Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Al-Quran dan hadits merupakan dua sumber hukum islam yang memiliki
kaitan yang sangat erat dan bahkan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sementara itu kedudukan hadits dalam islam juga tidak dapat diragukan karena
terdapat penegasan yang banyak, baik dalam alquran maupun dalam hadits.
Hadits merupakan sumber dan dasar hukum islam yang menempati
kedudukan yang sangat penting setelah al-Quran. Kewajiban kaum muslim
mengikuti hadits sama wajibnya dengan mengikuti alquran. Hal ini
disebabkan hadits merupakan mubayyin (penjelas) terhadap al-Quran.
Tanpa memahami dan menguasai hadits, seseorang tidak akan dapat
memahami al-Quran dengan baik. Sebaliknya, seseorang tidak akan dapat
memahami hadits tanpa memahami al-Quran, karena al-Quran merupakan
dasar hukum pertama yang didalamnya berisi syariat. Sedangkan hadits
merupakan dasar hukum kedua, yang didalamnya berisi penjelasan dan
penjabaran al-Quran.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari Alquran?
2. Apa pengertian dari hadist?
3. Apa hubungan antara alquran dengan hadist?
4. Apa hubungan hadist terhadap alquran?
5. Apa jenis jenis dari hadist?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
gambaran tentang hubungan Alquran dengan Hadist.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui apa pengertian dari Alquran
b. Untuk mengetahui apa pengertian dari hadist
c. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Alquran dengan hadist
d. Untuk mengetahui bagaimana hubungan hadist dengan Alquran
e. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis dari hadist

1
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Alquran
Qaraa memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qiroah
yaitu merangkai huruf- huruf dan kata- kata satu dengan yang
lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Alquran
sama asal katanya dengan Qiroah yaitu akar kata (masdar
infinitif) dari qoraa, qiroatan dan waquranan.
ALLAH SWT berfirman :


) () 17) )

)
)
)

(18) )
) )

Sesungguhnya Kami-lah yang bertanggung jawab
mengumpulkan (dalam dadamu) dan membacakannya ( pada
lidahmu). Maka apabila kami telah menyempurnakan
bacaanya (kepadamu, dengan perantaraan jibril ), maka
bacalah menurut bacaanya itu. (Qs. Al-Qiyamah: 17-18).
Quranah disini berarti qiraah ( bacaan atau cara
membacanya). Jadi kata itu adalah akar kata (masdar)
menurut wazan (tasrif) dari kata fulan seperti ghufran dan
syukron. Al-Quran adalah kitab yang berisi firman Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad dalam bahasa Arab
dan sampai kepada kita melalui periwayatan yang tidak
terputus atau tawattur.
Secara khusus, Al-Quran menjadi nama bagi sebuah kitab
yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Maka jadilah ia
sebagai sebuah identitas diri. Sebutan Al-Quran tidak terbatas
pada sebuah kitab dengan seluruh kandungannya, tapi juga
bagian daripada ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya.

3
Dan apabila Al-Quran itu dibacakan, maka dengarlah
bacaannya dan diamlah, supaya kamu mendapat rahmat.(Qs.
Al-Araf: 204).
Al-Quran sebagai pedoman hidup umat islam memiliki banyak
fungsi antara lain, sebagai bukti atas kerasulan Muhammad
SAW, Sebagai pedoman hidup manusia untuk membedakan
yang hak dan yang batil (Al-Furqan). Dapat menjadi peringatan
(Al-Dzikr) manakala manusia lalai dalam menjalankan syariat
yang dititahkan ALLAH SWT, dapat menjadi pemberi
keterangan penjelasan (bayyin) ketika manusia mengalami
kebuntuan dalam menghadapi segala persoalan yang
dihadapi, dan sebagai petunjuk dalam persoalan-persoalan
akidah, syariat, dan akhlak.
Al-Quran adalah risalah Allah untuk seluruh umat manusia.
Banyak dalil-dalil yang secara mutawatir diriwayatkan
berkaitan dengan masalah ini, baik dari al-Quran maupun dari
hadist, diantaranya :
Katakanlah (hai Muhammad) : Hai sekalian manusia!
Sesungguhnya Aku adalah pesuruh Allah kepada kamu
semua, Aku (diutus oleh Allah) yang menguasai langit dan
bumi, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
yang menghidupkan dan mematikan. Oleh sebab itu,
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang
ummi yang beriman kepada Allah dan kalmat-kalimatNya
(kitab-kitabNya) : ikutilah dia, supaya kamu mendapat
hidayah.(Qs. Al-Araf: 158).
Gambaran lainnya juga tentang Al-Quran :
Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar Kalamullah
(yang disampaikan oleh Jibril) Utusan yang mulia. yang kuat,
gagah, lagi berkedudukan tinggi disisi Allah yang

