Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan

pertolongan-Nya

kami

dapat

menyelesaiakan

makalah

dengan

pembahasan Penyusunan Karangan Ilmiah . Meskipun banyak rintangan dan


hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dra.Emidar, M.Pd ,selaku
dosen Bahasa Indonesia yang telah membantu kami. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi
baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada pembaca dari hasil
makalah ini. Karena itu, kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu
yang berguna bagi kita bersama.

Padang, 9 November 2015

Tim Penyusun

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................
1
Daftar isi .........................................................................................................................
2
BAB I Pendahuluan
A.

Latar
Belakang
........................................................................................................................
3

B.

Rumusan
Masalah
........................................................................................................................
4

BAB II Pembahasan........................................................................................................
5
BAB III Penutup.............................................................................................................
27
A. Kesimpulan
........................................................................................................................
27
B. Saran
........................................................................................................................
27
Daftar Pustaka.................................................................................................................
28

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 2

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Karya ilmiah merupakan hasil tulisan yang menuruti suatu aturan tertentu.
Aturan tersebut biasanya merupakan suatu persyaratan tata tulis yang telah
dibakukan oleh masyarakat akademik. Secara umum, proses penulisan karya
ilmiah dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu : tahap prapenulisan, tahap penulisan,
dan tahap perbaikan.
Sebagai hasil penelitian atau kegiatan ilmiah setiap karangan ilmiah
mengandung komponen adanya masalah yang menjadi topik karangan ilmiah itu.
Adanya tujuan penelitian, metode penelitian, teori yang dianut, objek penelitian,
instrumen yang digunakan, dan adanya hasil penelitian yang di peroleh. Setelah
kaidah ditemukan dan dirumuskan, kegiatan penelitian harus diwujudkan dalam
bentuk laporan. Hal ini dimaksudkan karena sasaran akhir penelitian adalah
mengkomunikasikan hasil penelitian pada khalayak terkait. Oleh karena itu,
menulis laporan merupakan tahap akhir yang penting dalam penelitian, karena
menulis laporan merupakan proses komunikasi yang membutuhkan adanya
pengertian yang sama antara penulis dan pembaca.
Jadi, dapat disimpulkan belajar menulis karya ilmiah itu sangat penting.
Supaya di setiap proses dan tahapannya sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain
itu, pentingnya belajar menulis karya ilmiah juga dapat memperjelas sasaran atau
tujuan dilaksanakannya penelitian sehingga dalam pembahasannya dapat
disampaikan secara tepat dan mudah dipahami oleh pembaca. Sehingga kami
membuat makalah penulisan karya ilmiah ini sebagai bahan pembelajaran.

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 3

B. RUMUSAN MASALAH.
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1
2
3
4
5

Apa wujud karangan ilmiah?


Apa hakikat karangan ilmiah?
Bagaimana fisik karya ilmiah?
Apa acuan karya ilmiah?
Bagaimana penulisan daftar pustaka?

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 4

BAB II
PEMBAHASAN

Pembahasan tentang Penyusunan Karangan Ilmiah akan dilakukan dengan


menelaah lebih jauh tentang wujud karangan ilmiah, hakikat karangan ilmiah,
fisik karangan ilmiah, pengacuan karangan ilmiah, penulisan daftar pusaka,
penulisan catatan kaki, penulisan abstrak, dan ringkasan penelitian, cara
menyajikan dan mempertahankan hasil penelitian.
Untuk memudahkan Anda memahami uraian materi pada bab VI ini, ada
baiknya dikemukakan beberapa tujuan yang hendak dicapai. Pertama, pembaca
dapat menjelaskan wujud karangan ilmiah. Kedua, pembaca dapat membuat
karangan ilmiah sesuai dengan hakikat karangan ilmiah sesuai dengan hakikat
karangan ilmiah. Ketiga, pembaca dapat membuat karangan ilmiah sesuai dengan
aturan fisik karangan ilmiah. Keempat, pembaca dapat membuat karangan ilmiah
sesuai dengan aturan pengacuan karangan ilmiah. Kelima, pembaca dapat
membuat karangan ilmiah sesuai dengan aturan penulisan daftar pusaka. Keenam,
pembaca dapat membuat karangan ilmiah sesuai dengan aturan penulisan catatan
kaki (jikamenggunakancatatan kaki). Ketujuh, pembaca dapat membuat abstrak
dan

ringkasan

penelitian.

Kedelapan,

pembaca

dapat

menyajikan

dan

mempertahankan hasil penelitian.


A. Wujud Karangan Ilmiah
Karangan yang dibuatolehmahasiswa, baik sarjana maupun pascasarjana
banyak jenisnya, seperti makalah, laporan praktik, skripsi, tesis, disertasi, dan
artikel jurnal. Makalah dan artikel jurnal dapat dibuat berdasarkan hasil
pembahasan konseptual dan dapat pula berdasarkan hasil penelitian. Laporan
praktik dibuat berdasarkan hasil kegiatan praktik, baik praktikdi laboratorium
maupun praktik di lapangan. Skripsi, tesis, dan disertasi di buat berdasarkan hasil
penelitian. Beberapa bentuk hasil karangan ilmiah tersebut di jelaskan
berdasarkan ini.
1. Makalah
Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 5

Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu makalah


yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris
objektif. Untuk kegiatan perkuliahan baik pada tingkat sarjana maupun pada
tingkat pascasarjana, makalah lazim di buat dalam bentuk tugas mengkaji
mengulang suatu topik tertentu dalam suatu mata kuliah. Makalah pada masa
lalu juga sering di sebut dengan kertas kerja. Selain untuk tugas mata kuliah,
makalah juga dapat di buat untuk disajikan dalam seminar atau lokakarya.
Dilihat dari segi fisiknya, makalah lazim dibuat sebanyak 15-30
halaman. Makalah lazim ditulis sebanyak minimal tiga bab. Bahkan, bisa lebih
jika materi pembahasan dipisahkan atas beberapa bab. Jika terdiri atas tiga bab,
penyusunan makalah tersebut terdiri atas bab I (Pendahuluan), bab II
(Pembahasan, dan bab III (Penutup). Dalam bab pendahuluan (Bab I )
dikemukakan latar belakang, masalah, rumusan masalah, dan tujuan. Dalam
bab pembahasan (Bab II) dikemukakan uraian tentang penjelasan sesuai
dengan tujuan yang terdapat dalam bab pertama.
Hal ini berarti bahwa jika dalam bab pertama dikemukakan dua
tujuan, alam bab pembahasan terdapat dua subbab pembahasan. Jika dalam bab
pertama dikemukakan tiga tujuan, dalam bab pembahasan terdapat dua subbab
pembahasan. Dalam bab penutup (Bab III) dikemukakan simpulan dan atau
saran. Sebaiknya, simpulan juga mengacu pada isi pembahasan yang sesuai
dengan jumlah tujuan. Jadi, penyusunan bab makalah tersebut adalah seperti
berikut.
Bab I. Pendahuluan ( latar belakang, masalah, rumusan masalah, dan tujuan)
Bab II. Pembahasan (isinya sesuai dengan jumlah tujuan)
Bab III. Penutup (simpulan,saran)

