Praktikum Penanganan Pada Ikan
Praktikum Penanganan Pada Ikan
Penelitian Perikanan Air Tawar. Ikan Nila disukai karena memiliki daging yang tebal seperti
ikan Kakap Merah. Ikan Nila dengan ukuran berat 500-700 g/ekor bernilai ekonomis bagus
dan karena dagingnya yang tebal, ikan Nila sangat memiliki potensial untuk diproses fillet.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Osteichtyes
Ordo:
Perciformes
Famili: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies: Oreochromis
niloticus
Sebagian besar tubuh ikan (60-80%) terdiri atas cairan yang terdapat di dalam sel,
jaringan, dan ruangan-ruangan antarsel. Cairan itu berupa larutan koloid encer yang
mengandung berbagai macam garam (terutama kalium fosfat dasar) dan protein. Sebagian
besar dari cairan itu ( +67% ) berupa free water dan selebihnya ( + 5% ) berupa bound water.
Bound water merupakan air yang terikat kuat secara kimia dengan substansi lain dari tubuh
ikan.
Pembekuan ikan menggunakan suhu yang lebih rendah yaitu jauh di bawah titik beku
ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada
waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti
sedia kala. Keadaan beku menghambat aktivitas bakteri dan enzim sehingga daya awet ikan
beku lebih besar dibandingkan dengan ikan yang hanya didinginkan. Ikan mulai membeku
pada suhu antara -0,60C sampai -20C, atau rata-rata pada -10C. Pada suhu -120C, kegiatan
bakteri telah dapat dihentikan, tetapi proses kimia enzimatis masih terus berjalan. Yang mulamula membeku adalah free water, disusul oleh bound water. Pembekuan dimulai dari bagian
luar, bagian tengah membeku paling akhir.
Kenyataannya sangat sulit sekali membekukan keseluruhan cairan yang terdapat pada
ikan, karena air terikat (bound water) sangat sulit dibekukan dan memiliki titik beku yang
sangat rendah, serta sulit dicapai dalam kondisi komersial. Pada umumnya, jika pembekuan
sudah mencapai -120C hingga 300C sudah dinggap cukup. Suhu tempat keseluruhan yang ada
2
di dalam tubuh ikan membeku disebut eutectic point, jika suhu telah mencapai antara-550C
hingga -650C. Kematian bakteri akibat pembekuan, karena :
1. Sebagian besar air di dalam tubuh ikan, baik bebas maupun terikat telah berubah
menjadi es akibatnya bakteri kesulitan menyerap makanan dalam bentuk larutan.
2. Cairan di dalam sel bakteri akan ikut membeku dan volumenya bertambah
sehingga dinding sel pecah dan menyebabkan kematian bakteri.
3. Suhu yang sangat rendah menyebabkan bakteri yang tidak tahan terhadap suhu
rendah akan mati.
Berdasarkan panjang pendeknya waktu thermal arrest, pembekuan dibagi menjadi dua,
yaitu :
1.
Pembekuan cepat (quick freezing), yaitu pembekuan dengan thermal arrest time
e. Tebal produk, semakin tebal produk maka proses pembekuan akan berlangsung
semakin lambat.
f. Bentuk produk, bentuk ikan dan kemasan berpengaruh terhadap waktu
pembekuan.
g. Luas permukaan persinggungan dan kepadatan produk, di dalam plate freezer
persinggungan yang buruk antara produk dengan pelat pembeku akan
meningkatkan kecepatan pembekuan.
h. Pengepakan produk, cara pengepakan, jenis, dan tebal bahan kemasan dapat
berpengaruh terhadap kecepatan pembekuan. Udara yang terperangkap di antara
produk dan kemasan sering menjadi penghambat pemindahan panas yang lebih
besar dari bahan kemasan itu sendiri.
i. Jenis ikan, semakin tinggi kandungan lemak ikan maka semakin rendah
kandungan airnya.
