Anda di halaman 1dari 100

SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS

SPESIFIKASI UMUM

1. Standar.

Semua bahan dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari Standar
Normalisasi Indonesia (SNI).

Bila ada pasal-pasal pekerjaan yang tidak ada dalam Standar Nasional Indonesia, maka dapat
dipakai Standar lain yang disetujui oleh Direksi dan sesuai dengan spesifikasi ini.

2. Pembersihan Lapangan.

Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari pepohonan, semak
belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon, dan semua material tersebut harus
dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan
dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali
sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembersihan ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada
analisa harga satuan pekerjaan.

3. Direksi Keet

Penyedia Jasa menyediakan kantor lapangan untuk para pelaksana lapangan dan gudang
material tempat menyimpan bahan material serta alat-alat yang akan dan sedang dipakai
selama pelaksanaan pekerjaan.

Barak kerja dan gudang material harus dipelihara dan dijaga sehingga bahan material yang
akan dipakai tidak rusak saat akan digunakan.

Semua administrasi pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan seperti gambar-gambar kerja,


buku laporan kemajuan phisik, data cuaca, buku saran direksi, buku tamu, photo-photo
pelaksanaan dan lain sebagainya harus selalu ada dan dipelihara serta disimpan secara baik di
kantor lapangan.

Semua sarana administrasi pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan, harus diserahkan


kepada Direksi pekerjaan setelah semua pekerjaan selesai seluruhnya.

Lokasi barak kerja dan gudang material harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa dan
dikonsultasikan kepada Direksi pekerjaan.

Apabila tidak tersebut dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka semua biaya yang timbul akibat
pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah
harus diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga satuan pekerjaan .

4. Papan Nama dan Administrasi.

Penyedia Jasa diwajibkan membuat papan nama kegiatan proyek yang dilaksanakan dan
dipasang dilokasi yang bisa dengan mudah terbaca umum, ukuran papan nama 1.20 m x
1.80 m, dibuat dari tiang dan kerangka dari besi galvanis diameter 2 dan papan nama dari plat
besi galvanis tebal 1 mm dengan tulisan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

Dokumen kontrak termasuk kelengkapannya, dokumen addendum jika diperlukan, dokumen


amandemen jika diperlukan dan lampiran lainnya, sejak mulai proses pelelangan pekerjaan

1
sampai selesainya pelaksanaan pekerjaan, termasuk penggandaan dokumen kontrak beserta
kelengkapan pendukung lainnya, sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia
Jasa.

Sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja dari Direksi sampai selesainya pelaksanaan
pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat :
- Laporan harian prestasi pelaksanaan pekerjaan;
- Laporan mingguan prestasi pelaksanaan pekerjaan;
- Laporan bulanan prestasi pelaksanaan pekerjaan;
- Laporan dan perhitungan hasil test laboratorium/quality control.

Isi laporan-laporan tersebut meliputi :


- Tenaga kerja yang bekerja;
- Peralatan yang dipakai;
- Data cuaca dilokasi proyek;
- Teknis pekerjaan yang dilaksanakan dari waktu ke waktu dan lain-lain.

Semua laporan tersebut harus mendapat pengesahan dari pengawas pekerjaan untuk laporan
harian, serta dari Direksi pekerjaan untuk laporan mingguan, bulanan serta laporan hasil test
dan perhitungan laboratorium.

Guna mengevaluasi kemajuan prestasi pelaksanaan pekerjaan lapangan, pada awal sebelum
dimulainya pekerjaan Penyedia Jasa diwajibkan membuat schedule waktu pelaksanaan
pekerjaan secara detail yang meliputi :
- Waktu kegiatan masing-masing jenis pekerjaan.
- Volume masing-masing jenis pekerjaan.
- Bobot masing-masing jenis pekerjaan.
- Target rencana pelaksanaan tiap minggu (% bobot).
- Target rencana komulatif pelaksanaan tiap minggu (% bobot).
- Kolom prestasi pelaksanaan tiap minggu ( % bobot ).
- Kolom prestasi komulatif pelaksanaan tiap minggu ( % bobot ).
- Keterangan lainnya yang diperlukan.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga
satuan pekerjaan.

5. Gambar-gambar Yang Harus Dipersiapkan Oleh Penyedia Jasa.

5.1. Umum.
Pelaksanaan pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang dilaksanakan sejak diterimanya
Surat Perintah Mulai Kerja dari Direksi, dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar yang diterima oleh
Penyedia Jasa dari Direksi.
Data dan hasil pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang telah disyahkan dan disetujui
oleh Direksi pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dan dasar pembuatan gambar-
gambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan.

Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut diatas, akan merupakan dasar pokok
kesepakatan bersama antara Penyedia Jasa dan Direksi untuk menghitung volume dari
masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa,
serta yang harus dibayar oleh Direksi.

Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa, harus bisa memberikan
secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang
meliputi antara lain :
- Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan
- Elevasi muka tanah asli dan masing-masing bangunan.
- Dimensi bangunan lengkap.
- Jenis serta komposisi material yang dipergunakan.
- Rencana garis galian fondasi.
- Hal-hal lain sesuai petunjuk Direksi pekerjaan.

2
Adapun gambar-gambar yang harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa meliputi antara
lain:
- Construction Drawing dan Working Drawing.
- Shop Drawing.
- As Built Drawing.
Semua gambar-gambar tersebut diatas, baru bisa dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan sesungguhnya, apabila sudah
mendapat persetujuan dan disyahkan oleh Direksi.

5.2. Construction Drawing atau Working Drawing.

Construction Drawing atau Working Drawing adalah gambar rencana bangun yang
telah disesuaikan dengan kondisi lapangan sesungguhnya dan telah diperiksa/disetujui
oleh Konsultan serta disyahkan oleh Direksi.

Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi posisi
dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada Construction
Drawing atau Working Drawing harus mengacu dan didasarkan gambar kontrak.

Apabila karena kondisi dan situasi lapangan sesungguhnya, sehingga mengakibatkan


perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka
Penyedia Jasa harus konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan serta disyahkan oleh Direksi.

Atas dasar persetujuan Konsultan serta disyahkan oleh Direksi, jika ada penyesuaian
dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun
yang telah disepakati bersama, disetujui Konsultan dan disyahkan Direksi adalah yang
mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar serta acuan
utama bagi Penyedia Jasa pada pelaksanaan pekerjaan.

Construction Drawing atau Working Drawing yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa
tersebut, harus bisa memberikan satu gambaran rancang bangun yang akan
dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan, sehingga perlu dan harus dicantumkan
antara lain :
- Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal
- Dimensi rencana bangunan.
- Elevasi posisi dan kedudukan bangunan.
- Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.

Construction Drawing atau Working Drawing yang diperiksa/disetujui oleh Konsultan


dan syahkan oleh Direksi, dipakai sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal
saat akan dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau Mutual Check pada kondisi
pelaksanaan 0 %.

Penyedia Jasa wajib membuat copy Construction Drawing atau Working Drawing
sebanyak 1 (satu) asli dan 2 (dua) copy ukuran A1 serta 1 (satu) asli dan 5 (lima) copy
ukuran A3.

Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya


penyesuaian pelaksanaan karena kondisi lapangan engineering adjusment, atau
perubahan desain revised design, semuanya bisa mengakibatkan perubahan volume
pelaksanaan pekerjaan menjadi bertambah atau berkurang.

Untuk kondisi engineering adjusment, tidak diperlukan adanya gambar baru yang
diperiksa/disetujui oleh Konsultan dan disyahkan oleh Direksi, namun Penyedia Jasa
wajib memberikan laporan tertulis serta sketsa penyesuaian guna mendapatkan
persetujuan dari Konsultan dan Direksi pekerjaan dan tembusan kepada Direksi.

Sedangkan pada kondisi perubahan desain atau revised design, Direksi secara resmi
akan memberikan gambar perubahan desain yang telah disyahkan oleh Direksi kepada
Penyedia Jasa secara administratif dalam bentuk Variation Order.

3
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan Construction Drawing atau
Working Drawing termasuk penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada
analisa harga satuan pekerjaan.

Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar kerja dan dokumen yang dapat dibaca
dengan jelas kepada Konsultan untuk diperiksa/disetujui dan disahkan Direksi. Format
gambar kerja dan dokumen tersebut harus terlebih dahulu diperiksa/disetujui Konsultan
dan disahkan Direksi. Dalam waktu 15 (lima belas) hari sesudah menerima gambar kerja
dan dokumen dari Penyedia Jasa, Direksi akan mengirimkan kembali kepada Penyedia
Jasa 1 (satu) asli dengan dibubuhi keterangan klasifikasi hasil pemeriksaan: setuju atau
perbaiki.
Klasifikasi hasil pemeriksaan/ persetujuan pada gambar kerja dan dokumen:
(a) DISETUJUI
(b) DISETUJUI DENGAN SYARAT-SYARAT
(c) DIKEMBALIKAN UNTUK DIKOREKSI
(d) TIDAK DISETUJUI
Setelah gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah ditandai dengan
klasifikasi (a) atau (b) diterima, Kontraktor akan diberi wewenang untuk memproses
gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen lebih lanjut, membuat pembetulan/ koreksi
jika terdapat kesalahan yang telah ditunjukkan oleh Konsultan dan Direksi. Semua
rekaman gambar kerja yang diperiksa/disetujui dan disahkan harus dikelola di kantor
lapangan Kontraktor dan dicetak ulang dengan biaya sendiri seperti yang diminta oleh
Direksi.
Bila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang dikembalikan dengan diberi
tanda dengan klasifikasi (c) seperti tersebut di atas, Penyedia Jasa harus segera
membuat perbaikan/koreksi dan/ atau revisi pada gambar-gambar kerja dan dokumen-
dokumen dengan cepat dan tepat dan menyampaikannya lagi gambar dan dokumen
yang telah direvisi kepada Konsultan dan Direksi. Sesudah revisi gambar-gambar kerja
dan dokumen-dokumen tersebut diterima, Konsultan dan Direksi akan melakukan/
melanjutkan pemeriksaannya atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen dalam
lima belas (15) hari kerja; Bergantung dari tingkat kesalahan dan koreksi/ revisi gambar
kerja dan dokumen yang diperiksa sebelumnya. Prosedur ini akan berlanjut hingga
gambar-gambar kerja dinyatakan dalam klasifikasi (a) atau (b) seperti tersebut di atas.
Apabila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah dikembalikan
dinyatakan ke dalam klasifikasi (d) seperti tersebut di atas, berarti gambar-gambar kerja
dan dokumen-dokumen tidak diperiksa/disetujui Konsultan dan disahkan oleh Direksi.
Tidak satupun pekerjaan permanen boleh dilaksanakan hingga gambar-gambar kerja dan
dokumen-dokumen yang dipakai telah mendapatkan persetujuan oleh Konsultan dan
Direksi . Sebelum memulai pekerjaan, pemeriksaan bersama akan dilakukan oleh
Konsultan dan Direksi serta Penyedia Jasa untuk memastikan bahwa gambar-gambar
kerja dan dokumen-dokumen yang disetujui telah sesuai secara penuh. Jika ditemukan
beberapa perbedaan dan ketidak efisiensian, Penyedia Jasa harus membetulkannya dan
memperoleh persetujuan dari Konsultan dan Direksi seperti cara yang telah dijelaskan di
atas.
Bila diperlukan revisi atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah
disetujui, Penyedia Jasa harus menyampaikannya kepada Konsultan dan Direksi untuk
persetujuannya seperti tata cara yang telah dijelaskan di atas.
Konsultan dan Direksi mempunyai wewenang memerintahkan Penyedia Jasa
menambahkan rincian, perubahan atau modifikasi pada gambar-gambar kerja dan/ atau
dokumen-dokumen yang diperlukan agar sesuai dengan ketentuan dan syarat yang
ditetapkan dalam spesifikasi dan Penyedia Jasa harus melaksanakannya tanpa
penambahan biaya.

