Pengangguran Lulusan SMK
Pengangguran Lulusan SMK
Penjelasan BPS
Jumlah penganggur bertambah sebanyak 320 ribu dibanding tahun lalu.
Kamis, 5 November 2015 | 16:43 WIB
Oleh : Rochimawati, Fikri Halim
VIVA.co.id - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada Agustus 2015, tingkat
pengangguran terbuka (TPT) tertinggi ada pada jenjang pendidikan sekolah
menengah kejuruan (SMK), yakni sebesar 12,65 persen. Sementara itu, TPT
terendah ada pada penduduk berpendidikan sekolah dasar (SD) ke bawah yaitu
sebesar 2,74 persen.
Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS, Razali Ritonga,
mengatakan, alasan banyaknya pengangguran dari tingkat SMK, karena sulitnya
mereka untuk pindah ke sektor lain yang tidak sesuai dengan keahliannya.
"Kalau sekolah jurusan kan dia spesialis. Nah, ketika lapangan kerja yang sesuai
dengan keahlian dia tidak ada, maka sulit untuk cari kerja ke sektor lain. Dia tidak
fleksibel," ujar Razali di Kantor Pusat BPS, Kamis 5 November 2015.
Ia menjelaskan, dari 122,4 juta angkatan kerja per Agustus 2015, ada sekitar 114,8
juta orang di antaranya bekerja (diserap pasar kerja), sedang sisanya tidak bekerja.
Razali menjelaskan, TPT pada Agustus 2015 sebanyak 6,18 persen atau setara 7,56
juta orang. Artinya, meningkat secara tahunan dibanding Agustus 2014 sebanyak
7,24 juta orang atau 5,94 persen.
"Artinya bahwa jumlah penganggur bertambah sebanyak 320 ribu jiwa dibanding
tahun lalu," kata dia.
Ia menjelaskan, kebanyakan pengangguran disebabkan oleh salah satu faktor, yaitu
pemutusan hubungan kerja (PHK). Menurut dia, PHK banyak terjadi di industri yang
bergantung kepada impor.
"Karena terjadi penghematan ongkos produksi, salah satu caranya juga adalah
mengurangi tenaga kerja," tuturnya.
(Sumber: http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/695983-penganggurantertinggi-lulusan-smk--ini-penjelasan-bps)
163Shares
Google+
Copy Link
Ilustrasi Penggangguran
(Sumber: http://finance.detik.com/read/2015/05/05/145320/2906162/4/bpspengangguran-terbanyak-lulusan-smk)
Dalam laporan terakhirnya pada Agustus 2015, BPS mencatat angka pengangguran Indonesia
mencapai 7,56 juta orang, atau meningkat 320 ribu orang dari periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 7,24 juta orang.
Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS Suhariyanto membeberkan, sebanyak 6,4 persen dari
total pengangguran merupakan lulusan universitas, dan 7,54 persen adalah lulusan diploma
(I,II,III). Angka tersebut meningkat dari periode tahun sebelumnya. Namun angka pengangguran
tertinggi berasal dari lulusan SMK dengan 12,65 persen. Kemudian untuk pendidikan SD tercatat
sebesar 2,74 persen, SMP (6,22 persen), dan SMA (10,32).
Menanggapi hal ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan, ada
beberapa penyebab masih relatif tingginya tingkat pengangguran untuk tingkat pendidikan SMK,
antara lain karena di pengumuman kelulusannya di bulan Agustus.
Anies sendiri mengaku mengikuti perkembangan ketenagakerjaan pada Agustus 2015 yang
merujuk pada berita resmi yang dikeluarkan BPS Nomor No. 103/11/Th. XVIII. Data
menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2015 tercatat sebesar 6,18
persen.
"Data BPS menunjukkan bahwa kualitas penduduk bekerja semakin membaik," tuturnya.
