Disusun Oleh:
Kelompok 5
TBK-A
1.
2.
3.
4.
5.
Chasbiyatur Rozalia
Ester Marnita Purba
Fadhilah Tika Utami
Hendrik Maulana Ishak
Latifatul Azhimah Zuhri
(130101020)
(130101029)
(130101030)
(130101036)
(130101043)
Lembar Pengesahan
Chasbiyatur Rozalia
Ester Marnita Purba
Fadhilah Tika Utami
Hendrik Maulana Ishak
Latifatul Azhimah Zuhri
(130101020)
(130101029)
(130101030)
(130101036)
(130101043)
Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu persyaratan penilaian dalam
mengikuti mata kuliah Histologi Kulit pada program study Teknologi
Penyamakan Kulit Konsentrasi Teknologi Bahan Kulit di Akademi Kulit
Yogyakarta.
Disahkan pada tanggal
15 Juli 2014
Asisten Dosen I
Asisten Dosen II
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan Praktikum Histologi dan Kimiawi Kulit
tentang pembuatan preparat jaringan kulit biawak Re-tanning ini dapat
terselesaikan dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Atas terselesaikannya laporan ini, tidak lupa di ucapkan terima kasih
kepada :
1. Mudhori, M. Si, selaku Direktur Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta
2. R. L. M. Satrio Arie Wibowo, S. Pt, MP, selaku Dosen Pembimbing
mata kuliah Histologi Kulit.
3. R. Arditya Satrio W, S. Pt dan Laili Rachmawati, S. Pt, M. Sc,
selaku asisten dosen pembimbing mata kuliah Histologi Kulit.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian praktikum
dan juga penyelesaian pembuatan laporan ini.
Dalam laporan ini berisi tentang cara pembuatan preparat jaringan
kulit Biawak Re-Tanning dan berikut hasilnya.
Laporan ini dimungkinkan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi para pembacanya pada
umumnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
INTISARI...........................................................................................................vi
ABSTRACT......................................................................................................vii
PENDAHULUAN................................................................................................1
Latar Belakang................................................................................................1
Permasalahan.................................................................................................2
Tujuan.............................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3
Struktur Kulit...................................................................................................3
Kulit Biawak....................................................................................................5
MATERI DAN METODE.....................................................................................7
Materi..............................................................................................................7
Metode............................................................................................................7
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................14
KESIMPULAN..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Struktur Kulit.................................................................................................4
2. Struktur Histologis Pada Epidermis..............................................................5
3. Penampang Melintang Kulit Reptil (Purnomo, 1987)...................................6
4. Proses Dehidrasi..........................................................................................8
5. Proses Clearing............................................................................................8
6. Proses Embedding.......................................................................................9
7. Proses Pencetakan Paraffin.........................................................................9
8. Proses Trimming...........................................................................................9
9. Mikrotom.....................................................................................................11
10. Proses Peletakkan Preparat Pada Objek Glass........................................11
11. Proses Deparafinisasi................................................................................12
12. Proses Rehidrasi.......................................................................................12
13. Proses Pewarnaan....................................................................................12
14. Proses Pengeringan Setelah Pewarnaan.................................................13
15. Mikroskop...................................................................................................13
vi
vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Biawak atau dalam bahasa latin disebut dengan Vuranus adalah
salah satu hewan jenis reptil yang masuk kedalam golongan kadal besar.
Spesies biawak sangat banyak, tetapi yang paling banyak dikenal orang
Indonesia adalah spesies Vuranus komodoensis atau Biawak Komodo.
Namun, spesies biawak yang paling banyak dimanfaatkan kulitnya atau
disamak adalah spesies biawak air seperti Vuranus salvator, Vuranus
karlsmidi, Vuranus vavirus, Vuranus gigantia,dan Vuranus spenceri (Mustika,
2011).
Kulit biawak berfungsi untuk penyerapan cahaya matahari di siang hari
dimana radiasi matahari diserap pada kulit daerah dorsal. Sekitar 85%
digunakan sebagai energi dan 15% sisanya dia pantulkan kembali pada kulit
untuk mempertahankan suhu di kulit. Ini merupakan kontrol fisiologis dari
biawak untuk mengatur suhu tubuhnya ( Bartholomew G.A. 1982 ).
