3.1. Pendahuluan
tetapi, di satu sisi, semua agama dan pemeluk agama memiliki klaimnya masing-
fanatisme terhadap agama sendiri, dan antipati terhadap orang yang memeluk
agama lain. Oleh karena itu, para tokoh-tokoh agama terus mengadakan
umat beragama.
sangat diandalkan. Namun, tanpa disadari metode dialog telah merubah arti dan
hakikat masing-masing agama, termasuk merubah arti dan hakikat agama Kristen.
Hal ini dikarenakan metode dialog telah melangkah lebih jauh dari metode dialog
oleh kaum pluralis. Kaum pluralis menolak semua klaim agama yang bersifat
pluralis khususnya konsep kristologinya, maka dalam bab ini, penulis akan
menunjuk kepada fakta kemajemukan agama yaitu fakta berbagai macam agama
1
Kata Pluralitas mengacu pada konteks yang didalamnya kita hidupsuatu kompleksitas
fenomena masyarakat yang terdiri dari berbagai macam kebudayaan, agama dan ideologi.
Sedangkan Pluralisme adalah suatu paham, sikap yang menerima validitas atau keabsahan bahwa
semua agama adalah sama
2
Daniel B. Clendenin, Many Gods, Many Lords an interpretative theory about how one
should handle the many competing truth-claims made by the various religions (Grand Rapids:
Baker, 1995) hlm. 12
membawa kepada persetujuan dan pengakuan bahwa kemajemukan agama
merupakan sesuatu yang baik. Ketiga, pluralisme agama dapat juga berarti
agama pada akhirnya menunju kepada realitas mendasar yang sama dan semua
paham, sikap yang berupaya untuk mengakui dan menerima validitas atau
Dengan kata lain, mereka saling membuka diri untuk dapat menerima semua
agama pada dasarnya menuju pada Allah, hanya jalannya yang berbeda-beda.
seperti yang dikutip oleh Wisma Pandia menyebut pluralisme sebagai: suatu
menghargai dan dilandasi kesatuan rohani meskipun mereka berbeda. 3 Oleh sebab
agama adalah bukan pada masalah kebenaran dan ketakbenaran, tetapi tentang
perbedaan persepsi terhadap satu kebenaran; ini berarti bahwa berbicara tentang
3
Wisma Pandia, Teologi Pluralisme Agama-agama (Tangerang : Literatur Sekolah
Tinggi Theologi Injili Philadelphia) hlm. 4-5
kepercayaan-kepercayaan keagamaan sebagai benar atau salah adalah tidak
keagamaan adalah masalah pribadi. Setiap orang berhak untuk mempercayai iman
semata-mata masalah pribadi tetapi juga masalah sosial. Dimana pada dasarnya
semua orang saling berhubungan antara satu dengan yang lain baik dalam
dirinya sendiri yang paling benar dan berbeda dari agama lain sehingga dapat
atau yang tertinggi. Pluralisme memberikan satu format keagamaan yang baru,
menyelamatkan.
kemajemukannya adalah satu hal yang tidak bisa dipungkiri oleh siapa
pun juga. Kesadaran dan pemahaman akan kemajemukan itu tidak hanya
4
Lesslie Newbigin, Injil Dalam Masyarakat Majemuk (Jakarta: BPKGunung Mulia,
1993) hlm
sampai pada tingkat mengalami keberadaan agama lain, tetapi juga
dituntut untuk membangun hubungan yang baik dan toleransi yang lebih
tersebut pun harus menghormati dan mengakui hak orang lain untuk
dialog yang sehat antar iman. Upaya tersebut berkaitan dengan keimanan
baru sehingga mampu memberi tempat bagi agama-agama lain. Hal ini
kata lain, kaum pluralisme mengatakan bahwa kristologi yang ada tidak
5
Tim Balitbang PGI, Agama dan Dialog: Pencerahan, Pendamaian dan Masa Depan
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003) hlm. 459-460
beragama dan cita-cita untuk mewujudkan kesatuan semua agama tidak
hanya satu saja, tidakkah layak kalau juga ada hanya satu agama?
