PENDAHULUAN
Berdasarkan
definisi
patofisiologik
gagal
jantung
peran
gagal
jantung
sebagai
penyebab
kematian
Dunia
(WHO)
290
ribu
jumlah
orang.
Menurut
penderita
gagal
Badan
jantung
Karena
itulah,
penanganan
sedini
mungkin
sangat
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
Identitas Pasien :
Nama
: Tn. E
Jenis kelamin
Usia
: Pria
: 47 tahun
Agama
Suku
: Islam
: Kutai
Pendidikan : Pekerjaan
: Petani
Alamat
MRS
II.
Anamnesa :
saat
Tidak
ada
anggota
keluarga
pasien
yang
menderita
jantung
Terdapat riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga.
Tidak ada riwayat kencing manis dalam keluarga.
3
Riwayat Kebiasaan :
III.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Gizi
: Cukup
Berat Badan
: 80 kg
Tinggi Badan
: 170 cm
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 100 / 60 mmHg
- Nadi
- Pernafasan
- Suhu
: 37 0 C (Aksiler)
Status Generalis
Kepala
:
: Normocephali, distribusi rambut
merata, rambut
tidak mudah dicabut
Mata
(-/-),
sklera ikterik (+/+)
Telinga
Hidung
Mulut
eutrofi,
mukosa tidak hiperemis. Gigi geligi
caries -,
tidak ada gigi yang tanggal
Tenggorokan
Tonsil
T1/T1
tenang,
faring
hiperemis (-)
Leher
tidak
teraba
membesar,
otot
bantu
pernafasan (-)
Thorax depan
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
ICS
IV
medial
garis
parasternal dextra
Batas atas jantung
ICS
III
garis
parasternal
sinistra
Batas kiri jantung
sinistra
Auskultasi
maximum di apex,
fase sistolik, tipe pansistolik, nada
rendah dan
terdapat penyebaran ke
normal
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Suara nafas
++ basah halus,
wheezing
vesikuler,
ronchi
Thorax belakang :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: thorakal IX
++ basah halus,
wheezing
Abdomen
vesikuler,
ronchi
Inspeksi
vena (-)
Palpasi
lien,
ginjal
sulit
dinilai,
CVA (-)
Auskultasi
Extremitas
edema tungkai
(+/+), jenis pitting, sianosis -/-, terdapat
bekas luka akibat alergi obat
IV.
Pemeriksaan Penunjang
=
=
=
=
98 mg/dL
17,9 g/dL
57,2 %
9000/mm3
= 189.000/mm3
= 73,4 mg/dL
= 1,8 mg/dL
= 126 mmol/dL
= 4,3 mmol/dL
= 93 mmol/dL
= 17,8 g/dL
= 56,3 %
= 8.100/mm3
= 139.000/mm3
=
=
=
=
134 mg/dL
17,0 g/dL
51,0 %
8.200/mm3
Trombosit
Albumin
Ureum
Creatinin
Na
K
Cl
=
=
=
=
= 169.000/mm3
3,6 mg/dL
111,8 mg/dL
= 1,1 mg/dL
= 114 mmol/dL
5,2 mmol/dL
83 mmol/dL
=
=
=
=
106 mg/dL
15,5 g/dL
50,8 %
8.600/mm3
= 166.000/mm3
= 11,3 mg/dL
= 112,1 mg/dL
= 2,6 mg/dL
Ureum
Creatinin
= 87,7 mg/dL
= 1,5 mg/dL
Pulmo
Kesan
: sulit dinilai
: Cardiomegali
EKG :
V.
Diagnosis Kerja
Decompensatio cordis functional class IV et causa CAD OMI
Inferior + Anterior
VI.
VII.
Penatalaksanaan
ISDN 3 x 5mg
Lasix Tab 2 x 1
Spirolactone 20mg 1-0-0
Captopril 3x 6,25mg
1
Bisoprolol 5mg 0-0- 2
1
Alprazolam 0,5mg 0-0- 2
Digoxin 0,2gr 1 x 1
VIII.
Prognosis
Dubia ad malam
BAB III
ANALISA KASUS
I.
