Pendekatan dengan cara permainan asosiasi kata dapat d imulai dengan sejumlah kata-kata kunci dan meminta anak untuk menyebut kata pertama yang dia kenal. Akan tetapi lebih baik jika di mulai dengan kata-kata netral seperti menggambar dan menulis.

19

2.6.1.1.12 Sentence Completion (Melengkapi Kata) Tanpa menanyakan langsung tentang keadaannya , tetapi menyadarkan pernyataan yang harus dilengkapi oleh anak. Cara pendekatan ini khususnya digunakan untuk anak-anak pra-remaja dan remaja.contoh: sesuatu yang menyenangkan (menjengkelkan) tentang sekolah anak usia yang paling menarik (tidak menarik) adalah

Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian diakhiri dengan pernyataan yang difokuskan pada perasaan tentang dirinya. 2.6.1.1.13 Pros And Cons (Pro dan Kontra) Suatu pendekatan yang agak berbeda untuk mendorong menjeiejahi

perasaannya-perasaannya adalah memilih topik seperti Berada di RS, dan meminta anak membuat daftar (list), 5 hal yang baik dan 5 hal yang buruk tentang RS ini adalah tehnik yang sangat berharga apabila di terapkan untuk menciptakan hubungan baik. Contoh: Dapat meminta anggota keluarga menulis lima hal yang mereka senangi dan yang tidak disenangi tentang satu sama lainnya. Kemudian setiap anggota keluarga mendapat kesempatan mendiskusikan perasaan-perasaan mereka dalam suasana yang tidak bersifat mengadili. Bagaimana bila menggunakan cara ini? Perawat harus mampu menangani perasaan yang tiba-tiba muncul, perawat peka, cepat tanggap dan cepat menetralisir situasi. 2.6.1.2 Teknik Verbal 2.6.1.2.1 Menulis Menulis adalah suatu alternative pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dalam memeriksa tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anakanak lebih riil dan nyata. 2.6.1.2.2 Menggambar Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anakanak mengungkapkan tentang dirinya.
20

2.6.1.2.3 Gerakan Gambar Keluarga Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya. Gambaran kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga. 2.6.1.2.4 Sosiogram Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram atau lingkaran keluarga. 2.6.1.2.5 Menggambar Bersama Dalam Keluarga Salah satu teknik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak-anak adalah menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk menggungkapkan dinamika dan hubungan keluarga. 2.6.1.2.6 Bermain Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi teknik yang paling efektif untuk berhubungan dengan mereka. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial. 2.6.2 Teknik Berkomunikasi Dengan Orang Dewasa Menurut Erikson 1985, pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi vs isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih, monat, masalah dengan orang lain. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikaap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya. Dari segi psikologis, orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu yaitu: 1. Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak di ajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir. 2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya perasaan dan pikiran.

21

3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah. Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama lain. Seperti anak-anak, perilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa. Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang dewasa mempunyai kendala pada hal-hal ini. Orang dewasa yang di rawat di rumah sakit bias merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak mampu ketika dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemamndirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan pengalaman yang mengancam dirinya, dimana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi. Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para professional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari imobilitas bio psikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya. 2.6.3 Teknik Berkomunikasi Dengan Lansia Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang memadahi tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan/perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Beberapa teknik komunikasi yang dapat terapkan antara lain: 2.6.3.1 Teknik Asertif Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi dapat dimengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika komunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

22

2.6.3.2 Responsive Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera menanyakan tentang perubahan tersebut, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini? Apa yang bisa saya bantu?. Berespon berarti bersikap aktif, tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. 2.6.3.3 Fokus Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengunggkapkan pertanyaan-pertaanyaan di luar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugan kesehatan. 2.6.3.4 Supportif Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara terhadap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum dan mengangguk kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuan. 2.6.3.5 Klarifikasi Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancer. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama oleh klien. 2.6.3.6 Sabar dan Ikhlas Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umumnya mengalami perubahanperubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan. Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat
23

sehingga komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

2.7 Teknik Khusus Berkomunikasi Dengan Penderita Ganggunan Pendengaran


Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya. Teknik Berkomunikasi Berikut adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan pendengaran: 1. Orientasiakan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien. 2. Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda. 3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim. 4. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu (permen karet). 5. Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan wajar. 6. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).

2.8 Teknik Khusus Berkomunikasi Dengan Penderita Gangguan Penglihatan


Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf
24

penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain. Teknik Berkomunikasi Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan: 1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya. 2. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda. 3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak

memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien. 4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata kata sebelum melakukan sentuhan pada klien. 5. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi. 6. Orientasikan klien dengan suara suara yang terdengar disekitarnya. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru

2.9 Teknik Khusus Berkomunikasi Dengan Penderita Gangguan Berbicara


Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan wicara

25

umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar. Teknik Berkomunikasi Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal-hal berikut perlu diperhatikan : 1. Perhatikan mimik dan gerak bibir klien. 2. Memperjelas kata-kata yang diucapkan kien dengan mengulang kembali. 3. Batasi topik pembicaraan. 4. Suasana rilek dan pelan. Bila perlu gunakan bahasa tulisan/simbol.