agama-agama lain? Dapatkah saya belajar lebih banyak lagi dari agama-
agama tersebut, ketimbang yang saya dapatkan dari agama saya sendiri?7
Panikkar, Stanley Samartha, dan Choan Seng Song adalah orang yang
lain dan menemukan bahwa ada jalan lain untuk mengenal kebenaran
6
Tim Balitbang PGI, Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia: Theologia
Religionum (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000) hlm. 23
7
Paul F. Knitter, Satu Bumi Banyak Agama: Dialog Multi-Agama dan Tanggung Jawab
Global, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006) hlm. 130-132
mengubah iman kepercayaan lain dan melangkah masuk ke dalam
bukan atas dasar Kristosentris. Hal ini membebaskan orang Kristen dari
bukan hanya dalam kaitan dengan warisan kita sendiri tetapi juga dalam
Kristus bagi orang Kristen, Veda bagi orang Hindu dapat diperluas dan
orang lain kepercayaan dan ideologi lain dan menemukan bahwa ada
jalan lain untuk mengenal kebenaran daripada yang telah kita pelajari. 9
apa pun tidak berhak menghakimi iman orang lain. Yang dimaksud
tidak sempurna dan merupakan suatu proses pencarian. Oleh karena itu,
agama terbaik untuk orang Hindu. Moto kaum puralis ialah agamamu
bagaimana membuat sebuah pilihan ini atau itu antara relativisme dan
menyimpulkan:
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa relativisme adalah salah satu titik
tolak yang dipakai oleh kaum Pluralis, secara khusus dipakai oleh John
3.3.3. Pergeseran Pandangan Teologi Katolik Roma dan Dewan Gereja Dunia.
para teolog Katolik. Hal ini dikarenakan mereka yang terlebih dahulu
teolog Protestan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka ada dua peristiwa
12
John Hick dan Paul F. Knitter, Mitos Keunikan Agama kristen, (Jakarta: BPk Gunung
Mulia, 2001) hlm, xiii
13
Ibid
Katolik yang pikirannya sangat mempengaruhi perkembangan
"extra ecclesiam nulla salus" (di luar gereja, tidak ada keselamatan) yang
Perubahan ini bukan saja terjadi di kubu Katolik tetapi juga dari
Kristen Protestan sendiri, khususnya yang menyebut diri dari aliran arus
tidak beriman harus manusiawi, bersifat pribadi, relevan dan rendah hati.
Dialog dan proklamasi Injil adalah berbeda. Para teolog yang menganut
ideologi lain dan menemukan bahwa ada jalan lain untuk mengenal
16
Stevri I Lumintang, Theologia Abu-abu: Pluralisme Agama, hlm.81-88
17
C.S. Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993) hlm.
154
18
Ioanes Rakhmat, Pluralitas Agama, Dialog dan Perspektif Kristiani, hlm 75
untuk menemukan kebenaran melalui berdialog dengan orang beragama
lain.
dengan Allah.19
pusat kegiatan hidup. Rasio kemudian juga dipandang sebagai kata kunci
religius dari hal yang absolut menjadi hal yang relatif dan subyektif.
prinsip alkitabiah.21
20
Gene Edward Veith, Postmodernisme: Spiritualitas Tanpa Kebenaran disadur oleh
Gunung Maston dari Postmodern Times: A Christian Guide to Contemporary Thought and Culture
http://www.geocities.com/reformed_movement/artikel /spiritual.html, (Jumat, 15 Juli, 2011, pkl.
15.50. Wib)
21
Ibid
reaksi terhadap fakta tidak pernah tercapainya impian yang dicita-citakan
dalam era modern. Era modern yang berkembang antara abad kelima
belas sampai dengan delapan belas dan mencapai puncaknya pada abad
sembilan belas dan dua puluh. Berbeda dengan filsafat modern yang
tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak dan universal (relativ). Istilah
22
Nihilisme adalah sebuah pandangan filosofi yang sering dihubungkan dengan Friedrich
Nietzsche. Nihilisme mengatakan bahwa dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia, tidak
memiliki suatu tujuan. Nihilis mengatakan, bahwa tidak ada bukti yang mendukung keberadaan
pencipta, moral sejati tidak diketahui, dan etika sekular adalah tidak mungkin. Karena itu,
kehidupan tidak memiliki arti, dan tidak ada tindakan yang lebih baik daripada yang lain.
23
Ibid
universal dari Allah? Apakah kebenaran Allah tersebut tidak menjadi
yang akhirnya membawa akibat teologis yang lebih besar bagi teologia
ini sendiri pun dianggap tidak memadai oleh para Pluralis. Oleh sebab
24
Ibid
25
John Hick dan Paul F Knniter, Mitos Keunikan Agama kristen, hlm xi
26
Inklusivisme muncul dengan sebuah penolakan konsep eksklusivisme yang
menekankan tentang keselamatan satu-satunya didalam Kristus Yesus. Inklusivisme muncul
dengan ide yaitu dengan menawarkan konsep universalitas kasih Allah bagi agama-agama lain.
Allah diyakini mengerjakan keselamatan dalam agama-agama lain, walau tidak lengkap dan justru
dipenuhi oleh Kristus sendiri. Hal ini dimunculkan oleh para kaum inklusivis karena menurut
mereka sikap eksklusivis merupakan hal yang negatif bagi agama lain, karena sikap ini kurang
memberi tempat pemahaman aktual agama-agama lain.
