Anda di halaman 1dari 6

Siger Saibatin

Siger Saibatin
Siger pada suku Lampung yang beradatkan saibatin memiliki lekuk tujuh dan dengan hiasan
batang/pohon sekala di masing-masing lekuknya, ini memiki makna ada tujuh adok/gelar
pada masyarakat pesisir yaitu Suttan/dalom, Raja jukuan/dipati, Batin, Radin, Minak, Kimas
dan Mas/inton, gelar/adok ini hanya dapat digunakan oleh keturunan lurus saja, dengan kata
lain masih kental dengan nuansa kerajaan, dimana kalau bukan anak raja dia tidak berhak
menggunakan gelar/adok raja begitu juga dengan gelar/adok lainnya.
Sedangkan bentuknya, siger saibatin sangat mirip dengan Rumah Gadang Kerajaan
Pagaruyung seperti Istano Si Linduang Bulan, yaitu rumah pusaka dari keluarga besar ahli
waris dari keturunan Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung dan juga Museum
Adityawarman di daerah Minangkabau, Provinsi Sumatra Barat. Karena itulah maka adat
budaya Lampung saibatin mendapat pengaruh dari kerajaan Pagaruyung, hal ini sangat
berkaitan dengan sejarah berdirinya Paksi Pak Sekala Bekhak (Buay Bejalan Diway, Buay
Pernong, Buay Nyerupa dan Buay Belunguh), dimana pada masa masuknya Islam di daerah
Lampung pada masa kerajaan di tanah sekala bekhak, mendapat pengaruh dari kerajaan
pagaruyung yang di sebarkan oleh Ratu Ngegalang Paksi. Selain itu banyak kesamaan antara
adat saibatin dengan adat pagaruyung seperti pada saat melangsungkan pernikahan, tata cara
dan alat yang digunakan banyak kemiripan.

Siger Pepadun

Siger Pepadun
Siger pepadun memiliki lekuk Sembilan yang berartikan ada Sembilan Marga yang bersatu
membentuk Abung Siwo Megou. Tapi bentuk dari siger pepadun sangat mirip dengan buah
sekala, hal ini pun bukan mustahil dikarenakan kerajaan sekala bekhak merupakan cikal
bakal ulun lampung, dan proses terbentuknya abung siwo megou merupakan penyebaran
orang lampung dari dataran tinggi Sekala Bekhak di Gunung Pesagi. Ini dapat dilihat dari
tambo Buay Bejalan Diway bahwa Ratu Dipuncak meninggalkan kerajaan Sekala Bekhak
untuk mencari daerah baru bersama keluarganya, Ratu Dipuncak memiliki empat orang putra
yaitu Unyi, Unyai, Subing dan Nuban yang merupakan keturunan Paksi Buay Bejalan Diway
serta lima Marga lainnya yaitu Anak Tuha, Selagai, Beliyuk, Kunang dan Nyerupa yang
merupakan keturunan dari tiga Paksi lainnya sehingga menjadi Abung Siwo Mego. Namun
berbeda dengan siger pesisir yang mirip rumah gadang, siger pepadun justru mirip dengan
buah sekala. Seiring dengan penyebaran penduduk dan berdirinya beberapa kebuayan maka
yang menggunakan adat pepadun bukan hanya abung tetapi juga oleh kebuayan lain yang
kemudian membentuk masyarakat adat sendiri, seperti Megou Pak Tulangbawang (Puyang
Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan),Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha
atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu
atau Suku Bukujadi), serta Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk,
Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur).

Siger Tuha
Siger tuha (tua), merupakan siger yang digunakan pada zaman animisme hindu-budha. Siger
ini masih dapat dijumpai karena masih ada yang menyimpannya khususnya pada kesultanan
paksi pak sekala bekhak. Pada zaman dahulu siger tidak memiliki aturan pada jumlah lekuk
yang digunakan, dan yang boleh menggunakan hanya keturunan saibatin (bangsawan) saja
atau sama dengan mahkota pada raja-raja saja. pada siger tua jelas terlihat berbentuk buah
sekala dengan hiasan pohon sekala diatasnya. Ini membuktikan bahwa pada dasarnya siger
itu menggambarkan tentang sekala.

SIGER TUHA

Siger tuha (tua), merupakan siger yang digunakan pada zaman animisme hindubudha. Siger ini masih dapat dijumpai karena masih ada yang menyimpannya
khususnya pada kesultanan paksi pak sekala bekhak. Pada zaman dahulu siger
tidak memiliki aturan pada jumlah lekuk yang digunakan, dan yang boleh
menggunakan hanya keturunan saibatin (bangsawan) saja atau sama dengan
mahkota pada raja-raja saja. pada siger tua jelas terlihat berbentuk buah sekala
dengan hiasan pohon sekala diatasnya. Ini membuktikan bahwa pada dasarnya
siger itu menggambarkan tentang sekala.

Kalung papan jajar


Kalung papan jajar, yaitu kalung pada bagian depan menyerupai
lempengan siger kecil atau perahu yang bersusun dengan jumlah 3 buah
dengan ukuran yang berbeda. Makna yang terkandung adalah merupakan
symbol dari kehidupan yang baru yang akan mereka arungi dan
dilanjutkan secara turun temurun.

Kalung papan jajar

Selikap

Kain Selikap
selikap, yaitu kain selendang yang dipakai untuk penahan panas atau
dingin yang dililitkan di leher. Pada waktu mandi di sungai, kain ini dipakai
sebagai kain basahan. Selikap yang terbuat dari kain yang mahal dipakai
saat menghadiri upacara adat dan untuk melakukan ibadah ke masjid.

Anda mungkin juga menyukai