1. IJTIHAD
Tulisan ini akan mendahulukan masalah ijtihad, baru kemudian menyoroti masalah taqlid. Minimal ada tiga alasan kenapa lebih mendahulukan ijtihad daripada taqlid.
1.
$iqh, masalah ijtihad selalu lebih dahulu dibi%arakan sebelum masalah taqlid.
&. Taqlid tidak akan ada tanpa ijtihad. Dengan demikian seseorang hanya dibenarkan bertaqlid kepada mujtahid yang mu'tabar.
(. )ersoalan taqlid akan lebih mudah dipahami jika seseorang telah memahami persoalan ijtihad.
Dalam tulisan ini saya hanya akan bi%ara tentang beberapa aspek ijtihad dan taqlid yang dipandang penting* mengingat kedua masalah itu amat sering diperbin%angkan, disamping banyaknya buku yang mengupas masalah tersebut yang mudah kita temukan.
)+,-+.TIA, IJTIHAD
Menurut bahasa, ijtihad berarti /pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit./ Atas dasar ini maka tidak tepat apabila kata /ijtihad/ dipergunakan melakukan sesuatu yang mudah0ringan. untuk
)engertian ijtihad menurut bahasa ini ada rele1ansinya dengan pengertian ijtihad menurut istilah, dimana untuk melakukannya diperlukan beberapa persyaratan yang karenanya tidak mungkin pekerjaan itu 2ijtihad3 dilakukan sembarang orang.
Dan di sisi lain ada pengertian ijthad yang telah digunakan para sahabat ,abi. Mereka memberikan batasan bah4a ijtihad adalah /penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada 5itab"u 'l"6ah dan unnah .asul, baik
yang terdekat itu diperoleh dari nash "yang terkenal dengan qiyas 2ma'qul nash3, atau yang terdekat itu diperoleh dari maksud dan tujuan umum dari hikmah syari'ah" yang terkenal dengan /mashlahat./
Dalam kaitan pengertan ijtihad menurut istilah, ada dua kelompok ahli ushul 7lqh 2ushuliyyin3 "kelompok mayoritas
dan kelompok minoritas" yang mengemukakan rumusan de7inisi. Dalam tulisan ini hanya akan diungkapkan pengertian ijtihad menurut rumusan ushuliyyin dari kelompok mayoritas.
Menurut
mereka,
ijtihad
adalah
pengerahan
segenap
kesanggupan dari seorang ahli 78qih atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dhann terhadap sesuatu hukum syara' 2hukum Islam3.
1. )elaku utihad adalah seorang ahli 7iqih0hukum Islam 27aqih3, bukan yang lain.
&. :ang ingin di%apai oleh ijtihad adalah hukum syar'i, yaitu hukum Islam yang berhubungan dengan tingkah laku dan perbuatan orang"orang de4asa, bukan hukum i'tiqadi atau hukum khuluqi,
(.
dhanni.
Jadi apabila kita konsisten dengan de7inisi ijtihad diatas maka dapat kita tegaskan bah4a ijtihad sepanjang pengertian
istilah hanyalah monopoli dunia hukum. Dalam hubungan ini komentator Jam'u 'l"Ja4ami' 2Jalaluddin al"Mahally3
menegaskan, /yang dimaksud ijtihad adalah bila dimutlakkan maka ijtihad itu bidang hukum 7iqih0hukum 7uru'. 2Jam'u 'l"Ja4ami', Ju! II, hal. (;<3.
Atas dasar itu ada kekeliruan pendapat sementara pihak yang mengatakan bah4a ijtihad juga berlaku di bidang aqidah. )endapat yang nyeleneh atau syad! ini dipelopori al"Jahidh, salah seorang tokoh mu'ta!ilah. Dia mengatakan bah4a ijtihad juga berlaku di bidang aqidah. )endapat ini bukan saja menunjukkan inkonsistensi terhadap suatu disiplin ilmu juga akan memba4a konsekuensi
pembenaran terhadap aqidah non Islam yang dlalal. 6antaran itulah Jumhur 'ulama' telah bersepakat bah4a ijtihad hanya berlaku di bidang hukum 2hukum Islam3 dengan
ketentuan"ketentuan tertentu.
M+DA, IJTIHAD
Di atas telah ditegaskan bah4a ijtihad hanya berlaku di bidang hukum. 6alu, hukum Islam yang mana saja yang mungkin untuk di"ijtihad"i= Adakah hal itu berlaku di dunia hukum 2hukum Islam3 se%ara mutlak=
#lama telah bersepakat bah4a ijtihad dibenarkan, serta perbedaan yang terjadi sebagai akibat ijtihad ditolerir, dan akan memba4a rahmat manakala ijtihad dilakukan oleh yang memenuhi persyaratan dan dilakukan di medannya 2majalul ijtihad3. 6apangan atau medan dimana ijtihad dapat memainkan peranannya adalah9
1. Masalah"masalah baru yang hukumnya belum ditegaskan oleh nash al">ur'an atau unnah se%ara jelas.
&. Masalah"masalah baru yang hukumnya belum diijma'i oleh ulama atau aimamatu 'l"mujtahidin.
?. Hukum Islam yang ma'qulu 'l"ma'na0ta'aqquly 2kausalitas hukumnya0'illat"nya dapat diketahui mujtahid3.