Hal itu menurutnya bisa dilihat dari dua hal. Pertama, makin meningkatnya proporsi penduduk
bekerja berpendidikan tinggi (meningkat dari 9,79 persen pada Agustus 2014 menjadi 11,01
persen pada Agustus 2015). Kedua, semakin menurunnya penduduk yang bekerja dengan
tingkat pendidikan SMP ke bawah (menurun dari 64,8 persen pada Agustus 2014 menjadi 62,30
persen pada Agustus 2015).
Sementara, tambah Anies, secara umum pola data TPT selama 2013-2015 menunjukkan bahwa
TPT pada bulan Agustus cenderung jauh lebih tinggi (Agustus 2014 sebesar 5,94 persen dan
Agustus 2015 sebesar 6,81 persen) dibandingkan dengan TPT pada bulan Februari (Februari
2014 sebesar 5,70 persen dan Februari 2015 sebesar 5,81 persen).
Pola ini menurutnya juga dialami oleh TPT untuk penduduk dengan tingkat pendidikan jenjang
pendidikan tinggi dan menengah, termasuk sekolah menengah kejuruan (Agustus 2015 sebesar
12,65 persen dan Februari 2015 sebesar 9,05 persen).
(Sumber: http://www.telingamata.com/component/k2/item/761-jumlahpengangguran-lulusan-smk-tertinggi)
Pengangguran Paling
Banyak Lulusan SMK
Ilustrasi: Okezone
"Kalau sekolah jurusan kan dia spesialis. Nah, ketika lapangan kerja
sesuai keahlian dia tidak ada, maka dia sulit untuk cari kerja ke
sektor lain. Dia tidak fleksibel," jelasnya di Gedung BPS, Kamis
(5/11/2015).
Di posisi kedua menyusul lulusan SMK adalah Sekolah Menengah
Atas (SMA) yang sebesar 10,32 persen. Jumlah TPT SMA mengalami
kenaikan dibandingkan periode Februari 2015 yang sebesar 8,17
persen.
Sementara itu, TPT lulusan Diploma I-III sebesar 7,54 persen, lulusan
Universitas 6,4 persen, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
6,22 persen. TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan Sekolah
Dasar (SD) ke bawah yaitu sebesar 2,74 persen.
(rzk)
(Sumber:
http://economy.okezone.com/read/2015/11/05/320/1244188/pengangguranpaling-banyak-lulusan-smk)
Suara.com - Badan Pusat Statistik mencatat angka pengangguran pada Febuari 2015
bertambah mencapai 300 ribu jiwa menjadi 7,45 juta jiwa.
Dari total pengangguran tersebut, pengangguran paling besar didominasi oleh
masyarakat dengan latar belakang pendidikan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu
sebesar 9,05 persen. Dibandingkan dengan periode yang sama, jumlah ini mengalami
kenaikan 1,84 poin.
Paling banyak didominasi lulusan SMK, kata Suryamin saat ditemui di kantornya,
Selasa (5/5/2015).
Selain lulusan SMK, pengangguran di Indonesia juga didominasi oleh lulusan Sekolah
Menengah Atas dengan porsi 8,17 persen. Untuk Diploma I/II/III porsi pengangguran
adalah sebesar 7,49 persen.
Pengangguran lulusan diploma naik 1,62 poin dari Februari 2014," katanya.
Sementara itu lulusan Sekolah Menengah Pertama yang menganggur sebanyak 7,14
persen, universitas 5,34 persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 3,61 persen.
Pengangguran dari lulusan universitas ikut naik seperti SMK dan Diploma, yaitu sebesar
1,03 poin," katanya.
Suryamin menjelaskan meningkatnya angka pengangguran disebabkan oleh perlambatan
ekonomi Indonesia belakangan ini. BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada kuartal I tahun 2015 sebesar 4,71 persen atau melambat dibanding triwulan I 2014.
Dari data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka didominasi penduduk berpendidikan
Sekolah Menengah Atas sebesar 9,05 persen, lalu disusul pada jenjang Sekolah
Menengah Atas 8,17 persen, dan Diploma I/II/III sebesar 7,49 persen. Sedangkan TPT
terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah dengan prosentase 3,61
persen di periode Februari 2015.
