Perencanaan dari atas ke bawah ( Top Down) adalah pendekatan perencanaan yang
menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana rinci. Rencana rinci yang berada di
"bawah" adalah penjabaran rencana induk yang berada di "atas". Pendekatan perencanaan
sektoral acapkali ditunjuk sebagai pendekatan perencanaan dari atas ke bawah, karena target
yang ditentukan secara nasional dijabarkan ke dalam rencana kegiatan di berbagai daerah di
seluruh Indonesia yang mengacu kepada pencapaian target nasional tersebut. Pada tahap awal
pembangunan, pendekatan perencanaan ini lebih dominan, terutama karena masih serba
terbatasnya sumber daya pembangunan yang tersedia.
Tidak ada satupun yang menyangkal bahwa metode top down yang diterapkan diera orde baru
menghasilkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang menakjubkan secara presentase. Akan
tetapi sayangnya kemajuan ini tidak diikuti oleh kemajuan bidang-bidang sosial yang lain
sehingga muncullah ketimpangan pembangunan. Ketimpangan pembangunan dibeberapa
daerah terjadi bukan karena kesalahan konsep, tetapi ketidakmampuan sistem pelaksanaan
dalam menterjemahkan konsep tersebut ke dalam program operasional yang mantap.
Ketidakmampuan ini bisa diakibatkan oleh rendahnya kemampuan teknis aparat pelaksana, bisa
juga karena ketidakcocokan (rasionalisasi penerapan) antara program yang dibuat Pemerintah
Pusat dengan kondisi daerah dan keinginan masyarakat, sebab masyarakat setempat tidak diberi
kesempatan untuk terlibat pada penyusunan konsef atau tidak berdaya mempengaruhi atau
merencanakan masa depan mereka. Hal tersebut menjadikan masyarakat menjadi apatis
terhadap pembangunan, masyarakat merasa tidak berkepentingan dengan pembangunan yang
pada akhirnya hal tersebut mengakibatkan permasalahan bagi pemerintah.
Secara konseptual, terdapat perbedaan yang cukup mendasar dari kedua tipe perencanaan
pembangunan ini, seperti berikut:
Tabel.1
Top Down
Botton Up
Top down planning adalah model perencanaan yang dilakukan dari atasan yang ditujukan kepada
bawahannya dimana yang mengambil keputusan adalah atasan sedangkan bawahan hanya
sebagai pelaksana saja. Dalam pengertian lain terkait dengan pemerintahan, perencanaan top
down planning atau perencanaan atas adalah perencanaan yang dibuatoleh pemerintah
ditujukan kepada masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaksana saja.
Dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini mendesak bagian bawah bekerja sesuai kemauan
atasan di dalam perencanaan tanpa memedulikan situasi nyata bagian bawah. Waktu
perencanaan bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal yang terlewatkan karena sempitnya
forum informasi dan komunikasi. Biasanya menimbulkan kepatuhan yang terpaksa namun untuk
sementara waktu efektif.
Button Up Planning adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan
permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan
atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam
pengertian dibidang pemerintahan, button up planning atau perencanaan bawah adalah
perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai
fasilitator.
Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak
awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan mereka
bersama, dan mendorong keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya.
Kelemahannya memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk perencanaan. Diperlukan
pengembangan budaya perusahaan yang sesuai.
Di dalam implementasinya tidak terdapat lagi penerapan penuh pendekatan dari atas ke bawah.
