Anda di halaman 1dari 3

Nama

NPM

: YENI WAHYUNI
: 1626040089

Kelas

:B2

FIVE MINDS FOR THE FUTURE


5 jenis pola pikir yang akan memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah masa
depan. 5 pola pikir tersebut adalah:
A. The Discipline Mind (Kerangka Dasar atau Kerangka Utama Kecerdasan/ Pemikiran)
Pola pikir yang pertama adalah the disciplined mind (pikiran terdisiplin) atau suatu
perilaku kognisi yang mencirikan disiplin ilmu, ketrampilan, atau profesi tertentu.
Seseorang harus memiliki paling tidak satu disiplin ilmu atau kerangka berpikir yang
sangat dikuasai untuk memecahkan masalah di segala hal. Discipline Mind juga berarti
seseorang harus selalu melatih keahliannya tersebut untuk meningkatkan performansinya.
Pola pikir disciplined mind sesungguhnya sudah terlebih dahulu menjadi sorotan
dan titik pijak dalam filsafat sepanjang masa, sejak filsafat kuno hingga filsafat modern
dan post modern. Sebagaimana ciri khas filsafat adalah membangun pemikiran secara
kritis-analitis, sistematis, totalitas dan komprehensif yang merupakan ciri khas
disciplined mind demikian pun filsafat mendorong setiap ilmu apapun untuk memiliki
ciri khas yang demikian. Esensi dari pola pikir yang pertama ini adalah : untuk benarbenar menjadi manusia yang profesional, kita seharusnya menguasai secara tuntas,
komprehensif, mendalam dan terdisiplin satu bidang pengetahuan/ketrampilan tertentu.
B. The Synthesizing Mind (Mensinergikan Ide dan Pemikiran dari Disiplin Ilmu Yang
Berbeda)
Pola pikir yang kedua adalah : the synthesizing mind (pikiran mensintesa) atau juga
pola untuk menyerap informasi dari beragam sumber, memahami, mensintesakannya, dan
lalu meraciknya menjadi satu pengetahuan baru yang powerfull.
Pola pikir ini juga merupakan salah satu ciri khas filsafat. Filsafat selalu
menekankan kemampuan pikiran untuk mensintesiskan pengetahuan. Filsuf Immanuel
Kant dalam karya utamanya yang terkenal terbit tahun 1781 yang berjudul Kritik der
reinen vernunft (Ing. Critique of Pure Reason), memberi arah baru mengenai
pengetahuan.
Seseorang harus mampu menggabungkan berbagai pola pemikiran dan disiplin ilmu
agar dapat mengumpulkan informasi dan pengetahuan seluasnya dari berbagai macam
sumber serta melahirkan berbagai macam ide dan ilmu pengetahuan baru yang
bermanfaat. Oleh karenanya seseorang dituntut untuk dapat mensinergikan berbagai

macam disiplin ilmu, pengetahuan, serta kerangka berpikir. Kemampuan untuk


mensinergikan tersebut sangatlah vital untuk masa sekarang dan masa depan karena
merupakan keahlian dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang inovatif.
C. The Creating Mind (Membuka Tabir dan Memecahkan Masalah Melalui Kreativitas dan
Ide Inovatif)
Pola pikir yang ketiga adalah the creating mind (pikiran mencipta). Pikiran ini
mengharuskan kita untuk senantiasa merekahkan ide-ide baru, membentangkan
pertanyaan-pertanyaan tak terduga, menghamparkan cara-cara berpikir baru, dan
sekaligus memunculkan unexpected answers. Pola pikir inilah yang akan membawa kita
masuk dalam wilayah-wilayah baru yang menjanjikan harapan dan peluang untuk
direngkuh dan dimanfaatkan. Pola pikir inilah yang akan membuat kita mampu berpikir
secara lateral dan bukan sekedar berpikir linear mengikuti jalur konvensional yang acap
hanya akan membuat kita stagnan. Dan pola pikir inilah yang akan menemani kita untuk
bergerak maju, progresif, demi terciptanya sejarah hidup yang positif dan bermakna
(meaningful life).
Di dalam pola pikir ini, seseorang dituntut harus memiliki kreativitas berpikir.
Kreativitas tersebut digunakan untuk membantu pemecahan masalah di luar cara yang
sudah ditentukan sebagai alternatif pemecahan masalah juga kemampuan membuat
terobosan baru. Kreativitas disini juga adalah suatu kemampuan menciptakan sesuatu
yang tidak bisa diidentifikasi komponennya. Kreativitas tidak terbatas dan tidak dapat
dibatasi sehingga diharapakan para pemimpin sangat mengerti akan kunci kreativitas
berpikir tersebut sehingga dapat respek akan ide-ide kreatif, membuka ruang dan
kesempatan serta menciptakan atmosfer yang mendukung.
D. The Respectful Mind (Penghargaan Perbedaan Dengan Orang Lain)
Pola pikir berikutnya adalah the respectful mind (pikiran merespek) atau sebuah
pola pikir untuk menerima perbedaan pandangan dengan sikap terbuka, dan bukan dengan
sikap saling curiga. Sebuah pola pikir yang akan membuat kita terhindar dari anarki
akibat pemaksaan kepentingan. Sebuah pola pikir yang senantiasa mengajak kita untuk
merayakan

keragaman

pandangan

dan

sekaligus

menghadirkan

empati

bagi

pendapat/pikiran orang lain meski pendapat itu mungkin berbeda dengan yang kita
hadirkan.
Sangat penting untuk ditanamkan pemikiran bahwa hak dan kewajiban serta
kemauan seseorang itu terbatas oleh hak, kewajiban, dan kemauan orang lain. Sehingga

apabila pemikiran itu bisa diterapkan maka setiap orang sudah memiliki the respectful
mind yang diharapkan. Pekerjaan yang dilakukan dalam tim pun dapat secara langsung
atau tidak langsung membangun the respectful mind orang-orang yang terlibat di
dalamnya. Dan bukan tidak mungkin kekuatan kerja dari tim tersebut bisa berkurang atau
hilang sehingga gagal jika tidak memiliki the respectful mindyang tinggi.
E. The Ethical Mind (Berpikir untuk orang lain demi kepentingan bersama)
Pola pikir yang kelima yang juga amat dibutuhkan adalah the ethical mind (pikiran
etis). Inilah pola pikir yang terus mendorong kita untuk berikhtiar membangun kemuliaan
dan keluhuran dalam kehidupan personal dan profesional kita. The ethical mind adalah
kemampuan/kecerdasan seseorang untuk berpikir di luar keinginan pribadi dan di luar
kemampuan diri yang telah dimiliki.
Filsafat mengartikan pikiran etis atau berpikir etis sebagai kegiatan berpikir dengan
budi yang baik dan diterapkan dalam kehidupan setiap hari. Menurut Plato, berpikir etis
adalah kegiatan manusia untuk mencapai budi atau pengetahuan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai