Inkar Sunnah
Inkar Sunnah
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah:
Studi al-Hadth
Disusun Oleh:
Sofia Rosdanila Andri
FO5212102
Dosen Pengampu:
Dr. Abu Azam al-Hadi M.Ag
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN TAFSIR HADITS
IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
1434 H/2012 M
GERAKAN INGKAR SUNNAH
1
A. Pendahuluan
Wacana pembaharuan pemikiran dalam Islam selalu
menarik untuk dibicarakan. Banyak ulama dan cendekiawan
muslim
yang
memberikan
pandangan
atau
pendapat
sejarah
mengungkapkan,
bahwa
ada
suatu
melainkan
kerangka,
juga
bukan
sikap-sikap
saja
dan
keteladanan
Nabi
perbuatan-perbuatan
yang
timbul
dalam
masyarakat
Islam
yang
nama
sebuah
sekte
dalam
Islam,
tetapi
ia
Kata
paham
berarti
menunjuk
kepada
praktis
yakni
pengamalan
al-Quran
(sunnah
baik
sunnah
mutawatirah10
dan
ahad11
atau
cara
mencerca
cara
periwayatannya
sunnah
secara
diplomatis.12
g. Tidak ada dasar alasan yang diterima
10 Arti mutawair dari segi bahasa berarti (al-Tatbu). Menurut istilah
adalah sesuatu yang diriwayatkan oleh banyak orang dari sesamanya di
seluruh tingkatan periwayatan (thabaqat) sampai akhir sanad, banyaknya
menurut logika dan tradisi mustahil mereka sepakat bohong. Sebagian
ulama mempersyaratkan berita yang diriwayatkan masalah inderawi.
Lihat: al-Shalih, Ulum al-Hadth wa Musthalahahuh, h. 149-151, Mahmudh
al-Thahn, Taysr Musthalah al-Hadth, (Beirut: Dr al-Tsaqafah alIslmiyah, 1985), cet. Ke-7, 20.
11Ahad jamak dari ahad artinya berita yang diriwayatkan oleh seorang
atau sampai tiga orang lebih yang tidak mencapai mutawatir. Berita ahad
memberi faedah zhanniy al-Wurd dan ilmu naari, artinya tidak mutlak
(relatif) kebenaran berita, perlu pemikiran dan penelitian lebih lanjut.
Lihat, al-alih, Ulum al-Hadth wa Musthalahahuh, h. 149-151, Mahmudh
al-Thahn, Taysir Musthalah al-Hadth, 22.
6
Diriwayatkan dari Abi Rfi r.a dari Nabi SAW bersabda:
Sungguh aku tidak bertemu dengan salah satu di antara
kamu yang duduk bersandar di atas singgasananya, datang
perkara dari padaku dari apa yang aku perintahkan atau aku
masa
sahabat
memang
pernah
terjadi
ada
14 Hadith diriwayatkan oleh Abu Dwud, Kitab al-Sunnah, bb Luzm alSunnah: 13/356, al-Turmudzi, Kitb al-Ilmi, bab M Nuhy anh an yuqla:
7/424, Ibn Hibban, dalam mukaddimah, bb al-Itishm bi al-Sunnah:
1/190, dan al-Hakim: 1/108. Abu Isa: Hadith ini hadith hasan dan sa,
lihat: Muhammad bin Isa al-Turmudzi, Sunan al-Turmudzi, juz. 4, h. 462.
15 Abi al-Ula al-Mubarakfury,Tuhfah al-Ahwadzy bi Syarh Jam alTurmudziy, (Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyah, t.th), juz. 7, 354.