2.LAPORAN PRAKTIK

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 6

Laporan praktik merupakan karangan ilmiah yang isinya adalah


pembahasan hasil kerja praktik, baik hasil praktik dilaboratorium maupun hasil
kerja praktik, baik hasil praktik di laboratorium maupun hasil praktik di lapangan.
Hampir sama dengan penyusunan makalah, laporan praktik pada dasarnya
dikategorikan ke dalam karangan ilmiah yang disusun secara sederhana. Isi
laporan praktik adalah laporan kerja praktik yang berkaitan dengan permasalahan,
prosedur, hasil/temuan, dan simpulan.
Secara fisik, laporan praktik ditulis sebanyak 15-30 halaman, yaitu
minimal tiga bab. Bahkan, bisa ditulis lebih dari tiga bab jika materi pembahasan
dipisahkan atas beberapa bab. Jika terdiri atas tiga bab, penyusunan laporan
praktik tersebut terdiri atas bab I (Pendahuluan), bab II (Pembahasan), dan bab III
(Penutup). Dalam bab pendahuluan (Bab I ) dikemukakan latar belakakang,
masalah, rumusan masalah, tujuan, dan prosedur. Dalam bab pembahasan (Bab II)
dikemukakan uraian tentang hasil praktik sesuai dengan tujuan. Dalam bab
penutup (Bab III) dikemukakan simpulan dan atau saran. Jadi, penyusunan bab
laporan praktik tersebut adalah sebagai berikut.
Bab I. Pendahuluan (latar belakang, masalah, rumusan masalah, tujuan, prosedur)
Bab II. Pembahasan (hasil praktik sesuai dengan tujuan)
Bab III. Penutup (simpulan,saran)

3. Tugas Akhir dan Skripsi


Tugas akhir atau sering juga disebut dengan laporan akhir adalah karangan
ilmiah yang ditulis sebagai suatu tugas akhir untuk memenuhi sebagian syarat
kelulusan pada tingkat akademi/ diploma. Tugas akhir ini ditulis, baik dalam
bentuk karangan ilmiah konseptual maupun dalam bentuk karangan ilmiah yang
disusun dari hasil penelitian sederhana. Karangan ilmiah konseptual artinya
karangan ditulis secara konseptual berdasarkan buku-buku.

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 7

Secara fisik, tugas akhir ditulis sebanyak 30-50 halaman. Tugas akhir juga
ditulis sebanyak tiga bab, yaitu bab I (pendahuluan), bab II (Pembahasan), dan
bab III (penutup). Dalam pendahuluan (bab I) dikemukakan latar belakang,
masalah, rumusan masalah, dan tujuan (teori dan metodologi, jika penelitian).
Dalam bab pembahasan (bab II) dikemukakan penjelasan masalah yang dikaji
sesuai dengan tujuan. Dalam bab penutup (bab III) dikemukakan simpulan dan
atau saran. Jadi, penyusunan bab tugas akhir tersebut adalah sebagai berikut.
Bab I: Pendahuluan (Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan, Teori,
dan metodologi (jika penelitian)
Bab II: Pembahasan (Penjelasan masalah sesuai tujuan)
Bab III:Penutup (Simpulan, Saran)
Skripsi adalah karangan ilmiah berupa laporan penelitian sebagai tugas
akhir untuk memperoleh gelar sarjana (S1) di perguruan tinggi. Skripsi adalah
karangan ilmiah yang menguraikan suatu masalah yang didukung oleh data dan
fakta empiris-objektif. Skripsi selalu berupa laporan penelitian, baik berdasarkan
penelitian lapangan, maupun penelitian kepustakaan. Skripsi yang berupa laporan
penelitian lapangan merupakan skripsi yang data penelitiannya di kumpulkan di
lapangan termasuk di labor. Skripsi yang berupa laporan penelitian kepustakaan
merupakan skripsi yang data penelitiannya dikumpulkan di perpustakaan. Hal ini
berarti bahwa data penelitiannya diperoleh dari sumber tertulis, seperti buku,
kamus, ensiklopedia, surat kabar, majalah, dan jurnal.
Secara fisik, skripsi dibuat minimal sekitar 50 halaman. Skripsi ditulis
sebanyak lima bab yaitu bab I (Pendahuluan) bab II (Landasan teoritis), bab III
(metodologi), bab IV (pembahasan), bab V (penutup). Dalam bab Pendahuluan
(bab I) dikemukakan Latar belakang, Identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian. Dalam bab landasan teoritis (Bab II) dikemukakan kajian teori,
penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual.

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 8

Dalam bab metodogi (Bab III) dikemukakan jenis penelitian, objek dan
data penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian. Dalam bab
pembahasan (Bab IV) dikemukakan deskripsi data, analisis data dan pembahasan.
Dalam bab penutup (Bab V) dikemukakan kesimpulan dan saran, dan atau
implikasi. Jadi, penyusunan bab skripsi tersebut adalah sebagai berikut.
Bab I. Pendahulian (latar belakang, identifkasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian)
Bab II. Landasan Teoretis (kajian teori, penelitian terdahulu, dan kerangka
konseptual)
Bab III. Metodologi (jenis penelitian, objek dan data penelitian, populasi dan
sampel, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik
penganalisisan data.)
Bab IV. Pembahsan (deskripsi data,analisis data, dan pembahsan)
Bab V. Penutup (simpulan dan saran, dan atau implikasi)