Jadi, kalau kita akan melakukan reaktualisasi hukum Islam, disinilah seharusnya kita melakukan terobosan"terobosan
baru. Apabila ini yang kita lakukan dan kita memang telah memenuhi persyaratannya maka pantaslah kita dianggap sebagai mujtahid di abad modern ini yang akan didukung semua pihak.
ebaliknya ulama telah bersepakat bah4a ijtihad berlaku atau tidak dibenarkan pada9
tidak
1. Hukum Islam yang telah ditegaskan nash al">ur'an atau unnah yang statusnya qath'iy 2ahkamun manshushah3, yang dalam istilah ushul 7iqih dikenal dengan syari'ah atau /ma'ulima min al"din bi al"dlarurah./
Atas dasar itu maka mun%ullah ketentuan, /Tidak berlaku ijtihad pada masalah"masalah hukum yang ditentukan berdasarkan nash yang status dalalah"nya qath'i dan tegas./
@ila kita telaah, kaidah itulah yang menghambat aspirasi sementara kalangan yang hendak merombak hukum"hukum Islam qath'i seperti hukum ke4arisan al">ur'an.
(. Hukum Islam yang bersi7at ta'abbudy0ghairu ma'quli 'lma'na 2yang kausalitas hukumnya0'illat"nya tidak dapat di%erna dan diketahui mujtahid3.
Disamping ijtihad tidak berlaku atau tidak mungkin dilakukan pada ketiga ma%am hukum Islam di atas, demikian juga ijtihad akan gugur dengan sendirinya apabila hasil ijtihad itu
berla4anan dengan nash. Hal ini sejalan dengan kaidah, /Tidak ada ijtihad dalam mela4an nash./
Ijtihad dilegalisasi bahkan sangat dianjurkan oleh Islam. @anyak ayat al">ur'an dan Hadits ,abi yang menyinggung masalah ini. Islam bukan saja memberi legalitas ijtihad, akan tetapi juga mentolerir adanya perbedaan pendapat
sebagai hasil ijtihad. Hal ini antara lain diketahui dari Hadits ,abi yang artinya,
/Apabila seorang hakim akan memutuskan perkara, lalu ia melakukan ijtihad, kemudian ijtihadnya benar, maka memperoleh dua pahala 2pahala ijtihad dan ia
pahala
kebenarannya3. Jika hakim akan memutuskan perkara, dan ia berijtihad, kemudian hasil ijtihadnya salah, maka ia
Hadits di atas bukan saja memberi legalitas ijtihad, akan tetapi juga menunjukkan kepada kita bah4a adanya perbedaan pendapat sebagai hasil ijtihad ditolerir. )rinsip ini
dipegang teguh oleh para imam mujtahid* sehingga mun%ullah u%apan mereka yang sangat populer, /)endapat kami benar,
tetapi mengandung kemungkinan salah* dan pendapat selain kami salah, tetapi mengandung kemungkinan benar./
Hal ini sejalan dengan status 7iqih sebagai produk ijtihad yang statusnya dhanny, yang artinya kebenarannya tidak bersi7at absolut, ia benar tetapi mengandung kemungkinan salah, ia salah tetapi mengandung kemungkinan benar. Hanya saja, menurut mujtahid, porsi kebenarannya lebih
dominan0rajih. )erbedaan pendapat dalam hukum Islam sebagai hasil ijtihad inilah yang ditegaskan ,abi akan memba4a rahmat 2kelapangan bagi umat3 sebagaimana diketahui
ditegaskan dalam sebuah hadits, /)erbedaan pendapat di kalangan ulama akan memba4a rahmat./ 2Abu ,ashar
Al"Muqaddasi3.
:ang dimaksud dengan perbedaan di sini adalah perbedaan pendapat dalam hukum Islam ijtihady, yakni 7iqih. Inilah yang ingin saya tegaskan dalam kesempatan ini mengingat adanya sementara pihak yang menggunakan hadits mar7u' untuk membenarkan adanya perbedaan pendapat di bidang aqidah yang akan bermuara pada paham /pluralisme agama/ "semua agama sama atau benar. Ini jelas tidak dapat dibenarkan. Apabila benar bah4a semua agama itu sama tentu tidak ada ke4ajiban berda'4ah, amar ma'ru7 nahi munkar, jihad dan sebagainya. Demikian juga al">ur'an tidak perlu diturunkan.
Di atas telah disinggung bah4a hukum yang dihasilkan oleh ijtihad statusnya dhanny. Aleh sebab itu maka ijtihad yang satu tidak dapat membatalkan ijtihad yang lain, sejalan dengan kaidah, /Ijtihad yang satu tidak dapat digugurkan oleh ijtihad yang lain./
@etapapun lemahnya suatu ijtihad, ia tetap eksis, tidak dapat begitu saja dilenyapkan oleh ijtihad yang lain, betapapun kuat dalilnya. Apabila hal ini dapat kita pegangi se%ara konsisten maka ji4a tasammuh dalam menanggapi aneka ragam pendapat di bidang 7iqih sebagai akibat perbedaan dalam berijtihad akan tetap dapat ditumbuhkan* sehingga kita akan sanggup menjadikan perbedaan pendapat tersebut sebagai rahmat yang memporak"porandakan persatuan umat Islam.
)rinsip tasammuh sebagai mani7estasi dari status 7iqih yang bersi7at dhanny tersebut dipegang teguh oleh para Imam Mujtahid* sehingga mun%ullah u%apan mereka yang sangat populer, /)endapat kami benar, tapi mengandung kemungkinan salah* dan pendapat selain kami salah, tetapi mengandung kemungkinan benar./
eseorang yang ingin mendudukkan dirinya sebagai mujtahid harus memenuhi beberapa persyaratan. Di antara sekian
1. Memiliki ilmu pengetahuan yang luas tentang ayat"ayat al">ur'an yang berhubungan dengan masalah hukum, dengan pengertian ia mampu membahas ayat"ayat tersebut untuk menggali hukum.
&. @erilmu pengetahuan yang luas tentang hadits"hadits .asul yang berhubungan dengan masalah hukum, dengan arti ia sanggup untuk membahas hadits"hadits tersebut untuk menggali hukum.
(. Menguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh ijma' agar ia tidak berijtihad yang hasilnya bertentangan dengan ijma'.
?. Mengetahui se%ara mendalam tentang masalah qiyas dan dapat mempergunakannya untuk menggali hukum.
ebab al">ur'an
bahasa Arab yang sangat tinggi gaya bahasanya dan %ukup unik dan ini merupakan kemu'ji!atan al">ur'an.
C. Mengetahui se%ara mendalam tentang nasikh"mansukh dalam al">ur'an dan Hadits. Hal itu agar ia tidak mempergunakan ayat al">ur'an atau Hadits ,abi yang telah dinasakh 2mansukh3 untuk menggali hukum.
;. Mengetahui latar belakang turunnya ayat 2asbab"u 'l"nu!ul3 dan latar belakang suatu Hadits 2asbab"u 'l"4urud3, agar ia mampu melakukan istinbath hukum se%ara tepat.
D. Mengetahui sejarah para peri4ayat hadits, supaya ia dapat menilai sesuatu Hadist, apakah Hadits itu dapat diterima ataukah tidak. ebab untuk menentukan derajad0nilai
suatu Hadits sangat tergantung dengan ih4al pera4i yang la!im disebut dengan istilah sanad Hadits. Tanpa mengetahui sejarah pera4i Hadits, tidak mungkin kita akan melakukan ta'dil tajrih 2s%reening3.
<. Mengetahui ilmu logika0mantiq agar ia dapat menghasilkan deduksi yang benar dalam menyatakan suatu pertimbangan
hukum
1E. Menguasai kaidah"kaidah istinbath hukum0ushul 7iqh, agar dengan kaidah"kaidah ini ia mampu mengolah dan menganalisa dalil"dalil hukum untuk menghasilkan hukum suatu permasalahan yang akan diketahuinya.
1. Ijtihad Muthlaq0Mustaqil, yaitu ijtihad yang dilakukan dengan %ara men%iptakan sendiri norma"norma dan kaidah istinbath yang dipergunakan sebagai sistem0metode bagi seorang mujtahid dalam menggali hukum. ,orma"norma dan kaidah itu dapat diubahnya sendiri manakala dipandang perlu. Mujtahid dari tingkatan ini %ontohnya seperti Imam Hana7i, Imam Malik, Imam ya7i'i dan Imam Ahmad yang terkenal dengan
&. Ijtihad Muntasib, yaitu ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dengan mempergunakan norma"norma dan kaidah"
kaidah
istinbath imamnya 2mujtahid muthlaq0Mustaqil3. Jadi untuk menggali hukum dari sumbernya, mereka memakai sistem atau metode yang telah dirumuskan imamnya, tidak men%iptakan
sendiri. Mereka hanya berhak mena7sirkan apa yang dimaksud dari norma"norma dan kaidah"kaidah tersebut. Fontohnya, dari ma!hab ya7i'i seperti Mu!any dan @u4aithy. Dari mad!hab ebagian
Hana7i seperti Muhammad bin Hasan dan Abu :usu7. ulama menilai bah4a Abu :usu7 termasuk kelompok pertama0mujtahid muthalaq0mustaqil.
(. Ijtihad ma!hab atau 7at4a yang pelakunya disebut mujtahid ma!hab07at4a, yaitu ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam lingkungan mad!hab tertentu. )ada prinsipnya mereka mengikuti norma"norma0kaidah"kaidah istinbath imamnya, demikian juga mengenai hukum 7uru'07iqih yang telah dihasilkan imamnya. Ijtihad mereka hanya berkisar pada masalah"masalah yang memang belum diijtihadi imamnya, men"takhrij"kan pendapat imamnya dan menyeleksi beberapa pendapat yang dinukil dari imamnya, mana yang shahih dan mana yang lemah. Fontohnya seperti Imam -ha!ali dan Ju4aini dari mad!hab ya7i'i.
?. Ijtihad di bidang tarjih, yaitu ijtihad yang dilakukan dengan %ara mentarjih dari beberapa pendapat yang ada baik dalam satu lingkungan mad!hab tertentu maupun dari berbagai ma!hab yang ada dengan memilih mana diantara pendapat itu yang paling kuat dalilnya atau mana yang paling sesuai dengan kemaslahatan sesuai dengan tuntunan !aman. Dalam
ma!hab
ya7i'i, hal itu bisa kita lihat pada Imam ,a4a4i dan ebagian ulama mengatakan bah4a antara kelompok
Imam .a7i'i.
ketiga dan keempat ini sedikit sekali perbedaannya* sehingga sangat sulit untuk dibedakan. Aleh karena itu mereka menjadikannya satu tingkatan.
#DAH DI5#,FI=
bah4a
ijtihad
dengan
pengertian penyesuaian suatu perkara dengan sesuatu hukum yang sudah ada tetap terbuka. Ijtihad kategori ini tidak termasuk ketentuan ijtihad menurut ketentuan ushul 7iqih.