Beberapa pertimbangan, misalnya ketersediaan tabungan pemerintah sebagai sumber
pembiayaan pembangunan dan kepentingan sektoral nasional, masih menuntut penerapan
pendekatan dari atas ke bawah. Namun, kini pendekatan tersebut tidak lagi sepenuhnya
dijalankan karena proses perencanaan rinci menuntut peran serta masyarakat. Untuk itu,
diupayakan untuk memadukan pendekatan perencanaan dari atas ke bawah dengan
perencanaan dari bawah ke atas. Secara operasional pendekatan perencanaan tersebut ditempuh
melalui mekanisme yang disebut Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian
Pembangunan di Daerah (P5D) dengan memanfaatkan forum-forum Musyawarah Pembangunan
(Musbang) Desa, Musbang Kecamatan, Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) Dati II,
Rakorbang Dati I, Konsultasi Regional Pembangunan (Konregbang), yaitu Dati I sepulau/kawasan,
dan puncaknya terjadi pada Konsultasi Nasional Pembangunan (Konasbang). Di setiap tingkat
diupayakan untuk mengadakan koordinasi perencanaan sektoral dan regional. Usulan atau
masalah yang lintas wilayah atau lintas sektoral yang tidak dapat diselesaikan di suatu tingkat
dibawa ke tingkat di atasnya. Proses berjenjang ini diharapkan dapat mempertajam analisis di
berbagai tingkat forum konsultasi perencanaan pembangunan tersebut. Dengan demikian,
perencanaan dari "atas ke bawah" yang memberikan gambaran tentang perkiraan-perkiraan dan
kemungkinan-kemungkinan yang ada diinformasikan secara berjenjang, sehingga proses
perencanaan dari "bawah ke atas" diharapkan sejalan dengan yang ditunjukkan dari "atas ke
bawah".
Pada bagan berikut ditunjukkan bagaimana mekanisme perencanaan dengan pendekatan dari
bawah ke atas. Pemrosesan usulan kegiatan atau proyek dari instansi sektoral yaitu Kantor
Departemen (Kandep) di Dati II dan Kantor Wilayah (Kanwil)/perwakilan departemen/lembaga di
Dati I dikonsultasikan dalam forum konsultasi pembangunan sehingga diharapkan visi atau
kepentingan daerah sudah terwakili dalam usulan tersebut. Upaya-upaya untuk
mengakomodasikan kebutuhan dunia usaha telah diefektifkan dalam rapat koordinasi
penanaman modal di Dati I (RKPPMD I). Dengan demikian, forum Rakorbang Dati I menjadi ajang
pertemuan pembahasan antara kebutuhan masyarakat, dunia usaha, dan perencanaan sektoral.
Perencanaan dengan sistem TOP DOWN PLANNING artinya adalah perencanaan yang dilakukan
oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta pemerintah berperan lebih
dominan dalam mengatur jalannya program yang berwal dari perencaan hingga proses evaluasi,
dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh.
Perencaan dengan sistem gabungan dari kedua sistem diatas adalah perencaan yang disusun
berdasarkan kebutuhan masyarakat dan program yang diinginkan oleh masyarakat yang
merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan juga masyarakat sehingga peran antar
satu dan keduanya saling berkaitan.
Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang lebih dominan bila
dibanding peran dari masyarakat itu sendiri.
Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu program telah dilaksanakan.
Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program tanpa
mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir.
Tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada masyarakat tidak
terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-hal yang diperlukan oleh
masyarakat.
Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu diperhitungkan dalam
proses berjalannya suatu proses.
Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan program tersebut sudah dapat berjalan
sendiri karena adanya peran pemerintah yang optimal.
Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh
pemerintah.
Peran masyarakat dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide kepada pemerintah
dalam menjalakan suatu program.
Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat akan dapat berjalan sesuai dengan keinginan masyrakat
karena ide-idenya berasal dari masyarakat itu sendiri sehingga masayarakat bisa melihat apa yang
diperlukan dan apa yang diinginkan.
Pemerintah tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada peran masyarakat lebih banyak.
Masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang yang akan digunakan dalam
suatu jalannya proses suatu program.
Hasil dari suatu program tersebut belum tentu biak karena adanya perbadaan tingkat pendidikan
dan bisa dikatakn cukup rendah bila dibanding para pegawai pemerintahan.
Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berlan lebih baik karena adanya silih faham
atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan kerancuan bahkan salah faham
antara masyarakat dengan pemerintah dikarenakan kurang jelasnya masing-masing tugas dari
pemerintah dan juga masyarakat.