4. TESIS
Tesis adalah karangan ilmiah berupa laporan penelitian sebagai tugas akhir
untuk memperoleh gelar megister(S2) di perguruan tinggi. Tesis adalah karya tulis
ilimiah yang mengupas masalah (yang analisis nya lebih mendalam dobandingkan
skripsi) dan di dukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan
penelitian lapangan maupun penelitian kepustakaan. Tesis yang berupa laporan
penelitian lapangan merupakan tesis yang data penelitiannya di kumpulkan di
lapangan maupun di laborlatorium. Tesis yang berupa laporan kepustakaan
merupakan tesis yang data penelitiannya dikumpulkan diperpustakaan. Hal ini
berarti bahwa data penelitiannya diperoleh dari sumber tertulis seperti buku,
kamus, ensiklopedia, surat kabar, majalah, dan jurnal.
Secara fisik, tesis dibuat minimal sekitar 100 halaman. Sama dengan
penyusunan skripsi, tesis ditulis dalam lima bab yaitu bab I (pendahuluan), bab II

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 9

(landasan Teoritis),bab III (Metodologi), bab IV (pembahasan), bab V (penutup).


Isi dan penyusunan bab tesis ini sama dengan isi dan penyusunan skripsi yang
telah dijelaskan di atas.

5.Disertasi
Disertasi adalah laporan penelitian sebagai tugas akhir untuk meperoleh
gelar doktor(S3) di perguruan tinggi (bandingkan dengan

Arifin, 1998:2-3).

Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengupas masalah untuk mengemukakan
suatu dalil berdasarkan data dan fakta empiris-objektif yang sahih dan analisi yang
rinci.Disertasi ini berisi temuan orisinal. Disertasi dapat berupa penelitian
lapangan maupun penelitian kepustakaan. Disertasi yang berupa laporan
penelitian lapangan merupakan disertasi yang data penelitiannya dikumpulkan di
lapangan maupun di laboratorium. Disertasi yang berupa laporan penelitian
kepustakaan merupakan disertasi yang data penelitiannya dikumpulkan di
perpustakaan. Sama halnya dengan skripsi dan tesis, data penelitian untuk
disertasi penelitian kepustakaan ini dapat diperoleh dari sumber tertulis, seperti
buku, kamus, ensiklopedia,surat kabar, majalah, dan jurnal.
Secara fisik, disertasi dibuat minimal sekitar 200 halaman. Sama dengan
penyusunannya skripsi dan tesis, disertasi ditulis dalam lima bab, yaitu bab I
(Pendahuluan),bab II (Landasan Teoritis), bab III (Metodologi). bab IV
( Pembahasan), bab V (Penutup). Isi dan penyusunan bab disertasi ini sama
dengan isi dan penyusunan skripsi dan tesis yang telah di jelaskan di atas.

6. Artikel Ilmiah
Di dalam jurnal ilmiah, majalah ilmiah, atau buletin ilmiah terdapat tulisan
ilmiah yang lazim disebut dengan artikel ilmiah. Artikel ilmiah yang dimuat di
dalam jurnal ilmia, majalah ilmiah, atau buletin ilmiah itu telah melalui seleksi
yang ketat oleh pakar sesuai dengan bidang keahliannya. Oleh karena itu, artikel
ilmiah ini dipandang sebgai karangan yang telah memiliki kualitas ilmiah.

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 10

Artikel ilmiah merupakan karangan ilimaih singkat (antara 20-30 halaman)


yang dapat disusun bedrdasarkan laporan penelitian,dan satu dari studi
kepustakaan. Artikel ilmiah yang disusun berdasarkan laporan penelitian itu lazim
disebut artikel ilmiah penelitian, sedangkan yang disusun dari studi kepustakaan
lazim disebut dengan artikel ilmiah konseptual.
Dalam perkembangan terakhir ini, artikel ilimiah penelitian lazim terdiri
atas empat subbagian sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.

Pendahuluan ( latar belakang, masalah, teori, rumusan masalah, dan tujuan)


Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Penutup (simpulan, saran/rekomendasi/implikasi)
Berbeda denga artikel ilmiah penelitian, artikel ilmiah koseptual lazim

terdiri atas tiga subbagian sebagai berikut.


1. Pendahuluan (latar belakang, masalah, rumusan masalah, dan tujuan)
2. Pembahasan (dapat dibagi atas beberapa subbahasan sesuai dengan jumlah
tujuan)
3. Simpulan

B. Hakikat Karangan Ilmiah


Karangan ilmiah merupakan suatu karangan yang memuat dan mengkaji
suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan atau
prosedur ilmiah (Maryadi, 2000:14).Kaidah-kaidah keilmuan itu seperti (1)
metode ilmiah, (2) bahasa Indonesia baku, (3) tata tulis ilmiah, (4) objektif, (5)
logis, (6) empiris (berdasarkan fakta), (7) sistematis, (8) lugas, (9) jelas, dan (10)
konsisten (Maryadi, 20000:15). Karangan ilmiah adalah karangan yang disusun
dengan

mengikuti

metode

ilmiah

untuk

mengorganisasikan

dan

mengkomunikasikan gagasan dengan cara berfikir konseptual dan prosedural


(bandingan dengan arifin,1998:1). Selain itu, Brotowidjoyo (dalam Arifin, 1998:1)
menjelaskan bahwa karanagan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Dilihat dari segi kebenaran ilmiah, karangan ilmiah yang di tulis dengan
fikiran jujur,data yang akurat, dan logis yang benar. Karangan ilmiah yang ditulis

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 11

dengan fikiran jujur berarti bahwa isi atau substansi yang disajiakan dengan
kejujuran ilmiah. Karangan ilmiah yang ditulis dengan data akurat berarti bahwa
isi atau substansi persoalan yang disajiakan selalu didukung dan bertolak dari data
yang akurat. Karangan ilmiah yang ditulis dengan logika benar berarti bahwa isi
atau substansi persoalan disajikan dengan logiak berfikir yang benar. Hal ini
berarti bahwa kebenaran dalam karangan ilmiah adalah kebenaran yang
objektif,sesuai dengan data, dan fakta.
Karangan ilmiah memiliki beberapa persyaratan. Brotowidjoyo (dalam
Utorodewo, 2001:11) mengemukakan bahwa ada tujuh persyaratan karangan
ilmiah sebagai berikut.
1. Karangan (karya) illmiah menyajiakan fakta objektif secara sistematis atau
menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2. Karangan (karya) ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar,jujur, dan tidak
rekaan.
3. Karangan (karya) ilmiah disusun secara sistematis dan setiap langkah
direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
4. Karangan (karya) ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan
pemahaman dan alasan induktif yang mendorong pembaca untuk menarik
simpulan.
5. Karangan (karya) ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan
pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
6. Karangan (karya) ilmiah ditulis secara tulis, yaitu hanya mengandung
kebenaran faktual, tidak memanipulasi data dan tidak bersifat emotif.
7. Karangan (karya) ilmiah bersifat ekspositoris (pemaparan) Oleh sebab itu,
kerangka karangan harus disusun secara cermat.