16 Pemikiran Modern dalam Sunnah: Pendekatan Ilmu Hadith, 55.
8
menjawab,
Wahai
kemenakanku,
Allah
telah
mengutus Nabi Muhammad SAW dan kita tidak tahu apaapa, kita kerjakan saja apa yang Nabi kerjakan.18
Dari kisah-kisah diatas menunjukkan bahwa pada masa
yang
sangat
ketidakpedulian
dini
sudah
terhadap
muncul
hadith
gejala-gejala
dimana
dalam
sunnah
sebagai
sumber
hukum
Islam
baik
yang dikenal
teman-temannya
yang
menolak
kehujjahan
antara
argumentasi
yang
dikemukakan
secara
bersifat
qathy
(absolut
kebenarannya),
mutawatirah
tidak
dapat
memberikan
arti
Sunnah:
Pendekatan
Ilmu
Hadith
menjelaskan
a.
Ahmad
al-Qadhihaniy
(w.
1908
M)
yang
Pada masa modern ini, terdapat empat kelompok alQurniyyn di India yang mempunyai dua prinsip, yaitu:
Pertama, berpedoman hanya pada al-Quran baik dalam
urusan dunia maupun akhirat. Kedua, hadith Nabi bukan
sebagai hujjah dalam beragama. Empat kelompok ini
antara lain; Umat Muslim Ahl al-Dzikr wa al-Quran,28
Umat Muslimah,29 Thulu Islam,30 dan Tamir Insaniyat.31
1817.
Sejak
kecil
ia
belajar
al-Quran
mau
mengambil
al-Quran
sebagai
yang
untuk
relevansinya
menguraikan
dengan
tentang
masyarakat
tentang
baru
pada
akalnya.
Misalnya,
hadith
tentang
yang
tertulis
dalam
berbagai
kitab
mereka
telah
lama
wafat
kemudian
diadakan
penelitian
tentang
diterima
atau
hanya
sampai
pada
tingkat
jihad.
Ciragh
Ali
dan
al-adiyani
memelihara
tradisi
cara
berpakaian
segi
dan
selalu
relevan
dengan
yang
bohong/maudhu,
maka
umat
wa
al-Quran
empat
tahun
setelah
ingkar
sunnah
awal
di
Mesir
modern
pada
Muhammad
majalah
Rasyid
al-Manar
Ridha.41
pimpinan
Artikel
ini
al-Quran
Shidqiy
dapat
Wahdah.
ditelaah
Buah
dari
pikiran
artikel
Tawfiq
tersebut,
diantaranya:
1. Hanyalah al-Quran yang diwahyukan Allah secara
mutlak dan tidak terjadi kesalahan, sedangkan
sunnah tidak demikian.
2. Islam hanyalah al-Quran, tidak perlu tambahan
lain, karena al-Quran teah sempurna tidak perlu
disempurnakan.
Sunnah
bersifat
kontemporer
menolak
seluruh
sunnah
baik
mutawatir
keadaan
khawf
(perang)
yaitu
rakaat dan
boleh
43 Tawfiq Shidqiy, Al-Islm Huw al-Qurn Wahdah, 907, 911, dan 916, juz.
7, jildi. 9, 515, 517, 518.
19
berkebangsaan
Mesir.
Pada
masa
1945,
ia
menulis
sebuah
artikel
yang
pikirannya
menyalahi
Maka,
tentang
kepercayaan
terjadilah
diantaranya
para
polemik
dengan
Abu
hadith
yang
ulama
a-Azhar.
dengan
mereka,
Syahbah
sendiri
induk
pedoman
hadith
dalam
tidak
beragama
dapat
dijadikan
untuk
umum
Rayyah
dengan
mengutip
berbagai
menurut
mutawatir
tidak
al-Quran,
sedang
hadith
mungkin
terjadi
karena
kelangkaan persyaratan.46
44 Imd al-Sayyid, al-Sunnah al-Nabawiyyah fi Kibat Ad al-Islm, (Tesis
di Fakultas Ushuluddin, Kairo, Mesir, 1999), 34-35.
45 Ab Syahbah, Dif al-Sunnah, (Kairo: Maktabah al-Ilm, 1995), cet. Ke.
1, 34-35.
46 Mahmud Abu Rayyah, Aw ala al-Sunnah al-Muhammadiyah, (Kairo:
Dr al-Marif, t.th), cet. Ke. 6, . 19-22, 250-252, 380-381.