(Sumber: http://www.suara.com/bisnis/2015/05/05/181550/bps-lulusan-smkdominasi-pengangguran)
Some students of a vocational school in Bogor, SMK Bina Warga 1, put their own assembled motorcycle on display in a
exhibition Bandung, West Java. (illustration)
"Kualitas lulusan SMK banyak yang tidak sesuai dengan permintaan pasar
tenaga kerja saat ini, akhirnya banyak yang menganggur," ujar Larso di
Jakarta, Senin.
Menurut ia, terdapat tiga masalah utama yang belum dapat diselesaikan
pemerintah maupun instansi pendidikan terkait rendahnya kualitas
lulusan yang dihasilkan sekolah kejuruan tersebut.
Sarana penunjang kegiatan belajar di SMK yang jumlahnya masih kurang,
dikatakan Larso menjadi masalah yang menghinggapi sebagian besar
sekolah kejuruan.
Anggaran dengan jumlah tertentu memang telah disiapkan pemerintah
untuk subsidi pendidikan, kendati demikian terdapat kebijakan keuangan
dan pendidikan yang masih membatasi bantuan negara kepada sekolah
kejuruan swasta.
"Kalau peraturan pembatasan penyaluran dana tersebut belum diubah,
penyediaan sarana pada sekolah swasta menjadi sulit, sehingga tidak
merata,"katanya.
Selain itu, waktu praktik yang hanya memakan waktu sedikit juga
menghambat peningkatan keahlian para siswa SMK untuk mendalami
kompetensi yang akan menjadi bekal mereka dalam bekerja.
Dalam hal ini, Larso mengatakan bahwa SMK, sekolah yang memang
sudah mengarahkan para siswanya pada bidang-bidang tertentu,
sebaiknya mengurangi pengajaran yang dilakukan secara teori dan mulai
beralih memperbanyak kegiatan praktik.
Masalah yang tidak kalah penting adalah terdapatnya ketidaksesuaian
antara tenaga pengajar dengan bidang kejuruan yang dibebankan
padanya di sekolah.
Sumber : antara
(Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/14/11/17/nf6id6kompetensi-rendah-jadi-penyebab-pengangguran-smk-meningkat)
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Agustus 2015 angka pengangguran
lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tertinggi, yakni sebesar 12,65%. Kenapa ini bisa
terjadi?
Dalam laporan terakhirnya pada Agustus 2015, BPS mencatat angka pengangguran
Indonesia mencapai 7,56 juta orang, atau meningkat 320.000 orang dari periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar 7,24 juta orang.
Suhariyanto, Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS menyampaikan, sebanyak 6,4% dari
total pengangguran merupakan lulusan universitas, dan 7,54% adalah lulusan diploma
(I,II,III). Angka tersebut meningkat dari periode tahun sebelumnya. Namun angka
pengangguran tertinggi berasal dari lulusan SMK dengan 12,65 persen. Kemudian untuk
pendidikan Sekolah Dasar (SD) tercatat sebesar 2,74%, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sebesar 6,22%, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 10,32%.
"Tingkat pengangguran terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah,
sementara untuk tertinggi pada jenjang pendidikan SMK," ujar Suhariyanto.
Kenapa ini bisa terjadi? Mendikbud Anies Baswedan menjelaskan, ada beberapa penyebab
masih relatif tingginya tingkat pengangguran untuk penduduk dengan tingkat pendidikan
SMK. Antara lain karena di Agustus umumnya siswa SMK baru saja lulus.
"Selama 3 bulan pertama setelah kelulusan, para lulusan SMK baru dalam proses mencari
kerja," kata Anies lewat pesan singkatnya kepada detikcom, Kamis (5/11/2015) malam. Dia
tengah berada di sidang UNESCO di Paris.
Anies menambahkan, dirinya mengikuti perkembangan ketenagakerjaan pada Agustus 2015
yang merujuk pada berita resmi yang dikeluarkan BPS Nomor No. 103/11/Th. XVIII. Data
menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2015 tercatat sebesar
6,18 persen.