Penanganan ikan setelah pembekuan, yaitu :
1. Glazing
Yaitu pemberian selimut es (glaze) pada ikan beku dengan cara menyemprotkan,
menyapukan air, atau mencelupkan ikan ke dalam air yang bertujuan untuk mengurangi
dehidrasi dan oksidasi. Selubung es juga melindungi kontak dengan udara sehingga
oksidasi dapat dikurangi. Jumlah selubung es tergantung pada faktor waktu glazing,
bentuk produk, suhu ikan, suhu air, dan ukuran produk.
Glazing yang dilakukan pada ikan bersuhu -300C atau lebih rendah akan
menghasilkan selubung es yang retak-retak akibat tekanan thermal selama
pembentukan es dan mudah lepas dalam penanganan berikutnya. Ikan yang
dicelupkan terlalu lama di dalam air, menyebabkan selubung es yang terbentuk
menjadi tebal tetapi lunak dan mudah lepas.
Pemberian glazing yang baik sangat
bermanfaat
terutama
jika
Bahan-bahan yang dapat dipakai sebagai kemasan untuk ikan dapat berupa
karton berlapis lilin atau berlapis plastik, yang dipakai dengan atau tanpa kemasan
dalam atau pelapis dalam. Kemasan khusus plastik dan aluminiumfoil juga banyak
dipakai. Ikan yang dibekukan dalam blok besar untuk diproses setelah
penyimpanan, sebaiknya diselimuti es dan tidak dikemas.
3. Pemindahan ke Dalam Cold Storage
Waktu antara pembongkaran dari freezer dan memasukkan ke dalam cold
storage harus cepat. Suhu permukaan produk dapat meningkat dengan cepat
sehingga akan meleleh terutama ikan-ikan kecil, fillet, dan udang. Setiap proses
yang dilakukan antara pembekuan, dan penyimpanan harus dilakukan di ruang
yang dingin jauh dari matahari, sinar lampu yang kuat, pemanas ruangan, dan lain
sebagainya.
4. Pelelehan (Thawing)
Pelelehan dilakukan
sesaat
sebelum
ikan
dipakai
atau
untuk
( 1 buah )
( 1 buah )
( 1 buah )
( 1 ekor )
Cara Kerja
a. Letakkan ikan Nila pada nampan.
b. Amati organoleptik pada ikan Nila.
c. Bersihkan sisik ikan tersebut.
d. Buang sirip dorsal, pectoral, dan ventral.
e. Potong ikan di bagian posterior operculum secara vertical.
f. Beri jarak 2-3 cm dan potong kembali sehingga didapatkan steak.
g. Ulangi hingga daging bagian caudal.
h. Cuci dan bersihkan organ pencernaan.
i. Bungkus dengan plastik hingga kedap udara.
6
1.3.3
No
Spesifikasi
1.
Kenampakan
a. Mata
Cerah, bola mata menonjol, kornea jernih.
Cerah, bola mata rata, kornea jernih.
Agak cerah, bola mata rata, pupil agak keabu-abuan,
agak keruh
Bola mata cekung, pupil mulai berubah menjadi putih
Nilai Sebelu
m
9
8
Hasil
Sesuda
h
6
5
3
1
9
8
7
6
5
3
1
7
2.
perubahan warna.
Lapisan lender mulai agak keruh, kurang transparan,
putih, keruh.
Lender tebal menggumpal, putih kuning.
Lender tebal menggumpal, warna kuning kecoklatan.
Daging (Warna dan Kenampakan)
Sayatan daging sangat cemerlang, spesifik jenis, tidak
ada pemerahan sepanjang tulang belakang, dinding
tidak
ada
pemerahan
sepanjang
tulang
4.
7
6
5
3
1
daging utuh.