4
5.3. Shop Drawing.

Apabila pada konstruksi bangunan yang akan dikerjakan, ada unit bangunan yang harus
dikerjakan pembuatannya diluar areal proyek, dan karena sifat kekhususannya harus dan
terpaksa dikerjakan oleh Sub-Penyedia Jasa, maka sebelumnya Sub-Penyedia Jasa
yang bersangkutan diharuskan membuat dan menyerahkan gambar rencana bentuk unit
bangunan tersebut, lengkap dengan perhitungan konstruksinya.

Shop Drawing tersebut, harus diserahkan kepada Konsultan untuk diperiksa/disetujui


selanjutnya disahkan oleh Direksi.

Gambar unit bangunan atau Shop Drawing tersebut harus secara lengkap memuat :
- Bentuk unit bangunan serta dimensinya.
- Material yang akan dipakai serta spesifikasinya.
- List komponen unit bangunan yang memuat :
a. panjang, lebar, tebal komponen unit bangunan
b. berat persatuan komponen unit bangunan
c. jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain.

Gambar dan list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi termasuk
dalam kategori Shop Drawing.
Penyedia Jasa wajib membuat Shop Drawing sebanyak 1 (satu) asli dan 2 (dua) copy
ukuran A1 serta 1 (satu) asli dan 5 (lima) copy ukuran A3 diserahkan kepada Direksi.
Penyedia Jasa juga harus menyerahkan 3 (tiga) flasdiks yang berisi gambar As Built
Drawing dengan format PDF maupun Soft Copy.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan Shop Drawing termasuk
penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.

5.4. As Built Drawing.

Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan, berikut


pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan Variation Order yang diberikan oleh
Konsultan dan Direksi, dan Penyedia Jasa telah melakukan pengukuran ulang akhir
pekerjaan, maka Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar purna bangun atau As
Built Drawing.

Gambar purna bangun atau As Built Drawing tersebut, harus lengkap berisi antara
lain :
- Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada.
- Dimensi dan masing-masing bangunan.
- Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan.
- Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan.

Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Penyedia Jasa
kepada Konsultan untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan kepada Direksi
guna mendapatkan pengesahan dari Direksi.
Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
atau yang mutual check volume pekerjaan 100 %, semua mengacu dan didasarkan
pada gambar purna bangun yang telah diperiksa/disetujui Konsultan dan disahkan oleh
Direksi, dan merupakan volume akhir yang akan dibayar oleh Direksi kepada Penyedia
Jasa.
Penyedia Jasa wajib membuat As Built Drawing sebanyak 1 (satu) asli dan 2 (dua) copy
ukuran A1 serta 1 (satu) asli dan 5 (lima) copy ukuran A3 diserahkan kepada Direksi,
termasuk data dan perhitungan hasil pengukuran akhir sebagai pendukungnya. Penyedia
Jasa juga harus menyerahkan 3 (tiga) flasdiks yang berisi gambar As Built Drawing
dengan format PDF maupun Soft Copy.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan As Built Drawing termasuk
penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.

5
6. Rencana Mutu Pekerjaan / Kontrak

Penyedia Jasa harus melaksanakan sistem pengendalian dan kepastian kualitas yang
menjamin ketentuan-ketentuan dalam kontrak khususnya kualitas pekerjaan dipenuhi/ diikuti
dengan baik sesuai dengan ketentuan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak (program mutu)

Penyedia Jasa diwajibkan membuat Rencana Mutu Pekerjaan/Kontrak sebanyak 5 (empat) set
dijilid rapi dan diserahkan paling lambat 7 (tujuh) hari sesudah SPMK diterbitkan,ke Direksi
Pekerjaan yang dengan jelas menguraikan organisasi, prosedur pelaksanaan pekerjaan,
prosedur intruksi kerja, sumber daya dan mekanisme yang direncanakan untuk menjamin
kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam kontrak termasuk format kerja dan prosedur
pengendalian kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari dilapangan.

Adapun daftar isi Rencana Mutu Pekerjaan/Kontrak seperti tertulis dibawah ini, disusun sebagai
panduan dalam pembuatan rencana mutu pekerjaan konstruksi atau disain. Namun daftar isi
rencana mutu ini masih dapat berubah susunannya maupun judulnya, jadi masih dapat
bertambah atau berkurang. Oleh karena itu pembuatan rencana mutu ini harus dapat
menyesuaikan diri dengan rencana kegiatan-kegiatan yang akan dikerjakannya.

6.1. Rencana Daftar Isi Rencana Mutu tersebut adalah sebagai berikut :
a. Latar Belakang
b. Informasi Kegiatan
c. Sasaran Mutu
d. Persyaratan Teknis dan Administrasi
e. Struktur Organisasi
f. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang.
g. Bagan Alir Kegiatan
h. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
i. Jadwal Peralatan
j. Jadwal Material
k. Jadwal Personil
l. Jadwal Arus Kas
m. Rencana dan Metode verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi dan
pengujian & Kriteria Penerimaan.
n. Daftar Kriteria Penerimaan.
o. Daftar Induk Dokumen.
p. Daftar Rekaman
q. Lampiran-lampiran

6.2. Bahan baku untuk pembuatan atau penyusunan Rencana Mutu Pekerjaan masing-
masing adalah sebagai berikut :
a. Spesifikasi Teknik tiap-tiap pekerjaan
b. Gambar Teknik tiap-tiap pekerjaan
c. Jadual pelaksanaan pekerjaan
d. Daftar peralatan yang digunakan dan yang dipasang
e. Standar prosedur, standar produk dan instruksi kerja
f. Organisasi pelaksana pekerjaan
g. Uraian tugas jabatan setiap pejabat pelaksana pekerjaan

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada
analisa satuan pekerjaan.

7. Photo Dokumentasi

Sejak awal akan mulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan pekerjaan dan
pada akhir pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat dokumentasi kegiatan
pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk photo dokumentasi.

Photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut, harus bisa memberikan


gambaran secara lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan pelaksanaan pekerjaan sejak

6
dari awal sampai akhir pelaksanaan pekerjaan, sehingga secara kronologis bisa merupakan
satu gambaran tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut.

Photo dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda atau sesuai
dengan pengarahan Direksi pekerjaan, dan sudah harus bisa memberikan gambaran secara
garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh pekerjaan.

Photo dokumentasi tersebut, pelaksanaan pengambilannya dilakukan pada kondisi tahap


kegiatan pelaksanaan pekerjaan :
- saat awal sebelum mulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan 0 %
- saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50 %
- saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100 %.

Photo dokumentasi tersebut, selanjutnya harus dicetak ukuran kartu pos, masing-masing
rangkap 5 (lima), dengan distribusi 1 (satu) copy dipasang dibarak kerja dan 4 (empat) copy
lainnya ditata rapi pada album photo dan diserahkan kepada Direksi.
Pada saat pengambilan photo dokumentasi akhir pelaksanaan pekerjaan, disamping cetakan
ukuran kartu pos sebanyak 4 (empat) copy, Penyedia Jasa juga diwajibkan menyerahkan
tambahan 3 (tiga) copy ukuran 11 R, diberi bingkai, sedangkan pengambilan photo
dokumentasinya dari 1 (satu) titik lain yang berbeda lokasi, dan akan ditentukan oleh Direksi
pekerjaan.
Disamping photo dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Direksi pekerjaan Penyedia
Jasa bisa melaksanakan pengambilan photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan
lainnya yang dianggap berguna dan cukup mempunyai nilai penting untuk didokumentasikan.
Pada saat penyerahan photo dokumentasi, Penyedia Jasa juga harus menyerahkan negatif
film, ditata menurut urutan photo dokumentasi yang diserahkan.
Semua biaya yang timbul akibat pembuatan photo dokumentasi tersebut sepenuhnya menjadi
beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk
overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.

8. Jalan Kerja.

Untuk menuju ke lokasi pekerjaan, mengangkut bahan material yang akan dipakai, dan
transportasi pembuangan bahan material tidak terpakai keluar lokasi pekerjaan, dan
pemeriksaan berkala Direksi pekerjaan atau Pemberi Pekerjaan serta keperluan lainnya,
Penyedia Jasa diwajibkan menyiapkan atau membuat jalan kerja yang layak guna kegiatan
tersebut diatas untuk menunjang dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan.
Jalan kerja yang dimaksud, bisa mempergunakan jalan kampung atau jalan desa yang sudah
ada kemudian ditingkatkan kapasitas pelayanan tingkat jalannya, atau mempergunakan lahan
penduduk yang disewa selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.

Dari waktu ke waktu selama pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa berkewajiban memelihara
jalan kerja agar selalu layak dilalui sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan masyarakat disekitarnya maupun masyarakat lain yang juga memerlukan dan
melewati jalan kerja tersebut.

Kelancaran fungsi drainase lingkungan disepanjang jalan kerja, juga yang secara langsung
terpengaruh adanya jalan kerja, juga termasuk menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dari
segi pemeliharaannya.

Pada kondisi sarana jalan kerja yang dibuat oleh Penyedia Jasa, merupakan jalan desa atau
jalan kampung yang sudah ada, atau lahan penduduk yang disewa sementara untuk
dipergunakan sebagai sarana jalan kerja, setelah selesainya pelaksanaan pekerjaan Penyedia
Jasa berkewajiban mengembalikan kondisi lahan sesuai dan seperti kondisi awal sebelum
dipergunakan.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sarana jalan kerja ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada
analisa harga satuan pekerjaan.

7
9. Keamanan dan Keselamatan Kerja.

9.1. Umum
Semua keamanan dan keselamatan kerja yang perlu selama pelaksanaan pekerjaan,
antara lain pengaturan kesehatan, pembersihan lapangan, bahan peledak dan bensin,
pemagaran sementara, keamanan dan pencegahan kebakaran, dibuat dan dipelihara
oleh Penyedia Jasa atas biaya Penyedia Jasa.

9.2. Sistem Pengawasan Keamanan


Penyedia Jasa supaya mengatur sistim pengawasan keamanan dan organisasinya dan
diserahkan untuk mendapatkan persetujuan kepada Direksi.
Sistim pengawasan keamanan dengan kapasitas peralatan dan tenaga yang cukup untuk
menghindari kecelakaan dan kerusakan terhadap manusia dan barang milik yang
bersangkutan.

Sistim pengawasan keamanan harus dilaksanakan sesuai dengan program yang disetujui
dan berpegang pada hukum/peraturan yang berlaku di Indonesia.

9.3. Peraturan Kesehatan


Penyedia Jasa harus mengusahakan lapangan kerja dalam keadaan bersih dan keadaan
sehat serta memperlengkapi/memelihara kemudahan untuk penggunaan tenaga yang
dikerjakan pada suatu tempat yang telah disetujui oleh Direksi dan oleh Penguasa
Setempat.