Karangan ilmiah merupakan karangan yang selalu di susun dalam bentuk


tertulis. Hal ini berarti bahwa karya imiah selalu berupa karya tulis. Sebagai karya
tulis, karangan ilmiah harus diajikan dengan menggunakan bahasa indonesia
ragam ilmiah. Bahasa indonesia ragam ilmiah merupakan bahasa indonesia ragam
resmi. (formal/baku)

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 12

Johanes (1981) mengemukakan ciri-ciri ragam bahasa (indonesia) ilmiah


sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nada ragam bahasa ilmiah bersifat formal dan objektif.


Lazim menggunakan titik pandang orang ketiga dan ragam pasif.
Titik pandang nahu (gramatik) bersifat konsisiten.
Ragam bahasa ilmiah menggunakan istilah khusus dengan makna khusus.
Tingkat formalitas ragam bahasa ilmiah berada pada tingkat resmi.
Bentuk wacana yang digunakan dalam ragam bahasa ilmiah adalah bentuk

pemaparan (ekspositori), bukan argumentasi deskripsi, maupun narasi.


7. Gagasan dalam ragam bahasa ilmiah diungkapkan dengan lengkap, jelas,
ringkas, dan tepat.
8. Dalam ragam bahasa ilmiah dihindari penggunaan unsur bahasa usang, kolot,
dan basi.
9. Dalam ragam bahasa ilmiah dihindari ungkapan-ungkapan yang ekstrim dan
emosional.
10. Dalam ragam bahasa ilmiah dihindari kata-kata yang mubazir.
11. Ragam bahasa ilmiah bersifat moderat.
12. Ragam bahasa ilmiah digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan pikiran
dan bukan dengan perasaan.
13. Panjang kalimat ragam bahasa ilmiah sedang.
14. Penggunaan majas dalam ragam bahasa ilmiah sangat terbatas.
15. Ragam bahasa ilmiah lazim dilengkapai dengan gambar, diagram, peta,
daftar, dan tabel.
16. Dalam ragam bahasa ilmiah diutamakan penggunaan unsur mekanis secara
tepat, seperti huruf, tanda baca, lambang dalam ilmu, singkatan, dan rujukan.

Selain itu, untuk menambah wawasan Anda tentang bahasa Indonesia ragam
ilmiah, Suparno dkk. (1984:1-14) juga mengemukakan tujuh ciri bahasa Indonesia
ragam ilmiah yakni (1) bernalar, (2) lugas dan jelas, (3) berpangkal tolak pada
gagasan, (4) formal dan objektif, (5). ringkas dan padat, (6) konsisten, dan (7)
menggunakan iastilah-istilah teknis. Hal ini dapat pula dibandingkan dengan
Ramlan (1990:9--10) yang juga mengemukakan tujuh ciri bahasa indonesia ragam
ilmiah yakni (1) baku, (2) menggunakan istilah teknis, (3) lebih berkounikasi
dengan pikiran daripada dengan perasaan, (4) padu dalam hubungan gramatical,
(5) logis dalaman hubungan sistematis, (6) menggutamakan penggunaan kalimat
pasif untuk mengutamakan peristiwa daripada pelaku, (7) konsisten dalam banyak
hal, seperti penggunaan istilah, tanda baca, dan penggunaan kata ganti.

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 13

Berkaitan dengan ragam bahasa ilmiah yang digunakan dalam karangan


ilmiah ini, Basuki (20002:75) mengemukakkan tujuh ciri ragam bahasa ilmiah
yakni (1) cendikkia, (2) lugas, (3) jelas, (4) formal, (5)objektif, (6)konsisten, dan
(7) bertolak dari gagasan . Ketujuh ciri ini dijelaskan satu per satu berikut ini
1. Bahasa ilmiah berciri cendikia. Hal ini berarti bahwa bahasa ilmiah harus
mengungapkan hasil berpikir logis dengan tepat, membentuk pernyataan dengan
tepat, dan memahami pembaca dengan tepat pula.
2. Bahasa ilmiah berciri lugas. Hal ini berarti bahwa bahasa ilmiah harus
mengungkapkan gagasan/pernyataan secara langsung dan tepat (to the point)
3. Bahasa ilmiah berciri jelas. Hali ini berarti baha bahasa ilmiah harus
mengungkapkan gagasan dan maksud penulis dengan jelas.
4. Bahasa ilmiah berciri formal. Hal ini berarti bahwa ilmiah harus
menggunakan kata, istilah, frasa, dan kalimat uang formal.
5. Bahasa ilmiah berciri objektif. Hal ini berarti bahwa bahas ilmiah harus
mengungkapkan permasalahan data, fakta, dan temuan secara objektif. Oleh
karena itu, kata-kata yang bermakna subjektif perlu dihindari.
6. Bahasa ilmiah berciri konsisten. Hal ini berarti bahwa bahasa ilmiah harus
menggunakan kata, istilah, tanda baca, lambang, singkatan yang sesuai dengan
kaidah, dan konsisten.
7. Bahasa ilmiah berciri ringkas dan padat. Hal ini berarti bahwa bahasa
ilmiah harus mengungkapkan permasalahan secaran ringkas dan padat. Oleh
karena itu, bahasa ilmiah harus menggunakan bahasa yang hemat.