Sayatan daging sedikit kurang cemerlang, spesifik
jenis,
3.
sangat lunak
Bau
Sangat segar, spesifik jenis
Segar, spesifik jenis
Netral
Tercium bau amoniak, sedikit bau asam
Bau amoniak kuat, ada bau H2S, bau asam jelas
Bau busuk jelas
Tekstur
5
3
9
8
7
5
3
1
8
7
5
3
1
BAB II
PRAKTIKUM PENANGANAN IKAN SECARA TRADISIONAL
2.1 Pendahuluan
Fermentasi ikan merupakan proses degradasi produk perikanan dengan memanfaatkan
mikrobia, baik indigenous ataupun starter, untuk mendapatkan suatu produk dengan ciri khas
tertentu. Salah satu contoh hasil fermentasi ikan yaitu kecap ikan. Kecap ikan memiliki cita
rasa yang berbeda dengan kecap yang dibuat dari kacang kedelai. Warnanya bening
kekuningan sampai cokelat muda dengan rasa asin yang relatif serta banyak mengandung
senyawa-senyawa nitrogen. Selain komponen nitrogen, kecap ikan juga mengandung mineral
yang penting bagi tubuh, contohnya garam NaCl atau garam kalsium.
Pemindangan ikan merupakan upaya pengawetan sekaligus pengolahan ikan yang
menggunakan teknik penggaraman dan pemanasan. Pengolahan tersebut dilakukan dengan
merebus atau memanaskan ikan dalam suasana bergaram selama waktu tertentu tertentu di
dalam suatu wadah.
Pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena pebedaan kandungan uap
air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah untuk
mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan mikroorganisme dan kegiatan
enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau bahkan terhenti sama sekali.
10
Salah satu contoh pengeringan adalah dendeng. Dendeng adalah ikan semi kering dengan
penambahan bumbu.Pengolahan ikan tradisional seperti pengeringan bertujuan untuk
mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan mikroorganisme dan kegiatan
enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau bahkan terhenti sama sekali ;
pemindangan bertujuan untuk pengawetan sekaligus pengolahan ikan yang menggunakan
teknik penggaraman dan pemanasan ; dan fermentasi yang bertujuan untuk menghasilkan
suatu produk dengan bentuk dan sifat yang sama sekali berbeda (berubah) dari keadaan
awalnya.
Klasifikasi Ilmiah
Kingd
Animalia
om
Phylu
Chordata
11
m
Class
Actinopterygii
Ordo
Siluriformes
Famili
Clariidae
Genus
Clarias
Spesie
Clarias
bathracus
Ikan tongkol merupakan salah satu ikan konsumsi air laut yang berukuran sedang;
panjang maksimum sekitar 100 cm FL (fork length), namun umumnya hanya sekitar 60 cm.
Punggung berwarna biru gelap metalik, dengan pola coret-coret miring yang rumit mulai dari
pertengahan sirip punggung pertama ke belakang; sisi badan dan perut putih keperakan,
dengan bercak-bercak khas berwarna gelap di antara sirip dada dan sirip perut, yang tidak
selalu ada. Tanpa sisik, kecuali di wilayah corselet dan gurat sisi, dagingnya tebal, dan warna
dagingnya merah tua. Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kawakawa, little
tuna, mackerel tuna, atau false albacore. Ikan ini umumnya ditangkap bercampur dengan
jenis lain. Alat tangkap yang digunakan terutama adalah jaring insang, dan juga pancing
tonda. Kadang-kadang ikan ini didapat pula lewat pengoperasian pukat pantai atau pancing
rawai.Tongkol diperniagakan dalam bentuk ikan segar, ikan beku, dan dikalengkan. Juga
dalam rupa-rupa ikan olahan: dikeringkan, diasinkan, diasap, atau dipindang. Dagingnya
berkualitas baik bila segar, namun dengan cepat akan memburuk bila tidak ditangani dengan
baik.
Klasifikasi
ilmiah
Keraja Animalia
an:
Filum: Chordata
Kelas: Actinopte
rygii
Ordo: Perciform
es
Famili Scombrid
:
ae
12
Genus Euthynnu
:
s
Spesie E. affinis
s:
Proses fermentasi yang terjadi pada ikan merupakan proses penguraian secara biologis
atau semibiologis terhadap senyawa-senyawa kompleks terutama protein menjadi senyawasenyawa yang lebih sederhana dalam keadaan terkontrol. Selama proses fermentasi, protein
ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptide, kemudian asam-asam amino
akan terurai lebih lanjut menjadi komponen-komponen lain yang berperan dalam
pembentukan cita rasa produk.