4
mempunyai Arasy. Yang ditaati disana (dalam kalangan
malaikat), dan dipercaya. Sebenarnya sahabat kamu (Nabi
Muhammad) itu (wahai golongan yang menentang Islam),
bukanlah orang gila (seperti yang kamu tuduh); Dan (Nabi
Muhammad yakin bahwa yang disampaikan kepadanya ialah
wahyu dari Tuhan). Sesungguhnya Nabi Muhammad telah
mengenal dan melihat Jibril di kaki langit yang nyata. Tidaklah
patut Nabi Muhammad seorang yang bisa dituduh dan di
sangka buruk, tentang penyampaiannya mengenai perkara-
perkara yang gaib. (Qs. At-Takwir: 19-24).
B. Pengertian Hadist
Hadist adalah segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Hadits merupakan sumber
hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran. Allah SWT telah mewajibkan
untuk menaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh
nabi Muhammad SAW dalam haditsnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah
SWT :
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah..... (QS Al Hasyr : 7).
Perintah meneladani Rasulullah SAW ini disebabkan karena seluruh perilaku
Nabi Muhammad SAW mengandung nilai-nilai luhur dan merupakan cerminan
akhlak mulia. Apabila seseorang bisa meneladaninya maka akan mulia pula
sikap dan perbuatannya. Hal tersebut dikarenakan Rasulullah SAW memilki
akhlak dan budi pekerti yang sangat mulia.
Sabda Rasulullah SAW :









Artinya: Aku tinggalkan untukmu dua perkara sekalian, kalian tidak akan
sesat selama kalian berpegangan kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan
sunah Rasulnya. (HR. Imam Malik)

5
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua memilki kedua fungsi
sebagai berikut :
1. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Quran yang
masih bersifat umum.
Contohnya ayat Al-Quran yang memerintahkan shalat, membayar dan
menunaikan ibadah haji, semuanya bersifat garis besar. Rincian semua itu
telah dijelaskan oleh rasullah SAW dalam haditsnya. Contoh lain, dalam Al-
Quran Allah SWT mengharamkan bangkai, darah dan daging babi.
ALLAH SWT berfirman :
Artinya: Diharamkan bagimu bangkai, darah,dan daging
babi...(QS Al Maidah : 3)
Dalam ayat tersebut, bangkai itu haram dimakan, tetapi
tidak dikecualikan bangkai mana yang boleh dimakan.
Kemudian datanglah hadits menjelaskan bahwa ada bangkai
yang boleh dimakan, yakni bangkai ikan dan belalang.Dalam
ayat tersebut, bangkai itu haram dimakan, tetap tidak
dikecualikan bangkai mana yang boleh dimakan. Kemudian
datanglah hadits menjelaskan bahwa ada bangkai yang
boleh dimakan, yakni bangkai ikan dan belalang.
Sabda Rasulullah SAW :
, : , :

Artinya: Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua
macam darah. Adapun dua macam bangkai adalah ikan dan
belalalng, sedangkan dua macam darah adalah hati dan
limpa (HR Ibnu Majjah).
2. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati
dalam Al-Quran.
Contohnya cara menyucikan bejana yang dijilat anjing,
dengan membasuhnya tujuh kali, salah satunya dicampur
dengan tanah.
Sabda Rasulullah SAW :

Artinya: Mennyucikan bejanamu yang dijilat anjing adalah
dengan cara membasuh sebanyak tujuh kali salah satunya

6
dicampur dengan tanah (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud,
dan Baihaqi).
C. Fungsi hadist terhadap al-quran
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadist merupakan salah satu sumber
ajaran Islam. Ia menempati kedudukan kedua setelah Al-Quran. Keharusan
mengikuti hadis bagi umat Islam baik berupa perintah maupun larangannya
sama halnya dengan kewajiban mengikuti Al-Quran. Hal ini didasari karena
Al-Quranmerupakan dasar hukum pertama, yang di dalamnya berisi garis
besar syariat Islam dan keberadaan hadis semakin menyempurnakan
kandungan makna ayat dan memperjelas suatu hukum. Maka dengan demikian,
terdapat hubungan yang sangat erat antara hadis dengan Al-Quran. Dan
sebagai pedoman atau pegangan hidup manusia, dalam pelaksanaannya kedua
sumber hukum ini tidak dapat dipisah-pisahkan atau seseorang tidak boleh
mengamalkan hanya salah satu dari keduanya.
Berikut dikemukakan beberapa dalil yang menjelaskan tentang kedudukan
hadis sebagai sumber hukum :
1. Dalil al-Quran
Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang berisikan perintah taat kepada
Rasul dan mengikuti sunnahnya, sebagaimana firman ALLAH SWT dalam
surah Ali Imran ayat 32 yaitu :


Katakanlah: Taatilah Allah dan rasul-Nya jika kamu berpaling maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa taat kepada Allah berarti melaksanakan
perintah-perintah al-Quran dan menjauhkan larangan-Nya. Sedangkan taat
kepada Rasul berarti taat kepada perintah dan menjauhkan larangannya
yang disebutkan dalam sunnah dan Al-Quran. Perintah kembali kepada
Allah berarti kembali kepada al-Quransedang kembali kepada rasul berarti
kembali kepada sunnah baik ketika masih hidup maupun setelah wafatnya.
2. Dalil Hadits

7
Kedudukan hadist sebagai sumber hukum dapat ditemukan melalui
hadist-hadist Nabi. Dan dalam salah satu haditsnya mengandung pesan
yang berkenaan dengan keharusan menjadikan hadist sebagai pedoman
hidup setelah Al-Quran, Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut.



.
Aku tinggalkan dua pusaka pada kalian, jika kalian berpegang kepada
keduanya, niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah (Al-Quran) dan
sunnah Rasul-Nya.(H.R. al-Hakim).
Hadis diatas memberikan gambaran tentang kedudukan hadis dan
merupakan pegangan hukum kepada umat Islam bahwa seorang muslim
harus berpegang teguh pada keduanya dengan melaksanakan perintah yang
terdapat dalam Al-Qurandan sunnah dan semua menjauhi larangannya, agar
manusia tidak tersesat dalam menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat.
3. Kesepakatan Ulama
Para ulama telah sepakat bahwa sunnah sebagai salah satu hujjah dalam
hukum Islam setelah Al-Quran. Berkaitan dengan materi ini, Abdul Majid
Khon menyimpulkan bahwa Kehujahan sunnah adakalanya sebagai
mubayyin (penjelas) terhadap Al-Quranatau berdiri sendiri sebagai hujah
untuk menambah hukum-hukum yang belum diterangkan oleh al-Quran.
Kehujahan sunnah berdasarkan dalil-dalil yang Qathi (pasti), baik dari
ayat-ayat Al-Quranatau hadis Nabi dan atau rasio yang sehat maka bagi
yang menolaknya dihukumi murtad. Sunnah yang dijadikan hujah tentunya
sunnah yang telah memenuhi persyaratan shahih, baik mutawatir atau ahad.
Seperti yang dikatakan oleh Abu Hanifah: Jauhilah pendapat rayu tentang
agama Allah. Kalian harus berpegang kepada as-Sunnah. Barang siapa yang
menyimpang daripadanya, niscaya ia sesat. Hal itu menggambarkan
betapa tingginya apresiasi para ulama terhadap hadis sebgai sumber hukum.
Allah menurunkan Al-Quran bagi umat manusia untuk dapat dipahami,
maka Rasul SAW diperintahkan untuk menjelaskan kandungan dan cara-

8
cara melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui hadits-hadits. Dalam
hubungannnya dengan al-Quran, hadits berfungsi sebagai penafsir,
pensyarah, dan penjelas dari ayat-ayat al-Quran. Sehingga Ayat-ayat al-
Quran yang berisi petunjuk bagi ummat dapat terealisasikan dengan baik
karena disertai adanya hadit sebagai penjelas.
Adapun bentuk-bentuk penjelas yang digunakan adalah :
a. Bayan Taqrir
Bayan taqrir adalah hadist yang sesuai dengan nash Al-Quran, sehingga
fungsi hadis tersebut memperkuat isi kandungan Al-Quran.
Contohnya :
) :: :

