2. Sebagai akibat dari internasionalisasi ini, perusahaan harus dikelola secara global,
namun globalisasi menghadapkan para manajer tantangan-tantangan raksasa.
Jenis Organisasi Global :
Semakin banyak organisasi yang hanya beroperasi di satu negara yang mengetahui
kebutuha untuk mengembangkan lebih banyak operasi global. Sebuah organisasi dapat
melewati tiga tahap ketika mereka memperluas operasi mereka ke seluruh dunia .
Ketiga tahap tersebut adalah :
1. Impor dan Ekspor. Yakni kegiatan menjual dan membeli barang dan jasa dengan
organisasi-organisasi di negara-negara lain.
2. Perusahaan Multinasional (multinational enterprise-MNE). Merupakan sebuah
organisasi yang memiliki unit-unit operasi yang berlokasi si negara-negara asing.
2.
5. Masyarakat Eropa : pasar bersama untuk barang, jasa, modal dan bahkan
tenaga kerja
Tantangan SDM untuk Binis Internasional
Saat para periset menanyakan para manajer senior SDM di delapan perusahaan besar,
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi praktek MSDM di perusahaan anda saat ini
dan untuk masa mendatang
1. Penyebaran
Mudah menempatkan keterampilan yang tepat ditempat yang dibutuhkan, dengan
mengabaikan lokasi grafisnya
2. Desiminasi pengetahuan dan inovasi
Menyebarkan pengetahuan dan praktek yang paling canggih ke seluruh organisasi
dengan mengabaikan dari mana asalnya
3. Mengenali dan mengembangkan bakat secara global
Mengenali siapa yang dapat berfungsi secara efektif dalam sebuah organisasi global
dan mengembangkan kemampuannya.
Cukup rumit berhadapan dengan penyusunan staf global seperti ini. Sebagai contoh,
hal ini melibatkan pembahasan aktivitas secara global,termasuk seleksi calon
karyawan,syarat dan dokumentasi penugasan,pemrosesan budaya dan bahasa,
administrasi kompensasi dan pemrosesan penggajian,administrasi pajak ,perencanaan
dan pengembangan karier, dan menangani masalah pasangan dan tanggungan.
Tantangan melakukan aktivitas SDM di luar negeri bukan hanya dari jarak jauh tetapi
juga perbedaan politik,budaya,hukum dan ekonomi antar negara dan masyarakatnya.
Pengaruh perbedaan antar negara dalam SDM Internasional
1. Faktor budaya
Perbedaan budaya dari setiap negara mengharuskan penyesuaian perbedaan dalam
praktek manajemen antara cabang-cabang sebuah perusahaan. Sebagai contoh, dari
sebuah studi sekitar 330 manajer dari Hongkong, Republik Rakyat Cina dan Amerika
Serikat, para manajer AS cenderung untuk menjadi orang yang paling merasa khawatir
terhadap penyelesaian pekerjaannya. Para manajer Cina saling merasa khawatir dalam
Misalnya
Perancis,
walaupun
negara
yang
masyarakatnya
kapitalis,
menetapkan larangan ketat atas hak pengusaha untuk memberhentikan karyawan, dan
membatasi jumlah jam kerja yang dapat digunakan karyawan untuk bekerja setiap
minggu.
3. Faktor hubungan hukum dan Industrial
Faktor hukum dan hubungan industri dari negara satu dengan negara lain,contoh
praktik pekerjaan sesukannya tidak ada di Eropa,dewan kerja seperti memecat pekerja
memakan
waktu
dan
mahal.
Banyak
negara
Eropa,dimana
dewan
pekerja
Menurut data Survai Tenaga Kerja Nasional (SAKERNAS) dari BPS menyatakan bahwa
pekerja aak adalah mereka yang berusia 10-14 tahun dan sedang bekerja paling sedikit
satu jam dalam seminggu yang lalu, maka diperoleh angka sekitar 2,0 juta anak pada
tahun 1994.
Untuk dapat mengetahui secara lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya pasar kerja anak, kita harus melihat misalnya dari perspektif yang
lengkap.Pertama, dari sisi penawaran. Ketersediaan tenaga kerja anak sangat
tergantung pada partisipasi anak di sekolah dan ketersediaan waktu luang mereka
terutama untuk anak-anak yang bekerja paruh waktu. Selain itu, faktor orangtua sangat
menentukan pula keputusan anak untuk bekerja. Kedua, dari sisi permintaan.