)erbedaan pendapat terjadi pada ijtihad menurut de7inisi ushul 7iqih. telah ebagian ulama berpendapat bah4a pintu ijtihad
mutakhirin pada a4al abad ke"IG Hijriah setelah dunia Islam diliputi kabut ta'ashub mad!hab serta banyaknya man laisa lahu ahlu 'l"Ijtihad 2mujtahid karbitan3 yang tampil mengaku sebagai mujtahid.
ebagian ulama yang lain berpendapat bah4a pintu ijtihad tetap terbuka dan dapat dimasuki oleh siapa saja yang memiliki kun%inya 2memenuhi persyaratan3. )endapat ini
abad ke"HIII Hijriah, yang kemudian di Mesir digalakkan oleh yekh Al"Maraghy, .ektor #ni1ersitas Al"A!har pada 4aktu itu.
-olongan yang memandang bah4a ijtihad adalah sumber hukum, mereka berpendapat bah4a pintu ijtihad tetap terbuka.
edangkan golongan yang memandang bah4a ijtihad adalah kegiatan0pekerjaan mujtahid, mereka berpendapat bah4a pintu ijtihad telah tertutup, yaitu sejak 4a7atnya imam"imam mujtahid kenamaan.
5ini, kita perlu mengetahui argumentasi dari golongan yang berpendapat bah4a pintu ijtihad masih tetap terbuka, yaitu9
1. Menutup pintu ijtihad berarti menjadikan hukum Islam yang semestinya lin%ah dan dinamis menjadi kaku dan beku* sehingga Islam akan ketinggalan !aman. ebab, akan banyak
kasus baru yang hukumnya belum dijelaskan oleh al">ur'an dan unnah serta belum dibahas oleh ulama"ulama terdahulu, tidak dapat diketahui bagaimana status hukumnya.
&. Menutup pintu ijtihad berarti menutup kesempatan ulama Islam untuk men%iptakan pemikiran"pemikiran yang baik dalam meman7aatkan dan menggali sumber atau dalil hukum Islam
(. Dengan membuka pintu ijtihad maka setiap permasalahan baru yang dihadapi umat, akan dapat diketahui hukumnya. Dengan demikian maka hukum Islam akan selalu berkembang dan tumbuh subur serta sanggup menja4ab tantangan !aman.
-olongan yang berpendapat bah4a pintu ijtihad telah tertutup antara lain beralasan9
1. Hukum Islam baik dalam bidang 'ibadah, mu'amalah, munakahah, jinayah dan lain sebagainya seluruhnya sudah lengkap dan dibukukan se%ara terperin%i dan rapi. 5arena itu kita tidak perlu melakukan ijtihad lagi.
&. Mayoritas Ahl al" unnah hanya mengakui Mad!hab +mpat. Aleh karena itu tiap"tiap yang menganut mad!hab Ahl al" unnah harus memilih salah"satu dari Mad!hab +mpat. Ia harus terikat tidak boleh pindah mad!hab.
(. Membuka pintu ijtihad selain hal itu per%uma dan membuang"buang 4aktu, juga hasilnya akan berkisar9
a. Mungkin berupa hukum yang terdiri dari koleksi pendapat antara dua mad!hab atau lebih, yang biasa kita kenal dengan istilah tal7iq, yang kebolehannya masih diperselisihkan kaum ushuliyyin.
b. Mungkin berupa hukum yang telah dikeluarkan oleh salah satu Mad!hab +mpat, yang berarti ijtihad yang dilakukan itu hanyalah tahsil al"hasil
%. Mungkin berupa hukum yang sesuai dengan salah satu ma!hab di luar Ma!hab +mpat. )adahal, menurut mayoritas ulama Ahl al" unnah, selain Ma!hab +mpat tidaklah dianggap.
d. Mungkin berupa hukum yang tidak seorangpun ulama Islam membenarkannya. Hal sema%am ini pada hakikatnya menentang ijma'.
?. .ealitas sejarah menunjukkan bah4a sejak a4al abad ke"IG Hijriah sampai detik ini tak seorangpun ulama berani menonjolkan diri atau ditonjolkan oleh pengikut"pengikutnya sebagai seorang mujtahid muthlaq0mustaqil. Hal ini menunjukkan bah4a untuk memenuhi syarat"syarat ijtihad yang telah ditentukan itu memang sangat sulit kalau tidak dikatakan tidak mungkin lagi untuk saat seperti sekarang ini.
kedua
keputusan 6embaga )enelitian Islam al"A!har Fairo yang bersidang pada bulan Maret 1<C? M, sebagai berikut9
/Mu'tamar mengambil keputusan bah4a al">ur'an dan .asul merupakan sumber pokok hukum Islam* dan
unnah
bah4a unnah
dibenarkan manakala ijtihad itu dilakukan pada tempatnya* dan bah4a jalan untuk memelihara kemaslahatan dan untuk menghadapi peristi4a"peristi4a yang selalu timbul, hendaklah dipilih di antara hukum"hukum 7iqih pada tiap"tiap ma!hab suatu hukum yang memuaskan. Jika tidak terdapat suatu hukum yang memuaskan dengan jalan tersebut, maka berlakulah
ijtihad bersama 2kolekti73 berdasarkan mad!hab, dan jika tidak memuaskan maka berlakulah ijtihad bersama se%ara mutlaq. 6embaga penelitian akan mengatur usaha"usaha untuk men%apai ijtihad bersama baik se%ara ma!hab maupun se%ara mutlaq untuk dapat dipergunakan dimana perlu./
Dari 5eputusan 6embaga )enelitian Islam al"A!har tersebut dapat diambil kesimpulan bah4a9
a. Ijtihad di bidang tarjih baik se%ara perorangan 2ijtihad 7ardy3 maupun se%ara kolekti7 2ijtihad Jama'iy3.
b. Ijtihad di bidang mad!hab apabila dilakukan se%ara kolekti7 2ijtihad mad!hab jama'iy3.