"Data BPS menunjukkan bahwa kualitas penduduk bekerja semakin membaik," sebut
Anies.
Hal itu menurutnya bisa dilihat dari dua hal. Pertama, makin meningkatnya proporsi
penduduk bekerja berpendidikan tinggi (meningkat dari 9,79% pada Agustus 2014 menjadi
11,01% pada Agustus 2015). Kedua, semakin menurunnya penduduk yang bekerja dengan
tingkat pendidikan SMP ke bawah (menurun dari 64,8% pada Agustus 2014 menjadi 62,30%
pada Agustus 2015).
Sementara itu, tambah Anies, secara umum pola data TPT selama 2013-2015 menunjukkan
bahwa TPT pada bulan Agustus cenderung jauh lebih tinggi (Agustus 2014 sebesar 5,94%
dan Agustus 2015 sebesar 6,81%) dibandingkan dengan TPT pada bulan Februari (Februari
2014 sebesar 5,70% dan Februari 2015 sebesar 5,81 %).
Pola ini menurutnya juga dialami oleh TPT untuk penduduk dengan tingkat pendidikan
jenjang pendidikan tinggi dan menengah, termasuk sekolah menengah kejuruan (Agustus
2015 sebesar 12,65% dan Februari 2015 sebesar 9,05%).
(bar/mad)
(Sumber: http://news.detik.com/berita/3063722/lulusan-smk-paling-banyakmenganggur-kenapa)
2015-11-09 06:48:22
Terkait banyaknya lulusan SMK yang masih menganggur, menurut Hanif ada dua
kemungkinan yaitu yang pertama ketersediaan lapangan kerja yang makin
berkurang dan yang kedua kompetensi kejuruan yang dimiliki lulusan SMK belum
cocok dengan lapangan kerja yang tersedia."Menganggurnya ini ada dua
kemungkinan. Mungkin kompetensi belum mix dengan industri atau kemampuan dia
(lulusan SMK) yang tidak pas. Jadi satunya terkait lapangan kerja (ketersediaan),
satunya terkait dengan ketidakadanya hubungan antara keahlian dan lapangan
kerjanya. Intinya ke depan kompetensi harus digenjot," jelas Hanif.
Banyaknya jumlah pengangguran lulusan SMK ini jelas harus menjadi perhatian kita
bersama, apalagi pemerintah terus mensosialisasikan potensi lulusan SMK."Itu
artinya harus menjadi perhatian kita semua. Semua itu pemerintah, dunia usaha,
masyarakat pada umumnya untuk memastikan kompetensi mereka. Nah,
kompetensi ini menjadi orientasi dasar pengembangan tenaga kerja kita," tegas
Menaker."Pemerintah sudah mempunyai fasilitas BLK untuk mendorong agar
angkatan kerja yang belum bekerja agar bisa meningkatkan kemampuan dan
kompetensi untuk industri atau wirausaha mandiri," imbuhnya.
(Sumber: http://www.indosuara.com/news/read_news.php?id=4893)
Ilustrasi: Siswa merangkai alat penghemat bahan bakar untuk sepeda motor dalam Gelar Teknologi Sekolah
Menengah Kejuruan 2015 di Denpasar, Bali, Jumat (8/5).
Antara/Nyoman Budhiana
Slogan SMK yang santer terdengar "SMK Bisa!" mulai nampak loyo dan kuyu melihat fakta BPS
menyoal jumlah pengangguran. SMK yang sejatinya mempersiapkan generasi sekolah
menengah untuk siap terjun ke dunia kerja nampaknya ironi semata. Sloga diatas sepertinya
hanya membara saat generasi muda menempuh di jenjang sekolah. Sedang di dunia kerja,
penyerapan baik yang diharapkan nampak belum optimal. Melihat rilisan BPS tentang jumlah
pengangguran di Indonesia, lulusan SMK masih menjadi nomor wahid penyumbang
pengangguran. Sekitar 11,19% dari total tersebut atau sekitar 814 ribu orang, merupakan
tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kepala BPS Suryamin, mengatakan angka
tersebut meningkat dibanding Agustus 2012 yang sebesar 9,87%. Artinya tamatan SMK lebih
banyak menjadi pengangguran dibanding yang lainnya. "Tingkat penggangguran terbuka pada
Agustus 2013 untuk pendidikan, SMK menempati posisi tertinggi, yaitu sebesar 11,19%,"
ungkapnya di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (6/11/2013). Sementara posisi kedua terbanyak
adalah tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan 9,74% dari total pengangguran.
