Kadar Abu
Pengertian
Abu merupakan residu anorganik dari hasil
pengabuan
Jenis pengabuan
Ada dua jenis pengabuan yang bertujuan
terutama untuk menentukan jenis mineral
dalam sampel
Pengabuan kering atau secara langsung
dilakukan dengan mengoksidasi sampel
dalam tanur pada suhu tinggi
Pengabuan basah atau secara tidak
langsung dilakukan dengan mengoksidasi
sampel dengan asam kuat pekat
1. Pengabuan kering
Merupakan metode
standar untuk
menentukan kadar
abu dalam sampel
Pada pengabuan
kering, sampel
dioksidasi pada suhu
tinggi 500-600C
tanpa adanya flame
Bahan anorganik
yang tidak
mengalami volatilisasi
disebut abu
Kadar abu
ditentukan dengan
cara menimbang
residu yang tertinggal
setelah pengabuan
Preparasi sampel
Bahan
nabati
Produk
lemak
dan gula
2
3-5
5-10
10
25
Anggur
50
Analisis Pangan - Teti Estiasih
10
Suhu Pengabuan
Harus diperhatikan karena banyak unsur abu
yang dapat menguap pada suhu tinggi
Pengabuan dilakukan dalam tanur dengan
suhu dimulai 250C dan secara bertahap
ditingkatkan menjadi 450C dalam waktu 1
jam
Tujuannya adalah memberikan kesempatan
bahan-bahan organik terdekomposisi
Analisis Pangan - Teti Estiasih
11
250C
16 jam
450C
1-3 jam
650C
8 jam
700C
8 jam
750C
8 jam
0.99
1.11
1.53
1.92
1.37
0.22
3.03
32.61
78.29
0.37
0.33
0.07
0.93
0.40
42.82
0.55
0.33
0.30
1.36
0.00
1.01
14.31
0.00
0.00
-
8.92
0.00
2.45
31.87
74.72
mencair
0.00
0.00
0.00
12
Suhu (C)
525
525
525
525
500
500
500
500
500
600
Pakan ternak
600
13
2. Pengabuan basah
Sampel didigesti dengan asam kuat (dioksidasi)
Suhu yang digunakan lebih rendah
Biasa digunakan untuk menentukan jenis mineral yang
menguap pada suhu tinggi, mineral trace, dan beracun
Kelebihan: lebih singkat, kerusakan mineral minimal
Filtrat (larutan abu atau alikuot) digunakan untuk
penentuan jenis mineral
Analisis Pangan - Teti Estiasih
14
15
PENGABUAN BASAH
Suhu rendah
16
KERUGIAN
PENGABUAN KERING
PENGABUAN BASAH
Alat mahal
Volatilisasi mineral
Perlu koreksi
Mineral tertentu dapat terserap oleh Sulit jika jumlah sampel banyak
proselen
Tidak sesuai untuk analisis Hg, As, P, Prosedur rumit dan lama
dan Se
Pemanasan berlebihan sehingga
beberapa mineral tidak larut
Penanganan abu sulit karena
higroskospis, dan ringan
Analisis Pangan - Teti Estiasih
17
Soal
1. Suatu sampel mengandung air sebanyak 11,5%.
Sebanyak 5,2146 g sampel diletakkan dalam
cawan yang mempunyai berat 28,5053 g. Setelah
diabukan berat cawan dan abu adalah 28,5939.
Hitung kadar abu berdasarkan (a) berat basah
dan (b) berat kering!
2. Jika saudara membutuhkan berat abu sebesar
100 mg dari serealia untuk dilanjutkan pada
analisis mineral, berapa gram sampel harus
ditimbang jika kadar abu bahan adalah 2,5%?
Analisis Pangan - Teti Estiasih
18
Latihan
1. Identifikasi masalah yang dapat menyebabkan
kesalahan pada saat pengukuran kadar abu dengan
(a) pengabuan kering dan (b) pengabuan basah.
2. Saudara biasa menentukan kadar abu dalam produk
dengan menggunakan pengabuan kering. Atasan
Saudara meminta Saudara untuk mengubah metode
dengan menggunakan pengabuan basah karena
menurutnya lebih cepat. (a) Apakah Saudara setuju?
(b) dengan tidak mempertimbangkan masalah waktu,
apakah anda akan melanjutkan menggunakan metode
pengabuan kering atau berubah menggunakan metode
pengabuan basah?
Analisis Pangan - Teti Estiasih
19
2. Penentuan Mineral
20
METODE
Gravimetri
Kompleksometri
21
Reaksi
redoks
Titrasi
presipitasi
Kolorimetri
22
Tugas
1. Bagaimana prinsip analisis kalsium dengan
metode pengendapan kalsium oksalat?
Tuliskan reaksi yang terjadi!
2. Bagaimana persamaan reaksi
pembentukan kompleks kalsium-EDTA,
apa yang menjadi indikator pada titrasi
tersebut?
3. Apa prinsip analisis P dengan metode
vanadat-molibdat? Bagaimana kadar P
ditentukan?
