Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan TB Paru
Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan TB Paru
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-
laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.(Sayekti
1994).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam
Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dananak yang diperoleh dari
kehilangan pasangannya.
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
f. Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family).
masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti
a. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah
merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.
(Suprajitno, 2004: 7)
a. Fungsi Afektif
sakit.
c. Fungsi Reproduksi
d. Fungsi Ekonomi
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
pencegahan TBC.
syarat.
1. Definisi
organ tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar limfe,
RI, 2002).
Tuberkulos adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
2. Etiologi
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.Dari sifat
Sifat lain kuman ini adalah kuman aerob, sifat ini menunjukkan
3. Patofisiologi
yang terinfeksi.
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil ;
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada
sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus
padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini
disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi
bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi
bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat
kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
darah. Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai
lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
batuk yang tidak spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih
dan ada dahak. Selain tanda-tanda tersebut diatas, penyakit TBC biasanya
tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang
muncul adalah :
1. Demam : terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
3. Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
Klasifikasi penyakit
BTA (+).
yaitu :
Tipe penderita
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
b. Kambuh (Relaps)
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat denga
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan
atau lebih, kemudian dating kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostik.
2) Pemeriksaan sputum
kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan
kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA
positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang
kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka
12) Reaksi timbul 48 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan,berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody
timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang
fibrosa.
nekrosis.
tuberkulosis kronis.
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan
paru.
udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat
tersebut, maka pengobatan secara paduan beberapa obat ternyata dapat mencapai
Indonesia dan dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain
Untuk TB paru yang berat ( milier ) dan TB Ekstra Paru, therapi tahap lanjutan
5R2H2.
jangka panjang 1218 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-
lain.
Sterptomisin ( S ).
Obat anti TB tingkat dua ini daya terapeutiknya tidak sekuat yang tingkat
satu dan beberapa macam yang teakhir yaitu golongan aminoglikosid dan
tersebut baru berhasil bila obat-obat yang relatif mahal ( R & Z ) tersedia sampai
pendek ini banyak yang gagal mencapai angka kesembuhan yang ( cure rate )
- Mencegah kekambuhan
Pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni kurang dari 33 kg, 33 50
1. Katagori I
Ditujukan terhadap :
urinarius.
dua bulan BTA menjadi negatif, diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah
dua bulan masih positif, tahap intensif diperpanjang lagi selama 2 4 minggu
dengan 4 macam obat. Pada populasi dengan resistensi primer terhadap INH
rendah pada tahap intensif cukup diberikan 3 macam obat yakni RHZ.
neurologis ), R dan H harus diberikan setiap hari selama 6 7 bulan. Paduan obat
alternatif adalah 6 HE ( T ).
2. Kategori II
Ditujukan terhadap :
Kasus kambuh
setelah tahap intensif BTA menjadi negatif, maka diteruskan dengan tahap
lanjutan. Bila setelah 3 bulan tahap intensif BTA tetap positif, maka tahap intensif
tersebut diperpanjang lagi 1 bulan dengan RHZE. Bila setelah 4 bulan BTA masih
juga positif pengobatan dihentikan selama 2 3 hari, lalu diperiksa biakan dan
resistensi terhadap BTA dan pengobatan diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila
pasien masih mempunyai data resistensi BTA dan ternyata BTA masih sensitif
terhadap semua obat dan setelah tahap intensif BTA menjadi negatif, maka tahap
sputum masih cukup besar. Bila data menunjukkan resiten terhadap R dan H,
R3H3E3 yang perlu diawasi dengan ketat. Bila sputum BTA masih tetap positif
setelah selesai tahap lanjutan, maka pasien tidak perlu diobati lagi.
3. Kategori III
Ditujukan terhadap :
kelainan paru lebih luas dari 10 cm2 atau pada TB ekstra paru yang belum remisi
sempurna, maka tahap lanjutan diperpanjang lagi dengan H saja selama empat
4. Kategori IV
anti TB (sedikitnya R dan H), sehingga masalahnya jadi rumit. Pasien mungkin
perlu dirawat beberapa bulan dan diberikan obat-obat anti TB tingkat dua yang
dengan pemberian H seumur hidup dengan harapan dapat mengurangi infeksi dan
penularan.
Departemen Kesehatan RI dalam program baru pemberantasan TB paru
Evaluasi Pengobatan.
keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain ), berkurangnya
Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2,
4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada
akhir bulan ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan
ke-2 dan akhir pengobatan. Pemeriksaan resistensi dilakukan pada pasien baru
yang BTA-nya masih positif setelah tahap intensif dan pada awal terapi pasien
dalam evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada
kasus kambuh.