Proses fermentasi ikan yang merupakan proses biologis atau semibiologis pada
prinsipnya dapat dibedakan atas empat golongan, yaitu :
a. Fermentasi menggunakan kadar garam tinggi, misalnya dalam pembuatan
peda, kecap ikan, terasi, dan bekasam.
b. Fermentasi menggunakan asam-asam organik, misalnya dalam pembuatan
silase ikan dengan cara menambahkan asam-asam propionate dan format.
c. Fermentasi menggunakan asam-asam mineral, misalnya dalam pembuatan
silase ikan menggunakan asam-asam kuat.
d. Fermentasi menngunakan bakteri asam laktat, misalnya dalam pembuatan
bekasam dan chao teri.
Produk fermentasi yang menggunakan kadar garam tinggi mengakibatkan rasa asin,
sehinga protein yang diambil hanya sedikit. Cara pengolahan dengan menggunakan prinsip
fermentasi yang paling mudah dilakukan adalah proses fermentasi bakteri asam laktat. Pada
proses fermentasi bakteri asam laktat juga ditambahkan garam sebagai perangsang
pertumbuhan bakteri asam laktat. Fermentasi asam laktat pada ikan merupakan gabungan
dari fermentasi garam dengan fermentasi asam laktat, contoh produk fermentasi asam laktat
di antaranya adalah wadi, bekasam, ronto, dan chao teri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi, yaitu :
a. Suhu
Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi dan
menentukan macam mikroorganisme yang dominan dalam fermentasi.
b. Oksigen
Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin
untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap
13
Mikroba yang telah berhasil diisolasi dari produk kecap ikan antara lainbakteri halofilik,
kapang, dan khamir. Kapang yang ditemukan seperti Cladosporium herbarum, Aspergillus
fumingatus, dan Penicillium notatum. Sedangkan dari jenis khamir berupa Caudida clausenii.
Beberapa jenis bakteri yang berperan dalam tahapan pembuatan kecap ikan, yaitu :
a. Pada awal fermentasi
Bacillus sp, terutama B. coagulane, B. megaterium, dan B. sublitis.
b. Pada pertengahan fermentasi
Staphylococcus epidermis, B. lincheniformis, Micrococcus calpogenes.
c. Pada akhir fermentasi
M.varians, dan M. saprophyticus.
Beberapa jenis bakteri tersebut baik secara tunggal maupun bersama akan menghasilkan
enzim yang mampu mendegradasi komponen dalam tubuh ikan dan menghasilkan senyawa
yang khas pada produk kecap ikan. Jumlah mikroba yang ada pada kecap akan berkurang
semakin lamanya proses fermentasi. Hal itu terjadi karena terbentuknya asam.
Selama proses fermentasi kecap ikan akan terjadi aktivitas enzim protease, lipase, dan
amylase. Enzim-enzim tersebut diproduksi oleh mikroba yang berperan dalam proses
fermentasi. Enzim yang membantu dalam proses pengolahan kecap adalah enzim yang sudah
terdapat pada jaringan ikan yaitu tripsin, katepsin, dan sebagainya.
Pada dasarnya pemindangan ikan merupakan upaya pengawetan sekaligus pengolahan
ikan yang menggunakan teknik penggaraman dan pemanasan. Pengolahan tersebut dilakukan
dengan merebus atau memanaskan ikan dalam suasana bergaram selama waktu tertentu di
dalam suatu wadah. Wadah itu digunakan sebagai tempat ikan selama perebusan atau
pemanasan dan sekaligus digunakan sebagai kemasan selama transportasi dan pemasaran.
Garam yang digunakan berperan sebagai pengawet sekaligus memperbaiki cita rasa ikan,
sedangkan pemanasan mematikan sebagian besar bakteri pada ikan, terutama bakteri
pembusuk dan patogen. Selain itu, pemanasan dengan kadar garam tinggi menyebabkan
tekstur ikan berubah menjadi lebih kompak. Ikan pindang pun menjadi lebih lezat dan lebih
awet ketimbang ikan masih segar.