Analisis Pangan - Teti Estiasih
23
24
Pendahuluan
AAS mengukur jumlah absorpsi radiasi
elektromagnetik oleh atom-atom diskret dalam
fase gas
AAS merupakan metode analitik berdasarkan
absorpsi radiasi uv atau visible oleh atom bebas
dalam keadaan gas
Sederhana dan banyak digunakan untuk pangan
Sampel/elemen yang dianalisis mengalami
atomisasi
Dua jenis atomisasi: elektrotermal (grafit furnace)
dan flame atomisasi (atomisasi nyala api)
Analisis Pangan - Teti Estiasih
25
Atomisasi
Spektra absorpsi atom dihasilkan ketika atom pada
kondisi ground (atau ion) mengabsorbsi energi
radiasi dari sumber radiasi
AAS memerlukan atom dari elemen bukan dalam
bentuk kompleks
Oleh karena itu, seluruh elemen harus diatomisasi
terlebih dahulu sebelum mengabsorbsi
Pada atomisasi, partikel-partikel yang sudah
terpisah dalam bentuk molekul individual
(vaporisasi) dan molekul pecah menjadi atom.
Analisis Pangan - Teti Estiasih
26
27
28
29
30
31
32
33
34
3. KARBOHIDRAT
35
ANALISIS KARBOHIDRAT
1. Total Karbohidrat: Phenol-Sulfuric Acid
Method, perhitungan (by difference)
2. Total Gula Pereduksi
3. Total Gula
4. Pati
5. Serat
36
1. TOTAL KARBOHIDRAT
Karbohidrat dihidrolisis dengan panas dan
asam
Pemanasan yang kontinyu dengan adanya
asam menyebabkan pembentukan senyawa
furan dan turunannnya
Berbagai senyawa fenol seperti fenol,
resorcinol, orcinol, dan alfa napthol, dan
napthoresorcinol akan bereraksi dnegan
furan membentuk kompleks berwarna
Analisis Pangan - Teti Estiasih
37
Persiapan Sampel
untuk Analisis Total Gula dan Gula
Pereduksi
38
39
40
41
42
b. Luff Schoorl
Prinsip sama dengan metode Lane Eynon
dengan modifikasi reagen yang digunakan
Cu-sitrat ditambahkan secara berlebihan,
kelebihannya (yang tidak bereaksi atau
berubah menjadi Cu+/atau masih dalam
bentuk Cu2+) direaksikan dengan KI
Iodin yang dibebaskan (reaksi antara Cu2+
dengan I- menghasilkan I2) dititrasi dengan
Na2S2O3
Analisis Pangan - Teti Estiasih
43
c. Munson Walker
Larutan karbohidrat dipanaskan dengan
ditambah larutan Fehling
Cu2O yang terbentuk (endapan) disaring
dan dicuci kemudian ditimbang (secara
gravimetri) atau dititrasi dengan KMnO4
atau Na2S2O3
44
d. Nelson Somogyi
Merupakan metode yang paling banyak
digunakan
Didasarkan pada reduksi ion Cu2+ oleh gula
pereduksi
Ion Cu+ kemudian mereduksi kompleks
arsenomolibdat.
Reduksi terhadap arsenomolibdat
menghasilkan kompleks berwarna biru yang
stabil
Analisis Pangan - Teti Estiasih
45
3. TOTAL GULA
(metode Anthrone)
Karbohidrat dalam asam sulfat akan
dihidrolisis menjadi monosakarida dan
selanjutnya monosakarida mengalami
dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural
atau hidroksil metil furfural.
Selanjutnya senyawa furfural ini dengan
anthrone (9, 10 dihidro-9-oxoanthracene)
membentuk senyawa kompleks yang
berwarna biru.
Analisis Pangan - Teti Estiasih
46
4. PATI
Kuantifikasi: pati dihidrolisis, gula pereduksi
ditentukan.
Kadar pati = FK X kadar glukosa
FK= BM pati/BM glukosa = (mX162)/(mX180) = 0.90
Metode yang paling reliable adalah hidrolisis pati
dengan menggunakan enzim spesifik untuk pati
seperti amilase
Kelemahan hidrolisis enzim: pati resisten tidak
terukur
Analisis Pangan - Teti Estiasih
47
Penetapan pati
metode hidrolisis asam
Metode ini digunakan untuk menetapkan kadar pati
dalam bahan pangan yang diketahui hanya mengandung
pati dan dekstrin.
Prinsipnya adalah pati dihidrolisis dengan asam, kemudian
gula hasil hidrolisis diukur.
Dengan demikian kadar pati dalam sampel dapat
diketahui.
Cara: karbohidrat yang larut etanol dipisahkan, fraksi yang
tidak larut etanol dihidrolisis dengan asam
Kelemahan: komponen mengandung gula yang tidak larut
etanol ikut terhidrolisis seperti non starch
polysaccharides/gum
Analisis Pangan - Teti Estiasih
48
Jenis Pati
Amilosa dan amilopektin
Amilosa: pembentukan kompleks dengan
iodin, warna biru
Amilopektin: warna merah bata
Amilosa dan amilopektin dapat dipisahkan
dengan elektrodialisa, pelarutan dengan nbutanol (amilosa larut, amilopektin tidak
larut)
49
5. SERAT
Merupakan polisakarida dan lignin yang
tidak dapat dicerna
Komponen utama serat:
a. Cell Wall Polysaccharides: selulosa,
hemiselulosa, pektin
b. Non Cell Wall Polysaccharides:
merupakan hidrokoloid yang terdiri dari
mucilage, gum, dan polisakarida dari alga
c. Lignin: merupakan non karbohidrat
Analisis Pangan - Teti Estiasih
50
a. Serat kasar
Komponen bahan pangan yang tidak
tercerna yang dinyatakan sebagai
komponen tidak larut asam/alkali encer
Residu hasil digesti: serat kadar yang terdiri
dari lignin dan selulosa
Hemiselulosa, pektin, dan hidrokoloid bersifat
larut sehingga tidak terdeteksi
51
52
SOAL
1.
55
5.
56