Anamnesa
10
Sesak
FAKTA
nafas saat
TEORI
melakukan Dispneu on effort
aktivitas ringan
Paroxysmal nocturnal dispneu
Sering terbangun pada malam
hari karena sesak
Tidur dengan diganjal 2 bantal Orthopneu
untuk mengurangi sesaknya
Sesak nafas tidak disertai batuk
Gampang lelah
semakin sesak
jantung
Berdasarkan
hasil
anamnesa
pada
pasien,
mengarah
bawah,
dispneu
on
effort)
pada
saat
yang
11
II.
Pemeriksaan Fisik
FAKTA
TEORI
RR = 38 x /menit (cepat & Dispneu (RR = 40x/menit)
Tekanan darah dapat tinggi, normal
dalam)
TD = 100/60
disfungsi jantung
Pada gagal jantung yang berat,
Nadi : 60 x/menit, frekuensi
tekanan nadi mungkin berkurang
ireguler, isi lemah
menunjukkan penurunan volume
Ikterus (+/+)
sekuncup
Ikterus
berkaitan
peningkatan
bilirubin
dengan
langsung;
12
: ICS
garis
Edema tungkai
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda tanda yang
memenuhi kriteria mayor dan minor dari Framingham. Kriteria
mayor berupa distensi vena jugularis, rhonki basah, cardiomegali
dan
S3
gallop.
Sedangkan
kriteria
minor
berupa
edema
III.
Pemeriksaan Penunjang
FAKTA
TEORI
RR = 38 x /menit RR = 38 x /menit
ANALISA
60 Nadi :
x/menit,
x/menit,
frekuensi
frekuensi
ireguler,
lemah
isi
ireguler,
60
isi
lemah
13
Ikterus (+/+)
Ikterus (+/+)
JVP 5 + 4
JVP 5 + 4
Rhonki
basah Rhonki
basah
halus pada basal halus pada basal
(+)
(+)
Batas
kanan Batas
jantung
IV
medial
ICS
jantung
garis
IV
parasternal
III
ICS
medial
garis
parasternal
dextra
Batas
jantung
kanan
atas
dextra
Batas
ICS
jantung
garis
atas
:
ICS
III
garis
parasternal
parasternal
sinistra
Batas kiri jantung
sinistra
Batas kiri jantung
: ICS VI garis
midklavikular
sinistra
Murmur
ICS
VI
garis
midklavikular
(+)
gallop (+)
S3
sinistra
Murmur
(+)
S3
gallop (+)
IV.
Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
anamnesa,
14
kriteria
Framingham
sehingga
didapatkan
diagnosa
V.
Penatalaksanaan
FAKTA
Bed rest
TEORI
Bed rest
ANALISA
Dengan
bed
diharapkan
rest
dapat
3 Oksigen
lt/men
lt/men
3 jantung.
Oksigen
faktor
merupakan
relaksan
paru
aliran
darah
ISDN 3 x 5mg
Lasix Tab 2 x 1
Spirolactone
20mg
1-0-0
Captopril
x/menit,
memberikan
frekuensi
yang
ireguler,
isi
oksigenasi
memadai
untuk
lemah
3x
Ikterus (+/+)
6,25mg
Bisoprolol 5mg
1
0-0- 2
Alprazolam
60
Oksigen 3 lt/men
0,5mg
1
0-0- 2
Digoxin 0,2gr 1
x1
15
VI.
Prognosis
Prognosis dari kasus ini adalah buruk dengan angka
mortalitas sekitar >80% (berdasarkan klasifikasi KILLIP).