Bila dilihat dari kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing sistem tersebut
maka sitem yang dianggap paling baik adalah suatu sistem gabungan dari kedua janis sistem
tersebut karena banyak sekali kelebihan yang terdapat didalamya antara lain adalah selain
masyarakat mampu berkreasi dalam mengembangkan ide-ide mereka sehingga mampu berjalan
beriringan bersama dengan pemerintah sesuai dengan tujuan utama yang diinginkan dalam
mencapai kesuksesan dalam menjalankan suatu program tersebut.
E. Peran Perencana pada Pembangunan yang Memiliki Pendekatan TOP-DOWN dan BOTTOM-
UP PLANNING
Dalam suatu perencanaan terdapat beberapa pihak yang terlibat suatu produk rencana tersebut,
baik terlibat secara langsung ataupun tak langsung tergantung pendekatan perencanaan yang
dianut. Pihak-pihak terkait tersebut adalah pemerintah, swasta, masyarakat, dan perencana.
Pada pendekatan top-down planning di mana pemerintah yang memiliki andil terbesar dan
mutlak sehingga dalam hal ini peran dari perencana pun tidak memiliki pengaruh yang besar
karena di sini perencana hanya mengikuti apa yang menjadi permintaan dari pemerintah. Dalam
pendekatan top-down ini semua keputusan berada di tangan pemerintah sedangkan masyarakat
hanya sebagai objek dari suatu perencanaan tanpa ikut campur tangan dalam perencanaan.
Pada hakikatnya penataan ruang merupakan sebuah upaya membuat rencana untuk kepentingan
masyarakat. Untuk itu langkah ke depan selanjutnya adalah bagaimana membuat masyarakat
menjadi bagian dari proses perencanaan. Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan
termasuk salah satu metode pendekatan bottom-up planning. Dalam hal ini perencana memiliki
peran sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat. Kali ini perencana memiliki tugas
memberdayakan dalam bidang tata ruang. Melakukan perencanaan atas kepentingan masyarakat
sejatinya seiring dan sejalan dengan melakukan perencanaan bersama masyarakat. Menjadikan
masyarakat sebagai bagian dari proses perencanaan dan perencanaan bagian dari proses
bermasyarakat.
Dalam upaya pengembangan wilayah dan pembangunan kota secara bottom-up, peran
pemerintah akan lebih ditekankan pada penyiapan pedoman, norma, standar dan peraturan,
pengembangan informasi dan teknologi, perumusan kebijakan dan strategi nasional. Sementara
disisi lain, masyarakat semakin dituntut untuk mengenali permasalahan wilayah dan kota dan
pemecahan yang inovatif yang tidak lagi tergantung pada pemerintah, meskipun pemerintah
masih mempunyai kewajiban membantu dalam pembangunan wilayah. Seorang perencana pada
akhirnya harus dapat menjadi seorang komunikator dalam proses politik yang terjadi, untuk
mengkomunikasi kepentingan berbagai pihak.
Share
Top Down Inovation adalah salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan
atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan efisiensi waktu dan
sebaginya.
Inovasi ini di terapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan bahkan
memaksakan apa yang menurut atasan itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan
tidak berwewenang untuk menolak pelaksanaannya.
Jadi dapat dikatakan bahwa top down innovation sama halnya dengan pendidikan yang
otoriter.Contoh adalah yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional selama ini. Seperti
penerapan kurikulum, kebijakan desentralisasi pendidikan dan lain-lain.
Banyak pembahasan tentang top down innovation yang hanya menyangkut tentang kebijakan-
kebijakan dan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah mengenai pendidikan,seperti
kurikulum, Standart Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), namun top down innovasion
juga terjadi pada saat pembelajaran/proses transfer ilmu/pengetahuan di dalam kelas. Hal ini
terjadi dari guru ke peserta didik.
Saat guru mengajar dalam kelas sering memaksa peserta didik untuk menelan bulat-bulat apa
yang di terangkan dan di jelaskan oleh guru, mereka tidak berani untuk menyanggah,
mengomentari, menanggapi, apa yang dikatakan guru karena adanya hukuman bagi peserta
didik yang di anggap menyimpang hal ini dapat membunuh kreativitas dan pola pikir kritis para
peserta didik.