5eputusan 6embaga )enelitian Islam al"A!har tersebut sangat bijaksana, karena keputusan itu telah mempertemukan antara dua pendapat yang saling berbeda. Dengan demikian, pendapat yang mengatakan bah4a pintu ijtihad masih tetap terbuka
1. Ijtihad di bidang tarjih baik bagi perorangan maupun kelompok se%ara kolekti7,
Demikian juga pendapat yang mengatakan bah4a pintu ijtihad telah tertutup haruslah kita artikan untuk9
Jadi tidak tepat, kalau se%ara mutlaq0tanpa batasan kita mengatakan bah4a pintu ijtihad telah tertutup. Dan mengatakan se%ara
terbuka. Dan harus kita sadari bah4a pintu ijtihad masih tetap terbuka dalam bidang"bidang tertentu tersebut adalah bagi yang memenuhi syarat. @agi yang tidak, tentunya
tertutup kemungkinan untuk membuka pintu ijtihad dengan segala ma%am bentuknya.
Menurut saya, mengingat sangat jarangnya 7aqih0ulama ahli hukum seperti saat sekarang ini, maka yang masih benar"benar dapat dilakukan adalah9
&. Ijtihad untuk kasus"kasus tertentu yang memang belum pernah dibahas oleh aimmat al"mujtahidin terdahulu. Hal ini dapat dilakukan se%ara perorangan maupun se%ara kolekti7.
5elompok pertama sudah banyak dilakukan oleh Muhammadiyah dengan Majelis Tarjihnya, ,# dengan yuriyah dan @ahstul
Matsailnya, M#I dengan 5omisi $at4anya. 5elompok kedua, alhamdulillah, sudah banyak dilakukan oleh 5omisi $at4a M#I* sayangnya belum banyak dipublikasikan. )esan saya dalam menutup uraian tentang ijtihad ini, kalau memang bukan 7aqih yang menguasai kaidah"kaidah istinbath, berijtihad, sebab bisa berakibat di 7atal. janganlah Milikilah yang sok
persyaratan dan
berijtihadlah
tempat"tempat
&. TA>6ID
Tidak semua orang sanggup memahami hukum Islam se%ara langsung dari dalil atau sumbernya, mengingat ke%erdasan, daya tangkap dan ilmu yang dimiliki seseorang bagaimanapun tidaklah sama. @agi mereka yang memenuhi persyaratan ijtihad sebagaimana telah disebutkan di atas, mereka akan sanggup melakukan hal tersebut, yakni mengetahui, memahami dan menggali hukum Islam dari sumber atau dalilnya se%ara langsung. Mereka itulah para mujtahid dengan segala ma%am tingkatannya.
@agi mereka yang tidak memiliki persyaratan ijtihad, tentu tidak akan sanggup mengetahui, memahami dan menggali hukum Islam yang harus diamalkannya se%ara langsung dari dalil atau sumbernya. #ntuk mengetahui hukum Islam yang akan diamalkannya, tentu mereka harus le4at perantara, yaitu harus mengetahuinya melalui mujtahid. Dari sinilah mun%ul persoalan taqlid.
e%ara 7aktual, eksistensi taqlid memang tidak mungkin dihindarkan, mengingat tingkatan manusia yang berbeda"beda.
5aidah Agama yang mengatakan, 6a takli7a 7a4qa 'l"istitha'a "manusia tidak akan ditakli7 untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan0diluar kemampuannya. Mentakli7
atau me4ajibkan seluruh umat manusia untuk meraih rutbatu 'l"ijtihad jelas tidak mungkin. Disamping tidak logis dan tidak realistis, hal itu juga akan memba4a akibat
terbengkalainya urusan"urusan dunia4i0kehidupan yang lain, karena 4aktu dan segala konsentrasi umat manusia hanya ter%urah kearah ijtihad. Ini jelas tidak rasionil.
Memang harus kita sadari bah4a taqlid bukanlah merupakan sistem atau metode keilmuan yang baik yang seseorang untuk memperoleh ilmu. digunakan
yang baik yang seharusnya kita jadikan 4ashilah0sarana men%apai atau memperoleh ilmu adalah nadhar. edangkan
penelitian, pengkajian dan penelaahan se%ara mendalam, yang khusus untuk men%apai hukum 7uru'07iqih dikenal dengan ijtihad. Aleh karena itu jumhur ulama telah men%apai
konsensus bah4a taqlid tidak dapat dijadikan dasar atau metode keilmuan di bidang aqidah. 5arena itu pula pelaku taqlid berdosa, sekalipun imannya sah. ebagai %ontoh untuk
mengetahui bah4a Allah itu ada maka harus ditempuh le4at nadhar. Apabila hal itu diketahui le4at taqlid, ia berdosa, meski imannya dianggap sah. Taqlid di bidang aqidah inilah yang antara lain di%ela al">ur'an sebagaimana yang
,abi0.asul
berkata* / esungguhnya kami mendapati bapak"bapak 2leluhur3 kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak"jejak mereka./
Mengenai taqlid di bidang hukum Islam, khususnya 7iqih, agama membenarkan, mengingat bah4a dalam masalah hukum takli7i seseorang dibenarkan melakukan sesuatu berdasarkan dhann"nya. @ahkan sebagian besar hukum takli7i dasarnya dhann. Disinilah antara lain perbedaan ajaran Islam yang berhubungan dengan masalah aqidah0keimanan dengan ajaran Islam yang berhubungan dengan masalah hukum.