Ikan pindang yang baik harus memenuhi kriteria tertentu. Cara paling mudah untuk
menilai mutu ikan pindang yaitu dengan menilai mutu sensorisnya. Memang ada cara
pengujian lain yang lebih objektif, yaitu pengujian kimia dan mikrobiologis. Namun, kedua
cara pengujian itu hanya untuk melengkapi mutu sensoris. Minimal emapat parameter
sensoris yang dinilai, yaitu :
a. Rupa dan Warna
15
Ikan utuh tidak patah, mulus tidak terluka atau lecet, bersih, tidak terdapat benda
asing, tidak ada endapan lemak, garam atau kotoran lain. Warna spesifik untuk tiap
jenis, cemerlang, tidak berjamur, dan tidak berlendir
b. Bau
Bau spesifik pindang atau seperti bau ikan rebus, gurih, segar, tanpa bau tengik,
masam, basi atau busuk.
c. Rasa
Gurih spesifik pindang, enak, tidak terlalu asin, rasa asin merata, dan tidak ada rasa
asin.
d. Tekstur
Daging pindang kompak, padat, cukup kering, dan tidak berair atau tidak basah
(kesat).
Daya awet ikan pindang tergolong pendek. Ikan pindang cue hanya bertahan 2-3 hari.
Pindang garam biasanya lebih awet, yaitu sampai 2 minggu tanpa perubahan berarti.
Kerusakan awal pada ikan pindang terlihat dengan mulai berlendir, lembek, dan lengket.
Banya pun menjadi tidak sedap. Kerusakan selanjutnya makin hebat, yaitu tumbuh jamur. Di
dalam kondisi tersebut, pindang tidak layak lagi dikonsumsi.
Untuk memperpanjang daya awet, salah satunya dengan melakukan perebusan ulang
dalam larutan garam 15% selama 10-15 menit setiap 2 hari sekali. Namun, perlakuan
tambahan tersebut berpengaruh kurang baik, yaitu tekstur menjadi agak liat dan kenyal atau
sedikit keras, lebih asin, kenampakan kurang menarik, dan warna agak gelap atau kecoklatan.
Daya awet dapat diperpanjang dengan menyimpannya dalam ruang yang dingin (cold
storage).
Cara lain untuk memperpanjang daya awet ikan pindang dengan menggunakan kunyit
dan asam pada waktu perebusan. Masing-masing bahan tersebut digunakan sebanyak 2,5%
dari berat ikan yang diolah dengan cara ditambahkan ke dalam larutan garam perebus.
Dengan cara itu, pindang cue dapat bertahan 4-10 hari. Penggunaan bahan pengawet kalium
sorbat sebanyak 1% dari berat ikan pindang dapat memperpanjang daya awet hingga 2
minggu. Akan tetapi, dosis tidak boleh lebih tinggi dari 1% karena efeknya kurang baik.
Dasar pengeringan adalah terjadinya pengaupan air ke udara karena perbedaan
kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Kemampuan udara
membawa uap air bertambah besar jika perbedaan antara kelembapan nisbi udara pengering
dengan udara sekitar bahan semakin besar. Salah satu faktor yang mempercepat proses
pengeringan adalah kecepatan angin atau udara yang mengalir. Udara yang tidak mengalir
16
menyebabkan kandungan uap air di sekitar bahan yang dikeringkan semakin jenuh sehingga
pengeringan semakin lambat.
Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan
mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau
bahkan terhenti sama sekali. Dengan demikian, bahan yang dikeringkan mempunyai waktu
simpan lebih lama.
Faktor-faktor yang memengaruhi pengeringan ada dua, yaitu faktor yang berhubungan
dengan udara pengering seperti suhu, kecepatan aliran udara pengering, dan kelembapan
udara, sedangkan faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan berupa
ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan.
Suhu yan semakin tinggi dan kecepatan aliran udara pengering semakin cepat akan
mengakibatkan proses pengeringan berlangsung lebih cepat. Semakin tinggi suhu udara
pengering semakin besar energi panas yang dibawa udara, sehingga semakin banyak jumlah
massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Kecepatan aliran udara
pengering semakin tinggi akan mengakibatkan semakin cepat pula massa uap air yang
dipindahkan dari bahan ke atmosfer.