26

3
3.1 Kesimpulan

BAB III PENUTUP

Berikut ini ialah kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan tinjauan pustaka di atas, yaitu: 3.1.1 Dalam berkomunikasi tidak hanya lisan yang dapat dijadikan perantara dalam berkomunikasi. 3.1.2 Di samping itu terdapat pula teknik khusus dalam berkomunikasi. 3.1.3 Berkomunikasi bukanlah sebuah kegiatan interaksi antar dua orang atau lebih, tetapi merupakan sarana bertukar informasi. 3.1.4 Teknik khusus dalam berkomunikasi contohnya ialah teknik khusus berkomunikasi dalam berorganisasi, teknik khusus berkomunikasi berdasarkan tingkat usia, teknik khusu berkomunikasi dengan penderita ganggunan sensoris pendengaran , teknik khusus berkomunikasi dengan penderita gangguan penglihatan, teknik khusus berkomunikasi dengan penderita gangguan berbicara.

3.2 Latihan Soal


1. Manakan yang bukan termasuk salah satu strategi dalam membangun komunikasi efektif? a. Ketahui Mitra Bicara (Audience). b. Ketahui Tujuan c. Perhatikan Konteks d. Pelajari Kultur e. Tertutup Kepada Lawan Bicara Jawaban: E 2. Dalam komunikasi lisan, bagaimana cara informasi disampaikan? a. Lisan Atau Verbal

b. Tulisan Dan Lisan c. Tulisan

d. Surat Peringatan e. E-Mail


27

Jawaban: A 3. 1. Faktor Pengetahuan 2. Faktor Pengalaman 3. Faktor Intelegensia 4. Faktor Kepribadian Dari pernyataan diatas manakah yang termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran komunikasi a. 1, 2, 3 Jawaban: E 4. 1. Segi jarak, sarana, tujuan 2. Kedinasan, lawan bicara, motivasi 3. Lawan bicara, isi, pertumbuhan bicara 4. Pertumbuhan bicara, isi, keinginan terselubung Dari pernyataan diatas manakah yang termasuk penggolongan berbicara? a. 1, 2, 3 Jawaban: B 5. Apa yanng harus diperhatikan dalam berbicara? a. Kepentingan pribadi b. Kepentingan kelompok c. Prinsip dan teknik komunikasi d. Cara berbicara e. Penampilan Jawaban: C 6. Manakah yang termasuk salah satu dari dua masalah dalam teknik kmomunikasi ke bawah? a. Masalah yang terjadi b. Tujuan komunikasi c. Prinsip komunikasi d. Jenis informasi e. Misi informasi Jawaban: D 7. (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan,
28

b. 1,3

c. 2, 4

d. 4 saja

e. Benar semua

b. 1,3

c. 2, 4

d. 4 saja

e. Benar semua

(2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja manajer. Manakah dari pernyataan diatas yang termasuk lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (Katz & Kahn 1966)? a. 1, 2, 3 Jawaban: A 8. Ada enam kriteria yang sering digunakan untuk memilih metode penyampaian informasi kepada para pegawai (Leve & Galle, 1988). Manakah yang termasuk salah satu dari keenam kriteria tersebut a. Interpretasi b. Interaktif c. Relevansi d. Tulisan e. Lisan Jawaban: C 9. Planty dan Machaver (1952) mengemukakan tujuh prinsip sebagai pedoman program komunikasi ke atas. Manakah yang termasuk salah satu diantaranya?
a. Keahlian b. Respons c. Pengaruh d. Berkesinambungan e. Surya

b. 1, 3

c. 2, 4

d. 4 saja

e. Benar semua

Jawaban: D 10. Apa salah satu alasan penelitian dan pengalaman menyatakan bahwa komunikasi horisontal muncul paling sedikit? a. Menitikberatkan kepekaan dan penerimaan dalam pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih rendah b. Mencakup mendengarkan secara efektif c. Untuk menumbuhkan dukungan antarpesona
29

d. Menggunakan berbagai media dan metode untuk meningkatkan aliran informasi e. Harus direncanakan Jawaban: C 11. Manakah yang tidak termasuk tempat yang paling sering terjadi komunikasi horisontal? a. rapat paripurna tahunan b. interaksi pribadi c. respons d. kelompok kerja e. obrolan dirumah Jawaban: B 12. Siapakah yang paling aktif pada komunikasi lintas saluran? a. Manajer b. Ofice boy c. Cleaning service d. Spesialisasi staf (staff specialist) e. Sekretaris Jawaban: D 13. Sebuah kelompok pekerja sukarela yang berbagi wilayah tanggung jawab. Merupakan pengertian dari apakah pernyataan diatas?
a. Hambatan b. Lingkaran kerja c. Kinerja kelompok d. Spesialisasi staf e. Lingkaran kualitas

Jawaban: E 14. 1. Pendengaran 2. Penglihatan 3. Kinesthic 4. Perasa Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik, manakah yang tidak termasuk dari tiga sensorik tersebut?
30

a. 1, 2, 3 Jawaban: D

b. 1, 3

c. 2, 4

d. 4 saja

e. Benar semua

15. Manakah yang tidak termasuk ke dalam teknik verbal dalam berkomunikasi dengan anak-anak? a. Menggambar b. Gerakan gambar keluarga c. Bernyanyi d. Sisiogram e. Bermain Jawaban: C

31

4
Graha Ilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Edisi 1. Yogyakarta:

Shoelhi, Muhammad. 2009. Komunikasi Interpersonal Perspektif Jurnalistik. Jakarta: Sentosa Rekatama Media. Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Daryanto. 2011. Ilmu Komunikasi 1. Bandung: Satu Nusa. Paces, R., dkk. 2002. Komunikasi Organisasi. Bandung: Rosda

32

Anda mungkin juga menyukai