Kamu nggak perlu ngurusin aku. Yang aku pertimbangkan itu biayanya. Daripada kamu buat
sakit? jawab suamiku tajam.
Aku terdiam. Kenapa suamiku tega berkata seperti itu padaku.
Aku pulang aja. Lebih baik uangnya kamu tabung mas kataku.
Beberapa hari.. Aku sudah kembali ke rumah.
Mas mau kemana? tanyaku melihat suamiku sudah buru buru.
Mau nyari udara di luar. jawabnya singkat.
Beberapa bulan kemudian
Aku menatap senja di atas loteng rumah sakit. Sudah hampir 3 minggu aku menjalani tranfusi
darah. Aku tidak berharap banyak tentang hidupku. Apalagi ketika aku mengetahui
penyakitku. Kulihat semua orang berada dekat dengan orang orang yang mereka sayang. Dan
kudapati sejumlah keluarga bahagia bersama anak anak mereka. Aku tersenyum.
Mereka pasti bahagia. Semoga ibunya diberi kesehatan. doaku.
Senja kali ini rasanya aku ingin menghabiskan waktu bersama suamiku. Segera aku
menelepon suamiku untuk kemari. Dia bilang dia sibuk. Namun aku memohon dengan
sangat.. Dan akhirnya ia mau.
Linda.. beberapa jam menit kemudian.
Aku mengarahkan kursi rodaku pada suara itu.
Mas adi? aku tersenyum dan menghampirinya. Aku memeluknya. Serasa aku sangat
merindukannya.
Mas.. Aku ingin menikmati senja yang terakhir bersamamu.
Kamu bicara apa Lin? tanya suamiku.
Mas.. Aku tau selama ini aku selalu merepotkan. Aku harap esok hari aku bisa melegakan
kamu. Tanpa kehadiranku
Lin.. Kamu jangan aneh aneh!
Mas.. Kalau mas pulang ke rumah, aku ada hadiah kecil buat mas adi. Mas bisa simpan
semuanya dari Linda.
Air mataku menetes..
Aku mencintaimu kataku melihat ke arahnya.
Dia hanya terdiam.
Malam hari..
Mas adi mau pulang? tanyaku.
Nggak Lin. Mau nginep hotel kayaknya. jawabnya.
Mas nggak mau nemenin Linda malam ini aja? Linda mau tidur. Besok pagi mas bisa pergi
ninggalin Linda.
Mas adi terdiam.
Tiba tiba dia menghampiriku.
Maaf Lin.. Aku nggak bisa.
Kemudian dia pergi menutup pintu kamar inapku. Aku tersenyum. Setidaknya senja tadi
sudah membuatku senang dan lega.
Selamat Tinggal Cinta