Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegenerative yang bersifat kronis progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer.Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsungmaupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga.Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalamiganguan pergerakan. Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsiautonom. Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria danwanita seimbang. 5 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnyamuncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruhdunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun sampai 3,5% pada usia 85 89 tahun. Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita Parkinson,. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang diperkirakan ada sekitar 200.000400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baiak di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena di banding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.

B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. Apa yang di sebut dengan parkinson? Apa etiologi parkinson ? Apa tanda dan gejala parkinson? Menjelaskan patofisiologi parkinson? Menjelaskan penatalaksanaan parkinson ? 1

C. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan tugas ini adalah : 1. Tujuan Umum. Tujuan penulisan tugas ini adalah untuk mengetahui gambaran serta asuhan keperawatan terkait klien dengan sindrom parkinson. 2. Tujuan Khusus. a. b. c. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian sindrom Parkinson. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa keperawatan sindrom Parkinson. Untuk mengetahui bagai mana rencana keperawatan sindrom Parkinson.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progsesif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan karateristik yang mucul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare, 2002). Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot dan hilangnya refleks-refleks postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur dopaminergik( produksi dopamine) yang menghubungkan subtansia nigra dengan korpus striatum ( nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis). Basal ganglia adalah bagian dari sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi, mengakhiri pergerakan, serta mengatur gerakan-gerakan otomatis ( Sylvia dan price, 1999).

B. ETIOLOGI Sebagian besar penyebab kasus ini dianggap tidak diketahui atau idiopatik. Parkinsonisme idiopatik adalah penyakit Parkinson atau paralisis angitans. Merupakan suatu penyakit progresif lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan awitan ( onset ) khas pada usia lima puluhan dan enam puluhan. Tidak ditemukan sebab genetic yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkannya. Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.

Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak faktorfaktor lainnya seperti : 1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson, 2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.

C. TANDA DAN GEJALA Berikut ini 10 tanda awal penyakit Parkinson: 1. Hilangnya indera penciuman Hilangnya bau kerap diikuti dengan hilangnya rasa. Dopamin adalah pengantar kimia yang membawa sinyal antara otak dan otot dan saraf di seluruh tubuh. Seperti yang memproduksi dopamin sel mati, indera penciuman menjadi terganggu, dan pesan seperti isyarat bau tidak sampai. "Pasien mengatakan mereka berada di pesta dan semua orang berkomentar tentang seberapa kuat parfum salah seorang wanita, dan dia tidak bisa mencium baunya," kata Rezak 2. Sulit tidur Ahli saraf tetap waspada terhadap kondisi tidur cepat yang dikenal sebagairapid eye-movement behavior disorder (RBD). Orang dengan RBD mungkin berteriak, menendang, atau menggemeretakkan gigi mereka. Mereka bahkan dapat menyerang pasangan tidur mereka. Sebanyak 40 persen orang dengan RBD akhirnya mengembangkan Parkinson paling tidak 10 tahun kemudian, kata, Rezak. Dua masalah tidur lainnya yang umumnya berkaitan dengan Parkinson adalah sindrom kaki gelisah (kesemutan atau rasa tusukan di kaki dan perasaan bahwa Anda harus memindahkan mereka) dan tiba-tiba berhenti bernapas sejenak saat tidur (sleep apnea). Tidak semua pasien dengan kondisi ini memiliki Parkinson, tapi sejumlah besar pasien Parkinson--hingga 40 persen dalam kasus sleep apnea--memiliki kondisi ini. 3. Mengalami sembelit dan problem berkemih Salah satu tanda awal yang paling umum dari Parkinson--dan yang paling diabaikan karena ada banyak kemungkinan penyebab--adalah sembelit dan kentut. Ini hasil dari penyakit Parkinson yang mulai mempengaruhi sistem saraf otonom, yang mengatur aktivitas otot halus seperti yang bekerja perut dan kandung kemih. Usus dan kandung kemih dapat menjadi kurang sensitif dan memperlambat proses pencernaan keseluruhan. Salah satu cara untuk mengenali perbedaan antara sembelit biasa dan sembelit disebabkan oleh Parkinson adalah bahwa yang terakhir sering disertai dengan perasaan kenyang, bahkan setelah makan sangat sedikit. 4. Kurangnya ekspresi wajah Kehilangan dopamin dapat mempengaruhi otot-otot wajah, membuat mereka kaku dan lambat dan mengakibatkan kurangnya karakteristik ekspresi. "Beberapa 4