Penyedia Jasa hendaknya juga membuat pengumuman dan mengambil langkah-langkah


pencegahan yang perlu untuk menjaga agar lapangan kerja tetap bersih.

9.4. Pencegahan Kebakaran


Penyedia Jasa harus melakukan pencegahan terhadap kebakaran pada atau sekitar
lapangan kerja dan harus menyediakan peralatan secukupnya. Dalam pelaksanaan,
Penyedia Jasa harus memelihara peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran
tersebut dalam keadaaan baik dan siap dipakai pada saat dibutuhkan.

Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap semua keamanan, keselamatan kerja
dan upaya pencegahan kebakaran. Tidak ada pembayaran tambahan, dan dalam hal ini
semua biaya sudah termasuk dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan
dalam overhead pada analisa harga satuan pekerjaan..

10. Telepon dan Sistem Radio Komunikasi

Penyedia Jasa harus menyediakan sarana komunikasi dan informasi selama pelaksanaan di
lapangan
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kelancaran komunikasi dan informasi
selama pelaksanaan pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan, dan dalam hal ini semua
biaya sudah termasuk dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam overhead
pada analisa harga satuan pekerjaan

11. Laboratorium, Peralatan Laboratorium dan Pengujian

Penyedia Jasa harus menyediakan sarana uji laboratorium atau menunjuk laboratorium untuk
pemeriksaan kualitas pekerjaan dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kelancaran pengujian kualitas pekerjaan.
Dan bila tidak tercantum dalam daftar kuantitas dan biaya, maka semua biaya sudah termasuk
dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam overhead pada analisa harga
satuan pekerjaan.

12. Perubahan Desain dan Gambar

Sesuai dengan kemajuan pelaksanaan pekerjaan khususnya pekerjaan galian fondasi serta
hasil pemutakhiran penyelidikan dilapangan, Direksi berwenang melakukan perubahan desain,
dimensi, alur saluran dan bangunan apabila hal tersebut perlu dilakukan.

8
Penyedia Jasa wajib mempelajari dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan modifikasi/
perubahan desain disertai usulan perubahan metoda pelaksanaan dan harga satuan pekerjaan
bila diperlukan.

13. Sumber Bahan untuk pasangan batu dan beton

Penyedia Jasa bertanggungjawab untuk pengadaan bahan yang diperlukan untuk konstruksi
beton, pasangan batu, rip-rap dan perkerasan jalan baik kuantitas maupun kualitas. Sebelum
bahan bangunan tersebut dipergunakan, Penyedia Jasa wajib mengusulkan lokasi sumber
bahan bangunan/ agregat beton dengan dilampiri hasil uji/ tes laboratorium sesuai dengan
ketentuan dalam Spesifikasi Teknik kepada Direksi guna dipelajari dan disetujui bila ternyata
hasil uji laboratorium tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik.

Pengambilan contoh (sample) agregat beton dan juga contoh beton yang diambil oleh Penyedia
Jasa pada saat proses pengecoran beton sedang berlangsung, harus disaksikan oleh Direksi.
Jenis dan jumlah contoh benda uji harus sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik
dan atau perintah Direksi. Tanggapan, penilaian dan persetujuan Direksi terhadap hasil uji
laboratorium untuk beton dan agregatnya, tidak dapat dipakai sebagai alasan bagi Penyedia
Jasa bebas dari tanggungjawabnya terhadap kualitas, daya-guna dan hasil kerja pekerjaan
beton yang dilaksanakannya.

Segala biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pekerjaan beton termasuk biaya ijin
penambangan galian Tipe C, fee dan royalti (kalau ada), uji laboratorium dan kegiatan untuk
menjamin mutu beton agar sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik, dianggap sudah
termasuk dalam harga satuan pekerjaan pasangan / beton yang ditawarkan dan harus sudah
diperhitungkan dalam overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.

14. Tanah Bahan Timbunan

Bahan timbunan tanah dapat diambil dari tanah bekas galian yang memenuhi syarat sebagai
bahan timbunan atau tanah dari luar (pembelian / mendatangkan tanah dari luar sampai lokasi
pekerjaan)

Penyedia Jasa bertanggungjawab terhadap tanah bahan timbun berikut penyediaan borrow-
area dari mana tanah tersebut diambil, baik kuantitas maupun kualitas.
Lokasi borrow-area harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan Direksi sebelum dipakai
oleh Penyedia Jasa sebagai sumber tanah bahan timbunan.
Lokasi borrow-area diusulkan oleh Penyedia Jasa dengan dilampiri hasil uji laboratorium
kepada Direksi guna memperoleh persetujuan yang akan diberikan bila soil-properties tanah di
borrow-area terbukti sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik.

Pengambilan contoh tanah (sample) baik di borrow-pit maupun pengambilan benda uji
kepadatan di lokasi pekerjaan penimbunan tanah dilakukan oleh Penyedia Jasa dan disaksikan
Direksi. Jumlah dan lokasi pengambilan benda uji harus sesuai dengan ketentuan dalam
Spesifikasi Teknik dan perintah Direksi. Penilaian dan persetujuan Direksi terhadap hasil uji
laboratorium tidak dapat dipakai sebagai alasan bagi Penyedia Jasa bebas dari
tanggungjawabnya terhadap kualitas dan kinerja pekerjaan timbunan tanah yang
dilaksanakannya.

Segala biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah termasuk biaya
ijin penambangan bahan galian golongan C, fee dan royalti (kalau ada), uji laboratorium dan
kegiatan untuk menjamin mutu kepadatan timbunan tanah agar sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi Teknik, dan apabila tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga
dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan timbunan tanah yang ditawarkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga dan sepenuhnya menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa.

15 Bahan dan Peralatan

Semua bahan dan peralatan yang akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk
melaksanakan/ menyelesaikan pekerjaan, harus dimintakan persetujuan terlebih dahulu oleh
Penyedia Jasa kepada Direksi sebelum bahan dan peralatan tersebut dikirim/ mobilisasi ke
lokasi pekerjaan.

9
Bila karena alasan prioritas atau karena sebab lain misalnya bahan atau peralatan yang
memenuhi Spesifikasi Teknik tidak tersedia dipasaran maka Direksi akan mengeluarkan
perintah tertulis tentang perubahan dan penggantian bahan atau peralatan baik jumlah maupun
spesifikasinya.

Bila perubahan dan penggantian bahan atau peralatan berakibat pada pengurangan biaya/
harga pekerjaan maka perlu ditindak lanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap
mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak termasuk Syarat-Syarat Umum
Kontrak.

Pemasangan dan uji coba semua peralatan mekanikal dan elektrikal untuk pekerjaan pintu.
saringan sampah, pompa dan peralatan pengendalian harus dilaksanakan dengan pengawasan
spesialis dari pabrikan dengan persetujuan Direksi terlebih dahulu. Biaya yang dikeluarkan
Penyedia Jasa untuk pemasangan, pengawasan dan uji coba tersebut menjadi beban dan
tanggungjawab sepenuhnya Penyedia Jasa sesuai dengan ketentuan di atas.

16. Pengujian dan Pemeriksaan

16.1. Umum
Pengujian dan pemeriksaan pekerjaan dilakukan Direksi pada waktu pelaksanaan,
pabrikasi, pemasangan dan penyelesaiannya dilapangan sesuai dengan ketentuan dalam
Syarat-Syarat dan Spesifikasi Teknik.
Penyedia Jasa harus memberikan informasi kepada Direksi tentang pengujian yang
akan dilakukan agar pengujian tersebut dilaksanakan dengan kesaksian Direksi.
Penyedia Jasa harus menyampaikan hasil pengujian, dan sertifikat yang diperlukan
kepada Direksi dalam formulir yang sudah disepakati.
Persetujuan Direksi, serta hasil pengujian dan pemeriksaan tidak dapat menghalangi
Direksi untuk menolak material dan peralatan yang akan dipasang dilokasi pekerjaan bila
ternyata tidak memenuhi Spesifikasi.

16.2 Pengujian dan Pemeriksaan di Lokasi Pekerjaan


Bila tidak ada atau laboratorium dilokasi pekerjaan belum siap dimanfaatkan atau
peralatannya tidak lengkap, maka pengujian harus dilakukan oleh instansi/ badan usaha
lain yang memperoleh persetujuan Direksi atas beban biaya Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada Direksi paling lambat 24
jam sebelum pengujian dan pemeriksaan dilokasi pekerjaan dilaksanakan. Penyedia
Jasa wajib menyediakan tenaga ahli dan tenaga terampil untuk laboratorium, material
dan peralatan/ instrument laboratorium dan bahan-bahan yang diperlukan dilokasi
pekerjaan. Penyedia Jasa bertanggungjawab atas segala biaya yang dikeluarkan untuk
pengujian dan pemeriksaan di lokasi pekerjaan.

16.3 Pengujian dan Pemeriksaan di Pabrik


Penyedia Jasa harus menyampaikan secara tertulis dan rinci kepada Direksi tentang
jadwal pengujian dan pemeriksaan di pabrik yang akan dilakukan termasuk pengujian
terhadap item tertentu dari peralatan atau barang guna memastikan kualitasnya
memenuhi Spesifikasi Teknik. Hasil pengujian dan pemeriksaan ini harus dicatat dengan
tertib oleh Penyedia Jasa dan disampaikan kepada Direksi. Penyedia Jasa
bertanggungjawab atas segala biaya yang dikeluarkan untuk pengujian dan pemeriksaan
di pabrik.

16.4 Pengujian Pekerjaan Selesai


Paling lambat 1 (satu) bulan sebelum dilakukan pengujian dan verifikasi untuk pekerjaan
selesai, Penyedia Jasa wajib menyerahkan kepada Direksi rincian jadwal dan tata cara
pengujian untuk memperoleh persetujuan.
Sesudah dilaksanakannya Pengujian Pekerjaan Selesai, Penyedia Jasa harus
menyiapkan dan menyerahkan kepada Direksi kurva verifikasi atau data verifikasi lainnya
dalam format yang telah disepakati untuk peralatan ukur dan fasilitas lain yang didesain
Direksi .
16.5 Pemberitahuan untuk Pengoperasian
Pengoperasian seluruh pekerjaan hanya dapat dilakukan dengan ijin Direksi atau yang
mewakilinya. Pemberitahuan secara lengkap dan tertulis kepada Direksi atau wakilnya
harus disampaikan dengan tenggang waktu yang cukup sebelum dilakukan

10
pengoperasian untuk memberikan kesempatan baginya melakukan pengaturan yang
diperlukan.
Segala biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa, kecuali bila sudah disediakan secara
tersendiri sebagai jenis pekerjaan penunjang dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
dianggap sudah termasuk/ diperhitungkan dalam harga satuan pekerjaan yang
membutuhkan pengujian dan pemeriksaan tersebut.

17. Audit oleh Direksi


Sesuai dengan kewenangannya, Direksi berhak melakukan audit dalam kaitannya dengan :
1. Biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari pemutusan kontrak yang telah di atur dalam
Syarat-Syarat Umum Kontrak, tentang Penghentian dan Pemutusan Kontrak.
2. Biaya-biaya lainnya yang di klaim Penyedia Jasa dan tidak tercakup dalam Kontrak.
Penyedia Jasa wajib menyimpan dan menjaga dokumen akutansi yang berkaitan dengan 2
(dua) hal di atas.

18. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan

1. Metoda dan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam
dokumen penawaran dianggap sebagai satu kesatuan dengan dokumen kontrak dan
disebut sebagai Rencana Pelaksanaan Kontrak.
Paling lambat 14 (empat belas) hari sesudah rapat persiapan pelaksanaan kontrak yang
ditetapkan dalam Syarat-Syarat Umum, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada
Direksi rincian dan perbaikan dari Rencana Pelaksanaan Kontrak guna mendapat
persetujuan yang untuk selanjutnya disebut Rencana Pelaksanaan Pekerjaan.
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan berisi uraian/ rincian metoda pelaksanaan, jadwal
pelaksanaan, metoda kerja dan jadwal kerja setiap jenis pekerjaan, jadwal pengadaan
bahan, mobilisasi personil dan peralatan, sosialisasi dan konsultasi kepada masyarakat
dan pemerintah daerah dan program mutu.
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang sudah disetujui Direksi tidak boleh dirubah atau
dimodifikasi oleh Penyedia Jasa tanpa persetujuan Direksi, perubahan dan modifikasi
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan dapat dipertimbangkan dengan alasan dan sebab yang
dapat dipertanggungjawabkan, antara lain karena timbulnya perubahan kegiatan
pekerjaan sesuai dengan Syarat-Syarat Umum Kontrak.
Penyedia Jasa harus menyediakan Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang telah
disepakati dalam computer software dan menyerahkan copinya kepada Direksi untuk
keperluan monitoring dan evaluasi.
2. Hambatan Pelaksanaan Pekerjaan
Potensi hambatan yang mungkin timbul selama pelaksanaan pekerjaan ini adalah (i)
kegiatan Penyedia Jasa lainnya yang sedang melaksanakan paket pekerjaan yang
berbeda dan (ii) pemberian dan pembagian air irigasi yang harus tetap berlangsung
selama pelaksanaan pekerjaan.
Sebagai salah satu upaya mengurangi dampak dari potensi hambatan tersebut dan
hambatan lainnya yang mungkin timbul, Penyedia Jasa dalam penawarannya harus
menyediakan kelonggaran waktu, teknis dan biaya. Koordinasi dalam manajemen
pelaksanaan pekerjaan antara Penyedia Jasa untuk paket yang berbeda harus
dilaksanakan dengan baik sejak awal bersama Direksi pada saat dilakukan pre-
construction meeting.
Sebagai upaya mengurangi potensi hambatan dalam pelaksanaan dan untuk
menghindari konflik dengan masyarakat khususnya petani setempat, Penyedia Jasa
harus melaksanakan sosialisasi dan konsultasi kepada pemerintah daerah dan
masyarakat/ petani seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi Teknik Umum.

19. Sosialisasi dan Konsultasi

Penyedia Jasa wajib melakukan sosialisasi dan konsultasi dengan pemerintah daerah, camat,
kepala desa / lurah, masyarakat setempat sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan untuk
membangun saling pengertian dan menghindari salah paham/ masalah serta mengajak
partisipasi masyarakat setempat dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sosialisasi dan Konsultasi ini harus dilaksanakan Penyedia Jasa paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sebelum pelaksanaan pekerjaan dan terlebih dahulu Penyedia Jasa harus menyerahkan
jadwal, isi dan materi sosialisasi kepada Direksi paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
sosialisasi dan konsultasi dilaksanakan guna mendapat persetujuan.

11
20. Kendaraan Operasional

20.1. Kendaraan Mobil Roda 4 (empat).

Penyedia Jasa harus menyediakan untuk Direksi 2 (dua) buah kendaraan roda 4 (empat)
termasuk pengemudi, perbaikan, pemeliharaan, dan lain-lainnya sampai dengan
berakhirnya masa pemeliharaan pekerjaan yang akan digunakan untuk pengawasan oleh
Direksi.

Kendaraan harus dalam kondisi baik (tahun pembuatan 2013 atau sesudahnya). Penyedia
Jasa setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja, harus menyediakan kendaraan untuk
Direksi di lapangan.

Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk ketetapan kendaraan. Semua
biaya termasuk perbaikan, pemeliharaan dan biaya penggantian, asuransi dan registrasi
serta seluruh biaya, dan lain-lain. harus dibayar oleh Penyedia Jasa selama waktu kontrak
dan sudah tercakup dalam seluruh item pekerjaan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

20.2. Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua)

Penyedia Jasa harus menyediakan untuk Direksi 2 (dua) sepeda motor dan memeliharanya
selama keseluruhan masa kerja sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan pekerjaan
yang akan digunakan untuk pengawasan oleh Direksi. Sepeda motor harus dalam kondisi
baik (tahun pembuatan 2011 atau sesudahnya). Penyedia Jasa harus, setelah menerima
Surat Perintah Mulai Kerja, menyediakan kendaraan untuk Direksi di lapangan.

Semua biaya menyediakan, mengoperasikan dan perawatan sepeda motor harus dibayar
oleh Penyedia Jasa dan akan dianggap sebagai telah tercakup di harga satuan atau harga
borongan untuk berbagai macam item pekerjaan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

21. Dokumen Laporan

Semua kegiatan harus didokumentasikan dalam bentuk laporan yang berupa hard copy dan
soft copy dan dirangkum dalam satu flashdisk dalam rangkap tiga yang berisi antara lain :
Laporan mobilisasi personil
Laporan mobilisasi peralatan
Schedule pelaksanaan
RMK
Berita Acara serah terima lapangan
Laporan harian, mingguan, bulanan
Foto kegiatan
Gambar Working Drawing dan As built Drawing
Laporan pengukuran
Kontrak dan Addendum / Amandemen Kontrak (Jika ada)
MC 0 % dan MC 100 %
Laporan akhir pekerjaan
Berita Acara PHO dan FHO
Lain-lain yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa

12
SPESIFIKASI TEKNIK

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pengukuran di Lapangan untuk Mutual Check (MC).

Penyedia Jasa diwajibkan melakukan pengukuran di lapangan sebelum mulai pelaksanaan


pekerjaan, selama pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan selesai semua dilaksanakan
atau akhir pekerjaan finishing.

Pedoman utama pelaksanaan pekerjaan pengukuran di lapangan, adalah patok beton yang
merupakan titik tetap utama ( Bench Mark ) yang akan ditentukan oleh Konsultan dan
Direksi.

Penyedia Jasa diwajibkan memasang minimal tambahan 2 (dua) buah patok beton, yang akan
dijadikan sebagai titik bantu utama, diletakkan diujung awal dan ujung akhir dari lokasi rencana
bangunan, dan tidak boleh terusik atau rusak atau berubah posisinya secara langsung maupun
tidak langsung selama pelaksanaan pekerjaan dan untuk lahan pekerjaan yang cukup panjang
perlu ditambah patok beton sebagai titik Bantu utama dengan jarak + 500 m atau sesuai
dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

Patok beton yang merupakan titik bantu utama, posisi elevasi dan koordinatnya harus diikat
secara sempurna dengan patok beton titik utama. Patok beton sebagai titik bantu utama, harus
mempunyai ukuran lebar (10 x 10) cm panjang 100 cm serta harus tertanam sedalam 50
cm dengan posisi tegak dan cukup kokoh tidak mudah berubah bentuk dan posisinya.

Semua data, gambar sketsa pengukuran dan perhitungan hasil pengukuran sebelum
dimulainya pelaksanaan pekerjaan, harus disyahkan oleh Direksi pekerjaan, dan selanjutnya
dipakai sebagai pedoman untuk penggambaran rencana gambar pelaksanaan (Construction
Drawing). `

Pengukuran lapangan dan pematokan pada saluran, sungai, embung dll. harus dilaksanakan
dengan jarak/ interval paling jauh setiap 50 m atau sesuai instruksi Konsultan dan Direksi
khususnya pada lokasi tikungan jarak tersebut harus lebih dekat/ pendek yang dimulai dari titik
awal tikungan, tengah-tengah tikungan dan ujung akhir tikungan.

Selama masa pelaksanaan, semua data dan perhitungan hasil pengukuran harus disyahkan
oleh Konsultan dan Direksi, dan dari waktu ke waktu selama masa pelaksanaan pekerjaan
akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan prestasi hasil pelaksanaan pekerjaan.

Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan, Penyedia Jasa diwajibkan melakukan


pengukuran akhir dari hasil pelaksanaan pekerjaan. Semua data dan perhitungan hasil
pengukuran harus diperiksa/disetujui oleh Konsultan dan disyahkan oleh Direksi serta
dipergunakan sebagai dasar acuan guna mempersiapkan gambar purna bangun (As built
Drawing)
Pada hal-hal khusus yang ada kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan, Konsultan dan
Direksi sewaktu-waktu berwenang dan berhak memberikan instruksi kepada Penyedia Jasa,
dan Penyedia Jasa harus bersedia untuk melaksanakan pengukuran tertentu yang sifatnya
sebagai check berkala atau stick proof, misalnya kedalaman fondasi, batas pembebasan tanah
dan lain sebagainya.
Pada saat penyerahan gambar purna bangun, Penyedia Jasa harus menyerahkan data dan
perhitungan hasil pengukuran yang sudah diperiksa/disetujui Konsultan dan disyahkan oleh
Direksi.

Mutual Check (MC-0%) adalah hasil perhitungan kuantitas pekerjaan yang dihitung bersama
antara Penyedia Jasa, Konsultan dan Direksi berdasarkan gambar kerja. Perhitungan kuantitas
pekerjaan tersebut harus disampaikan oleh Penyedia Jasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan, kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan.

Mutual Check (MC-100%) adalah hasil perhitungan kuantitas pekerjaan yang dihitung bersama
antara Penyedia Jasa, Konsultan dan Direksi berdasarkan gambar hasil kerja. Penyedia Jasa
wajib menyerahkan hasil seluruh perhitungan kuantitas semua pekerjaan dalam format MC-

13
100% kepada Direksi untuk mendapatkan pengesahan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
berakhirnya masa pelaksanaan.
Pekerjaan Pengukuran ini dimaksudkan umtuk dapat mendapatkan gambar situasi, tampang
melintang dan tampang memanjang, yang nantinya dapat dipakai sebagai orientasi pekerjaan,
data dasar pembuatan gambar kerja dan gambar purna bangun.
Hasil perhitungan atas pengukuran digambar dengan menggunakan program komputerais.
Pembayaran pengukuran situasi, tampang melintang, dan memanjang, dilakukan terhadap
luasan (ha) hasil pengukuran dan penggambaran yang dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan/Konsultan, dengan harga satuan sebagaimana yang dimasukkan di Daftar Kuantitas
dan Harga dimana harga satuan harus mencakup semua biaya bahan, menempatkan bahan
dalam bangunan, secara manual dengan tangan dan biaya lainnya untuk penyelesaian
pekerjaan.

2. Pembersihan Lokasi / land clearing

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan lokasi pekerjaan dari semua
tumbuhan harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
dan Direksi.
Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semak belukar dan Pembersihan
terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semak belukar yang ada di lokasi pekerjaan.
Penyedia Jasa harus membongkar akar-akar, mengisi lubang-lubangnya dengan tanah
kemudian membuang dari tempat pekerjaan semula bahan-bahan hasil pembersihan
lapangan.
Untuk semua pohon dan semak-semak yang tidak harus dibersihkan / tidak harus ditebang
dan tetap berada di tempatnya, maka Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan
dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali
sesuai dengan petunjuk Konsultan dan Direksi.