20
menambahkan
sekilas
dalam
Sekitar
tahun
1980-an,
paham
Islam
harian
dan
koran
memenuhi
dan
halaman
majalah.
Pusat
meninggal
tidak
boleh
dimandikan,
dan
Rasul
manunggal
(dwi
tunggal)
komponen
sebagai
pilar
penyangga
dan
ajukan
dapat
dibedakan
menjadi
dua,
yaitu
pasti.
kepastiannya
Dan
yang
dalam
segala
secara
segi
jelas
hanya
terbukti
al-Quran,
Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.50
b. Pendapat lain mengatakan, secara kuantitas hadith
mutawatir
sangat
minim
sekali
jika
dibandingkan
dilandaskan
pada
konspirasi
antara
al-Quran
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya.51
c. Al-Quran tidak memerlukan penjelasan karena alQuran merupakan penjelasan bagi segala hal. Dalam
statemennya disebutkan, al-Quran diturunkan secara
rinci. Implikasinya semua ayat yang telah diturunkan
sudah jelas dan tidak memerlukan penjelasan lagi.
Berdasarkan firman Allah SWT;
Tiadalah Kami alfakan sesuatupun dalam al-Kitab.53
e. Hanya al-Quran yang memilki otoritas dan legitimasi
menjadi sumber hukum Islam. Untuk itu Allah telah
51 QS. Al-Isra, 17:36.
52 QS. Al-Anam, 6: 114.
53 QS. Al-Anam, 6:38.
23
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran,
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.54
Argumentasi ini dipegang Rasyid Ridha dan Tawfiq
Shidqyi, Abu Rayyah dan para pengingkar sunnah dari
Pakistan.55 Sedangkan kelompok lain berpendapat, hadith
tidak
dapat
dikategorikan
sebagai
wahyu,
karena
bisa
kelompok
pembela
sunnah,
dengan
melakukan
substansi
sunnah
dari
upaya
penggerogotan
yang
maupun
sunnah
Nabi.
Diantara
argumentasi
yang
notabene
sebagai
bahasa
sehari-hari
perantara
termasuk
dari
hadits
atau
sejarah
terpolarisasi
menunjukkan
menjadi
umat
beberapa
Islam
kelompok
telah
karena
menimbulkan
konsekuensi
kemunduran
Islam
hadits
merupakan
salah
satu
penyebab
hadith
sangat
rentan
terhadap
upaya
25
representatif
menentukan
dan
keshahihan
masih
lemah
dalam
(realibility)
sebuah
hadith,
menjadikannya
sebagai
stimulus
bagi
gerakan
mencari
formulasi
dan
argumentasi
yang
apologis,
apalagi
sikap
apriori,
tetapi
dengan
konkrit
dan
pasti.
Namun,
kekonkritan
dan
kepastian itu adalah dari segi keberadaannya (Qaiy alThubt). Sementara dari segi pengertian yang terkandung
dalam ayat-ayat al-Quran itu, tidak selamanya hal itu
bersifat konkrit dan pasti. Ada ayat yang memberikan
58Ilm Jarh wa al-Tadl suatu ilmu dengan metode tertentu untuk menentukan
cacat dan terpujinya para rawi hadith, yang sangat signifkan dalam menentukan
diterima dan ditolaknya sebuah hadith.
26
mengikuti
hadith
yang
bersifat
ann
keberadaanya.60
Tidak bisa disangkal lagi bahwa para pengingkar Sunnah
cenderung
memilah-miilh
ayat
al-Quran,
mana
yang
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,
melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami
alpakan sesuatupun dalam al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.
dan al-Nahl ayat 89,
C. Kesimpulan
Sejak masa lalu umat Islam sepakat untuk menerima
hadith dan menjadikannya sebagai sumber hukum Islam yang
wajib dipatuhi. Pada masa lalu juga sudah terdapat sejumlah
orang atau kelompok yang menolak hadith, tetapi hal itu
lenyap pada akhir abad atau paling tidak pada akhir abad
ketiga. Penolakan hadith ini muncul kembali pada abad ketiga
belas hijri yang lalu, akibat pengaruh penjajahan Barat.