Permintaan terhadap pekerja anak sangat ditentukan oleh adanya kebutuhan
perusahaan. Sebagian besar industri yang mempekerjakan anak ternyata memiliki
alasan karena upah mereka yang relatif murah dan kecenderungan dari sikap mereka
yang penurut (tidak banyak menuntut).Beberapa hal terpenting yang harus diperhatikan
dengan kondisi pekerja anak adalah jam kerja, tingkat upah, jenis pekerjaan, dan
lingkungan kerja pekerja anak yaitu:
Jam kerja
Bank Dunia mencatat seperempat dari pekerja anak di perkotaan bekerja lebih dari 45
jam, dan sepertiga dari mereka bekerja lebih dari 60 jam per minggu. Perkembangan di
Indonesia menunjukkan bahwa masih terlihat adanya pencurahan waktu yang sangat
tinggi oleh para pekerja anak yakni sekitar 40 persen anak-anak bekerja di perkotaan
melakukan pekerjaannya lebih dari 35 jam perminggu dan sekitar 25,1 persen bekerja
lebih dari 45 jam per minggu. Hal ini tentu berimplikasi pada tidak adanya kesempatan
atau waktu yang tersisa bagi mereka untuk belajar di sekolah atau mengikuti pendidikan
secara formal. Untuk daerah pedesaan, mereka yang melakukan kerja lebih dari 35 jam
per minggu masih relatif lebih sedikit. Kondisi ini sudah melebihi ketentuan rata-rata
kerja normal untuk orang dewasa yaitu 40 jam per minggu. Apalagi jika dibandingkan
dengan ketentuan konvensi ILO No. 138/1973, bahwa anak-anak tidak diperbolehkan
bekerja lebih dari 4 jam sehari atau 20 jam per minggu.
Tingkat Upah
minimnya kekuatan fisik dan keterampilan yang mereka miliki telah menyebabkan
mereka tidak dihargai. Mereka tidak memiliki kemampuan tawar menawar karena posisi
mereka lemah dan rendah tersebut, maka tidak jarang terjadi tindakan-tindakan
eksploitatif dilakukan terhadap mereka. Walaupun Indonesia telah meratifikasi Konvensi
Hak Anak, namun belum ada UU atau peraturan di Indonesia yang secara langsung
melindungi buruh anak di sektor informal. Di sektor formal pun sampai saat ini belum
terjadi kemajuan yang berarti, dan sampai sekarang Indonesia belum meratifikasi
Konvensi ILO No. 59 mengenai usia kerja minimum yang diperbolehkan untuk bekerja
di sektor industri dan konvensi ILO No. 138 mengenai usia anak untuk bekerja.
Lingkungan Kerja
Selain jam kerja yang panjang dan tingkat upah yang kecil, tidak sedikit anak-anak yang
bekerja dalam linhkungan dan kondisi yang berbahaya. Lingkungan seperti ini dapat
ditemui pada anak-anak yang bekerja di industri-industri yang menggunakan bahan
kimia beracun (industri tekstil, cat, mainan anak, dan sepatu), anak-anak yang bekerja
memegang barang-barang yang berat (bekerja di pasar, bangunan, dan pertanian), dan
tempat-tempat lain dimana terpapar alat-alat yang berbahaya atau lingkunangan yang
kurang sehat.
Selain dilihat dari sisi upah dan jam kerja yang dilakukan oleh pekerja anak, tinjauan
terhadap aspek hukum juga sangat penting dilakukan.
Beberapa peraturan dan UU yang menyangkut tentang pekerja anak sebenarnya telah
ada sejak dulu, terutama yang telah dilakukan oleh badan dunia tentang perburuhan
ILO(Internattional
penjelasannya
ditegaskan
bahwa
masalah pekerja anak merupakan masalah yang perlu segera ditangani. Sikap ILO
terhadap persoalan pekerja anak semakin tegas, dengan dikeluarkannya konvensi ILO
No. 138/1973. Konvensi ini memberi batasan minimum untuk usia bekerja adalah 15
tahun.
Keseriusan ILO terhadap penanganan pekerja anak lebih depertegas melalui program
khusus yang disebut dengan The International Programme on the Elimination of Child
Labor (IPEC). Program ini didirikan pada tahun 1990 dengan bantuan dana dari
Pemerintah Jerman. Program IPEC dimulai dengan 6 negara peserta yaitu Indonesia,
India, Thailand, (di Asia), Turki (Eropa/Asia), Brazilia (Amerika Latin), dan Kenya
(Afrika). Realisasi program IPEC di Indonesia dimulai 1992 sejak ditandatanganinya
MOU antara pemerintah Indonesia dengan Direktur jenderal ILO.
Saat ini lebih dari 15 negara ikut serta dalam program IPEC. Pendanaan program ini
tidak hanya dibantu oleh pemerintah Jerman saja tetapi juga negara-negara lainnya,
seperti Spanyol, Amerika Serikat, Perancis, Norwegia, dan Belgia. Di Indonesia,
pelaksanaan peraturan yang menyangkut masalah pekerjaan anak juga telah dilakukan,
diantaranya pada zaman Hindia Belanda. Melalui Ordonansi 17 desember 1925
ditetapkan bahwa anak usia dibawah 12 tahun tidak diperkenankan untuk bekerja.
Batasan tersebut kemudian berubah pada Lembaga Negara No. 8/1949 (dari 12 tahun
menjadi 14 tahun).