Dalam bidang aqidah0keimanan, semuanya bersi7at qath'iy atau pasti benarnya. Aleh karena itu ulama telah sepakat bah4a penetapan aqidah haruslah berdasarkan nash qath'iy edangkan
dalam masalah hukum ada yang bersi7at qathi'iy dan ada yang bersi7at dhanny. 5alaulah dalam masalah hukum ini semuanya harus berdasarkan dalil qath'iy, nis%aya pen"taklid"an itu justru tidak jalan. 6antaran itulah maka taqlid di bidang hukum dibenarkan. Hanya saja tentunya kita jangan %ukup puas mendudukkan diri kita pada kursi taqlid ini.
Taqlid di bidang hukum inilah yang kita maksud dan yang akan kita bi%arakan dalam tulisan ini.
)+,-+.TIA, TA>6ID
Menurut bahasa, taqlid "bentuk masdar dari kata qallada berarti kalung yang dipakai0dikalungkan ke leher orang lain, atau seperti binatang yang akan dijadikan dam, dimana lehernya diberi kalung sebagai tanda, atau seperti kambing yang lehernya telah diikat dengan tali atau tambang yang dapat ditarik ke mana saja, tanpa disadari oleh kambing yang bersangkutan. Analisa bahasa ini menunjukkan kepada kita seolah"olah seseorang yang telah bertaqlid kepada seorang mujtahid0imam telah memberi identitas diri dengan sebuah kalung di lehernya dan ia telah mengikat dirinya dengan pendapat mujtahid0imam tersebut.
Dalam
praktek
memang
demikian.
bertaqlid dengan seorang mujtahid0imam, ia tidak akan begitu mudah melepaskan diri dari ikatan itu, untuk kemudian pindah ke pendapat selain imamnya0mujtahid yang diikuti* sehingga mun%ullah rasa ta'ashub mad!hab07anatik mad!hab yang kadang sampai berlebih"lebihan. Hal inilah yang pernah melanda umat Islam termasuk umat Islam di Indonesia sampai berpuluh"puluh tahun lamanya* sehingga umat Islam menjadi jumud dan Islam
ketinggalan !aman.
datang, dan kini telah mulai meman%ar sinar itu ke u7uk penjuru dunia Islam termasuk ,egeri )an%asila ter%inta ini. Hal ini antara lain berkat digalakkannya perbandingan dan ushul 7iqih studi 7iqh di
perbandingan
perguruan"perguruan tinggi Islam. 5ondisi yang baik ini harus terus kita kembangkan.
1. Taqlid ialah beramal berdasarkan pendapat orang lain yang pendapatnya itu tidak merupakan salah satu dalil yang dibenarkan, dan ini dilakukan tanpa berdasarkan dalil. Demikian menurut al"5amal Ibn al"Hammam dalam al"Tahrir.
&. Menerima pendapat orang lain dalam kondisi anda tidak mengetahui dari mana orang itu berpendapat. Demikian menurut al">a77al.
(. @eramal berdasarkan pendapat orang lain tanpa berdasarkan dalil. Demukian menurut al" yaukany dalam Irsyad al"$ukhul.
esuai dengan pengertian taqlid di atas maka beberapa hal seperti di ba4ah ini tidaklah termasuk kategori taqlid.
%.
eorang hakim yang memutuskan perkara berdasarkan kesaksian saksi yang adil.
ementara pihak ada yang membedakan antara taqlid dan ittiba'. Taqlid ialah mengamalkan pendapat orang lain tanpa mengetahui dalilnya, sedangkan ittiba' adalah beramal atau mengamalkan pendapat orang lain dengan mengetahui dalilnya. ebagian ulama ada yang berpendapat bah4a beramal atau mengamalkan pendapat orang lain dengan mengetahui dalilnya adalah ijtihad. Menurut hemat saya yang ada hanyalah ijtihad dan taqlid. Jadi Ittiba' itu sendiri termasuk kategori taqlid, hanya istilah dan tingkatannya saja yang berbeda, tapi hakikatnya sama, yaitu sama"sama mengikuti pendapat orang lain.
@agi orang"orang yang tidak memenuhi persyaratan ijtihad baik mereka ulama maupun a4am, haram bagi mereka berijtihad.
ebab ijtihad yang dilakukannya justru akan memba4a pada kesesatan. Dan Allah ber7irman, yang artinya, /Allah tidak menakli70memberi pembenahan ke4ajiban ke%uali sesuai dengan kemampuannya./ kepada seseorang
Arang"orang yang tidak memenuhi persyaratan ijtihad sema%am itu 4ajib mengikuti pendapat imam mujtahid yang mu'tabar atau isti7ta'0meminta penjelasan hukum kepada ahl al"d!ikr, sejalan dengan 7irman",ya, /@ertanyalah kepada ulama apabila kamu tidak mengerti./ 2> . al",ahl9 ?(3.