Substansi ingkar sunnah modern (abad ke-19-21 M)
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pemikiran ingkar
sunnah klasik (masa Imam Syfii) yakni sama-sama menolak
28
kehujjahan
sunnah
sebagai
dasar
beragama.
Keduanya
ulama
dalam
periwayatan,
penghimpunan,
dan
29
DAFTAR PUSTAKA
Anis, Ibrahim, et al. Al-Mujm al-Was, Mesir: Mujm Lughah
al-Arabiyyah, 1972, cet. Ke-2, juz 1.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN
Balai Pustaka, 1984, cet. Ke-7.
Tim Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:
Djambatan, 1992.
Husnan. Gerakan Inkar as-Sunnah dan Jawabannya, T.t: T.tp, T.t.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, jilid.2
Tim penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam.
Majid Khon, Abdul. Pemikiran Modern dalam Sunnah: Pendekatan
Ilmu Hadith, Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2011.
Husayn Ilahi Najsy. Khadim, al-Quraniyn wa Syubhatuhum Hawla
al-Sunnah, (Thaif: Maktabah al-Shiddiq, 1989), cet. Ke-1.
Shalih. Ulm al-Hadth wa Musthalahahuh, Beirut: Dr al-Hadth,
1989.
Thahn, Mahmud. Taysr Musthalah al-Hadth, Beirut: Dr alTsaqafah al-Islmiyah, 1985, cet. Ke-7.
Zahrah, Ab. Trkh al-Madhhib al-Islmiyah, Beirut: Dr al-Fikr, tt.
Baghddy, Abd al-Qhir bin Muhammad. Al-Farq bain al-Firq,
Kairo: Maktabah Dar al-Turth, t.th.
Ab Dwud, Kitb al-Sunnah, bab Luzm al-Sunnah.
Al-Turmudzi, Kitb al-Ilmi, bab Ma Nuhy anh an Yuqla.
Hibban, Ibn. Dalam mukaddimah, bb al-Itishm bi al-Sunnah.
30
Al-Mubarakfury, Al-Ula, Abi. Tuhfah al-Ahwadzy bi Syarh Jam alTurmudziy, Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.
Al-Hkim al-Naysabri, Abi Abdillh. Al-Mustadrak ala aayn,
Beirut: Dr al-Marif, t.th, juz 1.
Yaqub, Ali Musthafa. Kritik Hadis, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1995.
Al-Syfii . Al-Umm, Beirut: al-Marifah, 1983, cet. Ke. 2.
Al-Rislah, Ed. Ahmad Muhammad Syakir, Kairo: Dr a-Turats, 1979,
cet. Ke-2.
Al-Syfii
al-Arabi, 1996.
Ali, Mukti. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan,
Bandung: Mizan, 1996, cet. Ke. 3.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jakarta: UIPress, 1985, cet. Ke-5.
Pembaruan dalam Islam Sejarah, Pemikiran, dan Gerakan, Jakarta:
Bulan Bintang, 1984), cet. Ke-7.
Shidqiy, Tawfiq. Al-Islm Huw al-Qurn Wahdah (Ar wa Afkr),,
dalam al-Manr, Mesir: Mathbaah al-Manr, 1906, jiz. 7, jilid.
9.
Ridha, Rasyid, Muhammad. Tarjamah al-Thabb Tawfiq Shidqiy,
dalam al-Manr, juz. 9, jilid. 21.
Sayyid Imd. Al-Sunnah al-Nabawiyyah fi Kitbat Ad al-Islm, Tesis
di Fakultas Ushuluddin, Kairo, Mesir, 1999.
Syahbah Abu, Dhif al-Sunnah, Kairo: Maktabah al-Ilm, 1995, cet.
Ke. 1.
Abu Rayyah, Mahmud. Aw ala al-Sunnah al-Muhammadiyah,
Kairo: Dr al-Marif, t.th, cet. Ke. 6.
31
32