Pemahaman-pemahaman baru digambarkan sebagai setiap upaya untuk
melangkah lebih jauh dari dua model umum yang telah mendominasi
sikap-sikap Kristen terhadap agama-agam lain sampai kini: pendekatan
eksklusiviskonservatif, yang menemukan keselamatan hanya di dalam
Kristus dan yang hanya melihat sedikit, kalaupun ada, nilainya ditempat
lainnya, dan sikap inklusiv liberal yang mengakui kekayaan yang
menyelamatkan dalam iman lain, tetapi kemudian memandang kekayaan
ini sebagai hasil karya penebusan Kristus dan sebagai sesuatu yang telah
dipenuhi di dalam Kristus. Kami ingin mengumpulkan para teolog yang
menjelajah berbagai kemungkinan akan posisi pluralis- suatu upaya
melangkah meninggalkan penekanan pada superioritas atau finalitas
Kristus dan agama Kristen menuju pengakuan akan validitas mandiri jalan-
jalan lain.27
bawah dan yang kedua adalah Kristologi fungsional. Pada dasarnya ada
kristologi dari atas dan kristologi dari bawah serta kristologi fungsional
disebut juga Vonunten, metode yang sama juga dipakai oleh kaum
tetapi dari Allah Bapa saja. Hal ini tentu bertentangan dengan natur
keilahian Yesus yang ada sejak kekekalan (Yoh. 1:1-3), selain Bapa,
28
Stevri I Lumintang, Theologia Abu-abu: Pluralisme Agama, hlm. 142-143
Pluralis sangat berupaya mengembangkannya, hal ini terlihat dari buku
lebih menekankan fungsi atau karya Kristus daripada pribadi atau sifat-
Yesus sejarah, yaitu suatu paham yang mula-mula diperkenalkan oleh theologi
yang kritis mengenai relasi antara peristiwa Yesus dan waktu penulisan.
Mereka menyimpulkan bahwa apa yang ditulis oleh para penulis Injil tentang
benar-benar ada secara historis, melainkan Yesus yang menurut pikiran murid-
murid atau para penulis Injil. Oleh sebab itu mereka menganggap Injil penuh
dengan dongeng dan mitos. Karena itu Yesus yang dikenal dalam Alkitab oleh
orang Kristen sekarang, bukan Yesus sebenarnya melainkan Yesus mitos para
penulis Injil.31
Ada empat tokoh yang memulai penelitian tentang Yesus sejarah ini,
yaitu David Strauss dengan bukunya A New Life Of Jesus dan Ernast
sebagai manusia biasa yang baik, sebagai seorang guru yang memiliki
menyatakan bahwa Injil-injil adalah tidak dapat dipercaya dan bahwa Yesus
sejarah adalah seorang yang biasa, sebagai dongeng yang telah mengalami
31
Stevri I Lumintang, Theologia Abu-abu: Pluralisme Agama, hlm. 145
manusia biasa saja yang rohani dan bermoral serta memiliki kebenaran-
kebenaran rohani.32
yang pada dasarnya isu sebenarnya adalah tidak mempercayai kitab Injil-injil
Yesus sebagai manusia biasa yang baik dan bermoral tinggi dan yang patut
diteladani oleh orang Kristen. Inilah fakta yang sudah dan sedang merusak
Roy Eckardt yang dapat juga disebut sebagai seorang teolog Pluralis
lebih baik lagi, pengkajian ini mendekati persoalan Kristologi dari suatu
adalah ciptaan penulis, dan ia pun membedakan ucapan asli Tuhan Yesus dan
yang produk dari para penulis (Yesus Seminar : Yesus tidak pernah menuntut
diriNya disebut dan diakui sebagai Mesias. Hal ini merupakan kesalahan para
murid Yesus dan orang Kristen masa kini).34 Borg dan Sugirtharajah menggali
32
Wisma Pandia, Teologi Pluralisme Agama-agama, , hlm. 18
33
Ibid
34
Iones Rahmat, Serba-serbi Doktrin: Yesuslah Satu-satunya Jalan, (Tangerang : Sirao
Credentia Center) hal. 8-9
ulang Yesus dan menegaskan bahwa memahami Yesus sejarah berarti
menafsir ulang Injil dan membersihkan semua yang mereka anggap sebagai
mitos.
