Case Study Pepsico
Case Study Pepsico
LATAR BELAKANG
PepsiCo termasuk salah satu raksasa multinasional yang berkiprah di bidang Food &
Beverage dengan pendapatan lebih dari $39 milyar dan memiliki lebih dari 185.000 pegawai.
Lahir dari mergernya dua perusahaan besar, Pepsi Cola Company (1898) dan Frito Lay, Inc
(1932), pada tahun 1965, PepsiCo berkembang dengan melancarkan beberapa strategi utama,
yaitu : Diversifikasi produk, Inovasi produk yang baik bagi kesehatan dan rendah kalori, Akuisisi
strategis, Ekspansi internasional dan The Power of One.
Dengan visi Meningkatkan secara berkelanjutan semua aspek di dunia dimana PepsiCo
beroperasi, baik lingkungan, sosial dan ekonomi, menciptakan hari depan yang lebih baik
daripada hari ini, PepsiCo saat ini aktif dalam peningkatan kualitas lingkungan hidup dan
sumber daya manusia, ini tercermin dalam slogan yang dikampanyekan oleh PepsiCo yaitu
Performance with purpose, Human, Environment, and Talent.[1]
Misi dari PepsiCo, yaitu to make PepsiCo the worlds premier consumer products
company, focused on convenient foods and beverages didukung dengan nilai-nilai perusahaan
antara lain :
1. Sustained Growth
2. Empowered People
3. Responsibility and Trust
Dalam industri Food & Beverage, PepsiCo merupakan pemain utama yang selalu masuk
dalam urutan 5 besar. Pangsa pasar dari industri ini sangatlah luas, karena PepsiCo dan para
pesaingnya seperti Coca-Cola sudah bermain di skala internasional. Market Capital keseluruhan
PepsiCo saat ini telah mencapai $83.10 milyar, merupakan yang terbesar di dunia.
Sedangkan jika untuk Soft Drink saja, PepsiCo hanya menduduki urutan kelima dibawah
Coca-Cola, dengan market capital $3.8 milyar melalui anak perusahaan Pepsi Bottling.[2]
Dari segi pertumbuhan, untuk Soft Drink, Pepsi Bottling (8,35%) dan PepsiAmerica
(10,83%) bertumbuh melebihi Coca-Cola Enterprise (1,56%) dan Coca-Cola Co (8,59%).[2]
Untuk pertumbuhan penjualan tahun 2005-2006 Pepsi Bottling mengalami kenaikan yang cukup
besar (7%) dibandingkan dengan rivalnya, Coca-Cola, dimana Coca-Cola Enterprise malah
mencatat kerugian yang cukup besar dalam hal profit (-322%).[3]
Rival yang cukup signifikan bagi PepsiCo sangatlah sedikit, terhitung hanya grup bisnis
Coca-Cola yang mampu menandingi kekuatan PepsiCo. Industri makanan dan minuman ringan
merupakan bidang yang penuh persaingan dimana profit margin yang dihasilkan sangat rendah,
biaya energi yang tinggi dan perubahan cita rasa konsumen.
Sudut Pandang Porters Competitive Forces
PepsiCo melakukan diversifikasi suplier [1] yang tentu saja memperlemah posisi para
suplier. Juga dengan strategi akuisisi strategisnya PepsiCo juga mengakuisisi beberapa
perusahaan suplier lokal yang strategis dalam mendukung bisnisnya.[4] Selain itu PepsiCo juga
membuat code of conduct untuk suplier yang membuat para suplier nyaman dalam berhubungan
bisnis secara profesional dengan PepsiCo.
5. Posisi tawar pembeli.
Pembeli memiliki posisi tawar yang cukup tinggi, akibat harga produk yang murah dan
banyaknya produk alternatif yang ada di pasaran. Untuk meningkatkan posisi tawar terhadap
konsumen, PepsiCo melakukan inovasi produk baru yang mengarah kearah produk yang lebih
sehat bagi konsumen. (produk-produk Better-For-You dan Good-For-You) Kesadaran konsumen
akan makanan sehat menurunkan penjualan minuman bersoda, namun meningkatkan volume
penjualan untuk produk-produk minuman lainnya yang bertema kesehatan, low fat dan diet.
Berikut adalah Non-carbonated Beverage Brands yang dikembangkan oleh PepsiCo dengan
target konsumen yang sadar akan kesehatan.
Bottled Water (Propel Fitness Water, SoBe Life Water, Aquafina) Developed
produknya dipasarkan bersama Gatorade, dimana Pepsi bisa memanfaatkan hal tersebut untuk
menyingkirkan produsen kecil.
Ketika bergerak di ruang lingkup internasional, PepsiCo harus menghadapi masalah
perbedaan cita rasa dari penduduk negara yang berbeda-beda. Diversifikasi dalam hal rasa
menjadi andalan dalam persaingan di suatu kawasan regional. Riset menunjukkan bahwa untuk
cita rasa asin pada snack relatif sama di sebagian besar kawasan.
Krisis global 2008 juga memaksa PepsiCo untuk mengerahkan segala daya untuk
menghadapi inflasi yang terkait dengan meningkatnya biaya produksi gandum dan energi.
PepsiCo mengambil langkah-langkah berikut dalam menghadapi krisis global : product
formulations, ingredient sourcing, trade efficiencies, manufacturing, go-to-market and
administrative expenses.
Competitive Assets
Beberapa Competitive Assets yang dimiliki oleh PepsiCo dalam menghadapi persaingan
di industri Food & Beverage :
1) Superior Brand
2) Organisasi yang solid dengan multi skill, bakat, ras dan gender.
3) Aset-aset fisik berupa pabrik dan jaringan pemasaran yang kuat di seluruh dunia
4) Resep-resep khas yang dipatenkan.
5) Kemampuan finansial dalam melakukan akuisisi.
6) Aliansi-aliansi strategis dengan sesama pemain (Unilever & Starbucks) dan distributor
(The Power of One).
7) Kepedulian dan peran serta aktif dalam kegiatan-kegiatan perbaikan lingkungan hidup.
8) Nilai-nilai perusahaan yang dikomunikasikan dengan baik dan gencar.
Competitive Assets ini merupakan ujung tombak yang dipakai PepsiCo dalam menghadapi
persaingan yang keras dalam industri Food & Beverage.
Value Chain
Keterkaitan Value Chain antara merk dan produk PepsiCo :
1) Informasi riset pasar yang dibagi oleh perusahaan ke semua divisi, memungkinkan divisidivisi membangun produk baru yang sesuai dengan permintaan konsumen.
2) Melakukan konsolidasi dalam pembelian atau pengadaan untuk menekan biaya.
3) Memproduksi produk-produk sejenis di fasilitas yang sama jika memungkinkan, untuk
efisiensi produksi.
4) Melakukan konsolidasi fungsi-fungsi penjualan dan pemasaran dari produk-produk yang
mirip untuk menghilangkan usaha berlebihan dan menyajikan satu wajah kepada customer.
Hasil dari perbaikan value chain ini adalah penghematan biaya sebesar $ 160 Million (2005)
Analsia Internal, terlihat pada exhibit 2, bahwa permasalahan perubahan kondisi financial pada
tahun 2006 sampai 2008 yang mungkin dapat menempatkan perusahaan dalm kesulitan dimasa
yang akan datang. Untuk memebrikan analisa secara lebih mendalam tidak dapat hanya dengan
melihat sekilas tentang laporan pendapatan saja, tetapi kita harus menganalisa dari berbagai sisi
strategis bsinis perusahaan ini. Adapun analisa tersebut mengenai misi, visi dan analisa SWOT.
Misi perusahaan, ketika kita berbicara mengenai misi maka strategic thinking-nya adalah, kita
harus memastikan bahwa itu jelas, luas cakupannya, menjawab pertanyaan: apa bisnis kami dan
mencakup 9 komponen berikut: a). konsumen, b). produk dan layanannya, c). pasar, d).
tekhnologi, e). Perhatian akan survival, pertumbuhan dan profitabilitas, f). filosofi, g). konsep
diri, h). perhatian akan adanya citra public, i). perhatian terhadap karyawan. Jika misi perusahaan
sudah mencakup sebagian besar dari kesembilan komponen tadi maka perusahaan akan dapat
berkembang.
Visi perusahaan, jika dikaitkan dengan bisnis makanan dan minuman, visi PepsiCo, tidak secara
langsung merujuk pada core bisnisnya yang berupa minuman dan produksi aneka macam
makanan kecil atau snack, Pepsicos responsibility is to continually improve all aspects of
theworld which we operate-environmental, social, economic creating a bettertomorrow than
today Mungkin akan lebih mudah dipahami oleh banyak orang yang terlibat dalam operasional
perusahaan manakala menggunakan visi ini Visi kami adalah menjadi organisasi utama untuk
memuaskan dahaga dunia dengan minuman menyegarkan kami dan untuk menyediakan
makanan bergizi unggul untuk menikmati gaya hidup yang lebih baik
Analisa SWOT:
Berikut disampaikan beberapa kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang mungkin
dihadapai PepsiCo:
Strengths:
Dikenal dengan baik reputasinya, produk dengan cita rasa tinggi, kualitas dan bernilai tertinggi
Memiliki kemampuan internal yang berkelanjutan, Pepsico meyakini bahwa karyawan adalah
aset paling dasar. Oleh karena itu perusahaan memfasilitasi karyawan dengan program pelatihan
dan motivasi terus menerus untuk mempertahankan kemampuan internal tersebut
Infrastruktur teknologi informasi yang tepat, untuk tetap up to date dengan inovasi terbaru,
sehingga kemampuan untuk menjadi proaktif dan memiliki respon cepat untuk setiap perubahan
selera konsumen
Weakness:
Gangguan rantai pasokan, bahkan jika oleh faktor eksternal secara langsung akan
Dari penjabaran opportunity dan threats dapat saja menjadi faktor yang sama, tetapi apa yang
terjadi adalah bagaimana mereka melakukan tindakan untuk mengatasinya. Berikut ini adalah
adanya beberapa poin yang sama untuk opportunities. dan threats
Opportunities:
Tren sosial: diarahkan untuk makanan sehat, sehingga PepsiCo memiliki kesempatan untuk
menjadi yang pertama yang menyajikan makanan dan minuman tersebut dan menjadi terkemuka
di industri
Perubahan pola aktivitas perjalanan, liburan atau rekreas
Perubahan iklim, jika cuaca bagus, PepsiCo akan memiliki produktifitas bahan mentah yang
lebih baik.
Publisitas yang baik, lebih dapat diterima atas produk yang dihasilkan
Threats:
Penuaan populasi umum, perubahan demografi mengubah selera konsumen, selera traditional
perlu diperbarui
Perubahan tren sosial, khususnya terhadap makanan sehat dan minuman, sedangkan
ancamanya akan bertentangan dengan produk yang kurang sehat yang diproduksi oleh
perusahaan.
Perubahan pola aktivitas perjalanan, liburan atau rekreas
Perubahan ikilm dan cuaca, akan mempengaruhi produktivitas pertanian yang akan
mempengaruhi ketersediaan sumber daya yang akan digunakan sebagai bahan untuk produksi
seperti tebu, jagung, gandum, beras, gandum, kentang dan berbagai buah
Analisa Financial
Informasi mengenai rasio lancar PepsiCo, dapat dilihat pada Exhibit 3, untuk mendapatakan
adalah dengan menggunakan formula Rasio Lancar = Aktiva Lancar/Kewajiban Lancar (Current
Ratio=Current Asset/Current Liabilities.
Rasio lancar adalah alat diagnostik yang mengukur apakah bisnis memiliki kecukupan sumber
daya keuangan atau tidak untuk membayar tagihan selama 12 bulan ke depan. Untuk bisnis ini,
rasio lancar memberikan tagihan kesehatan. Untuk setiap dolar dalam kewajiban lancar, ada $
1,23 (tahun 2008) di aktiva lancar. Sebuah rasio lancar lebih dari 1 adalah berita baik, secara
umum, meskipun jika anda membandingkan rasio lancar anda dengan rasio lancer milik industri
mungkin akan tampak kurang.
Umumnya, rasio persediaan tinggi, seperti kasus Pepsico, berarti bahwa perusahaan secara
efisien dalam mengelola dan menjual persediaan. Semakin cepat persediaan terjual maka akan
semakin sedikit dana yang terhenti. Namun, harus berhati-hati jika mereka memiliki perputaran
persediaan yang terlalu tinggi karena mereka akan rawan atas terjadi kehabisan persediaan.
Menghitung Rasio Hutang (Debt Ratio/DR), digunakan formula: DR=Total Debt/Total Asset,
data DR ini diperoleh dari Exhibit 3. Rasio ini menunjukkan berapa banyak bisnis Anda dalam
utang, sehingga cara terbaik untuk memeriksa bisnis Anda dalam solvabilitas jangka panjang.
Sebagai contoh, pada tahun 2008 Pepsioco memiliki 21.83% yang merupakan 0,21, jadi $ 0,21
dolar utang untuk setiap dolar aset. Jadi untuk bisnis ini, rasio total utang memberitahu kita
bahwa bisnis ini dalam keadaan sehat karena rasio kurang dari 1. Rasio utang semakin rendah,
total utang bisnis dibandingkan dengan basis asetnya. Seperti yang kita perhatikan utang PepsiCo
Total Rasio Utang meningkat sejak tahun 2006, namun hal ini tidak berarti bahwa perusahaan
akan mundur, tetapi itu berarti bahwa itu menggunakan utang untuk mengembangkan usahanya.
Dari Analisis SWOT dan Analisis Finansial, menunjukan tren positif, berdasarkan dedikasi
internal perusahaan dan tren positif nilai rasio dalam analisis keuangan, kami menyimpulkan
bahwa secara umum PepsiCo dalam kondisi baik, tetapi strategi berikut mungkin dapat dijadikan
alternative solusi untuk eksistensi dan pengembangan perusahaan:
PepsiCo memiliki posisi yang bagus untuk mengambil keuntungan dari peluang eksternal, untuk
mengatasi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Strategi yang berbeda dapat
dijalankan pada analisis, seperti penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk,
diversifikasi dan integrasi ke belakang, ke depan dan horizontal. Dalam kasus PepsiCo, kami
menyaranakan dua strategi intensif:
Strategi Intensif:
1. Pengembangan Produk:
Sebuah strategi penting yang harus dipertimbangkan PepsiCo adalah pengembangan produk di
mana ia harus mengembangkan lini produk, menyediakan produk yang lebih organik atau sehat
untuk memenuhi semua kebutuhan pasar. Apalagi telah terjadi tren peningktan atas makanan
sehat dan rendah kalori, sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi lebih ekspansif
dibandingkan pesaingnya dalam hal inovasi dan tetap up to date dengan tren sosial terbaru
2. Penetrasi Pasar:
Dengan mempertimbangkan bahwa PepsiCo memiliki target yang luas maka perusahaan harus
fokus pada lowcost - differentiation. Mereka harus fokus pada peningkatan penjualan di semua
sektor bisnis dan bukan hanya divisi tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan menurunkan biaya
mereka untuk minimum dan menyesuaikan pemasaran mereka anggaran penjualan sehingga
mampu menurunkan harga mereka relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga pesaing
mereka sehingga meningkatkan pangsa pasar mereka. Menjaga konsistensi yang membedakan
Pepsico dengan produsen lain, dimana PepsiCo tetap pada jalur produk mereka yaitu makanan
dan minuman.