C. Fisik Karangan Ilmiah


Penjelasan tentang fisik karya ilmiah dapat dilihat dari segi ukuran kertas,
jenis huruf dan besar huruf, margin, penomoran halaman, letak judul tabel, letak
judul gambar dan bagan, penomoran bab dan subbab. Fisik karya ilmiah akan
dijelaskan untuk kondisi yang berlaku umum. Hal ini berarti bahwa jika tidak ada
permintaan khusus dari pihak yang akan menerima karangan ilmiah itu, seperti
lembaga sekolah, perguruan tinggi,lembaga pemerintah pemberi dana, anda dapat
menulis dengan kondisi umum ini. Namun, jika terdapat permintaan khusus dari
segi fisik, Anda dapat mengikuti permintaan pihak penerima karanagan ilmiah
Anda tersebut. Berikut ini dijelaskan fisik karangan ilmiah itu satu per satu.
1. Ukuran kertas karangan ilmiah lazim menggunakan jenis kertas HVS warna
putih dengan ukuran A4 yakni 21 cm X 29,7 cm. Namun, ada juga peneliti
yang menggunakan HVS ukuran kuarto yakni 21,59 cm X 27,94 cm.
2. Huruf dan spasi dalam karangan ilmiah lazim menggunakan huruf Times New
Roman 12. Pada umumnya jarak spasi dalam karangan ilmiah adalah dua
Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 14

spasi. Namun, ada juga lembaga tertentu yang menetapkan karangan ilmiah
disusun dengan jarak 1,5 spasi.
3. Ukuran margin karangan ilmiah pada umumnya adalah margin kiri dan atas
halaman 4 cm, sedangkan margin kanan dan bawah adalah 3 cm. Namun ada
juga lembaga tertentu yang menetapkan margin karangan ilmiah adalah
margin kiri adaalah 4 cm, sedangkan margin atas, kanan, dan bawah adalah 3
cm.
4. Penomoran halaman di dalam karangan ilmiah untuk bab isi hingga bagian
paling akhir digunakan angka Arab, seperti 1, 2, 3,..., dan nomor halaman
untuk kata pengantar samapai daftar gambar digunakan angka Romawi kecil,
seperti i, ii, iii,... Pada umumnya penomoran halaman untuk bab isi karangan
ilmiah adalah diletakan di kanan atas, sedangkan untuk nomor halaman setiap
awal bab diletakkan di tengah bawah. Selain itu, nomor halaman untuk kata
pengantar sampai daftar gambar diletakkan di tengah bawah.
5. Judul tabel dalam karangan ilmiah lazim diletakkan di bagaian atas tabel.
6. Judul gambar dan bagan dalam karangan ilmiah lazim diletakkan di bagian
bawah gambar dan bagan.
7. Penomoran bab dan subbab dalam karangan ilmiah ada dua macam, yaitu :
(1) penomoran dengan sistem gabungan antara abjad dan angka; (2)
penomoran dengan sistem angka.

D. Pengacuan Karangan Ilmiah


Dalam penulisan karangan ilmiah, pengacuan dari pendapat orang lain
perlu digunakan. Pendapat orang lain yang diacu berupa pendapat yang terdapat
dalam sumber tulis, seperti buku, jurnal, dan makalah seminar. Sumber acuan
tersebut harus dicantumkan dalam daftar pustaka yang tetrdapat di akhir karangan
ilmiah.
Beberapa persoalan pengacuan yang sering ditemukan di dalam karangan
ilmiah adalah sebagai berikut. Pertama, karangan ilmiah memiliki banyak acuan,
tetapi tidak ditemukan sumber acuannya dalam daftar pustaka. Kedua, karangan
ilmiah memiliki sedikit acuan, tetapi sumber acuannya banyak ditemukan dalam

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 15

daftar pustaka. Ketiga, karangan ilmiah memiliki acuan, tetapi tidak dikemukakan
tahun dan halaman sumber acuan dalam karangan ilmiah tersebut.
Bertolak dari persoalan tersebut, dalam penulisan karangan ilmiah yang
umum berlaku di Indonesia adalah setiap acuan harus terdapat sumber acuannya
dalam daftar pustaka. Sumber acuan dalam daftar pustaka haruslah sumber acuan
yang benar-benar dicu secara ekspilsit dalam karangan ilmiah tersebut.
Sehubungan dengan itu, Ibnu (2002:19) mengatakan bahwa bahan rujukan yang
dicantumkan dalam daftar rujukan hanya yang benar-benar ditunjuk dalam tubuh
karangan ilmiah dan sebaliknya semua rujukan yang telah disebutkan dalam
karangan ilmiah harus tercatat di dalam daftar rujukan.
1.Hakikat Pengacuan dalam Karangan Ilmiah
Pada hakikatnya, pengacuan pendapat, ide, gagasan, konsep, dan temuan
orang lain yang digunakan dalam karangan ilmiah dilakukan untuk: (1)
memperkuat gagasan/pemikiran penulis yang diuraikan sesuai dengan topik
tulisan; (2) menjadikan landasan tolak untuk mengemukakan gagasan/pemikiran
yang akan disajikan dalam tulisan. Jadi, pengacuan dilakukan untuk menjelaskan
landasan berpikir dan untuk pembuktian argumen(Hidayat,2001:61)
Dalam karangan ilmiah, uraian pendapat/ pemikiran ilmiah penulis/
peneliti perlu didukung pula oleh pemikiran ilmiah orang lain. Pemikiran ilmiah
orang lain dapat pula dijadikan landasan tolak untuk mengemukakan pemikiran
ilmiah yang baru. Keterkaitan pemikiran ilmiah para ahli melalui karangan ilmiah
baru yang kuat dan berkualitas.
2. Sumber Acuan dalam Tulisan
Sumber acuan yang disarankan untuk digunakan dalam karangan ilmiah
adalah sumber acuan ilmiah ragam tulis. Untuk lebih jelasnya, patokan memilih
sumber acuan itu adalah sebagai berikut.
a. Gunakanlah sumber acuan ilmiah tulis berupa buku, makalah seminar,
laporan penelitian, dan jurnal ilmiah!
b. Gunakanlah sumber acuan yang relatif baru sesuai dengan permasalahan!

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 16

c. Utamakanlah
d.
e.
f.
g.
h.

atau

perbanyaklah

sumber

acuan

dari

jurnal

ilmiah

dibandingkan dengan buku teks!


Utamakanlah penggunaan sumber acuan pertama!
Hindarilah penggunaan sumber acuan kedua apalagi sumber acuan keetiga!
Hindarilah penggunaan sumber acuan yang relatif lama!
Hindarilah penggunaan sumber acuan dari sumber lisan!
Jika acuan dari sumber lisan tetap diperlukan dari narasumber, kutipannya
ditulis seperti tuturan lisan aslinya dengan menyebut sumber dan tanggal
wawancaranya.