Hali ini didasarkan pada sejumlah faktor yang berkaitan
dengan prognosis gagal jantung yaitu sebagai berikut :
Keadaan klinis
Keluhan dan gejala yang dialami pasien mengarah pada
kondisi klinis yang buruk. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan
memompa
adanya
darah
kegagalan
untuk
menuhi
jantung
dalam
kebutuhan
darah
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
IV.1 Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan
fungsi
jantung
sehingga
jantung
tidak
mampu
16
IV.2 Etiologi
Gagal jantung merupakan keadaan klinis yang harus selalu dicari
penyebabnya. Penyebab gagal jantung dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Gangguan fungsi sistolik
1) Gangguan unit miokardium
Infark miocard
Fibrosis otot jantung
Kardiomiopati
Miokarditis berat
Aritmia
17
lain
yang
mengenai
miokard
dapat
waktu
yang
18
kemampuan
miokard
dapat
lebih
penghentian
obat
antihipertensi
dapat
takikardi
dan
hipoksemia
serta
kebutuhan
19
yang
seringkali
muncul
sebagai
dan
akibat
sebenarnya
mungkin
merupakan
salah
atu
makanan,
cairan,
lingkungan
dan
IV.4 Patofisiologi
Bila terjadi gangguan kontraktilitas miokard primer atau
beban hemodinamik berlebih diberikan pada ventrikel normal,
20
mekanisme
kompensasi
jantung
berikut
memberikan
1. Efek Neurohormonal
Aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron (sistem RAA)
Akibat
curah
jantung
yang
berkurang
akan
menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang selanjutnya
menstimulasi
sistem
vasokonstriktor
menstimulasi
simpatis
kuat
RAA.
pada
pelepasan
dan
Angiotensin
arteriol
tonus
merupakan
eferen
ginjal,
yang
dari
ujung
saraf
norepinefrin
menghambat
II
vagal.
Selain
itu,
sistem
RAA
dan
neurohormonal
berikutnya
kronis
menghasilkan
regulasi
turun-reseptor
ini
bersama
dengan
gangguan
baroreseptor
21
lebih lanjut.
Peptida natriuretik
Peptida natriuretik memiliki berbagai efek pada jantung,
ginjal dan sistem saraf pusat.
1) Peptida natriuretik atrial (ANP) dilepaskan dari atrium
jantung sebagai respon terhadap peregangan serta
menyebabkan natriuresis dan dilatasi.
2) Peptida natriuretik otak (BNP) juga dilepaskan dari
jantung, terutama dari ventrikel dan dengan kerja yang
serupa dengan ANP. Peptida natriuretik bekerja sebagai
antagonis fisiologis terhadap efek angiotensin II pada
tonus
vaskuler,
aldosteron
dan
reabsorbsi
nartium gnjal
Peningkatan kadar hormon antidiuretik (ADH)
Kadar hormon ADH juga meningkat, menyebabkan
vasokontriksi
sekresi
dan
berperan
dalam
retensi
air
dan
hiponatremi.
Sekresi endotelin
Endotelin merupakan peptide vasokonstriktor poten
yang
disekresikan
oleh
sel
endotelial
vaskuler
yang
2. Efek Hemodinamik
Hipertrofi miokard
Pada hipertrofi miokard, terjadi peningkatan massa
elemen
kontraktil
yang
memulihkan
peningkatan
stres
namun
juga
meningkatkan
kekakuan
dinding
diastolik
Mekanisme Frank-Starling
Mekanisme Frank-Starling
berupa
konstriksi
vena
22
(meningkatkan
preload),
pemanjangan
sarkomer
dan
aliran
ginjal),
demam
derajat
rendah
bisa
didapatkan hipertrofi
jantung kanan,
heaving
23
penyakit
paru
meningkat,
bunyi
peningkatan
tekanan
kronik,
P2
tekanan
mengeras,
vena,
vena
asites,
hepatomegali,
jugularis
hidrotoraks,
splenomegali
Radiografi thorax
Bayangan jantung dapat membesar pada proyeksi PA (CTR
>50%). Pembesaran atrium kiri dapat diperlihatkan oleh
gambaran double contour. Menonjolnya vena pulmonalis
apikal menunjukkan meningkatnya tekanan pengisian atrium
kiri. Pada keadaan edema paru, akan didapatkan gambaran
infiltrat prekordial pada kedua paru. Efusi pleura dapat dilihat
dari keadaan sudut costofrenikus yang tumpul. Proyeksi
lateral mengidentifikasi pembesaran ventrikel kanan dengan
sebelumnya.
Penemuan-penemuan
biasanya
non
25
yang
terakhir
untuk
Sineangiografi
ventrikel
kiri
mengukur
volume
mitral.
Sineangiografi
ventrikel
kanan
regurgitasi trikuspidalis.
Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap
direkomendasikan
untuk
menurunnya
aliran
darah
keginjal
karena
26
kasus
gagal
jantung
akut
dapat
juga
terjadi
hiperbilirubinemia.