Asam urat darah perlu diperiksa bagi yang memakai obat Z. bila terdapat hepatitis
karena obat ( kebanyakan karena R dan H ), maka obat yang hepatotoksis diganti
perlu bagi yang memakai E, sedangkan tes audiometri perlu bagi yang memakai
S.
pasien yang resisten terhadap obat anti TB makin meningkat dan sudah mencapai
tinggi lagi. BTA yang sudah resisten terhadap obat anti TB saat ini sudah dapat
dalam waktu satu hari. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi 99% BTA yang resisten
a. Terhadap individu.
1. Biologis.
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak
napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat
2. Psikologis.
Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena batuk
menyenangkan.
3. Sosial.
4. Spiritual.
manakutkan
b. Terhadap keluarga.
penularan penyakit.
2. Produktifitas menurun.
3. Psikologis.
Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang lain.
4. Sosial.
Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta pengobatan
Penderita TB Paru positif tidak teratur atau droup out pengobatan maka
resiko penularan pada masyarakat luas akan terjadi oleh karena cara
semua orang yang batuk dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada
obat yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama 6 bulan
1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang
Proses Keperawatan
perawatan.
Pengumpulan data
(Effendi,1998:47).
Kebiasaan makan
bagi tuberculosis adalah Puskesmas, BP4, Rumah Sakit dan Dokter pratek
Aktivitas
2002).
ketidak mampuan dan ketidak tahuan dalam mengatasi masalah yang mereka
Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
Keadaan rumah yang sempit, ventilasi kurang, udara yang lembab termasuk
rumah dengan kondisi di bawah standart kesehatan. Salah satu factor yang bisa
a. Karakteristik lingkungan
2. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan
penyembuhan.
akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam
a. Fungsi Afektif
partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidak
keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, akibat, pancegahan, perawatan dan
pengobatan TBC.
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Ketidak sanggupan
karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta
yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika
pelayanan kesehatan.
keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
4. Fungsi Reproduksi
diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat
penting.
5. Fungsi Ekonomi
6. Koping keluarga
Bila koping keluarga tidak efektif terhadap stressor yang akan menyebabkan
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu).
masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah,
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung
dilakukan skor Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh
Bailon dan Maglaya (1978). Proses scoring untuk setiap diagnosis keperawatan:
Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
yaitu:
ditingkatkan.
Diagnosa yang mungkin muncul pada keluarga dengan penyakit TBC adalah :
(Doenges,1999:240-247).
Prioritas masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
keperawatan keluarga.
dan prasarana.
c. Sumber daya perawatan, diataranya adalah pengetahuan dan
3. Potensi masalah TBC untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah TBC
yang akan timbul dan dapat dikuraangi atau dicegah melalui tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah TBC
adalah :
masalah TBC yang menunjukkan pada prognosa dan beratnya TBC yang
b. Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan untuk mencegah
keluarga.
d. Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat
TBC dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi
didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang
menurut Friedman (1998;64). Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur,
langsung dan spesifik. Dan tujuan jangka panjang yang merupakan tingkatan
akhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang diharapkan oleh perawat dan
sumber daya yang ada pada keluarga Tn .S yaitu biaya, pengetahuan dan sikap
dari keluarga Tn.S berupa respon verbal, afektif dan psikomotor untuk mengatasi
masalahnya.
Kriteria evaluasi :
TBC.
TBC.
Standar evaluasi :
Pengertian, tanda dan gejala, penyebab, cara pencegahan TBC, cara pencegahan
tindakan keperawatan.
data baru secara terus-menerus mengalir masuk. Karena informasi ini (respon dari
klien, perubahan situasi, dll) dikumpulkan, perawat perlu cukup fleksibel dan
Intervensi pada keluarga dengan masalah TBC antara lain sebagai berikut
(Doenges, 1999) :
4. Dorong pasien untuk makan sedikit tapi sering dengan makanan tinggi
4. Implementasi
mengenal masalah TBC dan mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat
Adat istiadat yang berlaku berpengaruh pada kemampuan kelurga dalam merawat
5. Evaluasi
Ada beberapa metode evaluasi yang dipakai dalam perawatan. Faktor yang
paling penting adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan
dan intervensi yang sedang dievaluasi. Bila tujuan tersebut sudah tercaapai