orang menyebutnya sebagai wajah batu atau wajah poker," kata ahli saraf Pam Santamaria, ahli Parkinson di Nebraska Medical Center di Omaha. 5. Nyeri pada leher Tanda ini sangat sering terjadi pada wanita, setelah mengeluhkan tremor dan kekakuan. Nyeri leher ini sifatnya terus berlanjut, tidak seperti kram otot biasa yang hilang setelah satu atau dua hari. Pada beberapa orang, muncul mati rasa dan kesemutan. 6. Lambat saat menulis Salah satu gejala Parkinson, yang dikenal sebagai bradykinesia, adalah perlambatan dan hilangnya gerakan spontan dan rutin. Tulisan tangan adalah salah satu tempat yang paling umum untuk mengenai tanda bradykinesia. Mencuci dan berpakaian juga digunakan untuk menandai kemunculanbradykinesia. Seseorang mungkin butuh waktu lama untuk berdandan atau berurusan dengan ritsleting dan pengencang lainnya 7. Perubahan suara Suara mulai berubah, sering menjadi jauh lebih lembut dan lebih monoton. Ini adalah tanda yang sering dilupakan dokter yang mendiagnosis seseorang dengan penyakit ini. Otot-otot wajah yang kaku membuatnya lebih sulit mengatakan sesuatu dengan jelas. "Beberapa pasien mulai mengalami kesulitan membuka mulut mereka," kata Rezak. 8. Lengan tidak berayun bebas Lengan tak bisa direntangkan dengan bebas, sehingga untuk meraih vas bunga di rak tertinggi akan mengalami kesulitan. Bisa juga, salah satu lengan tak bebas berayun seperti lengan lainnya. 9. Berkeringat secara berlebihan Ketika Parkinson mempengaruhi sistem saraf otonom, ia kehilangan kemampuannya untuk mengatur tubuh, yang dapat menyebabkan perubahan pada kulit dan kelenjar keringat. Beberapa orang menemukan diri mereka berkeringat secara tak terkendali ketika tidak ada alasan yang jelas, seperti panas atau kecemasan. Bagi seorang wanita, serangan ini kabur dengan gejala menopause. Istilah resmi untuk gejala ini adalah hiperhidrosis. 10. Perubahan suasana hati dan kepribadian Para ahli tidak yakin mengapa, tapi ada berbagai perubahan kepribadian terkait dengan yang datang dengan Parkinson, termasuk kecemasan diucapkan dalam situasi 5

baru, penarikan sosial, dan depresi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi pada seseorang yang sebelumnya tidak mengalaminya adalah tanda pertama pada kebanyakan pasien Parkinson.

Adapun gejala penyakit Parkinson antara lain: 1. Gemetaran. Seseorang penderita penyakit Parkinson pada saat istirahat atau pada saat tidak melakukan aktivitas akan mengalami gemetaran. Gemetaran yang timbul dapat terjadi pada tangan, kaki, rahang atau kepala. 2. Kekakuan. Penderita akan mengalami rasa kaku pada otot, rasa sakit pada bahu,leher dan sendi-sendi hingga sulit untuk bergerak. 3. Hilangnya reflex postural. Penderita akan mengalami gangguan keseimbangan tubuh, 4. Kebekuan. Gejala ini mengacu terhadap ketidakmampuan untuk melakuakn pergerrakan yang aktif. Ketika akan berjalan, memutar, berjalan melalui jalan yang sempit penderita akan sulit untuk melakukannya. 5. Gejala nonmotor (tidak berhubungan dengan pergerakan). Gejala ini juga timbul pada penderita penyakit Parkinson antara lain penderita merasakan sakit seperti terbakar, perasaan geli, hilangnya motifasi, susah tidur ataupun merasakan tekanan. Kebanyakan gejala ini akan memperparah penderita penyakit Parkinson.

D. PATOFISIOLOGI Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin. 1. Hipotesis Radikal Bebas Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal oksi lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.

2.