Pepetida natriuretik B (BNP)
BNP adalah polipeptida asam amino yang terdiri dari
cincin 17 asam amino. BNP plasma disekresi oleh ventrikel
jantung sehingga lebih sensitif dan spesifik sebagai
pananda adanya disfungsi ventrikel dibandingkan peptida
natriuretik
peningkatan
lainnya.
usia
BNP
dan
meningkat
pada
pasien
seiring
dengan
gagal
jantung.
IV.7 Penatalaksanaan
Terapi dekompensatio kordis secara logis dapat dibagi menjadi
tiga komponen:
1) Menghilangkan faktor predisposisi
2) Memperbaiki penyebab yang mendasari
3) Mengendalikan keadaan dekompensatio kordis, dengan cara:
a) Mengurangi beban kerja jantung
Mengurangi kegiatan fisis
Mengistirahatkan emosi
Mengurangi afterload
b) Mengendalikan retensi berlebih garam dan air
Diet rendah garam
Diuretika
Indikasi. Diuretika diindikasikan untuk semua pasien
dengan gangguan fungsi jantung sistolik, karena
27
air,
memperbaiki
gejala
kongesti
dengan
1.
2.
angka
mortalitas
pada
penderita
beberapa
kombinasi
vasodilator,
tonus
vena
yang
diakibatkannya
Aktivitas
simpatik
yang
meningkat
juga
normal
mungkin
tidak
atu
berkurang,
mengakibatkan
terapi
vasodilator
perubahan
atau
ACE ihibitor
Dianjurkan sebagai obat lini pertama baik dengan
atau
tanpa
keluhan
untuk
meningkatkan
terhadap
efektifnya
ACE
dengan
dekompensatio
inhibitor
ACE
kordis
ARB
inhibitor
dalam
sama
pada
menurunkan
dekompensatio
ACE
inhibitor
pada
pasien
yang
dapat
menurunkan
morbiditas
dan
predisposisi
untuk
aritmia
yang
29
oleh
peningkatan
pada
obat
natrium-kalium
ATPase
ini.
adalah
konsentrasi
Akibatnya
natrium
intrasel,
yang
pompa
natrium-kalium.
Perlamatan
ventrikel,
perpanjangan
diastolik
dan
terapi
digitalis
sangat
sesuai
untuk
supraventrikuler
takikerdi
dan
atrial
fibrilasi.
Pilihan :
1. Digoksin
2. Digitoksin
Obat simpatomimetik
Cara kerja. Merangsang reseptor b adrenergik.
Pilihan. Dobutamin atau dopamin
Penghambat fosfodiesterase
Cara kerja. Mencegah perusakan cAMP oleh enzim
fosfodiesterase di dalam sel.
30
Pilihan. Amrinon.
IV. 8 Prognosis
Studi dari Framingham dengan data selama 30 tahun
menggambarkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun
pada pasien gagal jantung adalah 60% pada laki laki dan
45% pada perempuan. Sejumlah faktor yang berkaitan
dengan prognosis gagal jantung yaitu sebagai berikut :
Keadaan klinis
Semakin buruk gejala pasien, kapasitas aktivitas dan
gambaran klinis semakin buruk prognosis.
Hemodinamik
Semakin rendah indeks jantung, isi sekuncup dan fraksi
ejeksi, semakin buruk prognosis.
Biokimia
Terdapat hubungan terbalik yang kuat antara
norepinefrin, renin, vasopresin dan peptida natriuretik
plasma. Hiponatremi.dikaitkan dengan prognosis yang
buruk.
Aritmia
Fokus ektopik bentrikel yang sering atau takikardi
ventrikel menandakan prognosis yang buruk.
Klasifikasi KILLIP
Merupakan klasifikasi yang digunakan untuk menentukan
prognosis pada pasien gagal jantung yang disebabkan oleh
penyakit jantung koroner.
Kelas
I
II
III
IV
Gambaran Klinis
Tidak ada tanda disfungsi LV
Gallop S3 dengan atau
kongesti paru
Edem berat paru akut
Syok kardiogenik
Mortalitas
0 6%
tanpa 30%
40%
>80%
31