II. PEKERJAAN DEWATERING

1. Pekerjaan Coffering/Dewatering dan Pembuatan/pembongkaran kisdam

Penyedia Jasa bertanggungjawab terhadap pekerjaan pengeringan dilokasi pekerjaan guna


menjamin mutu, kemudahan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan membuat
bangunan sementara yang berupa tanggul, bangunan/saluran pengelak, bangunan
pengamanan, penyediaan pompa air, dan lainnya untuk memindahkan aliran air sehingga tidak
menggenangi lokasi pekerjaan dan membongkar/membersihkannya bila pekerjaan telah selesai
dikerjakan.
Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal pekerjaan kadang-
kadang suatu saat tidak bisa bebas samasekali dari adanya air.
Pada keadaan ini, Penyedia Jasa diwajibkan mengeringkan atau membebaskan areal
pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan Konstruksi dari genangan air atau pengaruh
air, karena bisa menyebabkan turunnya kwalitas pekerjaan akibat pengaruh air tersebut.
Sebelum membuat suatu konstruksi penahan rembesan (kist dam) Penyedia Jasa diwajibkan
membuat gambar rencana terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
Setelah pekerjaan konstruksi utama selesai dikerjakan, Penyedia Jasa harus membongkar dan
membersihkan material kist dam sehingga tidak mengganggu aliran sungai.
Pada prinsipnya, selama masa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai
sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering, bebas dari genangan ataupun
rembesan air.
Pekerjaan pengeringan yang dimaksud disini adalah, termasuk sistem drainase lingkungan
pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan akibat sampingan negatif terutama pada masyarakat
dan lingkungan setempat.
Perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas,
diperhitungkan dalam satuan Ls (lumpsum), sedangkan harga satuan pekerjaan yang
ditawarkan, sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang
dipergunakan.

14
III. PEKERJAAN TANAH

1. Ruang Lingkup

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran.

Pedoman ini mencakup kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah
atau batu atau bahan lain dari sumber bahan yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan
dalam Kontrak ini untuk pekerjaan galian.

Pedoman ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan


tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali
galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi
timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan
atau disetujui untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan timbunan.

2. Acuan Normatif

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


- SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah
- SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
- SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
- SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah.
- SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.
- SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan Tanah yang
mengandung Butir Kasar
- SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah
Untuk Bangunan Sederhana
- SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan Tanah
Maksimum
- SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus
Pasir
- SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah
- SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan Alat
Hidrometer.
- SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah
- SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan
Cetakan Benda Uji

3. Ketentuan, Persyaratan dan Pelaksanaan

3.1. Penebasan dan Pembersihan Semak Belukar


(1) Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan pembersihan dan
pembongkaran tanah dari pangkal/tunggul batang pohon, gelondongan kayu,
belukar dan tanaman lain serta bahan non-organik yang berupa pagar, bangunan,
fondasi, puing dan kotoran lainnya sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar
kerja atau dalam batas wilayah garis sempadan daerah/lokasi pekerjaan.
Penyedia Jasa wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi sebelum
pekerjaan ini dilaksanakan terutama batas daerah yang akan ditebas dan
dibersihkan, dan pohon, bangunan dan obyek lainnya yang tidak boleh
diganggu/dirusak serta metoda kerja yang harus menjaga keutuhan tanaman dan
bangunan diluar batas daerah kerja. Bila metoda tebas-bakar dipilih Penyedia Jasa
dalam pelaksanaan pekerjaan, maka pengendalian, keamanan, dan penilaian atas
aspek lingkungan harus diperhatikan.
Bila lahan dalam batas wilayah garis sempadan didominasi tanaman yang
tingginya kurang dari 2,0 m atau tanaman dengan diameter batas setinggi dada
(DSD) kurang dari 10 cm, maka pembukaan dan pembersihan lahan didaerah
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pekerjaan penebasan dan pembersihan
semak belukar dalam Spesifikasi Teknik ini, tetapi sebagai pekerjaan stripping
sesuai dengan ketentuan dalam pengupasan tanah organik: lapisan rumput, tanah

15
bagian atas, akar-akaran dan bahan non-organik yaitu sisa bangunan, fondasi dan
lain-lain serta mengeluarkannya dari lokasi pekerjaan.
(2) Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran pekerjaan ini dilaksanakan dalam satuan luas meter persegi yang
diukur dalam batas wilayah garis sempadan dan pembayaran untuk pekerjaan ini
dilakukan berdasarkan harga satuan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

3.2. Pengupasan Tanah Lapis Atas (Stripping)


(1) Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan pengupasan tanah lapis atas (stripping) adalah
pengupasan tanah lapis atas yang banyak mengandung bahan organik: rumput,
akar-akaran maupun bahan non-organik: sisa bangunan fondasi dan lain-lain dan
membuang material hasil kupasan tersebut dari lokasi pekerjaan.
Pengupasan lapisan tanah bagian atas dilaksanakan setebal 20 cm atau sesuai
dengan gambar kerja kecuali bila ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi.
Penyedia Jasa sebelum melaksanakan pekerjaan ini terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi tentang batas wilayah yang tanah
lapisan atasnya akan dikupas dan lokasi pembuangan material hasil kupasan.

(2) Pengukuran dan Pembayaran


Prestasi kerja untuk pekerjaan ini diukur dalam satuan m-persegi (m 2) yang
dihitung dari elevasi permukaan tanah asli sampai elevasi batas kupasan sesuai
dengan gambar kerja yang telah disepakati.
Pembayaran pekerjaan pengupasan lapisan tanah bagian atas ini dilakukan
berdasarkan harga satuan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam Daftar Kuantitas
dan Harga.

3.3. Galian
(1) Umum
Pekerjaan galian yang dimaksud adalah galian tanah endapan, tanah biasa dan
galian batu termasuk pekerjaan lainnya yang berkaitan misalnya upaya
perlakuannya, jalan akses dan bangunan penunjang (separator, relokasi, bangunan
pengaman dan lain-lain) yang diperlukan serta pengangkutan material hasil galian
kelokasi yang disepakati untuk tempat pembuangan akhir atau penimbunan
sementara (stock piling) sebelum dimanfaatkan lebih lanjut.
Penyedia Jasa wajib menyerahkan hasil uji laboratorium tanah yang akan digali,
metoda kerja pekerjaan galian termasuk peralatan yang digunakan, pengangkutan
ke lokasi pembuangan akhir atau penampungan sementara sebelum pemanfaatan
untuk bahan timbun, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan
pekerjaan galian.

Penyedia Jasa wajib melaksanakan pekerjaan pengukuran dan pematokan


bersama Konsultan dan Direksi sesudah pekerjaan penebasan dan pembersihan
semak belukar selesai dikerjakan atau waktu yang lain sesuai dengan perintah
Konsultan dan Direksi yang hasilnya berupa gambar hasil pengukuran yang
menunjukkan elevasi muka tanah, tampang memanjang dan melintang harus
diserahkan kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
Gambar-gambar hasil pengukuran pra-konstruksi diatas untuk selanjutnya
dipergunakan sebagai acuan dan dasar perhitungan kuantitas pekerjaan galian.
Penyedia Jasa wajib mencegah dari kerusakan dan melindungi tanah dibawah
elevasi galian pekerjaan permanen: saluran dan bangunan agar tetap dalam
keadaan yang baik, kerusakan tanah pada tanah pondasi tersebut yang
disebabkan oleh kesalahan Penyedia Jasa harus segera diperbaiki dengan
biayanya sendiri.
Dalam hal pekerjaan galian melampaui batas yang ditetapkan dalam gambar kerja
(gambar hasil pengukuran pra-konstruksi) Penyedia Jasa dengan biayanya sendiri
harus menimbun bagian tersebut dengan bahan timbun yang disetujui Direksi .
Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi bila pekerjaan galian telah selesai
dikerjakan untuk dilakukan pemeriksaan guna persetujuan sebelum pekerjaan
lanjutan/bangunan pengecoran beton dilaksanakan. Penggunaan stockpiling dan
pembuangan tanah hasil galian harus sesuai dengan spesifikasi teknis ini

16
(2) Klasifikasi Galian
Pekerjaan galian diklasifikasikan sebagai pekerjaan galian tanah dan pekerjaan
galian batu sebagai berikut :
(a) Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah yang dimaksud adalah galian tanah, sedimen/
endapan, pasir, kerikil, kerakal, atau batu yang dapat digali dengan mudah
tanpa menggunakan alat khusus (ripper) atau peledakan termasuk upaya
penanganannya, pembentukan/perapian lubang galian agar sesuai dengan
lokasi, jalur, elevasi, kelandaian dan dimensi seperti yang telah ditetapkan
dalam gambar atau petunjuk/perintah Direksi, serta pengangkutan material
hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi penampungan
sementara sebelum dipergunakan sebagai tanah bahan timbun.

Semua tipe pekerjaan galian tersebut termasuk penanganannya dilokasi


pembuangan akhir/sementara, penghamparan dan pemadatan, perapihan
dan fasilitas drainasi;

Profil galian : dasar dan tebing yang telah selesai digali harus dirapikan dan
dipadatkan dan diperiksa Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum
bangunan diatasnya, konstruksi beton atau pasangan batu dilaksanakan,
demikian pula bila sewaktu-waktu tebing galian longsor akibat kegiatan
peralatan berat atau sebab lain karena kelalaian Penyedia Jasa.
Bila dalam metoda kerja galian diperlukan penimbunan sementara tanah
hasil galian (stock-piling) sebelum tanah tersebut diangkut kelokasi
penimbunan permanen sebagai tanggul atau bangunan permanen lainnya
sehingga berakibat 2 (dua) kali kerja atau double-handling, maka biaya yang
dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk kegiatan tersebut, dianggap sudah
termasuk dalam harga satuan pekerjaan galian atau timbunan.