Biawak mempunyai mata dan kelopak mata serta bentuk kepala lonjong
dilengkapi dengan rahang yang kuat serta lidah yang panjang dan bercabang
dua. Hewan ini memiliki kaki yang kokoh serta kuku yang tajam yang
biasanya digunakan hewan ini untuk memanjat pohon , menggali sarang di
bawah tanah dan untuk mempertahankan diri. Biawak juga dilengkapi dengan
ekor yang panjang dan sangat kuat dan kokoh dimana biasanya digunakan
untuk memecut dalam rangka mempertahankan diri dari serangan juga untuk
mendukung pergerakan ketika berenang dalam air.
Klasifikasi Ilmiah Biawak :
Kelas
Bangsa
Suku
Marga
Jenis
Makanan
Habitat
:
:
:
:
:
:
:
Perkembangbiakan :
Reptilia
Squamata
Varanidae
Varanus
Varanus salvator
Tikus, ikan air tawar, dan serangga.
Hidup di daerah dekat dengan air ( sungai,
rawa dll )
Bertelur, masa inkubasi 168-171 hari
TINJAUAN PUSTAKA
Reptilia adalah hewan yang mempunyai kulit yang kering, ditutupi oleh
sisik, mempunyai dua pasang ekstermitas luar yang dilengkapi dengan jarijari dan berakhir dengan cakar. Reptilia tidak mempunyai banyak kelenjer
pada kulitnya, kelenjer pada reptilian terdapat pada rongga mulutnya.
Kelenjer parapin pada langit-langit mulut, lingual gland pada lidah, sub lingual
gland (kelenjer dibawah lidah) dan labial gland (pada bibir). Pada serpentes
terdapat modifikasi dari labial gland di rahang atas. Lidah pada serpentes
sempit dan bertakik dalam yang pada bagian ujungnya bertindak sebagai
organ sensori untuk merasakan bau, suhu dan partikel zat yang ada pada
udara (Tim Taksonomi Hewan Vertebrata, 2010).
Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang
hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan
dengan kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau
sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa
anggota ordo atau sub ordo tertentu mengalami pergantian kulit . Pergantian
kulit secara total terjadi pada anggota sub-ordo ophidia dan pada anggota
sub-ordo lacertilia pergantian kulit terjadi secara sebagian. Sedangkan pada
ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami
pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar
kulit (Jasin, 1992).
Struktur Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital
serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks,
elastis dan peka (Wasitaatmadja, 2002). Secara garis besar kulit tersusun
atas 3 lapisan ( Junqueira, 2007): Lapisan Epidermis, Lapisan Dermis,
Lapisan Subcutis.
Ia juga menyatakan lapisan epidermis yaitu lapisan epitel yang berasal
dari ekstoderm. Berdasarkan ketebalan epidermis, dapat dibedakan kulit tebal
dan kulit tipis. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat. Lapisan epidermis terdiri dari stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, stratum basale. Sedangkan
Lapisan dermis yaitu suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm,
terletak di bawah lapisan epidermis dan jauh lebih tebal dari epidermis.
Lapisan ini terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemenelemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar, lapisan dermis dibagi
menjadi dua bagian yaitu stratum papilare dan stratum retikulare. Pada
lapisan ini tedapat sel-sel saraf dan pembuluh darah. Lapisan ketiga adalah
Lapisan subkutis. Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat
kulit secara longgar pada organ-organ di bawahnya, yang memungkinkan
kulit di bagian atas bergeser. Lapisan ini mengandung sel-sel lemak. Gambar
1 menerangkan mengenai struktur kulit secara umum.
dengan inti oval. Lapisan ini dapat mengalami aktivitas mitosis yang hebat
dan bertanggung jawab pembaharuan sel epidermis secara konstan. Selsel
lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk
silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir butir pigmen.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.
kuning tersebut akan semakin hilang. Kulit biawak lebih tipis dari pada kulit
konvensional (kulit sapi, domba, dan kambing) dan digolongkan menurut
ukuran panjang dan lebarnya. Kulit reptil seperti kulit biawak mempunyai
sisik yang mengkilap dan lengkap (belum ada yang terlepas), serta tingkat
cacat yang sedikit sekali. Beberapa biawak mempunyai kulit yang bercorak
belang- belang, bercak-bercak piramid, atau empat persegi panjang dengan
kombinasi warna indah cemerlang dan kadang berubah-ubah. Corak ini
merupakan keunggulan kulit biawak sehingga harga jual kulitnya tinggi
terutama barang jadinya (Purnomo, 1988).