3. Cara Pengacuan
Pada bagian terdahulu, dikemukakan bahwa dalam menulis kararangan
ilmiah, penuli satau peneliti perlu mengacu pendapat ilmiah dari pakar lain yang
sesuai dengan bidang permasalahan yang ditulis. Pengacuan yang umum
dilakukan dalam karangan ilmiah adalah pengacuan dengan menggunakan tanda
kurung,

selain

itu

digunakan

pula

cacatan

kaki

dan

catatan

akhir

(Mukhadis,2002:4647). Pendapat, ide, dan gagasan yang diacu dituliskan


sumbernya dalam tanda kurung. Dalam tanda kurung tersebut biasanya di tulis
nama akhir, tahun terbit, dan nomor halaman. Selain itu, nama pengarang dapat
ditulis di luar tanda kurung,sedangkan tahun terbit dan nomor halamannya di tulis
di dalam tanda kurung.
Penulisan dan penempatan nama pengarang sumber acuan dapat dilakukan dengan
tiga variasi berikut ini.
a. Nama akhir pengarang sumber acuan diletakkan pada fungsi keterangan
kalimat di awal kalimat. Tahun terbitan dan halaman sumber acuan diletakkan
di dalam tanda kurung.
Contoh :
MenurutMoeliono (2010:15) Ragam Bahasa dibedakanatas
b. Nama akhir pengarang diletakkan pada fungsi subjek kalimat. Tahun terbitan
dan halaman sumber acuan diletakkan dalam tanda kurung.
Contoh :

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 17

Moeliono (2000:15) menyatakan bahwa ragam Bahasa dibedakan


atas.
c. Nama akhir pengarang sumber acuan, tahun terbitan, dan halaman diletakkan
dalam tanda kurung sebagai keterangan tambahan di akhir kalimat.
Contoh :
..dengan lima ragam Bahasa Indonesia(Moeliono,2000:15)
Pengarang sumber rujukan yang terdiri dari satu orang, baik namanya
terdiri

atas

dua

kata

atau

lebih,

penulisannya

adalah

dengan

mencantumkan nama akhir kedua pengarang tersebut. Jika pengarang lebih


dari dua orang, penulisannya dapat dilakukan dengan mencantumkan nama
akhir pengarang pertama diikuti dengan singkatan dkk.
(Mukhdis, 2002:47).
Selain itu, menurut Arifin (1990:60) jika pengarang lebih dari dua
orang (tiga orang atau lebih) penulisannya adalah dengan mencantumkan
nama akhir pengarang pertama dan diikuti singkatan et al.
Dalam karangan ilmiah, mengacu pendapat ahli lain dapat diartikan
sebagai kegiatan merujuk pendapat ahli dalam karangan ilmiah dapat
dilakukan dengan dua cara, yakni : (1) mengutip pendapat ahli sesuai
dengan Bahasa aslinya; (2) mengutip pendapat ahli dengan cara tidak
langsung yang berarti bahwa hanya mengutip ide atau pendapat ahli dan
dikemukakan dengan Bahasa sendiri (Mukhadis,2002:4748)
A. Mengutip secara langsung
Mengutip pendapat ahli secara langsung seperti bahasa asli dalam sumber
dapat dibedakan penulisannya atas: (1) penulisan kutipan langsung yang
pendek dan (2) penulisan kutipan langsung yang panjang. Batasan kutipan
pendek dan panjang ini sangat beragam. Arifin (1990:30) memberi batasan
kutipan pendek adalah satu sampai dengan lima baris aslinya dan kutipan
panjang adalah enam baris atau lebih aslinya. Mukhadis (2002:47) memberi
batasan kutipan pendek adalah kurang dari 40 kata aslinya dan kutipan
panjang adalah 40 kata atau lebih aslinya. Hidayat (2001:63) memberi
batasan kutipan pendek adalah tidak lebih dari tiga baris aslinya dan kutipan
panjang adalah lebih dari tiga baris aslinya.

B. Penulisan kutipan langsung yang pendek

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 18

Penulisan kutipan langsung yang pendek dapat dilakukan dengan


mengintegrasikan kutipan itu kedalam paragraf penulis diantara tanda petik
(...) sebagai bagian yang terpadu dalam teks. Hal ini dapat dilihat seperti
contoh berikut:
...tersebut. menurut Ibnu (2002:19), bahan rujukan yang dimasukkan dalam
daftar rujukan hanya yang benar-benar dirujuk dalam tubuh artikel dan
sebaliknya semua rujukan yang telah disebutkan dalam tubuh artikel harus
tercatat didalam daftar rujukan.

C. Penulisan kutipan langsung yang panjang


Penulisan kutipan langsung yang panjang dapat ditulis tanpa menggunakan
tanda petik dan ditulis terpisah dari kalimat yang mendahului dan kalimat yang
mengikutinya. Bentuk kutipan tersebut ditulis satu spasi dan kiri kanan menjorok
ke dalam teks. Hal itu dapat dilihat seperti contoh berikut:
Variasi bahasa dapat ditinjau dari sudut pemakai bahasa. Sehubung dengan itu,
Kridalaksana (1996:2) mengatakan variasi bahasa berdasarkan pemakai bahasa
dibedakan atas empat jenis berikut ini. Pertama, dialek regional yaitu variasi
bahasa berdasarkan daerah. Variasi regiona membedakan bahasa yang dipakai
disatu tempat dengan yang dipakai ditempat lain. Kedua, dialek sosial yaitu dialek
yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau yang menandai stratum sosial
tertentu. Ketiga, dialek temporal yaitu dialek yang dipakai pada kurun waktu
tertentu. Keempat, idiolek yaitu keseluruhan ciri-ciri bahasa seseorang. Sekalipun
kita semua berbahasa indonesia, namun kita masing-masing mempunyai ciri-ciri
khas pribadi dalam lafal, tata bahasa atau pilihan kata.

D. Mengutip secara tidak langsung


Penulisan kutipan secara tidak langsung berarti mengutip ide pakar lain yang
dikemukakan dengan bahasa penulis (pengutip) sendiri. Penulisan kutipan secara
tidak langsung ditulis tanpa menggunakan tanda petik dan terintegrasi kedalam
paragraf penulis. Hal itu dapat dilihat sebagai berikut:
...ahli tersebut. Perujukan pendapat ahli tersebut dalam tulisan dapat dilakukan
dengan dua cara utama, yakni (1) mengutip pendapat ahli secara langsung yang
berarti mengutip pendapat ahli sesuai bahasa aslinya dan (2) mengutip pendapat
ahli secara tidak langsung yang berarti hanya mengutip ide atau pendapat ahli dan
dikemukakan dengan bahasa sendiri (Mukhadis,2002:47-48).