@agi orang"orang yang memenuhi persyaratan ijtihad maka 4ajib bagi mereka berijtihad dan mengamalkan hasil
ijtihadnya. Tidak dibenarkan0haram baginya bertaqlid atau mengikuti pendapat mujtahid yang lain. 5earah inilah harus kita 7ahami u%apan imam"imam mujtahid kenamaan seperti Hana7i, ya7i'i dan lain"lain yang melarang taqlid. Artinya,
bagi yang mampu berijtihad sendiri karena telah memenuhi persyaratannya janganlah mengikuti atau bertaqlid kepada mujtahid yang lain, tetapi 4ajib berijtihad sendiri.
Dengan demikian tidak benar jika kita mengatakan bah4a ijtihad itu 4ajib dan taqlid itu haram se%ara mutlaq0tanpa
ada batasan.
bah4a sejak dahulu sampai saat sekarang dan akan berlanjut terus sampai akhir !aman nanti, mayoritas umat Islam dari kalangan a4am. :ang a4am ini jelas tidak mungkin untuk dipaksakan harus mengupayakan dirinya menjadi mujtahid. Diantara ulama yang mengharamkan taqlid dan me4ajibkan ijtihad tanpa ada batasan"batasan tertentu ialah Ibnu Ha!m dan al" yaukany.
ialah
mengusahakan
bagaimana agar lahirnya ulama"ulama yang ahlu li 'l"ijtihad dapat diperbanyak. 5alau sudah pada tempatnya untuk duduk di kursi ijtihad, janganlah menduduki bangku taqlid. ebab ada
beberapa ulama yang semestinya mereka mampu berijtihad, tetapi nyatanya masih tetap menjadi muqallidin yang setia. Demikian juga harus kita usahakan, jangan sampai terjadi adanya /man laisa lahu ahlun li 'l"ijtihad/ memberanikan diri untuk berijtihad. Ini sangat berbahaya.
TI,-5ATA, TA>6ID0M#>A66ID
ebagaimana halnya ijtihad0mujtahid yang bertingkat"tingkat, demikian juga taqlid0muqallid yang terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu9
1. Taqlid se%ara total0murni 2taqlid al"mahdli3, seperti taqlid yang dilakukan oleh kebanyakan orang a4am, dimana dalam keseluruhan hukum Islam, mereka mengikuti pendapat imam mujtahid.
&. Taqlid dalam bidang"bidang hukum tertentu saja, seperti yang dilakukan para ulama yang mampu berijtihad dalam bidang mad!hab, bidang tarjih, dan bidang 7at4a. Dengan demikian dilihat dari satu segi, mereka dianggap sebagai mujtahid, tetapi dilihat dari sisi lain, mereka termasuk muqallid.
(. Taqlid dalam hal kaidah"kaidah istinbath, seperti yang dilakukan oleh mujtahid muntasib.
MA A6AH TA6$I>
@erbi%ara masalah taqlid, rasanya tidak lengkap kalau kita tidak menyinggung masalah tal7iq. Menurut de7inisinya,
tal7iq ialah beramal dalam suatu masalah0qadliyah atas dasar hukum yang terdiri dari kumpulan0gabungan dua ma!hab atau lebih.
#shuliyyin berbeda pendapat mengenai boleh dan tidaknya seseorang ber"tal7iq. )erbedaan ini bersumber dari masalah boleh dan tidaknya seseorang pindah ma!hab. Artinya, apabila
seseorang
telah
ma!hab, apakah ia harus terikat dengan mad!hab tersebut yang berarti ia tidak dibenarkan mengikuti atau pindah ke mad!hab lain, ataukah ia tidak terikat dengan arti boleh baginya mengikuti atau pindah ke mad!hab lain= Dalam hal ini ada tiga pendapat9
1. Apabila seseorang telah mengikuti salah satu ma!hab maka ia harus terikat dengan mad!hab tersebut. @aginya tidak boleh pindah ke mad!hab lain baik se%ara keseluruhan maupun sebagian 2tal7iq3.
)endapat ini tidak membenarkan tal7iq. )endapat pertama ini dipelopori oleh Imam >a77al. )endapat ini rupanya yang banyak memasyarakat di Indonesia, yang di !aman partai"partai Islam masih ada, sempat dipolitisir dan eksploitir.
&.
pindah ke mad!hab lain, 4alaupun dengan moti1asi men%ari kemudahan, selama tidak terjadi dalam kasus hukum 2dalam kesatuan qadliyah3 dimana imam yang pertama dan imam yang kedua atau imam yang sekarang diikuti sama"sama menganggap batal.
)endapat kedua ini membenarkan tal7iq sekalipun dimaksudkan untuk men%ari kemudahan, dengan ketentuan tidak terjadi dalam kesatuan qadliyah yang menurut imam pertama dan imam kedua sama"sama dianggap batal. -olongan ini dipelopori olah al">ara7i.
(. Tidak ada larangan bagi seseorang untuk berpindah mad!hab, sekalipun dimaksudkan untuk men%ari keringanan.
)endapat ini memperbolehkan tal7iq sekalipun dimaksudkan untuk tujuan men%ari keringanan tersebut. )endapat ketiga ini dipelopori oleh Al"5amal Ibnu Hammam.
Dari segi dalil maupun kemaslahatan diantara ketiga pendapat di atas menurut hemat saya yang paling kuat adalah pendapat Al"5amal Ibnu Hammam dengan alasan antara lain9
unnah
yang me4ajibkan seseorang harus terikat dengan salah satu ma!hab saja. :ang ada adalah perintah untuk bertanya kepada ulama tanpa ditentukan ulama yang mana dan siapa orangnya 2> . al",ahl9 ?(3.
