maksud
lebih
pengertian
memperjelas
yang
lagi, George
Ritzer mencoba
dikemukakan
oleh Kuhn,
Berpangkal pada pandangan ontologik-metafisika.Pandangan ontologikmetafisika kental dengan pandangan idealistis dan teleologis.
Rasional(Cartesian):
alam
dan
berkesimpulan
bahwa
alam
raya
(makrokosmos) adalah mesin raksasa. Alam bekerja sesuai dengan hukumhukum mekanik. Segala sesuatu dalam alam materi dapat diterangkan
sebagai tatanan dan gerakan dari bagian-bagianya. Kehidupan dan
spiritualitas dalam alam raya tidak ada tujuan. Adapun manusia
(mikrokosmos) juga seperti itu yang di dalamnya terdapat unsur ruh dan
tubuh. Cara pandang dualisme seperti ini pada gilirannya menciptakan
pola pikir yang serba dikotomis melalui logika biner.
Saintifik(Galilean)
Berpangkal pada pandangan ontologik-metafisika. Pandangan ontologimetafisika Galileo dapat digambarkan bahwa alam semesta tidaklah
harmoni, serasi, selaras, dan seimbang, melainkan terdiri dari unsur-unsur
yang beragam dan penuh kesemrawutan - Menurut Galileo Galilei, alam
semesta tidaklah harmoni, serasi, selaras, dan seimbang, melainkan terdiri
dari unsur-unsur yang beragam dan penuh kesemrawutan (chaos),
bagaikan keberserakan dedaunan yang terjatuh dari pepohonan di musim
gugur. Kesemrawutan seperti ini merupakan koreksi total atas peradaban
manusia yang terjadi selama hampir 19 abad, tidak bergeming dari
pengaruh paradigma normative-teologik-kausatif Aristotelian. Galileo
menetapkan paradigma yang berbeda. Secara cerdas dan cermat Galileo
menetapkan fenomena dan pengamatan empiris sebagai titik tolak ilmu
pengetahuan. Ia meralat teori Aristoteles yang mengajarkan bahwa benda
yang lebih berat, membutuhkan waktu jatuh lebih cepat dari pada benda
yang lebih ringan. Melalui eksperimen, Galileo berkesimpulan bahwa
benda ringan dan benda berat jatuh pada kecepatan yang sama kecuali
sampai batas mereka berkurang kecepatannya akibat pergeseran udara
Persamaan Ketiga Paradigma :
adalah
pandangan
yang
menempatkan
metode
ilmiah
1. Reduksionisme, yaitu faham yang melihat segala sesuatu terdiri atas bagianbagian. Menurut faham ini pemahaman terhadap setiap bagian akan
memberikan gambaran komprehensif tentang sesuatu itu.
2. Determinisme, yaitu faham yang meyakini bahwa semesta bekerja menurut
hukum sebab akibat yang pasti.
3. Objektivisme, yaitu faham yang meyakini kebenaran bersifat objektif, tidak
tergantung kepada pengamat dan cara mengamati. Sains Modern yang
dikenal dengan Newtonian memandang alam semesta tidak lebih dari
suatu sistem mekanis yang tunduk pada hukum-hukum matematika yang
pasti. Semua hal dapat diprediksi secara kuantitatif, sehingga tidak
menyisakan sedikitpun ruang bagi
pertimbangan-pertimbangan yang
SAINS BARU
Dalam paradigm deterministic dijelaskan bahwa bahwa manusia
merupakan pusat dunia dan alam raya tak lain adalah mesin raksasa. Prinsip ini
juga mempunyai ciri dominasi manusia terhadap alam raya. Paradigma CartesianNewtonian disatu sisi berhasil mengembangkan sains dan teknologi yang
memudahkan kehidupan manusia, namun di sisi lain mereduksi kompleksitas dan
kekayaan manusia itu sendiri. Pandangan Cartesian Newtonian ini turut
berkontribusi menimbulkan krisis ekologi. Pandangannya yang mekanistik
terhadap alam telah melahirkan pencemaran udara, air, tanah yang mengancam
/merevisi
pilar-pilar
paradigma
Sains
Modern.
Teori
Chaos
ketiga
paradigma
holistik-dialogis
berkaitan
dengan
Sains Modern
Reduksionisme
Sains Baru
Holisme-interkoneksitas
Determinisme
Probabilisme
Objektivisme
Kontekstualisme
Objektivisme
Objektivisme merupakan konsekuensi logis paham dualisme yang
membagi alam semesta menjadi subjek dan objek yang saling terpisah secara
absolut. Subjek dalam hal ini manusia dapat mengamati, mengukur, dan
memahami objek sebagaimana adanya, tanpa pengaruh atau dipengaruhi oleh
objek. Hasil pengamatan itu sendiri bersifat objektif, dalam arti bukan
merupakan hasil konstruksi mental manusia dan juga tidak dipengaruhi oleh
proses pengamatan. Dengan demikian realitas atau kebenaran yang ditemukan
bersifat absolut. Artinya jika sesuatu telah diterima atau dianggap benar,
maka semua yang tidak sesuai atau serupa dengannya pastilah salah.
Agar dapat menghasilkan kebenaran ilmiah, proses pengamatan harus
dilakukan berdasarakan metode ilmiah yang shahih. Jika tidak, hasil yang
diperoleh harus ditolak. Inilah yang kemudian dikenal sebagai paham
Materialisme-Saintisme (materialisme ilmiah) yang menjadi acuan dalam
penelitian-penelitian yang memberikan kontribusi kepada kemajuan sains
seperti yang kita lihat sekarang. Walaupun perlu digarisbawahi, bahwa tidak
sedikit pula temuan ilmiah yang tidak diperoleh melalui metode ilmiah.
Kontekstualisme
Kontekstualisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa kebenaran
tidaklah bersifat objektif. Kebenaran sangat tergantung pada pengamat dan
Objektivisme
Kontekstualisme
Epistemologi
Aksiologi
lingkungannya
yang
lainnya.
Kontekstualisme
merupakan kepekaan terhadap saling
ketergantungan antara bagaimana
segala
sesuatu
terlihat
dan
lingkungannya yang menyebabkannya
tampak demikian.
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus,
Saefudin,Imron.
2015.
Paradigma
Holistik.
https://www.academia.edu/2008966/
Paradigma_Holistik. Diakses pada 12 februari 2015 pukul 15.33 WITA.
Soparie, Hery. 2015. Sains Modern vs Sains Baru. https://www.academia.edu/7212268
/Sains_Modern_versus_Sains_Baru. Diakses pada 12 februari 2015 pukul 15.34
WITA.
Usman, Halim. 2013. Peran Paradigma dalam Revolusi Sains Thomas S. Khun.
http://pengetahuanhalimusman.blogspot.com/2013/12/peran-paradigma-dalamrevolusi-sains_19.html. Diakses pada 12 februari 2015 pukul 15.35 WITA.
Wikipedia. 2015. Paradigma. http://id.wikipedia.org/wiki/Paradigma. Diakses pada 12
februari 2015 pukul 15.30 WITA.
Winni, Triana. 2013. Mekanistik vs Holistik = Saling Menghargai. http://filsafat.
kompasiana.com/2013/11/02/mekanistik-vs-holistik-saling-menghargai604743.html. Diakses pada 12 februari 2015 pukul 15.32 WITA.