(b). Galian Borrow Area


Tanah yang baik untuk pekerjaan timbunan harus diambil dari borrow-area
yang disetujui Konsultan dan Direksi, dan Penyedia Jasa berkewajiban
membayar segala pengeluaran biaya untuk pengadaan tanah bahan timbun
tersebut termasuk biaya pembelian/ganti rugi kepada pemilik tanah, pajak
galian Tipe-C, royalti, perijinan dan pengeluaran lainnya.
Penyedia Jasa wajib menyerahkan hasil uji laboratorium untuk tanah dilokasi
borrow-area yang diusulkan kepada Direksi guna mendapatkan persetujuan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum kegiatan galian borrow-area
dilaksanakan.
Kegiatan galian borrow-area boleh dilakukan hanya bila telah mendapatkan
persetujuan Konsultan dan Direksi dan sesudah pekerjaan penebasan dan
pembersihan semak belukar dan pekerjaan pengupasan tanah lapis atas,
telah selesai dilaksanakan sehingga dijamin bahwa tanah bahan timbun
benar-benar sudah bersih dan bebas dari bahan organik.
Penyedia Jasa wajib memperhatikan dan menjaga kadar air/moisture content
dari tanah untuk bahan timbunan tersebut agar memenuhi persyaratan dan
tidak melampaui batas-batas nilai yang telah diidentifikasi dalam uji
laboratorium. Penyedia Jasa sebaiknya melakukan upaya tersebut di lokasi
borrow-area dengan membangun sistem drainasi dan membuat kemiringan
tertentu pada permukaan galian agar tetap kering.
Penyedia Jasa wajib mendapatkan persetujuan dari Konsultan dan Direksi
berkaitan dengan kedalaman dari galian sebelum kegiatan pengambilan
tanah untuk bahan timbun dilaksanakan. Kecelakaan yang terjadi di borrow-
area dianggap sebagai kelalaian Penyedia Jasa dalam menjamin
keselamatan kerja.
Segala biaya yang dikeluarkan Penyedia Jasa untuk melaksanakan seluruh
kegiatan diatas dalam pengadaan tanah untuk bahan timbun, dianggap
sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan timbunan tanah dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

(3) Pemanfaatan, Penampungan Sementara (Stock piling) dan Pembuangan Tanah


Hasil Galian (Use, Stockpilling and Disposal of Excavated Materials)

17
(a) Pemanfaatan dan Pembuangan Tanah Hasil Galian
Bila Direksi berpendapat bahwa tanah hasil galian memenuhi syarat sebagai
bahan timbunan sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, maka tanah
hasil galian tersebut harus dimanfaatkan untuk bangunan permanen seperti
tanggul, timbunan jalan, saluran dan bangunan.
Bila berdasarkan hasil uji laboratorium tanah hasil galian terdiri dari 2 (dua)
jenis tanah yang memenuhi dan tidak memenuhi spesifikasi sebagai tanah
bahan timbun, Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan galian wajib
berupaya agar kedua jenis tanah tersebut tidak bercampur bila tanah yang
memenuhi spesifikasi akan dipergunakan dalam konstruksi sesuai dengan
perintah.

(b) Tanah hasil galian yang memenuhi syarat pada umumnya sebagai berikut :
Diameter butiran (partikel) maksimum 100 mm
Plasticity Index (PI), lebih besar dari 15%.
Tanah hasil galian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbun :
Tanah lapis atas yang mengandung banyak bahan organik.
Plasticity Index (PI) kurang dari 15%.
Liquid Limit (LL) lebih dari 50%
Diameter butiran lebih dari 100 mm
Batu lunak dan batu keras.
Persetujuan Konsultan dan Direksi terhadap pemanfaatan tanah hasil galian
untuk keperluan pekerjaan permanen, tanggul, urugan kembali dan lainnya
akan diberikan berdasarkan hasil uji laboratorium tanah galian yang
dikerjakan dan diserahkan oleh Penyedia Jasa, tidak hanya persyaratan
diatas.
Bila tanah yang sudah disepakati sebagai bahan timbun terlalu basah
dengan kandungan air melampaui kadar air optimum hasil uji laboratorium
(Standard Proctor Test), maka tanah tersebut harus ditampung untuk
sementara waktu dilokasi yang disediakan Penyedia Jasa dan disetujui
Direksi yang dilengkapi dengan fasilitas drainasi, guna mendapat perlakuan
khusus: penghamparan, pengeringan dan lain-lain untuk menurunkan kadar
airnya sampai memenuhi persyaratan sebagai tanah bahan timbunan.
Kelebihan tanah hasil galian harus dibuang ke lokasi pembuangan yang
disediakan Penyedia Jasa dan telah disetujui Konsultan dan Direksi.
Penimbunan tanah buangan paling tinggi 2,0 m dan tidak diperbolehkan
mengganggu lingkungan disekitarnya.
Bila dianggap perlu Penyedia Jasa wajib menutup timbunan hasil buangan
dengan tanah yang baik bila menurut Konsultan dan Direksi timbunan hasil
galian tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya, biaya
yang dikeluarkan untuk keperluan ini menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa.

(c) Pemilahan dan Pembuangan Tanah Borrow Area


Lokasi borrow area dan pemanfaatan tanahnya sebagai tanah bahan
timbunan harus mendapat persetujuan Direksi sebelum galian borrow area
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan bila berdasarkan hasil uji
laboratorium tanah borrow area ternyata terdiri dari tanah yang memenuhi
syarat dan tanah yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan untuk timbunan
maka Penyedia Jasa wajib melaksanakan pemilahan pada waktu penggalian
tanah borrow area sehingga tanah yang akan dimanfaatkan untuk
timbunan/pekerjaan permanen tidak terkontaminasi dan membuang tanah
yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan timbunan di lokasi yang
disediakan Penyedia Jasa sesuai dengan ketentuan
(4) Pengukuran dan Pembayaran untuk Galian
Pembayaran pekerjaan galian galian dilaksanakan berdasarkan harga satuan
pekerjaan ini dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Harga satuan pekerjaan ini sudah termasuk semua biaya untuk pekerja, peralatan,
bahan, pengukuran, angkutan dan pembuangan, perapian dan pencegahan dari
longsoran tebing, perapian, penampungan sementara dan pemanfaatannya
sebagai bahan untuk timbunan tanah dan pekerjaan lainnya kecuali bila ditetapkan

18
secara terpisah dalam Daftar Kuantitas dan Harga ialah jalan akses sementara,
relokasi saluran dan pengamanannya, pengeringan, pekerjaan partisi dan lain-lain.

3.4. Timbunan Tanah


(1) Jenis Timbunan
Pekerjaan timbunan tanah adalah semua jenis pekerjaan timbunan tanah yang
dilaksanakan untuk terwujudnya konstruksi permanen : saluran, jalan inspeksi,
tanggul. Pekerjaan timbunan bagian dari bangunan konstruksi yang tanahnya
berasal dari pekerjaan galian atau borrow-area dan berdasarkan hasil uji
laboratorium memenuhi syarat dan spesifikasi teknik serta sudah mendapat
persetujuan Konsultan dan Direksi sebelum pekerjaan timbunan dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa wajib menyampaikan metoda kerja pekerjaan timbunan kepada
Konsultan dan Direksi termasuk semua kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan tersebut untuk mendapatkan persetujuan sebelum
dilaksanakan.
Pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sesuai dengan jalur, dimensi, elevasi dan
kemiringan timbunan yang ditetapkan dalam gambar kerja yang telah disepakati.
Tingkat kepadatan untuk kelompok pekerjaan timbunan dengan pemadatan biasa
harus tidak boleh kurang dari 80% kepadatan kering maksimum (80% MDD,
maximum dry density) sesuai dengan ketentuan dalam ASTM D-698 atau SNI.
Tebal tiap lapisan pemadatan tidak boleh lebih dari 30 cm, adapun alat pemadat
dengan menggunakan Baby roller atau stamper atau Alat Pemadat Lain yang
disetujui Direksi termasuk jumlah lintasannya.

(2) Penghamparan, Perlakuan dan Pemadatan


(a) Uji Coba Timbunan
Sebelum pekerjaan timbunan untuk konstruksi yang permanen akan
dilaksanakan, Penyedia Jasa wajib terlebih dahulu mengerjakan uji coba
pelaksanaan pekerjaan timbunan dilapangan menggunakan tanah bahan
timbunan, peralatan, tenaga kerja dan metoda kerja yang sudah mendapat
persetujuan Konsultan dan Direksi sebelumnya.
Uji coba timbunan ini dimaksudkan guna memilih metoda kerja untuk
pekerjaan timbunan yang efisien berdasarkan jumlah peralatan yang
dipergunakan, tebal lapisan yang dipadatkan, jumlah lintasan alat pemadat
serta tingkat kepadatan yang dicapai yang harus memenuhi Spesifikasi
Teknik ini.
Metoda kerja yang disetujui oleh Konsultan dan Direksi tidak dapat dipakai
alasan bagi Penyedia Jasa untuk lepas tanggung jawab terhadap tingkat
kepadatan dan kinerja pekerjaan timbunan.
Apabila karena suatu sebab perlu dilakukan perubahan metoda kerja atau
tanah bahan timbunan dari lokasi borrow pit lainnya, Penyedia Jasa wajib
melakukan uji coba timbunan ulang.
Bila uji coba timbunan tersebut dilaksanakan dilokasi tanggul, saluran, jalan
atau pekerjaan permanen lainnya, maka hasil uji coba tersebut dapat dibayar
sebagai bagian dari pekerjaan timbunan bila menurut pertimbangan
Konsultan dan Direksi telah memenuhi persyaratan. Sebaliknya bila hasil tes
kepadatan uji coba timbunan tidak memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi
ini, maka timbunan hasil uji coba tersebut harus dibongkar oleh Penyedia
Jasa dari lokasi pekerjaan.
(b) Fondasi Timbunan
(i) Sebelum timbunan tanah dilaksanakan, permukaan tanah fondasinya
harus terlebih dulu dikupas sesuai dengan ketentuan Spesifikasi
Teknik ini. Selanjutnya permukaan tanah yang telah dibersihkan dari
humus dan bahan organik lainnya, dicangkul/dibajak sedalam tidak
kurang dari 15 cm merata pada seluruh permukaan, sebelum lapis
pertama (1) tanah bahan timbunan dihamparkan.
Biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan diatas
dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan timbunan
yang ditawarkannya dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
(ii) Untuk pekerjaan timbunan dengan tanah fondasi yang lembek dan
muka air tanah yang tinggi, sesudah perlakuan terhadap permukaan
tanah fondasi selesai dikerjakan seperti yang dijelaskan spesifikasi

19
teknis ini maka upaya pengeringan dengan pompa air perlu
dilaksanakan paling tidak 2 (dua) jam sebelum pekerjaan timbunan
dikerjakan.
Selama pekerjaan timbunan dikerjakan, tinggi muka air tanah harus
tetap dijaga paling sedikit 30 cm dibawah permukaan timbunan, dan
bila permukaan tanah timbunan tergenang maka permukaan tanah
tersebut harus dikupas setebal paling sedikit 5 cm atau sesuai dengan
perintah Konsultan dan Direksi dan kemudian dicangkul/dibajak
sedalam 15 cm seperti yang telah diuraikan.

(c) Penghamparan, Pengendalian Kadar Air, dan Pemadatan Tanah


(i) Penyedia Jasa wajib menyerahkan metoda kerja termasuk peralatan
yang dipergunakan kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan
persetujuan sebelum timbunan tanah dikerjakan. Sebelum timbunan
lapisan pertama dihampar dipermukaan tanah fondasi, perlakuan
terhadap permukaan tanah fondasi seperti diuraikan harus terlebih
dahulu diselesaikan.
Permukaan tanah asli atau timbunan lama harus dibuat bertangga
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau perintah
Konsultan dan Direksi sebelum penghamparan tanah bahan timbunan
dikerjakan.
Untuk lereng timbunan lama yang akan digali dengan bertangga,
terlebih dahulu permukaan lereng tersebut harus dikupas dan
dibersihkan dari bahan organik, setelah selesai baru kemudian dibuat
bertangga, sehingga tanggul yang baru dapat sepenuhnya menyatu
dengan tanggul/timbunan yang lama.
Penghamparan tanah bahan timbunan secara mendatar dengan tebal
tidak boleh lebih dari 30 cm atau harus sesuai dengan hasil uji coba
timbunan tanah yang berbentuk bongkah-bongkah harus dipecah-
pecah sebelum dipadatkan. Tidak diperkenankan memperlebar
timbunan tanah dengan cara mencurahkan tanah lepas dari atas
timbunan lama.