&. Hadits ,abi yang menyatakan bah4a .asulullah tidak pernah disuruh memilih sesuatu ke%uali akan memilih yang paling
(. 5aidah yang berbunyi, /al"ami la mad!haba lahu/ "orang a4am tidak punya ma!hab. Tidak punya ma!hab artinya tidak terikat.
Hanya saja dalam hal"hal yang menyangkut kemasyarakatan maka yang berlaku adalah ma!hab pemerintah atau pendapat yang diundangkan pemerintah le4at perundang"undangan. Hal ini dimaksudkan untuk keseragaman dan menghindarkan adanya
kesimpang"siuran. Hal ini sejalan dengan kaidah, /5eputusan pemerintah mengikat atau 4ajib dipatuhi dan akan
menyelesaikan persengketaan./
Fontoh Tal7iq
a. Dalam Ibadat.
1.
kurang dari seperempat kepala, kemudian ia bersentuhan kulit dengan ajnabiyah* ia terus bershalat dengan mengikuti mad!hab Hana7i yang mengatakan bah4a sentuhan tersebut tidak membatalkan 4udlu.
&.
ya7i'i, kemudian
ia bershalat dengan menghadap kiblat dengan posisi sebagaimana ditentukan oleh mad!hab Hana7i.
b. Masalah 5emasyarakatan
1. Membuat undang"undang perka4inan dimana akad nikahnya harus dengan 4ali dan saksi karena mengikuti mad!hab ya7i'i* mengenai sah jatuhnya thalaq raj'i mengikuti mad!hab Hana7i yang memandang sah ruju' bi 'l"7i'li 2langsung bersetubuh3.
&. Terjadi ru'yah yang mu'tabarah pada suatu tempat, kemudian >adli ya7i'i menetapkan bah4a ru'yah tersebut
berlaku pada seluruh 4ilayah kekuasaannya, sebab >adli tadi berpegang dengan pendapat mad!hab Maliki dan Hana7i yang tidak memandang persoalan mathla'.
5esimpulan
Dari beberapa uraian di atas ingin saya ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut9
1. Ijtihad merupakan sarana yang paling e7ekti7 untuk mendukung tetap tegak dan eksisnya hukum Islam serta menjadikannya sebagai tatanan hidup yang up to date yang
&. Ijtihad baru akan ber7ungsi dan berdayaguna sebagaimana disebutkan pada @utir pertama jika ijtihad dilakukan para ahlinya 2mereka yang memenuhi persyaratan dan dilakukan pada tempatnya sesuai dengan ketentuan yang telah diakui kebenaran dan kesalahannya3.
(. Ijtihad akan memba4a kejayaan bagi Islam dan umatnya, apabila hal itu dilakukan oleh yang memenuhi persyaratan dan dilakukan di tempat"tempat yang diperbolehkan memainkan peranan ijtihad.
?. Ijtihad yang dilakukan oleh yang bukan ahlinya0yang tidak memenuhi persyaratan atau dilakukan tidak pada tempatnya justru akan memba4a kehan%uran Islam dan ben%ana serta malapetaka bagi umatnya. ,a'ud!u bi 'l"6ah.
B. Ijtihad yang saat ini benar"benar masih dapat kita lakukan ialah ijtihad di bidang tarjih dan ijtihad dalam kasus"kasus tertentu yang belum pernah diijtihadi dibahas oleh imam"imam mujtahid terdahulu. 5eduanya ini dapat kita lakukan se%ara perorangan 2ijtihad 7ardy3 atau se%ara kolekti7 2ijtihad jamma'iy3.
;. )erbedaan yang ditolerir oleh Islam yang dinyatakan akan memba4a rahmat0kelapangan adalah perbedaan di bidang hukum 7uru'07iqih sebagai akibat dari adanya perbedaan ijtihad.
D. #ntuk menggalakkan ijtihad guna menjadikan hukum Islam ini dinamis dan lin%ah perlu digalakkan studi 7iqih perbandingan dan ushul 7iqih perbandingan di lembaga"lembaga pendidikan Islam, khususnya perguruan tinggi.
<. Ijtihad dapat kita jadikan alat untuk menja4ab perlu dan tidaknya reaktualisasi hukum Islam dan hal itu hanya memenuhi persyaratan ijtihad. Tanpa itu hanya omong kosong.
1E.Marilah kita menjadi mujtahid yang benar atau muqallid yang baik yang mempunyai komitmen yang utuh terhadap ajaran agama Islam.
(. Al"Ju4aini, al"@urhan ?. Al"-ha!ali, al"Mustha7a B. $akhruddin al".a!i, al"Mahshul C. Al"Amidi, Inkamu 'l"Ihkam ;. Al"@aidla4i, Minhaju 'l"#shul D. Al"Asna4i, ,ihayatu 'l" ul <. Al" ubki, Jam'ul Ja4ami' 1E. #shulus" arkhasi 11. #shulul"@a!da4i 1&. Al",asa7i, al"Manar 1(. Al"@aghdadi, @adi'un",idham 1?. hadrus" yari'ah Al"@ukhari, .anqikhu 'l"#shul
1B. Al"5amal Ibnul"Hammam, al"TahrKr 1C. Muhammad bin Amir al"Halabi, Taisirut"Tahrir 1;. Al" yaukani, Irsyadu 'l"$ukhul 1D. Muhibbu 'l"6ah /Abdus" yakur,/ Musallamu 'l"Tsubur 1<. al" yathibi, al"Mu4a7aqat &E. Ibnul >ayyim, A'lamu 'l"Mu4aqq'i