Top down innovation/otoriter dalam pendidikan tidak selamanya salah, terkadang memang harus
ada penekanan dari guru untuk dijadikan sebuah tempaan bagi para peserta didik agar mereka
dapat berkembang meskipun perkemangan manusia memang sangat bergantung pada motivasi
dari dirinya sendiri namun kebanyakaan manusia cenderung akan lebih banyak mendapatkan
hambatan jika harus berjuang sendirian
Selain pendidikan formal/di sekolah ternyata top down innovation juga terjadi pada polah
pendidikan di rumah, yaitu dari orang tua pada anaknya, Orang tua mendidik anak mereka
dengan cara keras dan kaku, anak-anak harus patuh terhadap peraturan-peraturan yang dibuat
oleh orangtua, anak-anak tidak diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan keinginan
dan kemauan hati mereka, sehingga mereka merasa tertekan. Tujuannya agar mereka menjadi
anak yang disiplin, menurut dan tidak banyak kemauan. Meskipun dengan pola pendidikan
otoriter menjadikan keluarga terlihat aman, tertib, tidak ada masalah, anak menurut, namun hal
ini sangat membahayakan bagi perkembangan jiwa anak karena mereka akan tumbuh menjadi
pribadi yang rendah diri, tidak mandiri, penakut untuk mencoba hal-hal baru, tidak memiliki
kreativitas, dll.
Kelebihan
Setiap inovasi yang ada dalam dunia pendidikan ada kelebihan dan kekurangannya.Yang pertama
kesempatan untuk memperoleh pendidikan merata merupakan salah satu kelebihan yang
melekat pada Top Down Inovation.
Yang kedua dalam Top Down Inovation juga menerapkan sistem yang terstruktural, sehingga
dapat menggunakan waktu seefisien dan seefektif mungkin.
Yang ketiga adanya standart pengajaran sebagai tolak ukur ketuntasan belajar siswa menjadi
salah satu kelebihan dari Top Down Inovation.
Kelebihan yang ke empat adalah ujian dilaksanakan serempak. Dengan begitu, akan mengurangi
kecurangan dalam adanya evaluasi hasil belajar atas ketercapaiannya kurikulum yang telah
disusun oleh Pemerintah.
Yang ke lima adalah adanya monitoring dari pemerintah/depdikna yang menjadi kelebihan Top
Down Inovation.
Kekurangan
Kekurangan yang ada pada Top down innovation adalah pertama, terbatasnya kreativitas guru
dalam hal pengembangan pembelajaran sesuai dengan tingkat berfikir guru.
Yang kedua, yaitu terjadinya kecurangan dalam ujian yang diadakan secara serempak.
Yang ketiga ketidaksesuaian antara kebijakan pemerintah dengan kompetensi yang dimiliki oleh
sekolah karena sumber daya alam yang dimiliki masing-masing sekolah berbeda, sesuai dengan
lingkungan didirikannya sekolah tersebut.
Yang ke empat yaitu peran guru yang hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu
program tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga
akhir.
Yang ke lima tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada
peserta didik tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-hal yang
diperlukan oleh peserta didik secara SDM dan SDA yang ada disekitar lingkungan peserta didik.
Yang ke enam keterbatasan fasilitas dan finansial bagi daerah yang terpencil untuk standart
pendidikan yang berlaku menjadi salah satu kekurangan dari Top Down Inovation.
Yang ke tujuh adalah perbedaan SDM dan SDA disetiap daerah didirikannya sekolah.
Contoh kongkrit yang terjadi pada dunia pendidikan yang pertama adalah yang terjadi di jakarta,
KEMENDIKBUD mewacanakan akan menggabungkan mata pelajaran IPA-IPS menjadi IPU (Ilmu
Pengetahuan Umum) dan PPKn akan di ajarkan kembali disetiap jenjang sehingga mata pelajaran
di jenjang SD menjadi tujuh mata pelajaran saja. Hal ini berarti kurikulum kembali seperti dulu.