,, , , ,
,
, ,) .
Diriwayatkan dari IbnuUmar Radhiallah Rasulullah SAW pernah
bersabda bahwa Islam didasarkan pada lima prinsip berikut : Bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad
adalah Rasulullah, Mendirikan shalat., Menunaikan zakat.
Melaksanakan haji (ziarah ke tanah suci Makkah), Puasa di bulan
Ramadhan. (H.R Al-Bukhari).
b. Bayan Tafsir
Bayan tafsir adalah penjelasan hadis terhadap ayat-ayat yang memerlukan
perincian atau penjelasan lebih lanjut. Fungsi hadist dalam hal ini
memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quranyang masih mujmal
(ringkas atau singkat), ayat yang sukar untuk difahami, memiliki makna
yang banyak.
Contoh hadis tentang pelaksanaan shalat :
.... ( ) ...
Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.( Hadis Riwayat
al-Bukhari).

9
Hadist diatas merupakan perintah untuk melaksanakan shalat seperti yang
dicontohkan Rasulullah SAW dan berdasarkan perintah Allah SWT dalam
Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 43 :
Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta
orang-orang yang ruku.
c. Bayan Takhs i s Al-amm
Bayan takhshish al-amm yaitu penjelas yang membatasi keumuman
ayat Al-Quran, sehingga tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu.
Adapun contohnya :
: : ,
.
Dari Abu Hurairah, r.a, Rasulullah s.a.w bersabda, Pembunuh
tidak mewarisi. (H.R. Ibnu Majah).
Hadis tersebut memberikan batasan tentang keumuman dari kandungan
firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 11 yaitu :
Artinya :Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka
untuk) anak-anakmu, yaitu bahagian seorang anak laki-laki sama dengan
bahagian dua anak perempuan.(Qs. An-nisa :11).
d. Bayan Tasyri
Bayan tasyrii yaitu penjelasan hadis yang merupakan penetapan suatu
hukum atau aturan-aturan syara yang tidak ditetapkan dalam Al-Quran.
Seperti ketetapan Rasulullah tentang haramnya mengumpulkan
(menjadikan istri sekaligus) antara seorang wanita dengan bibinya.
e. Bayan Tayin
Bayan Tayin ialah al-Sunnah berfungsi menentukan mana yang dimaksud
diantara dua atau tiga perkara yang mungkin dimaksudkan oleh Al-Quran.
Dalam Al-Quran banyak terdapat ayat atau lafal yang memiliki berbagai
kemungkinan arti atau makna (lafal al-Musytarak), sehingga para ahli
tafsir memberikan berbagai pengertian. Seandainya lafal-lafal tersebut
tidak dijelaskan oleh keterangan-keterangan lain, maka kemungkinan

10
pemahaman terhadap ayat itu akan berlainan dengan tujuan yang
dikehendaki, sehingga akan sulit dilaksanakan.
Sebagai contoh, didalam Al-Quran dikatakan bahwa perempuan-
perempuan yang dicerai menunggu masa iddahnya sampai tiga kali quru.
Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 228 :
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menahan) tiga kali
quru.(QS. Al-Baqarah: 228).
Menurut asal lughah, makna harfiahnya, quru itu adalah waktu yang
dibiasakan (al-waqt al-mutad) sedangkan dalam keterangan yang lain
dikatakan bahwa waktu yang dibiasakan itu bukan berarti lain, kecuali
haid. Untuk mengetahui dan menguatkan pendapat tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Iddah itu diketahui dengan berpisahnya rahim dari kehamilan.
Yang demikian itu tidak dapat diketahui kecuali dengan adanya haid.
2) Kebiasaan Al-Quran tidak pernah mengatakan atau menyebutkan
sesuatu dengan kalimat atau lafal yang dianggap tidak sopan, walaupun
yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah haid.
3) Hadits menyebutkan tentang adanya iddah perempuan yang ditalak
itu dengan tiga kali haid. Seperti sabda Rasulullah yang berbunyi:

) .
Artinya : Talak budak dua kali dan iddahnya dua haid. (HR. Ibnu
Majah).
Dengan demikian jelaslah bahwa walaupun lafal quru dalam Al-Quran
adalah lafal yang mempunyai lebih dari satu pengertian, tapi yang
dimaksudkan disini adalah haid, bukan yang lain dari itu.
Contoh lain dari bayan tayin ini adalah mengenai taqyid pada ayat Al-
Quran yang muthlaq.
Misalnya dalam surah Al-Maidah ayat 3 yang bunyinya:
Artinya :Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, ..... (QS.
Al-Maaidah: 3).