Kelembapan udara berpengarauh terhadap proses pemindahan uap air. Apabila
kelembapan udara tinggi, maka perbedaan tekanan uap air di dalam dan di luar bahan
menjadi kecil sehingga menghambat pemindahan uap air dari dalam bahan ke luar.
Kemampuan bahan untuk melepaskan air dari permukaan akan semakin besar dengan
meningkatnya suhu udara pengering yang digunakan. Peningkatan suhu juga menyebabkan
kecilnya jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air bahan.
Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air. Cara tersebut dilakukan dengan
menurunkan kelembapan nisbi udara dengan mengalirkan udara panas di sekeliling bahan,
sehingga tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan itu menyebabkan terjadinya aliran uap
air dari bahan ke udara. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan, yaitu :
1. Laju pemanasan waktu energi panas dipindahkan pada bahan
2. Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air
3. Suhu maksimum pada bahan
4. Tekanan pada saat terjadinya penguapan.
Pengeringan ikan sebagai salah satu cara pengawetan yang paling mudah, murah, dan
merupakan cara pengawetan yang tertua. Dilihat dari segi penggunaan energi, pengeringan
dengan sinar matahari dapat dianggap tidak memerlukan biaya sama sekali. Pengeringan
akan bertambah baik dan cepat apabila sebelumnya ikan digarami dengan jumlah garam yang
cukup untuk menghentikan kegiatan bakteri pembusuk. Meskipun pengeringan itu akan
17
mengubah sifat daging ikan dari sifatnya ketika masih segar, tetapi nilai gizinya relatif tepat.
Kadar air yang mengalami penurunan akan mengakibatkan kandungan protein di dalam
bahan mengalami peningkatan.
Pengawetan ikan dengan pengeringan bertujuan mengurangi kadar air dalam daging ikan
sampai batas tertentu, sehingga perkembangan mikroorganisme akan terhambat atau terhenti.
Perubahan yang terjadi dan merugikan dalam daging ikan juga akibat kegiatan enzim.
Proses pengeringan dapat meningkatkan daya awet ikan karena dapat disimpan cukup
lama dan dalam keadaan layak sebagai makanan manusia. Penggaraman yang dilakukan
sebelum pengeringan dimaksudkan untuk menarik air dari permukaan badan ikan dan
mengawetkan
ikan
sebelum
tercapai
tingkat
kekeringan
yang
dapat
kekeringan, misalnya dengan cara pengepakan dan penyimpanan yang baik, kadar air akan
naik dengan cepat sampai 50% atau lebih sehingga mikroorganisme dapat aktif kembali.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan ikan, yaitu :
a. Luas permukaan ikan
Perbandingan antara luas permukaan dengan berat tergantung ukuran ikan.
Perbandingan tersebut menjadi lebih besar pada ikan yang kecil dan
sebaliknya lebih kecil pada ikan yang besar. Oleh sebab itu, ikan yang kecil
permukaan tubuhnya setelah disiangi relatif lebih luas dan dagingnya lebih
tipis sehingga lebih cepat kering, dibandingkan dengan ikan yang besar.
b. Kecepatan arus angin
Peningkatan kecepatan arus angin berakibat mempercepat proses pengeringan
ikan tertutama pada tingkat pengeringan constant rate period.
c. Wet bulb depression
Kecepatan pengeringan ikan berbanding langsung dengan wet bulb depression
udara. Semakin besar nilai wet bulb depression semakin cepat proses
pengeringan ikan.
d. Sifat ikan
Ikan berlemak lebih sulit dikeringkan
2.3 Metodologi Praktikum
2.3.1 Alat dan Bahan
Alat :
Pisau
( 1 buah )
Nampan
( 1 buah )
Saringan
( 1 buah )
Toples
( 1 buah )
Panci
( 1 buah )
Bahan :
Ikan lele (Clarias bathracus)
Ikan tongkol (E.affinis)
Organ pencernaan ikan lele dan ikan tongkol
Garam
Bromelain (enzim dari nanas)
Papain (enzim dari papaya)
2.3.2 Cara Kerja
Dendeng Ikan
a. Bersihkan dan siangi ikan
b. Fillet ikan belly-off, skin-on
c. Rendam ikan dalam garam dan air (1:3) selama 10 jam
d. Letakkan daging ikan di nampan lalu jemur hingga kering
Pemindangan
a. Cuci bersih ikan tongkol
19
2.3.3
Kecap Ikan
suhu, air, dan substrat. Selama proses fermentasi kecap ikan akan terjadi aktivitas enzim
protease, lipase, dan amylase. Enzim-enzim tersebut diproduksi oleh mikroba yang berperan
dalam proses fermentasi. Enzim yang membantu dalam proses pengolahan kecap adalah
enzim yang sudah terdapat pada jaringan ikan yaitu tripsin, katepsin, dan sebagainya.