Kulit reptil (ular dan biawak) terdiri dari epidermis yang berlapis-lapis dan
didasari dermis (Purnomo, 1998). Lapisan luar epidermis berkembang
menjadi lapisan- lapisan yang keras dan dibagian dalamnya berkembang
menjadi lebih lunak (Purnomo, 1985). Epidermis pada biawak mengalami
pertandukan, dan biasanya akan mengelupas pada waktu- waktu tertentu,
satu sampai enam kali setiap tahun (Purnomo, 1987). Lapisan germanif dari
epidermis menghasilkan sel yang tumbuh menuju kepermukaan dan
kemudian menanduk (cornifield) sehingga merupakan penutup luar atau
external layer.
Materi
Alat. Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan preparat jarngan kulit
biawak finising diantaranya adalah gunting, botol plastik, pipet ukur, pipet
volum, propipet, gelas beker, dan labu ukur, sebagai alat yang dibutuhkan
untuk persiapan. Botol kocok, tabung erlenmeyer, oven/ inkubator, cutter,
botol kaca, pinset, dan cetakan parafin sebagai alat yang dibutuhkan untuk
fiksasi, dehidrasi, clearing, dan embeding. Blok mikrotom, mikrotom, objek
glass, deck glass , kuas, water bath, loyang , kaki tiga, dan busen, sebagai
alat yang dibutuhkan untuk pemotongan, pengambian sediaan, dan
pengeringan sediaan. Staining jar, botol semprot, pipet tetes, serber, dan
mikroskop, sebagai alat yang dibutuhkan untuk pewarnaan sampai selesai.
Bahan. Bahan utama yang digunan dalam praktek ini adalah kulit biawak
yang telah difinishing ukuran 3x3 cm. Sedangkan, bahan- bahan lainya
adalah tepol, formaldehid, alkohol (konsentrasi 70%, 90%, 96%, dan 100%),
touluen, parafin, ewitt, cat hemaktosilin haris dan eosin, acid alkohol, es
batu, xylol, aquades, dan DPX.
Metode
Pertama dengan cara pengambilan sampel dengan mengambil kulit
biawak yang sudah disiapkan, memotong kulit menjadi 6 bagian dengan
ukuran 1 cm x 1 cm, stelah itu kulit dimasukkan ke dalam larutan fiksasi, yaitu
larutan formaldehid 10%. Pembuatan preparat yaitu dehidrasi dengan
menyiapkan alcohol dengan konsentrasi bertingkat 30%, 50%, 70%, 80%,
90%, dan 96%. Memasukkan sampel ke dalam larutan alcohol mulai dari
konsentrasi rendah menuju konsentrasi tinggi. Masing-masing sampel
dikocok dalam alcohol selama 20 menit 3 kali pengocokan tiap tingkat
konsentrasi alcohol. Seperti ditunjukkan pada gambar 4 pada proses
dehidrasi.
10
11
Gambar 9. Mikrotom
12
13
14
Perbesaran 10x10
Perbesaran 10x10
Perbesaran 40x10
Gambar 16.Preparat Kulit Biawak Re-tanning Posisi Membujur
15
Perbesaran 4x10
Perbesaran 10X10
Perbesaran 40x10
Gambar 17. Preparat Kulit Biawak Re-Tanning Posisi Melintang
Sementara pada struktur histologis kulit
16
17
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa cara pembuatan
preparat jaringan kulit biawak re-tanning engan metode parafin terdiri atas
fiksasi, dehidrasi, clearing, triming, embedding, cutting, dan pewarnaan.
Dapat disimpulkan juga bahwa struktur histologis kulit biawak re-tanning
irisan membujur terdiri atas berkas sisik atau epidermis dan stratum pailare.
Sementara pada struktur histologis kulit biawak re-tanning irisan melintang
terdiri atas epidermis, stratum papilare dan stratum retikulare.
18
DAFTAR PUSTAKA
Djojowidagdo, S. 1983. Pengaruh Berbagai Konsentrasi dan Perbandingan
Pankreas Babi yang Diawet Serbuk Gergaji terhadap Kekuatan Tarik dan
Kemuluran Kulit Kambing yang Disamak Crome. Laporan Penelitian.
Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Fahidin dan Muslich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. IPB. Bogor.
Teknologi
Pengolahan
Kulit.
Universitas
19
20