Pemerintah Indonesia melalui UU No. 1/1951 yang mengatur tentang perbedaan antara
pekerja remaja dan pekerja anak yaitu pekerja remaja adalah mereka yang berusia
antara 14-18 tahun, sedangkan pekerja anak adalah mereka yang berusia di bawah 14
tahun. UU ini mengatur pelarangan anak-anak untuk bekerja dan menetapkan batasan
usia untuk mereka yang akan bekerja di pekerjaan berat dan berbahaya minimum
berusia 18 tahun.Pada tahun 1987, Mentri Tenaga Kerja mengeluarkan peraturan
Mentri No. PER-01/MEN/1987 tentang perlindungan terhadap anak yang terpaksa
bekerja. Peraturan ini mengizinkan anak-anak di bawah usia 14 tahun yang terpaksa
bekerja untuk baik membantu keluarga maupun memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Peraturan tersebut juga mensyaratkan bahwa pengusaha yang mempekerjakan anakanak harus memenuhi ketentuan: (a) anak-anak tidak boleh bekerja lebih dari empat
jam sehari, (b) anak-anak tidak dipekerjakan pada malam hari, (c) pengusaha harus
memberikan upah sesuai dengan peraturan pengupahan yang berlaku.
Sistem Kerja Outsourching
Outsourcing (alih daya) adalah salah satu pilihan strategis dalam mendukung proses
bisnis di perusahaan. Selain dalam rangka efisiensi, perusahaan pengguna dimanjakan
dengan beberapa keuntungan / manfaat dari kegiatan outsourcing. Satu yang
terpenting diantaranya adalah perusahaan pengguna dapat lebih fokus pada strategi
Dalam perkembangan terakhir, tidak hanya sektor IT yang menjadi idola, tetapi
sektor research and development-pun kian menjamur di India. Bahkan beberapa
pebisnis Amerika berminat dan tertarik untuk memindahkan fungsi R&D tersebut ke
India (The Wall Street Daily Journal; 2008,). Pebisnis ini tidak mau dipusingkan dengan
urusan kepegawaian, sehingga meng-outsouce pekerja lokal (India).
harus
menetapkan
rencana-rencana
keamanan
yang
lebih
menyandera salah satu ekspariat mereka, atau mengancam seseorang dengan sesuatu
yang membahayakan kecuali jika tuntutan dibayarkan.
manajer
bekerja
dalam
tim
global,mengidentifikasi
dan
merekrut
serta
global ,point pentingnya adalah menstandarisaikan apa yang dinilai tapi jadi fleksibel
bagaimana hal itu dinilai.
Menerapkan Sistem SDM Global
Sesungguhnya menerapkan sistem SDM global,beberapa praktik-praktik terbaik
membantu memastikan implementasi lebih efektif.
1. Ingat,Anda tidak dapat cukup mengomunikasikan. Contoh,kebutuhan untuk kontak
tetap dengan para pembuat keputusan di tiap negara,juga dengan orang-orang yang
menerapkan dan menggunakan sistem tersebut.
2. Dedikasikan sumber daya yang memadai untuk upaya-upaya SDM global . contoh,
jangan mengharapkan kantor SDM setempat dengan tiba-tiba menerapkan prosedur
analisis pekerjaan baru kecuali kantor pusat memberikan sumber daya yang memadai
unuk kegiatan-kegiatan tambahan.
7. Penyusutan SDM Internasional
Penyusunan staf organisasi global pengusaha adalah inti dari SDM Internasional.
Proses ini meliputi pengidentifikasian dan penyeleksian orang-orang yang akan mengisi
posisi tersebut diluar negeri, dan kemudian menempatkan mereka di posisi posisi itu.
Penyusunan staf internasional : Dari Nagara Asal atau Local
Multinational company/MNC menggunakan beberapa jenis manajer internasional. Lokal
adalah warganegara dari negara tempat mereka bekerja. Ekspatriat adalah bukan
warganegara dari negara dimana mereka bekerja. Kewarganegaran negara asal adalah
warganegara dari negara dimana perusahaan multinasional memiliki kantor pusatnya.
Kewarganegaraan ketiga adalah warganegara dari sebuah negara selain dari negara
asal. Sebagai contoh, seorang eksekutif Inggris yang bekerja dicabang Tokyo dari
sebuah bank multinasional AS. Ekspatriat masih mewakili minoritas dari manajer
multinasional. Jadi sebagian besar posisi manajerial diisi oleh orang lokal dari pada
ekspatriat baik dalam operasi kantor pusat atau cabang luar negeri.
Terdapat beberapa alasan tergantung pada manajer lokal untuk mengisi peringkat
manajemen cabang luar negeri pada perusahaan. Banyak orang yang tidak ingin
bekerja di negara asing, dan biaya menggunakan ekspatriat biasanya jauh lebih besar
daripada biaya yang menggunakan pekerja lokal.Orang lokal mungin memandang
perusahaan multinasional sebagai warga negara yang lebih baik jika mereka
menggunakan
bakat
manajemen
lokal,
dan
beberapa
pemerintahan
bahwa