(ii) Kadar air tanah bahan timbunan harus dijaga agar disekitar kadar air
optimum dengan toleransi + 3% sampai -5% dari kadar air optimum
hasil uji laboratorium atau ketentuan lain atas perintah Direksi
berdasarkan soil-properties tanah tersebut.
Pemadatan harus dikerjakan hingga tingkat kepadatan timbunan
mencapai 80% kepadatan kering maksimum untuk pemadatan normal.
Untuk lereng timbunan yang akan diperkuat dengan lapisan/talud
beton, sebelum talud beton dipasang/dicor, lereng timbunan terlebih
dahulu harus dirapikan dan dipadatkan dengan tamping-rammer atau
alat lain yang disetujui Konsultan dan Direksi sesuai dengan dimensi
yang ditunjukkan dalam gambar kerja.

(3) Pengukuran dan Pembayaran


(a) Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan timbunan dilakukan dalam satuan
meter-kubik (m3) timbunan padat yang diukur berdasarkan tampang
memanjang, tampang melintang, elevasi, kemiringan, dan jarak sesuai
dengan gambar kerja yang telah disepakati.

(b) Pembayaran
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga termasuk biaya untuk menyediakan borrow-area, angkutan,
pembuangan, penampungan sementara, platform alat berat diatas tanah
lembek, penghamparan, pengendalian kadar air dan pemadatan,
pembentukan dan perapian timbunan dan segala biaya yang dikeluarkan
Penyedia Jasa untuk kelancaran dan kemudahan dalam pelaksanaan
pekerjaan termasuk biaya untuk upah, bahan, peralatan, perijinan, royalty
dan lain-lain.

20
3.5. Timbunan/Urugan Kembali
Pekerjaan urugan kembali harus dikerjakan sesuai dengan gambar kerja yang disepakati
atau atas perintah Konsultan dan Direksi.
Penyedia Jasa wajib menyampaikan metoda kerja, bahan dan peralatan yang
direncanakan akan digunakan, kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan
persetujuan sebelum pekerjaan urugan/timbunan tanah kembali dilaksanakan .
Tanah bahan timbunan berasal dari tanah hasil pekerjaan galian dilokasi bangunan atau
lokasi lain sesuai persetujuan Konsultan dan Direksi .
Tanah bahan timbunan harus berasal dari tanah hasil pekerjaan galian atau dari borrow
pit yang memenuhi syarat sebagai tanah bahan timbun berdasarkan hasil uji laboratorium
dan atas persetujuan/perintah Konsultan dan Direksi .
Dikerjakan paling sedikit 14 (empat belas) hari sesudah pekerjaan beton untuk struktur
selesai dilaksanakan.
Dikerjakan lapis demi lapis dengan tebal lapisan berdasarkan hasil uji coba yang
tergantung dari material/ tanah bahan timbunan, peralatan yang dipergunakan dan
jumlah lintasannya.
Kadar air tanah bahan timbunan berkisar antara + 3% sampai -5% dari kadar air optimum
berdasarkan hasil uji laboratorium dengan tingkat kepadatan 80% kepadatan kering
maksimum sesuai dengan kriteria ASTM D-968.
Pengukuran untuk pekerjaan timbunan / urugan kembali Tipe-A dilakukan dalam satuan
meter kubik (m 3) yaitu volume yang diukur mulai dari garis batas pekerjaan galian dan
dinding/permukaan paling luar bangunan atau elevasi yang telah ditetapkan yang tidak
melampaui elevasi permukaan tanah asli.
Pembayaran pekerjaan urugan kembali dilakukan berdasarkan harga yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah termasuk biaya untuk : galian, angkutan,
re-handling, penghamparan, pengendalian kadar air, pemadatan, perapian dan biaya lain
termasuk, upah, bahan, peralatan serta pekerjaan penunjang.

3.6 Perkerasan Jalan


Pada umumnya jalan yang akan dibangun atau ditingkatkan adalah jalan inspeksi,
kecuali bila diperlukan jalan penghubung dan jalan akses/masuk ke lokasi pekerjaan.
Konstruksi perkerasan jalan, tampang melintang sesuai dengan yang diperlihatkan dalam
gambar lelang.
Spesifikasi teknik pekerjaan perkerasan jalan diuraikan/ditentukan dalam Pekerjaan Batu
spesifikasi ini.

3.7. Pengangkutan Tanah Bahan Timbunan dan Sisa Galian


Penyedia Jasa wajib menyerahkan metoda kerja untuk pengangkutan tanah bahan
timbunan dari lokasi borrow-pit dan/atau galian serta pembuangan sisa galian dan/atau
tanah yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan timbunan ke lokasi pembuangan yang
disediakan oleh Penyedia Jasa, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum dikerjakan
kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan.
Metoda kerja tersebut dilampiri dengan peta rencana pemindahan tanah secara mekanis
(earth moving work plan) dilengkapi jalur/lintasan jalan untuk transportasi tanah.
Harga satuan untuk pekerjaan galian dan timbunan yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, sudah termasuk biaya untuk angkutan.

3.8. Toleransi Pekerjaan Tanah


Dimensi, elevasi dan kemiringan pekerjaan tanah setelah selesai dirapikan dapat diberi
toleransi seperti daftar dibawah ini kecuali bila ditetapkan lain oleh Direksi .
(a) Saluran irigasi dan drainasi termasuk bangunan pelengkapnya:
- permukaan dasar : - 5 cm, + 0 cm
- lebar dasar : - 0 cm, + 5 cm
- lebar puncak : - 0 cm, + 5 cm
- jalur : 5 cm
- kemiringan memanjang : 0,1%

21
(b) Jalan
- permukaan jalan : - 0 cm, + 5 cm
- lebar jalan : - 0 cm, + 10 cm
- jalur : 5 cm
(c) Galian
bangunan
- dasar galian : + 0 cm, - 5 cm

3.9. Uji Laboratorium untuk Bahan dan Pekerjaan Selesai


Uji laboratorium untuk bahan timbunan dan urugan sebelum pelaksanaan pekerjaan
dan untuk pengendalian mutu selama pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan
oleh Penyedia Jasa menggunakan laboratoriumnya di lapangan atau laboratorium
lain yang disetujui Konsultan dan Direksi dengan disaksikan/diawasi oleh Konsultan
dan Direksi . Penyedia Jasa wajib melaksanakan uji SPT (Standard Cone
Penetration Test) pada dasar galian untuk memastikan kesesuaian tanah sebagai
fondasi sebelum dilakukan pengecoran beton.
Hasil uji laboratorium untuk semua bahan bangunan yang akan dipergunakan untuk
pekerjaan harus disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada Konsultan dan Direksi untuk
dikaji dan disetujui.
Uji laboratorium yang akan dikerjakan Penyedia Jasa, metoda baku untuk
uji laboratorium yang akan digunakan dan frekuensi uji laboratorium untuk bahan
bangunan selama pelaksanaan sampai selesainya pekerjaan harus secara rinci sesuai
ketentuan dalam SNI atau sesuai perintah Direksi (JIS equivalent) atau mengikuti tabel
sebagai berikut :
Uji laboratorium untuk pekerjaan tanah

Nilai yang Frekuensi Uji


Uji Metoda Baku
disyaratkan Laboratorium
Laboratorium
ASTM C127 1. Sebelum tanah bahan
Specific Gravity ASTM C 128 - timbunan digunakan
(Berat Jenis) ASTM D 858 2. Sesudah kejadian:
Atau SNI 03-1968- (i) setiap 50.000 m 3
1990 atau
SK SNI M-08-1989-F (ii) sekali setiap bulan
(iii) perubahan lokasi
JIS 1203 atau - borrow-pit
Moisture
ASTM ZD 2216-51 (iv) setiap ada
Content (Kadar
Atau SNI 03-1965- perubahan tanah
Air)
1990 bahan timbunan
SK SNI M-05-1989-F
Liquid Limit ASTM D423 -
Plasticity Index - > sekitar 15%
Moisture/Density
ASTM D2216 -
Relationship
Kepadatan kering SNI 03-2832-1992
(dry (Proctor)
density/proctor) SK SNI M-18-1991-03

Unconfined
JIS 1216 -
Compression
Test
Permeability Test Sesuai petunjuk Pejabat
(Rembesan) Pembuat Komitmen

22
1. Setiap 10 km panjang
subgrade atau setiap
seksi/bagian panjang
Untuk
jalan.
California Bearing perkerasan
AASHTO T193 2. Perkerasan Jalan:
Ratio (CBR) jalan 30%
(i) untuk setiap sumber
minimum
material baru
(ii) paling sedikit sekali
sebulan.

Cone Penetration Pada setiap dasar galian


AASHTO T206 -
Test untuk bangunan
Setiap lapisan timbunan
Field Density Test ASTM D1556 atau > 80% MDD tanah pada setiap lokasi
(uji kepadatan SNI 03-2828-1992 pekerjaan atau
tanah) Setiap volume 300 m
pekerjaan timbunan
OMC 3% tanah atau
Field Moisture ASTM D2216 atau
Test (uji kadar air SK SNI M-13-1991- Setiap luasan gelaran
1000 m pekerjaan
tanah) 03
timbunan tanah atau
Sesuai petunjuk PPK

23
3.10. Pekerjaan Timbunan S i r t u
Sirtu (pasir batu) yang digunakan untuk bahan timbunan harus mempunyai kekerasan
cukup, tahan lama, bebas dari mineral-mineral/tidak boleh mengandung zat-zat yang
melemahkan kualitas pekerjaan lainnya beton atau pasangan batu yang
bersangkutan dan harus mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi. Sirtu yang
digunakan dapat diperoleh dari sirtu buatan (dihasilkan dari mesin pemecah) atau dari
pasir alam. Kebersihan dan gradasi sirtu bervariasi dan harus memenuhi peraturan
bangunan yang berlaku dengan kandungan lumpur maximum yang diperbolehkan tidak
lebih dari 10 %. Kontraktror harus mengangkut, membongkar, menimbun / menyimpan
sedemikian rupa sehingga sirtu tetap terjaga kualitasnya saat digunakan. Apabila sirtu
menjadi kotor atau tercampur dengan bahan lain kontraktor wajib menanggung sendiri
beaya pengolahan kembali sirtu, sehingga sirtu memenuhi persyaratan yang ditentukan
atau mendapat persetujuan Konsultan dan Direksi maupun pengawas mutu.
3.10.1. Bahan timbunan sirtu yang telah siap dan memenuhi syarat dapat diangkut
dengan dump truk, dihampar dan dipadatkan dengan alat pemadat mekanik
(stamper, baby roller atau sejenisnya) yang disetujui Konsultan dan Direksi.
3.10.2. Ketebalan penghamparan untuk tiap lapis pemadatan maximum 30 cm.
3.10.3. Setiap akan menghampar lapisan berikutnya permukaan lapisan harus digaruk
dan dibasahi secukupnya agar diperoleh sambungan yang homogen.
3.10.4. Tiap-tiap lapisan diadakan pengecekan dari laboratorium mekanika tanah untuk
mengetahui hasil pemadatannya. Apabila hasilnya kurang dari standart yang
telah ditentukan, maka Konsultan dan Direksi Teknis atas saran dari
laboratorium mekanika tanah berhak minta pada Kontraktor untuk membongkar
dan memperbaiki kembali sampai mencapai/memenuhi kepadatan yang telah
ditentukan dalam standart.
3.10.5. Untuk keperluan pembasahan/penyiraman Kontraktor dapat melakukan dengan
water tanker atau pompa air dan alat bantu lain yang disetujui Konsultan dan
Direksi dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan. Bentuk, ukuran, kemiringan
maupun elevasi puncak dari pekerjaan penimbunan harus sesuai dengan
gambar rencana.
3.10.6. Ketebalan penghamparan untuk tiap lapis adalah 20-30 cm Penilaian untuk
pembayaran timbunan sirtu harus dilakukan atas dasar ukuran dan elevasi
seperti yang tertuang dalam gambar rencana.
3.10.7. Pembayaran pekerjaan timbunan akan dilakukan dalam harga satuan m3 padat.
Harga satuan tersebut sudah mencakup pengambilan, pengangkutan,
penghamparan, penyiraman/pengeringan, pemadatan, peralatan yang
digunakan, tenaga kerja bahan-bahan dan lain sebagainya.