BAB III
PENANGANAN IKAN SECARA MODERN ( SURIMI )
3.1 Pendahuluan
Surimi adalah
bahan
bahan
setengah
jadi/
midle
product
dari
ikan
yang
dilumatkan/dihaluskan hingga membentuk pasta yang bersifat fleksibel dan netral. Surimi
disebut juga dengan intermediate product. Surimi dapat diolah menjadi berbagai produk
seperti Baso ikan, Kamaboko, Imitation crab, Imitation shrimp. Surimi dapat disimpan lama
dalam kondisi beku. Surimi bertujuan untuk menyimpan lama bahan makanan dalam kondisi
beku hingga 1 tahun.
3.2 Tinjauan Pustaka
22
Surimi adalah bahan makanan dari ikan yang dilumatkan/dihaluskan hingga membentuk
pasta. Surimi dapat didefinisikan sebagai bentuk cincang dari daging ikan yang telah
mengalami proses penghilangan tulang (deboning), pencucian dan penghilangan sebagian
kadar air (dewatering) sehingga dikenal sebagai protein konsentrat basah (wet concentrate
protein) dari daging ikan (Okada, 1992).
Surimi bersifat fleksibel dan netral. Surimi disebut juga dengan intermediate product.
Kandungan pada surimi, yaitu 15% protein (miofibril, sarkoplasma, dan stroma), 1% lemak,
dan 7% Karbohidrat. Suhu beku surimi yaitu -20 oC sampai -250C. Surimi dapat diolah
menjadi berbagai produk seperti Baso ikan, Kamaboko, Imitation crab, Imitation shrimp.
Surimi dapat disimpan lama hingga 1 tahun jika dalam kondisi beku.
Surimi berbeda dengan daging lumat. Dua pembeda antara daging lumat dengan surimi
ialah:
1. Gel-forming capacity (gelasi)
Gelasi merupakan untaian protein miofibril panjang sehingga membentuk struktur
3 dimensi air dan komponen lain menghasilkan viskoelastis gel. Semakin tinggi
gel, surimi semakin bagus.
2. Penambahan gula sebagai cryoprotectan
Cryoprotectan bertujuan untuk mengurangi denaturasi protein. Selain gula, bahan
yang bisa digunakan sebagai cryoprotectan yaitu sorbitol dan sukrosa.
Jenis-jenis Surimi :
a.
Ka-en surimi dengan penambahan garam
b.
Mu-en surimi tanpa penambahan garam
c.
Na-ma surimi surimi mentah yang tidak mengalami proses pembekuan.
Secara teknis semua jenis ikan dapat dibuat surimi. Daging ikan mempunyai kemampuan
untuk membentuk gel secara sempurna sehingga dapat menghasilkan tekstur yang elastis,
rasa enak dan penampakan putih (Miyake et al., 1985). Namun demikian, ikan berdaging
putih, tidak berbau lumpur dan tidak terlalu amis serta kemampuan membentuk gel yang
bagus akan menghasilkan surimi yang lebih baik.
Jenis ikan yang ideal untuk surimi adalah yang mempunyai kemampuan pembentukan gel
yang baik, karena kan berpengaruh terhadap elastisitas produk, sehingga kesegaran ikan
merupakan syarat utama (BBPMHP, 1987).
23
Dua unsur utama yang harus diperhatikan untuk menghasilkan surimi berkualitas baik
yaitu bahan baku berasal dari daging berwarna putih dan berkadar lemak rendah dengan
tingkat kesegaran tinggi. Selain itu faktor biologis seperti fase bertelur, musim dan ukuran
juga dapat mempengaruhi kualitas surimi yang dihasilkan (Mitchell, 1985).