Hipotesis Neurotoksin Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses neurodegenerasi pada Parkinson. Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan bagian yang 6

diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu program gerakan

diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal adalah gerakan involunter.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS Sasaran tindakan adalah untuk meningkatkan transmisi dopamine. Tetapi obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa, anhibitormmonoamin oksodasi (MAO), dan antidepresi. Beberapa obat-obat ini menyebabkan efek samping psikiatrik pada lansia meliputi: 1. Antihistamin Antihistamin mempunyai efek sedative dan antikolinergik pusat ringan, dapat membantu dalam menghilangkan tremor. 2. Terapi antikolinergik Agen antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat) efeksif untuk mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat-obatan ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan aksi asetilkolin pada sistem saraf pusat. Efek samping mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada wajah, konstipasi, retensi urine, dan kondisi akut. Tekanan intraocular dipantau ketat karena obat-obat ini kontraindikasi pada klien dengan glaucoma meskipun glaucoma yang dialami klien hanya sedikit. Klien dengan hyperplasia prostatic dipantau terhadap adanya tanda-tanda retensi urine. 3. Amantadin hidrokhlorida Amantadin hidrokhlorida (symmetrel), agen antivirus yang digunakan pada awal pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor, dan bradikinesia. Agen ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamine dari daerah penyimpanan didalam saraf. Reksi efek samping terdiri atas gangguan psikiatrik (perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan penglihatan. 4. Terapi levodopa Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agen tang paling efektif untuk pengobatan penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4)-dopa 7

menjadi dopamine pada basal ganglia. Seperti disebutkan diatas dopamine dengan konsentrasi normal yang terdapat didalam sel-sel subtansia nigra menjadi hilang pada klien dengan penyakit Parkinson. Gejala yang hilang juga dapat terjadi akibat kadar dopamine yang lebih tinggi akibat pemberian levodopa. 5. Derivate Ergoet-Agonis Dopamin Agen-agen ini (bromoktriptin dan pergolid) dianggap sebagai agonis reseptor dopamine. Agen ini bermanfaat bila ditambahkan pada levodopa dan pada klien yang mengalami reaksi on-off terhadap fruktuasi klinis yang ringan. 6. Inhibitor MAO Eldepril adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat iniu menghambat pemecahan dopamine. Sehingga peningkatan jumlah dopamine tercapai, tidak seperti bentuk terapi lain, agen ini secara nyata memperlambat kemajuan penyakit. 7. Antidepresen Antidepresen trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga terbiasa terjadi pada penyakit Parkinson. 8. Intervensi pembedahan Meskipin banyak pendekatan yang berbeda saat ini, penatalaksanaan pembedahan terhadap penyakit Parkinson masih menjadi bahan penelitian dan controversial. Pada beberapa klien yang cacat tremor atau diskinesia akibat levodopa berat, pembedahan dapat dilakukan. Walaupun pembedahan dapat mengurangi gejala pada klien tertentu, namun hal ini menunjukkan adanya perubahan perjalanan penyakit atau perkembangan kearah permanen. Prosedur pembedahan stereotaktik dapat dilakukan berupa subtalamotomi dan palidotomi. Pendekatan lain mencakup transplantasi jaringan saraf kedalam basal ganglia dalam upanya membuat pelepasan kembali dopamine normal. Transplantasi saraf pada medulla adrenal klien kedalam basal ganglia efektif mengurangi gejala pada sebagian kecil klien. Transplantasi sel-sel saraf mengunakan jaringan fetus telah dicoba, bagaimanapun prosedur ini masih diperdebatkan. Penelitian tentang hal ini dan pembedahan lain pendekatan yang tidak melaui pembedahan lain serta pendekatan yang tidak melalui pembedahan masih terus dilakukan.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan system persarafan meliputi anamnesis riwayat penyakit,pemeriksaan fisik,pemeriksaan

diagnostic, dan pengkajian psikososial.

B. Anamnesis Identitas klien meliputi nama,umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-an dan 60-an),jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer register,diagnosis medis. Keluhan utama yang sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh,kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. 1. Riwayat penyakit saat ini Pada anamnesis, sering klien mengeluh adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat,gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pir di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat. Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah,sikap tubuh dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringa,kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit mewnelan, konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat. 2. Riwayat penyakit dahulu Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya riwayat hipertensi,diabetes mellitus,penyakit jantung, anemia,penggunaan obat-obat antokoagulan aspirin,vasodilator, dan penggunaan obat anti kolinergik dalam jangka waktu lama. 9

3.