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 19

E. Penulisan Daftar Pustaka


Persoalan penulisan daftar pustaka yang sering di temukan di dalam
karanganbkarya tulis ilmiah adalah penulisan daftar pustaka yang tidak alfabetis,
bentuk penulisan yang tidak konsisten , dan bentuk penulisan yang tidak sesuai
dengan bentuk penulisan yang berlaku dalam karangan ilmiah .
Dalam pembahasan terdahulu, telah di jelaskan bahwa setiap pendapat/ide
ilmiah dari orang lain yang di rujuk dalam tulisan harus dicantumkan sumbernya
dalam daftar pustaka . Istilah daftar pustaka yang digunakan dalam beberapa
karangan ilmiah memiliki beberapa variasi, seperti pustaka rujukan, daftar
pustaka, kepustakaan, daftar bacaan dan daftar rujukan. Dalam daftar pustaka
terdapat sumber bahan ilmiah yang di rujuk, seperti buku, makalah, artikel,
laporan penelitian, baik yang di kutip secara langsung maupun yang di kutip
secara tidak langsung . Dengan demikian, sumber ilmiah yang hanya di baca dan
hanya untik memperluas wawasan berpikir tidak perlu dicantumkan di dalam
daftar pustaka. Jika hal itu di perlukan, selayak nya sumber ilmiah tersebut diacu,
baik dengan pengutipan langsung maupun dengan pengutipan tidak langsung .
Secara umum dalam karangan ilmiah, urutan unsur dalam penulisan
daftar pustaka adalah (1) nama pengarang di tulis dengan nama akhir di ikuti
koma dengan nama awal tanpa gelar, (2) tahun penerbitan, (3) judul termasuk
subjudul, (4) tempat penerbitan di ikuti titik dua dan nama penerbit
(mukhadis,2002:49; pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, 1994 : 92).
Aturan-aturan umum yang berlaku dalam penulisqn daftar pustaka sebagai
berikut.
a.

Gelar akademik dan gelar keagamaan yang yerdapat dalam nama


pengarang tidak di cantumkan

b.

Urutan sumber ilmiah sebagai sumber rujukan di tulis berdasarkan urutan


alfabet nama (nama akhhir pengarang).

c.

Urutan antara empat unsur di atas dan di akhir unsur ke empat di beri
tanda titik.

d.

Buku - buku yang di tulis oleh pengarang yang sama cara penulisan nama
pengarang nya adalah dengan mengulang nama pengarang tersebut atau
dengan variasi lain cukup dengan memberi garis sepanjang tab .

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 20

e.

Buku - buku yang di tulis oleh pengarang yang sama dengan tahun yang
sama di tulis dengan memberi kode a,b,c dst . Di akhir tahun sesuai
dengan yang tercantum dalam teks.

f.

Judul buku umum nya di tulis miring dan huruf awal di tulis kapital
kecuali awal kata depan .

g.

Penulisan judul makalah dan bahan ilmiah yang tidak di terbitkan adalah
di tulis di antara tanda pendek .

h.

Tahun terbitan selain di tulis di antara tanda titik, variasi lainnya adalah
dengan menuliskan tahun terbitan di dalam kurung .

1.

Buku sebagai Sumber Rujukan


Penulisan daftar pustaka dari buku dengan satu pengarang adalah dengan

urutan empat unsur di atas . Jika ada dua pengarang , penulisan nya di hubungkan
dengan kata dan . Penulisan ke dua nama pengarang tersebut di balikkan . Variasi
lain nya adalah dengan hanya membalikkan nama pengarang pertama , sedangkan
nama pengarang kedua di tulis seperti biasa . Jika ada tiga pengarang atau lebih ,
penulisan nya cukup dengan menuliskan nama pengarang pertama yang sudah di
balikkan dan di ikuti dengan singkatan dkk. Atau et al . Variasi ini tergantung ini
tergantung pada aturan yang berlaku di lembaga yang menerima karangan ilmiah
tersebut .
Buku yang memiliki editor Karena di tulis oleh banyak Pengarang , aturan
penulisan sama seperti rujukan dari buku, tetepi di tambah dengan penulisan ( ed )
atau (eds) untuk editor lebih dari satu . Variasi lain nya adalah dwngan tulisan
(editor) .
Artikel yang di muat di dalam buku yang berupa kumpulan artikel
(antologi) , maka penulisan daftar pustakanya adalah (1) nama pengarang , (2)
tahun terbit, (3) judul artikel di tulis di antara tanda petik , (4) kata dalam yang di
ikuti nama editor dan singkatan (ed) ; di ikuti judul buku ( antalogi ) dengan
tulisan miring dan variasi lain diikuti halaman penulis artikel dalam buku , (5)
tempat terbitan diikuti titik dua dan nama penerbit .

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 21

Buku terjemahan di tulis lebih dahulu dengan nama pengarang asli , tahun
terjemahan , judul terjemahan di ikuti dalam kurung nama penerjemah ,tempat
dan nama penerbit .
Daftar pustaka untuk beberapa buku tersebut yang di susun secara alfabetis
adalah seperti berikut ini.
Adnan, M. FAchri (Ed).2010. Pendidikan pancasila untuk perguruan tinggi.
Padang: UNP pres.
Alwi, Hasan dkk. 2009 . Tata bahasa baku bahan indonesia . Jakarta : Balai
pustaka
Bloomfield, leonard. 1995. Bahasa (terjemahan I . Sutikno ) . Jakarta : Balai
Pustaka
Faizal AR, Hasnah . 2003 . " Konstruksi Objek dalam Bahasa Melayu Riau ".
Dalam Hasanuddin WS dan Ermanto (Eds). 70 tahun Prof. Dr. Amir Hakim
Usman : pelangi Bahasa . Padang: UNP Press

2. Artikel dalam Jurnal sebagai Sumber Rujukan


Penulisan daftar pustaka dari artikel yang terdapat didalam jurnal ilmiah diawali
dengan membuat nama penulis artikel, tahun terbit, judul artikel (ditulis di antara
tanda petik), nama jurnal (ditulis miring), dan diikuti volume dan nomor jurnal.
Hal itu dapat dilihat seperti contoh berikut.
Ermanto dan Desri Atmaja. 2003. Penggunaan Metode Silabel untuk
Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Murid kelas 1 SDN 33 Rawang
Barat, kota Padang. Jurnal Pembelajaran Nomor 03, Tahun 26, September 2003.
Ermanto dan Emidar.2003. Perbandingan Bahasa Minangkabau, Kerinci, dan
Mentawai: Suatu Tinjauan Linguistik Historis Komparatif . Humanus Vol. V No.
2.

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 22

3. Laporan Penelitian, Skripsi, Disertasi,Buku Ajar yang Belum Diterbitkan


sebagai Sumber Rujukan
Penulisan daftar pustaka dari laporan penelitian, skripsi, disertasi, dan buku ajar
yang belum diterbitkan diawali dengan menuliskan nama penulis, tahun terbit,
judul, pernyataan Laporan Penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi atau Buku Ajar,
tempat dan nama perguruan tinggi/lembaga. Namun, dalam kenyataannya, banyak
digunakan variasi lain yakni judul ditulis di anatara tanda petik, tetapi kata
Laporan Penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi atau Buku Ajar yang ditulis miring.
Kedua variasi penulisan itu adalah berikut ini.

Versi 1
Ermanto.2001.Berita dan Fotografi.Buku Ajar.Padang:FBSS UNP.

Ermanto .2002.Profil Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia di SLTPN Kota


Padang. Laporan Penelitian. Padang: FBSS UNP.

Versi 2
Ermanto. 2001. Betita dan Fotografi. Buku Ajar. Padang FBSS UNP.

Ermanto.2002. Profil Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia di SLTPN Kota


Padang. Laporan Penelitian . Padang FBSS UNP.

Ermanto dan Abdurahman. 2003. Karakteristik Kebahasaan Tulisan Jurnalistik


dalam Surat Kabar Kompas. Laporan Penelitian. Padang:FBSS UNP.

4.Makalah Seminar sebagai Sumber Rujukan


Penulisan daftar pustaka dari makalah seminar diawali nama pengarang tahun,
judul makalah, diikuti Makalah disajikan dalam .... (nama pertemuan, lembaga
penyelenggaraan, tempat, dan tanggal-bulannya).
Contoh

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 23

Ermanto. 2003. Kekerabatan Etnis Minangkabau, Kerinci, dan Mentawai: Ditinjau


dari Linguistik Historis Komparatif. Makalah disajikan dalam Konferensi
Linguistik Tahunan Atmajaya I, Unika Atmajaya, Jakarta, 17-18 Februari.

Ermanto. 2004. Pola Pengacuan Pembentukan Kata-kata yang Menunjukkan


Lokasi dalam Bahasa Minangkabau. Makalah disajikan dalam Konferensi
Linguistik Tahunan Atmajaya Tingkat Internasional II, Unika Atmajaya, Jakarta
24-25 Februari.

5. Rujukan dari Internet sebagai Sumber Ilmiah


Sumber ilmiah dari internet yang dijadikan rujukan harus diseleksi nilai
ilmiahnya. Sumber-sumber ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dapat dijadikan rujukan walaupun diambil melalui internet. Oleh karena
itu, buku-buku dan bahan jurnal ilmiah yang diambil melalui internet dapat
dirujuk. Penulisan daftar pustakanya diawali dengan nama pengarang, tahun, judul
buku atau judul artikel yang diikuti nama jurnal dan volume, ditambah kata
(Online) dalam kurung dan alamat elektronis sumber rujukan disertai dengan
keterangan kapan diakses di antara tanda kurung. Hal ini seperti berikut.
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and Scool: Mothering for Schooling.
Education Policy Analysis Archives

Vol. 3 No 1, (Online),

(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, diakses 12 Februari 1997)


Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya.
Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 5 No.4, (Online), (http://www.malang.ac.id,
diakses 20 Januari 2000).
Jika keseluruhan sumber ilmiah di atas dirujuk di dalam karangan ilmiah,
bentuk daftar pustakanya adalah sebagai berikut.

6. Daftar Pustaka

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 24

Adnan, M. Fachri (Ed). 2010. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.


Padang: UNP Press

Alwi, Hasan dkk. 2009. Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Bloomfield, Leonard. 1995. Bahasa (Terjemahan I. Sutikno). Jakarta: Gramedia.

Ermanto. 2001. Berita dan Fotografi. Buku Ajar. Padng: FBSS UNP.

Ermanto. 2002. Profil Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia di SLTPN Kota


Padang. Laporan Penelitian. Padang: FBSS UNP.

Ermanto. 2004. Pola Pengacuan Pembentukan Kata-kata yang Menunjukan


Lokasi dalam Bahasa Minangkabau. Makalah disajikan dalam Konferensu
Linguistik Tahunan Atmajaya Tingkat Internasional II, Unika Atmajaya, Jakarta,
24-25 Februari.

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 25

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara keseluruhan cara penulisan karya ilmiah yang baik sudah
ditentukan, yaitu sesuai dengan tata bahasa (EYD) dan tata tulis yang
disepakati oleh masyarakat akademik. Adapun yang masuk kedalam
penelitian meliputi masalah penelitian, tujuan, metode, kajian teori, objek
data variabel dan hasil penelitian. Kemudian cara-cara penulisan karya ilmiah
yang baik adalah :
1. Pola berpikr deduktif induktif
2. Objektif
3. Sitematika
Tata cara penulisan karya ilmiah mencakup : penulisan kutipan, catatan kaki
dan daftar pustaka. Adapun bentuk-bentuk karya ilmiah meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Karya tulis
Makalah
Skrispsi
Thesis
Disertasi
Laporan hasil penelitian

B. Saran
Kami membuat makalah ini untuk pembeljaran bersama. Kami
mengambil dari berbagai sumber, jadi apabila pembaca menemukan
kesalahan dan kekurangan, maka kami sarankan untuk mencari referensi yang
lebih baik atau bisa membaca buku yang menjadi referensi dari makalah
kami.

DAFTAR PUSTAKA
Emidar & Ermanto.2012. Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi.Padang:UNP PRESS.

Penyususunan Karangan Ilmiah

Page 26

Anda mungkin juga menyukai