Selama proses pembuatan surimi faktor utama yang perlu diperhatikan adalah suhu air
pencuci dan penggilingan daging. Jumlah protein larut air yang hilang selama pencucian
tergantung pada suhu air pencuci yang akan berpengaruh terhadap kekuatan gel. Suhu air
yang lebih tinggi akan lebih banyak melarutkan protein larut air. Kekuatan gel terbaik
diperoleh jika hancuran daging ikan dicuci dengan air bersuhu 10-15C (Schawrz dan Lee,
1988).
Faktor penting yang mempengaruhi proses pembuatan surimi (Lee, 1994), yaitu :
cara penyiangan,
besarnya partikel daging lumat,
kualitas air,
suhu ikan,
peralatan yang digunakan,
cara pencucian.
Kekuatan surimi beku dinilai dari kekuatan gelnya dan warna dari surimi tersebut.
Surimi yang baik adalah yang berwarna putih kuat dan dapat membentuk gel (Winarno,
1993).
Menurut Benjakul et al. (1996) pencucian merupakan tahap kritis dalam proses
pembuatan surimi.Selama pencucain dapat menghilangkan materi yang dapat larut air:
darah,
protein sakroplasma,
enzim pencernaan,
garam inorganik,
senyawa organik BM rendah seperti trimetilamin oksida.
Pencucian juga dapat meningkatkan kualitas warna dan aroma, serta meningkatkan
kekuatan gel surimi.Komponen utama yang dapat larut dalam air akan hilang dalam jumlah
24
yang besar pada siklus pencucian pertama kali. Secara umum agitasi selama 5 min/setiap
kali pencucian sebanyak dua kali dengan rasio air:daging (3:1).
Fungsi garam pada surimi, yaitu :
a.
b.
berikatan dengan aktin sehingga membentuk aktomiosin dan fungsi miosin berperan
sebagai proses gelatinisasi.
Proses pembuatan surimi, yaitu :
a.
Penyiangan dan Pencucian
- Ikan segar disiangi dengan cara membuang kepala dan isi perut, kemudian
-
dicuci bersih
Sayatlah kan memanjang pada bagian punggung lalu lakukan pengambilan
Timbangan
Penggiling daging
Termometer
Plastik
Baskom
Thermometer
Bahan : ikan nila
(1kg)
Es batu
Garam
STPP (Sodium Tri PoliPospat)
3.3.2
Cara kerja
a. Letak ikan pada nampan
b. Buang kepala dan sirip caudal
c. Cuci bersih ikan
d. Ambil daging ikan yang berwarna putih menggunakan pisau
e. Giling daging ikan
f. Timbang daging ikan
g. Tambahkan STPP 0,03% dari berat
h. Cuci daging ikan dengan menggunakan air suhu 5 OC
i. Peras daging ikan menggunakan kain saring
j. Kemas dalam plastic
k. Simpan dalam freezer
3.3.3
3.4 Kesimpulan
Surimididefinisikan sebagai bentuk cincang dari daging ikan yang telah mengalami
proses penghilangan tulang (deboning), pencucian dan penghilangan sebagian kadar air
(dewatering) sehingga dikenal sebagai protein konsentrat basah (wet concentrate protein)
dari daging ikan (Okada, 1992).Surimi disebut juga dengan intermediate product . Suhu beku
surimi yaitu -20oC sampai -250C.Surimi dapat disimpan lama dalam kondisi beku hingga 1
tahun.Dan dua unsur utama yang harus diperhatikan untuk menghasilkan surimi berkualitas
26
baik yaitu bahan baku berasal dari daging berwarna putih dan berkadar lemak rendah dengan
tingkat kesegaran tinggi.Surimi dapat diolah menjadi berbagai produk seperti Baso ikan,
Kamaboko, Imitation crab, Imitation shrimp.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R., 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Bahar, B., 2006. Panduan Praktis Memilih Dan Menangani Produk Perikanan, PT
27