tanpa batas tempat dan waktu untuk menyelamatkan semua manusia sekalipun
2:4), dan iman dalam Yesus Kristus perlu untuk keselamatan. Ini berarti
namun ada juga keselamatan melalui agama lain. Menurut Rahner bahwa,
tindakan kreatif Allah dan secara historis dihadirkan dalam peristiwa Yesus. 35
35
Dikutip oleh Stevri I. Lumintang, Theologia Abu-Abu, Hlm. 157
pernyataan-pernyataan yang nampak secara eksplisit seperti Segala Sesuatu
yang diciptakan oleh Dia dan untuk Dia muncul enam kali dalam teks
penebusan Allah adalah untuk seluruh alam semesta dalam jangkauan yang
keliru, dan penggunaan sistem penafsiran yang terbuka. Hal ini ditandai
luar kekristenan. Hal yang sama juga dilakukan oleh kaum Pluralis seperti
Hick dan C.S Song, yang menyatakan bahwa pribadi kedua Allah Tritunggal
dalam banyak wujud. Kehadiran Yesus bagi mereka tidak dapat dibatasi oleh
ruang dan waktu, juga tidak dapat dibatasi oleh semua batasan budaya dan
Kristologi Kosmik.37
36
D.A. Carson, The Gagging of God, Christianity Confrits Pluralism (Leicester: Inter-
Varsity Press, 1966) Hlm. 44
37
Dikutip oleh Stevri I. Lumintang, Theologia Abu-Abu, Pluralisme agama, Edisi revisi,
Hlm. 159
kekurangan-kekurangan dan juga mempertahankan nilai-nilai dari model
pilihannya dan berisi harapan terbesar bagi dialog antar agama di masa depan
dan bagi evolusi yang terus dilanjutkan atas makna Yesus Kristus bagi dunia
ini. Pemahaman semacam ini memandang Yesus bukan sebagai tokoh yang
contoh jalan Yesus dari Nazaret sebab Yesus dan intinya tentang kerajaan
kepercayaan lain. Jadi semua teks Alkitab yang menegaskan Yesus sebagai
38
Paul F. Knitter, No Other name? A Critical Survey of Christian Attitude Toward The
World Relegions (New York: Orbis Books, 1989), 66
39
Ibid. Hlm. 171-172
seluruh bukti Perjanjian Baru, juga tidak memberi penekanan cukup pada
perlunya seorang pengantara atau tidak ada karya penebusan yang dapat
ini atas dasar tentang doa Tuhan Yesus mengenai pengampunan dosa.
40
Stanley Samartha, Salib dan Bianglala : Kristus di dalam Suatu Kehidupan. Dalam
Wajah Yesus di Asia.
41
John Hick, The Metaphor of God Incarnate: Christologi in a Pluralistic Age
((Lousville: Westminster Press, 1993), hlm. 127
Lebih jauh, Hick memberikan tiga alasan utama untuk menolak
lain. Ini adalah sangat tidak mungkin bahwa sintesis yang relatif
demikian diterima oleh para ahli sejarah dan agama. Inkarnasi Yesus
sebagai salah satu dari sekian banyak inkarnasi di dalam dunia Romawi,
dimana Allah tidak selalu dipahami sebagai Allah yang mengambil rupa
manusia saja. Menurut Hick, yang mereka sembah itu disebut Tuhan
dalam gurudwara Sikh, dan disebut Rama atau Krishna di dalam kuil
adalah tidak benar. Karena itu tidak memiliki arti literal bahwa Yesus
adalah Allah, melainkan suatu aplikasi kepada Yesus dari suatu konsep
Anak. Yesus memang adalah Anak Allah namun itu adalah konsep
cara yang demikian. Jadi sebutan anak Allah, Mesias, menjadi Anak
hanya terjadi pada agama-agama lain. Tokoh yang menganut paham ini
mengakui Kristus yang tidak dikenal atau terselubung. Jadi agama Hindu
dalam Yesus, melainkan juga dalam agama yang lain. Jadi Allah menjadi
Yesus baginya adalah bagian dari Kristus dan Kristus tentu lebih dari
Yesus Kristus sebagai misteri Ilahi bukan suatu realita yang mempunyai
melalui Kristus (bernama) dalam agama Kristen, juga adalah Allah yang
orang Kristen.44
3.5. Kesimpulan
tetapi, di satu sisi, semua agama dan pemeluk agama memiliki klaimnya masing-
44
Paul F. Knitter, Pengantar Teologi Agama-Agama, Hlm. 122
masing mengenai keabsolutan kebenaran-kebenaran yang diimani atau yang
dalam kajian agama-agama. Pluralisme adalah suatu paham, sikap yang menerima
validitas atau keabsahan bahwa semua agama adalah sama. Kaum pluralis
menolak semua klaim agama yang bersifat eksklusif, absolut, unik dan final.
relativisme. Kaum Pluralis umumnya melihat Allah dari sudut manfaat seperti
Allah mengasihi, dan memberi hidup. Kaum pluralis juga mempersoalkan Yesus
sejarah melalui relasi yang kritis mengenai relasi antara peristiwa Yesus dan
waktu penulisan. Mereka menyimpulkan bahwa apa yang ditulis oleh para penulis
Injil tentang Yesus, sebenarnya bukanlah Yesus sesungguhnya atau bukan Yesus
yang benar-benar ada secara historis, melainkan Yesus yang menurut pikiran