11
Ayat di atas secara muthlaq mengharamkan semua jenis bangkai dan
darah. Dengan adanya penjelasan tersebut, maka terbukalah beberapa
pengecualian dan kemudahan dalam pelaksanaan ajaran Islam,
khususnya yang menyangkut bidang hukum.
D. Fungsi al-quran terhadap hadist
Fungsi Hadits terhadap Al-Quran Al-Quran menekankan bahwa Rasulullah
SAW menjelaskan maksud firman-firman Allah (QS 16:44). Penjelasan
atau bayan tersebut dalam pandangan sekian banyak ulama beraneka ragam
bentuk dan sifat serta fungsinya.
Abdul Halim Mahmud, mantan Syaikh Al-Azhar, dalam bukunya Al-Sunnah fi
Makanatiha wa fi Tarikhiha menulis bahwa Sunnah mempunyai fungsi yang
berhubungan dengan Al-Quran dan fungsi sehubungan dengan pembinaan
hukum syara. Dengan menunjuk kepada pendapat Al-Syafii dalam Al-
Risalah, Abdul Halim menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan Al-Quran,
ada dua fungsi Al-Sunnah yang tidak diperselisihkan, yaitu apa yang
diistilahkan oleh sementara ulama dengan bayan takid dan bayan tafsir. Yang
pertama sekadar menguatkan atau menggaris bawahi kembali apa yang
terdapat di dalam Al-Quran, sedangkan yang kedua memperjelas, merinci,
bahkan membatasi, pengertian lahir dari ayat-ayat Al-Quran.
Persoalan yang diperselisihkan adalah, apakah hadis atau Sunnah dapat
berfungsi menetapkan hukum baru yang belum ditetapkan dalam Al-Quran.
Kelompok yang menyetujui mendasarkan pendapatnya pada ishmah
(keterpeliharaan Nabi dari dosa dan kesalahan, khususnya dalam bidang
syariat) apalagi sekian banyak ayat yang menunjukkan adanya wewenang
kemandirian Nabi Muhammad untuk ditaati. Kelompok yang menolaknya
berpendapat bahwa sumber hukum hanya Allah, Inn al-hukm illa lillah,
sehingga Rasul pun harus merujuk kepada Allah SWT (dalam hal ini Al-
Quran), ketika hendak menetapkan hukum. Kalau persoalannya hanya terbatas
seperti apa yang dikemukakan di atas, maka jalan keluarnya mungkin tidak
terlalu sulit, apabila fungsi Al-Sunnah terhadap Al-Quran didefinisikan sebagai
bayan murad Allah (penjelasan tentang maksud Allah) sehingga apakah ia

12
merupakan penjelasan penguat, atau rinci, pembatas dan bahkan maupun

tambahan, kesemuanya bersumber dari Allah SWT.

E. Jenis-jenis hadist
1. Hadis Qauliyah
Hadis Qauliyah yang dimaksud dengan hadis Qauli, ialah segala bentuk
perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi SAW. dengan kata
lain hadis tersebut berupa perkataan Nabi SAW yang berisi berbagai
tuntutan dan petunjuk syara, peristiwa-peristiwa dan kisah-kisah, baik yang
berkaitan dengan aspek akidah, syariah maupun akhlaq. contoh Hadis Qauli
adalah hadist tentang doa Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang
yang mendengar, menghafal, dan menyampaikan ilmu.
Artinya:Semoga Allah memberi kebaikan kepada orang yang
mendengarkan perkataan dariku kemudian menghafal dan menyampaikan
kepada orang lain, karena banyak orang berbicara mengenai fiqih
padahal ia bukan ahlinya. Ada tiga sifat yang karenanya tidak akan timbul
rasa dengki dihati seorang muslim,yaitu ikhlas beramal semata-mata
kepada Allah SWT, menasihati,taat, patuh kepada pihak penguasa dan seti
terhadap jamaah. Karena sesungguhnya doa mereka akan memberikan
motivasi dan menjaganya) dari belakang.(HR Ahmad).
2. Hadis Filiyah
Hadits Filiyah adalah segala yang disandarkan kepada Nabi SAW berupa
perbuatannya yang sampai kepada kita. Seperti hadis tentang shalat diatas
kendaraan:
( ) :
Artinya: Nabi SAW diatas tunggangannya, kemana saja tunggangnnya itu
menghadap. (H.R Mutafaq alaih, juga at-Turmudzi dan Ahmad Amir bin
Rabiah).
Kualitas hadist filiyah ini menduduki rangking kedua setelah hadist
qauli. Untuk mengetahui hadis yang termasuk katagori ini, diantaranya
terdapat kata-kata ka/yakunu, atau raitu/raina.