Riwayat penyakit keluarga Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson dengan sebab genetic yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus. Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.

C. Pengkajian psiko-sosio-spiritual Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya,perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ata pun dalam masyarakat. Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal,dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya,tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah persepsi dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.

D. Pemeriksaan fisik Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari pengajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per system ( B1-B6) dan terarah dengan focus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien.

E. Keadaan umum Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu brakikardi,hipotensi,dan penurunan frekuensi pernafasan. 10

B1 (BREATHING) Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas. Inspeksi,ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif,peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu nafas. Palpasi, ditentukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi, ditemukan bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi,stridor,ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan pada klien inaktivitas.

B2 (BLOOD) Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengatur tekanan darah oleh system saraf otonom.

B3 (BRAIN) Pengkajian B3 (BRAIN) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada system lainnya. Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.

Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.

Pemeriksaan fungsi serebri Status mental: biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi,dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang.

Pemeriksaan saraf cranial Saraf I : Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.

11

Saraf II

: hasil uji ketajaman pengelihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman pengelihatan.

Saraf III, IV dan VI : gangguan saraf okulomotorius: sewaktu melakukan konvergensi pengelihatan menjadi kabur karena tidak mampu

mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata. Saraf V : pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan perubahan pada otot wajah.adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan,saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata). Saraf VII Saraf VIII : persepsi pengecapan dalam batas normal : adanya tuli konduksi dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional. Saraf IX dan X Saraf XI Saraf XII : Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan. : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. : lidah simetris,tidak di temukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.indra pengecap normal.

System motorik a. Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan. klien sering mengalami rugiditas deserebrasi. b. Tonus otot, ditemukan meningkat c. Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada seluruh otot,dan kuku pada seluruh gerakan.

Pemeriksaan refleks Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri,klien akan berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti di dorong. kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh.

12

Sistem sensorok Sesuai berlanjutnya usia,klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.

B4 (BLADDER) Penurunan refleks kandung kemih perifer di hubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidak mampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidak mampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan control motorik dan postural. Selama priode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.

B5 (BOWEL) Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurangf karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot, dan adanya tremor menyeluruh. Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.

B6 (BONE) Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot,tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya gannguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan Karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas

F. Diagnosis keperawatan 1. 2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neoromuskular, menurunnya kekuatan, kehilangan control otot/koordinasi. 3. gangguan eleminasi alvi (konstipasi)yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas. 4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam proses makan,kesulitan mengunyah dan menelan.

13

5.

Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidak mampuan menggerakan otot-otot wajah.

6.

Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.

7.

Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.

1. Rencana intervensi Sasaran yang ingin dicapai adalah klien mencapai kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari, mencapai eliminasi usus adekuat, mencapai dan mempertahankan kepuasan status nutrisi, pencapaian komunikasi, dan pengembangan mekanisme koping.

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot. Tujuan: klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya dalam waktu 2x 24 jam kriteria hasil:klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas. Intervensi Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik. Lakukan program latihan yang meningkatkan kekuatan otot. Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,menurunkan kekuatan otot dan mencegah kontraktur bila otot tidak di gunakan. Lakukan latihan postural Latihan postural untuk melawan kecendrungan kepala dan leher tertarik ke depan dan belakang. Ajarkan teknik khusus: Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan tegak,memandang lurus ke depan, dan menggunakan cara berjalan dengan dasar lebar(misalnya berjalan dengan kaki Teknik berjalan khusus dapat dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecendrungan tubuh condong ke depan. Rasional Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

14

terpisah). Klien dianjurkan untuk latihan berjalan dengan diiringan music marching band atau lagu, karena hal ini memberikan rangsangan sensorik. Latihan bernafas sambil berjalan membantu untuk menggerakan rangka tulang rusuk dan transpor oksigen untuk mengisi bagian paruparu yang kadar oksigennya rendah. Melakukan periode istirahat yang sering untuk membantu pencegahan frustasi dan kelelahan. Anjurkan mandi hangat dan masase otot Mandi hangat dan masase membantu otot0otot rileks saat melakukan aktivitas pasif dan aktif dan mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri, sesuai toleransi. Kolaborasi dengan ahli fisioterapis untuk latihan fisik klien. Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan. Peningkatan kemampuan dalam mobilitas ekstermitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik oleh tim fisioterapis.

Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neoromuskular, menurunnya kekuatan, kehilangan control otot/koordinasi Tujuan: Perawatan diri klien terpenuhi dalam waktu 2x24 jam kriteria hasil:klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuannya, mengindentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu. Intervensi Mandiri Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien Rasional Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual. Menghindari klien dari keadaan cemas dan

15

dan bantu bila perlu.

ketergantungan untuk mencegahfrustasi dan harga diri klien rendah

Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas

Dukungan pada klien selama aktivitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri

Rencanakan tindakan untuk mengatasi keterbatasan pengelihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding. Modifikasi lingkungan

Klien akan mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan.

Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidak mampuan fungsi.

Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur.

Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur baik tempat tidur di rumah sakit dan di rumah,atau sebuah tali yang diikatkan pada kaki tempat tidur untuk member bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain.

Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air kecil, kemampuan menggunakan urinal,pispot, antarkan ke kamar mandi bila kondisi memungkinkan. Identifikasi kebiasaan buang air besar, anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas. Kolaborasi pemberian supositoria dan pelumas feses/pencahar Konsultasi ke dokter terapi okupasi.

Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh karena masalah neurogenik. Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi. Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau buang air besar. Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.

Gangguan eleminasi alvi (konstipasi)yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas. Tujuan: kebutuhan eleminasi alvi terpenuhi dalam waktu 2x24 jam kriteria hasil: klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat,konsistensi feses lembek, tidak teraba massa pada kolon, bising usus normal (15-

16

30x/menit) Intervensi Monitor adanya konstipasi Rasional Klien Parkinson mempunyai masalah konstipasi berat. Factor-faktor yang menyebabkan kondisi ini adalah melemahnya otot-otot yang digunakan dalam defikasi, kurangnya latihan, tidak adekuatnya asupan cairan, dan penurunan aktivitas system saraf otonom dan obat-obatan digunakan untuk mengobati penyakit, juga menghambat sekresi normal usus. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi Modifikasi defekasi yang teratur. Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi. Defekasi yang teratur dan rutin dapat membangun semangat klien untuk mengikuti pola yang teraur, sadar untuk meningkatkan asupan cairan dan makanan yang mengandung serat.diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristatik dan eleminasi regular. Atur posisi toilet Dudukan toilet ditinggikan untuk memudahkan aktivitas toileting karena klien sulit bergerak dari posisi berdiri ke posisis duduk Bila klien mampu minum,berikan asupan cairan yang cukup (2liter/hari)jika tidak ada kontraindikasi Asupan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi regular. Kolaborasikan dengan tim dokter dalam pelunakanan feses (laksatif,supositoria,enema) Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air pada usus yang melunakakan massa feses dan membantu eliminasi.

17

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif, merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia

basalisakibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra keglobus palidus/neostriatum (striatal dopamine deficiency). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul. Tanpa perawatan,gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidak mampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda.Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, danlamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadangdapat sangat parah. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini.Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.

B. Saran Dengan adanya Tugas ini penulis dapat lebih memahami tentang bagaimana penyakit meningitis dan dapat melakukan perawatan yang baik serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik dengan adanya hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah di dapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Wd. Nurhaeny Emba Saputri, 2009 Kumpulan Asuhan Keperawatan. Jakarta.

Muttaqin, Arief.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan Jakarta : Salemba Medika. 2008

19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT. Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Parkinson yang akan sangat berguna terutama untuk mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Sukabumi, April 2013

Penulis

20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1 C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi ............................................................................................................ 3 B. Etiologi ............................................................................................................ 3 C. Tanda dan Gejala ............................................................................................ 4 D. Patofisiologi .................................................................................................... 6 E. Penatalaksanaan Stroke ................................................................................... 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................... 9

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................................... 18 B. Saran ............................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai