Anda di halaman 1dari 3

Tata Cara Permohonan Izin Masuk Kawasan Konservasi

Izin masuk kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman
Buru) diatur oleh Peraturan Direktur Jenderal PHKA No. SK. 192/IV-Set/HO/2006 tentang Izin
Masuk Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru.
Taman Nasional Wakatobi merupakan salah satu kawasan pelestarian alam. Oleh karen itu
sebelum memasuki kawasan, para pengunjung perlu mengetahui tata cara perijinan memasuki
kawasan TN Wakatobi.
Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan yang diatur dalam Peraturan Izin Masuk Kawasan
Konservasi, yaitu :
1. Penelitian dan pengembangan;
2. Ilmu pengetahuan dan pendidikan;
3. Pembuatan film dan atau video klip, dalam bentuk film dokumenter, film komersial, film
promosi.
4. Pembuatan foto komersial, dan
5. Ekspedisi.
Bagaimana cara mendapatkan Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) ?
Sebenarnya kalau untuk berwisata ke Kawasan Konservasi khususnya TN Wakatobi sangat
mudah, hanya dengan memiliki karcis masuk kita dapat langsung menikmati keindahan alam
yang ada di kawasan tersebut. Akan tetapi kalau tujuan kita untuk melakukan salah satu kegiatan
dari 5 jenis kegiatan yang telah disebutkan, ada beberapa langkah untuk mendapatkan SIMAKSI
sebagaimana diatur dalam Peraturan Dirjen PHKA No. SK 192/IV-Set/HO/2006 yaitu :
Untuk Warga Negara Asing :
1. Permohonan izin masuk kawasan diajukan ke Sekditjen PHKA dengan tembusan ke :
2. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
3. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati
4. Kepala Balai Setempat.
a. Untuk kegiatan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan dan pendidikan,
permohonan harus dilampiri :
1. Surat izin penelitian dari LIPI

2. Proposal kegiatan
3. Copy pasport
4. Surat pemberitahuan penelitian dari Direktorat Kesatuan Bangsa dan Politik
Depdagri
5. Surat jalan dari kepolisian, dan
6. Surat pernyataan tidak merusak lingkungan serta kesediaan mematuhi ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
b. Untuk pembuatan film dan atau video, permohonan harus dilampiri :
1. Surat rekomendasi dari Dep. Kebudayaan dan Pariwisata
2. Sinopsis film yang akan dibuat
3. Daftar peralatan yang akan digunakan
4. Daftar crew, fotokopi pasport
5. Surat pernyataan tidak merusak lingkungan serta kesediaan mematuhi ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
c. Untuk pembuatan foto komersial dan ekspedisi, permohonan harus dilampiri :
1. Proposal,
2. Copy pasport,
3. Daftar peralatan,
4. Surat jalan dari kepolisian,
5. Surat pernyataan tidak merusak lingkungan serta kesediaan mematuhi ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Untuk Warga Negara Indonesia :
Permohonan izin masuk kawasan diajukan ke Kepala UPT Ditjen PHKA (dalam hal ini Kepala
Balai TN Wakatobi) dengan tembusan ke :
1. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
2. Sekertaris Direktorat Jenderal PHKA

3. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati


4. Kepala Seksi Konservasi Wilayah setempat
a. Untuk kegiatan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan dan pendidikan,
pembuatan foto komersial dan ekspedisi, permohonan harus dilampiri :
1. Proposal kegiatan, dan
2. Copy tanda pengenal.
b. Untuk pembuatan film dan atau video klip, permohonan harus dilampiri: surat izin
produksi,
1. Tanda pendaftaran rekaman video/film dari Badan Informasi dan Komunikasi
Nasional,
2. Daftar peralatan yang digunakan,
3. Daftar crew,
4. Surat pernyataan tidak merusak lingkungan serta kesediaan mematuhi ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Permohonan SIMAKSI dapat disetujui maupun ditolak oleh Pemberi Izin. Ada 3 pertimbangan
untuk persetujuan dan penolakan permohonan SIMAKSI yaitu :
a. Aspek Teknis, meliputi :
1. Obyek yang tidak atau boleh dilihat
2. Waktu berkunjung
3. Larangan berkunjung
4. Ketaatan pembuatan laporan
b. Aspek Legal, meliputi keabsahan persyaratan administrasi dan kelengkapan dokumen.
c. Aspek Keamanan, antara lain kondusif atau tidaknya wilayah tersebut untuk dikunjungi.
Pemberian izin masuk kawasan untuk WNA atau WNI yang bekerja untuk negara asing
diterbitkan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA, sedangkan untuk WNI diterbitkan oleh
Kepala UPT Ditjen PHKA setempat.

Anda mungkin juga menyukai