13
3. Hadis Taqririyah
Hadis taqririyah adalah hadis yang berupa ketetapan Nabi Muhammad
terhadap apa yang datang atau yang dilakukan oleh para sahabat Nabi
membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh
para sahabatnya, tanpa memberikan penegasan,apakah beliau membenarkan
atau mempersalahkannya. Sikap Nabi yang demikian itu dijadikan dasar
oleh para sahabat sebagai dalil taqriri yang dapat dijadikan hujjah atau
mempunyai kekuatan hukum untuk menetapkan suatu kepastian syara.
contoh hadist taqririyah ialah sikap Rasulullah membiarkan para sahabat
dalam memberikan penafsiran sabdanya tentang salat pada suatu
peperangan, yang berbunyi:

( )

Artinya: Janganlah seorangpun shalat ashar kecuali nanti di bani
Quraidhah. (H.R Bukhari)
Sebagian sahabat memahami larangan itu berdasarkan pada hakikat perintah
tersebut, sehingga mereka terlambat dalam melaksanakan shalat ashar.
Sedangkan segolongan sahabat lainnya memahami perintah tersebut dengan
perlunya segera menuju bani Quraidhah dan serius dalam peperangan dan
perjalananya, sehingga bisa shalat ashar tepat pada waktunya. Sikap para
sahabat ini dibiarkan oleh Nabi SAW tanpa ada yang disalahkan atau
diingkarinya.
Contoh lainnya misalnya pada sebuah hadist tentang sikap Rasulllah
terhadap jawaban muadz bin jalal atas pertanyaan yang disampaikan
kepadanya ketika akan diutus untuk menyelesaikan perkara dengan
Alquran, Hadis dan Ijtihadnya. Pada hadist lain juga disebutkan Rasul
membiarkan para sahabat memakan daging biawak, akan tetapi Nabi sendiri
tidak memakan daging tersebut dan tidak mengharamkannya. (H.R
Muttafaqun alaih dari Ibnu Umar. Beliau membiarkan atau mendiamkan
suatu perbuatan yang dilakukan para sahabatnya tanpa memberikan
penegasan, apakah beliau membenarkan ataupun menyalahkannya. Sikap
Nabi yang demikian itu dijadikan dasar oleh para sahabat sebagai dalil

14
taqriri. Dengan maksud dapat dijadikan hujjah atau mempunyai kekuatan
hukum untuk menetapkan suatu ketentuan syarak.

15
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat kami simpulkan bahwa :
1. Al-Quran menekankan bahwa hadist berfungsi menjelaskan maksud firman-
firman Allah (QS 16:44). Penjelasan atau bayan tersebut dalam pandangan
sekian banyak ulama beraneka ragam bentuk dan sifat serta fungsinya.Yang
pertama sekadar menguatkan atau menggarisbawahi kembali apa yang
terdapat didalam al-Quran, sedangkan yang kedua adalah memperjelas,
merinci, bahkan membatasi, pengertian lahir dari ayat-ayat al-Quran.
2. Jenis jenis hadist yaitu hadist qouliyah, hadist filiyah dan hadist taqriryah.
B. Saran
Dari pembahasan ini kita bisa mengetahui lebih dalam tentang hubungan
Alquran dan Hadist sehingga lebih menambah wawasan kita semua. Dalam
penulisan tugas ini kami menyadari masih banyak ke kurangan dan kelemahan
serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritikan dan saran yang mambangun demi perbaikan dan kesemurnaan tugas
kami. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, sulaiman. 2005. Sumber Hukum Islam. Jambi : Sinar Grafika.


Abdurachman, Asmuni. 2016. Filsafat Hukum Islam. Jakarta : Logos Wacana
Ilmu.
Karim, Syafii. 2001. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung : Pustaka setia.
Qattan, Manna. 2013 . Mabahits Fi Ulumil Quran Riyadh : Mansyuratul Asril
Hadits.

17

Anda mungkin juga menyukai