Pengangguran dari tamatan ini terus meningkat dibandingkan Agustus 2012 yang sebesar 9,6%.
(berita: finance. detik.com) Apa Yang Terjadi? Seperti termaktub dalam salah satu poin Sekolah
Menengah Kejuruan dalam website ditpsmk.net yaitu Mendidik Sumber Daya Manusia yang
mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar internasional belum terwujud. Etos kerja yang
digadang-gadang mampu mempersiapkan siswa di dunia kerja nampaknya belum optimal. Hal
ini terkendala pengelolaan setengah hati SMK. Pemerintah memberikan keleluasaan dalam
pengembangan sekolah menengah kejuruan atau SMK. Namun, saat ini belum ada peningkatan
mutu pendidikan SMK dan pemetaan mobilisasi lulusan SMK. Kebijakan pemerintah ini justru
ditanggapi dengan euforia, yaitu munculnya SMK-SMK baru. Apabila tidak ada peningkatan
kualitas SMK, maka industri akan kesulitan menyerap lulusan SMK yang jumlahnya cukup besar.
Tutur Samsudi di UNNES Semarang (berita: kompas.com) Proyek Negri Awung-Awung Mobnas
Esemka Esemka adalah produk mobil nasional hasil rakitan siswa-siswa Sekolah Menengah
Kejuruan yang bekerja sama dengan institusi dalam negeri dan beberapa perusahaan lokal dan
nasional. Kandungan komponen lokal (dalam negeri) berkisar antara 50%-90%. Namun
faktanya, mobnas Esemka terengah-engah mencoba menghirup nafas dalam gempuran mobil
Jepang. Esemka yang digadang-gdang oleh Jokowi menjadi serupa Timor nampak mangkrak.
Lebih lagi pemerintah nampak masa bodoh. Dengan dikeluarkannya kebijakan mobil murah,
seperti menikam mati produksi hasil tangan-tangan siswa SMK. Sudah empat hari mobil Esemka
buatan PT Solo Manufaktur Kreasi dipamerkan di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan,
Jakarta Pusat. Hingga hari ini baru 3 unit mobil Esemka yang berhasil terjual di acara Pameran
Produk Dalam Negeri 2013. Marketing PT Solo Manufaktur Kreasi Tri Yuli Puspitarini
mengatakan sejak mengikuti pameran di JCC, 4 hari lalu sampai saat ini baru 3 unit mobil
Esemka yang laku terjual. "Sudah ada 3 orang pesan, mereka sudah mau, sudah nanya nomor
rekening dan sudah DP (uang muka)," kata Rini saat ditemui di acara Pameran Produk Dalam
Negeri 2013, di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Minggu (6/10/2013). (berita: finance.detik.com)
Mustaghfirin menuturkan, umumnya lulusan SMK menganggur karena menunggu ijazahnya keluar.
Mereka menunggu sekitar 2 hingga 6 bulan. Selama itu, jika ada tawaran bekerja, para lulusan SMK
belum dapat mengisi lowongan pekerjaan tersebut.
Lebih lanjut Mustaghfirin menilai tingginya pengangguran lulusan SMK bukan dikarenakan tidak
memiliki ketrampilan atau tidak adanya lowongan pekerjaan di perusahaan. Setiap tahunnya terdapat
1,1 juta lulusan SMK. 10 persen dari jumlah tersebut memilih untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi,
2-5 persen berwirausaha, dan 70-75 persen sudah bekerja.
sumber : Republika