Di gresik juga terjadi pendidikan secara otoriter, bupati mewajibkan di salah satu desanya jam
belajar malam untuk anak-anak usia sekolah, yang dimulai dari 16.00-20.00 selama itu semua
masyarakat dilarang menghidupkan TV dan berada diluar rumah. Hal ini sebenarnya menjadi
beban bagi masyarakat gresik namun, itu sudah menjadi peraturan bupati bahkan akan dibuat
PERDA.
3. Kesimpulan
Top Down Inovation adalah salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan
atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan efisiensi waktu dan
sebaginya.
Inovasi ini di terapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan bahkan
memaksakan apa yang menurut atasan itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan
tidak berwewenang untuk menolak pelaksanaannya.
Jadi dapat dikatakan bahwa top down innovation sama halnya dengan pendidikan yang otoriter,
Pendidikan ini sering dinilai buruk, namun sebenarnya ada kebaikan didalamnya karena
terkadang memang harus ada penekanan dari guru untuk dijadikan sebuah tempaan bagi para
peserta didik agar mereka dapat berkembang meskipun perkemangan manusia memang sangat
bergantung pada motivasi dari dirinya sendiri namun kebanyakaan manusia cenderung akan
lebih banyak mendapatkan hambatan jika harus berjuang sendirian.
REFERENSI
****
h0404055
Dalam merencanakan sesuatu program atau kegiatan agar tercapai tujuannya maka dibutuhkan
sebuah perencanaan, dimana perencanaan adalah proses penetapan apa yang harus di capai, bila
hal itu dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang
bertanggungjawab, dan penetapan mengapa hal itu harus dicapai, dengan menghubungkan
fakta-fakta yang ada sehingga dapat memprediksikan situasi yang ada dimasa yang akan datang
Terry dalam bukunya Principle Of Management mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu
proses pemilihan dan menghubung-hubungkan fakta serta menggunakannya untuk menyusun
asumsi-asumsi yang diduga bakal terjadi dimasa mendatang, untuk kemudian merumuskan
kegiatan-kegiatan yang diusulkan untuk tercapainya tujuan yang diharapkan
Seorang manajer haruslah mengerti fungsi-fungsi dari manajemen salah satunya adalah
perencanaan, dalam sebuah organisasi tentunya banyak sekali perubahan-perubahan yang akan
dihadapi, namun perubahan-perubahan tersebut harus terencana dalam arti kita membuat
perencanaan, dari asalany perencanaan dibagi menjadi tiga perencanaan atas, perencanaan
bawah, dan perencanaan campuran.
Top down planning adalah model perencanaan yang dilakukan dari atasan yang ditujukan kepada
bawahannya dimana yang mengambil keputusan adalah atasan sedangkan bawahan hanya
sebagai pelaksana saja. Dalam pengertian lain terkait dengan pemerintahan, perencanaan top
down planning atau perencanaan atas adalah perencanaan yang dibuatoleh pemerintah
ditujukan kepada masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaksana saja.
Kurang partisipatif
Keputusan yang diambil seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan
permasalahan bawahan.
Button Up Planning adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan
permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan
atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam
pengertian dibidang pemerintahan, button up planning atau perencanaan bawah adalah
perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai
fasilitator.
Lebih Partisipatif
Perencanaan gabungan
Perencanaan gabungan adalah perencanaan yang dibuat berdasar kesepakatan dan kebutuhan
bawahan dan atasan yang kemudian dilaksanakan secara bersama-sama (baik itu atasan dan
bawahan). Pengertian yang lain adalah perencanaan yang disusun oleh masyarakat dan
pemerintah dan dipadukan, merupakan kesepakatan bersama pemerintah dan masyarakat.
Lebih Partisipatif karena semua pihak baik bawahan dan atasan dilibatkan dalam
pelaksanaan
Karena melibatkan banyak komponen dan sehingga boros biaya dan tenaga
Iklan
****