3.11. Pekerjaan Timbunan Lime stone


Material lime stone untuk bahan timbunan tanggul diambilkan dari luar daerah lokasi
pekerjaan yang harus mendapat persetujuan dari Konsultan dan Direksi maupun
pengawas mutu dan tidak boleh berisi kayu, tonggak pohon, semak-semak, tumbuh-
tumbuhan liar, akar, rumput, bahan organic, humus, lumpur dan bongkahan yang
berukuran lebih dari 15 cm dan material lain yang tercela. Lime stone sejenis itu harus
dipecahkan dan jangan sampai ada material seperti itu dibiarkan mengendap pada
timbunan
Pekerjaan pemadatan lime stone
3.11.1. Lokasi rencana tanggul yang akan dilaksanakan dengan timbunan lime stone
harus dibersihkan terlebih dahulu/distripping sesuai gambar rencana atau
petunjuk Konsultan dan Direksi.
3.11.2. Bahan timbun lime stone yang telah siap dan memenuhi syarat dapat diangkut
dengan dump truk, dihampar dan dipadatkan dengan alat pemadat mekanik
yang disetujui Konsultan dan Direksi.
3.11.3. Alat pemadat yang digunakan harus sama dengan alat yang dipakai dalam
pemadatan tanggul.
3.11.4. Setiap akan menghampar lapisan berikutnya permukaan lapisan harus digaruk
dan dibasahi secukupnya agar diperoleh sambungan yang homogen.
3.11.5. Tiap-tiap lapisan diadakan pengecekan dari laboratorium mekanika tanah untuk
mengetahui hasil pemadatannya. Apabila hasilnya kurang dari standart yang
telah ditentukan, maka Konsultan dan Direksi Teknis atas saran dari
laboratorium mekanika tanah berhak minta pada Kontraktor untuk membongkar

24
dan memperbaiki kembali sampai mencapai/memenuhi kepadatan yang telah
ditentukan dalam standart.

3.11.6. Untuk keperluan pembasahan/penyiraman Kontraktor dapat melakukan dengan


water tanker atau pompa air dan alat bantu lain yang disetujui Konsultan dan
Direksi dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan.

3.11.7. Bentuk, ukuran, kemiringan maupun elevasi puncak dari pekerjaan penimbunan
lime stone pada tanggul harus sesuai dengan gambar rencana.

3.11.8. Penilaian untuk pembayaran timbunan lime stone harus dilakukan atas dasar
ukuran dan elevasi seperti yang tertuang dalam gambar rencana. Pembayaran
pekerjaan timbunan lime stone akan dilakukan dalam harga satuan m3 padat.
Harga satuan tersebut sudah mencakup pengambilan, pengangkutan,
penghamparan, penyiraman/pengeringan, pemadatan, perapian, biaya
pengujian, peralatan yang digunakan, tenaga kerja bahan-bahan dan lain
sebagainya.

3.12. Pekerjaan rubble mound.


Pekerjaan rubble mound dilaksanakan dengan batu yang mempunyai berat minimum 70
kg per buah. Batu yang mempunyai berat lebih besar harus ditempatkan disisi bagian
luar sedang yang lebih ringan disusun pada bagian dalam. Pekerjaan rubble mound
harus dipasang sedemikian rapi sesuai dengan gambar rencana diratakan dengan alat
mekanik (bulldozer atau excavator). Batu yang digunakan harus batu hitam yang keras.
Pembayaran untuk pekerjaan rubble mound berdasarkan pada volume per m3 yang
terpasang sudah termasuk ongkos tenaga, bahan, peralatan dan sebagainya.
3.13. Pekerjaan gravel bedding dan gravel metaling
Material yang dipakai untuk pekerjaan gravel bedding dan gravel metaling adalah kerikil
yang mempunyai diameter bervariasi antara 1.0 4.0 cm, bersih dari kotoran dan
mempunyai kekerasan yang cukup. Lapisan gravel bedding dan gravel metaling harus
dipadatkan dengan alat pemadat mekanik yang disetujui oleh Konsultan dan Direksi dan
harus mencapai ketebalan jadi sesuai dengan gambar rencana.
Penilaian dan pembayaran untuk pekerjaan gravel bedding dan gravel metaling ini
didasarkan atas dasar m3 yang terpasang. Penilaian tersebut sudah termasuk peralatan,
upah tenaga dan sebagainya.
3.14. Gebalan Rumput

a. Persyaratan Bahan / Material


Untuk melindungi rawan rusak lereng/tebing oleh riak/gelombang atau arus air
(erosi), gebalan rumput dikerjakan/diadakan sebagaimana tertera pada gambar
atau sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Lempengan gebalan rumput yang dipergunakan untuk pelindung tebing harus
segar, padat dan berakar kuat serta panjang potongan lempengan gebalan rumput
tidak kurang dari 10 cm.

b. Metoda Kerja
Pekerjaan gebalan rumput terdiri dari pekerjaan persiapan, pemotongan,
pengangkutan dan menata lempengan gebalan rumput pada tempatnya, serta
memelihara lereng/tebing sedemikian rupa agar supaya rumput dapat tumbuh
normal dan serentak.
Direksi Pekerjaan akan memeriksa lempengan gebalan rumput. Perlu dijaga agar
jangan terjadi kehilangan tanah humus pada lempengan gebalan rumput selama
pemotongan dan pengangkut. Transplating (memindahkan tanaman) rumput
dilaksanakan selama 24 jam, setelah pemotongan dan ditaruh pada tempat
sementara atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
Dalam proses penempatan sementara dan pengangkutan dikerjakan sedemikian
rupa sehingga dua muka tanah dari dua lempengan disetangkup (tanah dengan
tanah saling ditempelkan). Lempengan lempengan gebalan rumput harus dijaga
kelembabannya dan terlindung dari terik sinar matahari. Bila bidang rumput yang
akan dipotong dalam keadaan kering maka harus dibasahi secara cukup, jangan
25
diterima gebalan rumput yang berkualitas rendah maupun yang dalam keadaan
jelek serta terdapat gulma (rumput yang tidak diinginkan).
Semua bidang yang akan ditutupi dengan gebalan rumput dihaluskan, diratakan
sehingga menjadi permukaan yang seragam dan diolah (digemburkan dengan
kedalaman 3 cm. Lempengan gebalan rumput diletakkan berjajar satu sama lain,
kemudian dipadatkan secukupnya dan diperkuat dengan tusuk bambu dengan
maksud agar tidak mudah rusak karena tertimpa air hujan. Rongga antar gebalan
rumput tidak boleh kurang dari 15 cm dan disusun zig-zag.
Penyedia Jasa bertanggung jawab tentang pemeliharaan dan perawatan areal
gebalan rumput sampai rumput tumbuh normal dan serentak, serta lebih lanjut
sampai diterbitkannya berita acara oleh Direksi Pekerjaan yang menyatakan bahwa
seluruh pekerjaan sudah selesai dikerjakan.
Penyedia Jasa harus memperbaiki atas beban biaya sendiri apabila menurut
pendapat Direksi Pekerjaan ada areal yang rusak, rumput mengering atau tidak
berakar pada bidang tebing, tumbuh jenis tumbuhan yang tidak dikehendaki
(gulma) atau tampak tak teratur dan berpemandangan jelek.

c. Perhitungan dan Pembayaran.


Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan
bangunan jadi, yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan m2 yang telah ditanam.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi
upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan,
overhead dan keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan.

26
IV. PEKERJAAN PASANGAN

1. Ruang Lingkup

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan,


pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan pasangan batu dan
adukan semen.

Pedoman ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi bronjong, pasangan batu Kali,
pasangan batu kosong, plesteran dan siaran serta pekerjaan adukan semen. Pedoman ini
mencakup pekerjaan penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam bronjong kawat (gabion)
maupun pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan detail yang
ditunjukkan dalam pada Gambar sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2. Acuan Normatif

Standar Nasional Indonesia (SNI)


- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur
- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland
- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih
- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi
Los Angeles
- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC (Polivinil
Chlorida)
- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam Beton
- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan

American Standard Test Method


- ASTM C 91 : Masonry cement
- ASTM C 207 : Hydrated Lime
- ASTM C 270 : Mortar for Unit Masonry
- ASTM C 476 : Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry

27
3. Istilah dan Difinisi

Agregat halus : adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25
mm sampai 4 mm yang biasa disebut pasir

Agregat kasar : adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4


mm sampai 31,5 mm yang biasa disebut kerikil.

Semen Portland : adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara


menggiling terak semen portland yang terutama, terdiri dari
Kalsium Silikat Hidrat yang bersifat hidrolis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan satu atau lebih
bentuk kristal senyawa Kalsium Sulfat.

Batu alam : adalah suatu gabungan daripada hablur mineral yang


bersatu dan memadat, sehingga memiliki derajat kekerasan
tertentu, yang berbentuk secara alamiah melalui proses
pelelehan, pembekuan, pengendapan dan perubahan
alamiah.

Batu candi : adalah batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang
dibentuk secara khusus untuk dipergunakan sebagai lapisan
tahan gerusan

Batu pecah : adalah hasil pecahan batu alam dalam bentuk butiran asli
atau dibelah menjadi ukuran butiran yang cukup besar untuk
dipergunakan dalam pembuatan bangunan dasar

Bronjong : adalah suatu konstruksi yang tersusun dari batuan pecah


dan di ikat oleh anyaman kawat

Pasangan batu kosong : adalah suatu konstruksi yang disusun dengan bahan
material yang berupa batu kosong yang berfungsi untuk
melindungi bahaya gerusan.

Pasangan batu belah : adalah suatu konstruksi yang disusun dengan bahan
material yang berupa batu kali, pasir dan semen Portland

Plesteran : adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai penutup /


pengikat ujung pasangan batu

Siaran : adalah sutau konstruksi yang berfungsi untuk menutup /


mengikat / memperkuat antara batu muka

4. Persyaratan Bahan

4.1. Batu
a. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis
yang diketahui awet.
Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.

b. Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali yang dipecah
salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak berpori.

c. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling
mengunci bila dipasang bersama-sama.

d. Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah yang
menyelimuti agar permukaan batu bersih.

28
e. Ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau batu kali hanya
boleh digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau sesuai persetujuan
Direksi dan digunakan bersama-sama dengan batu belah.
Batu pecah yang mempunyai diameter < 10 cm hanya boleh dipergunakan
sebagai batuan pengisi/pengunci.

4.2. Pasir
a. Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam (pasir pasang) yang
diambil dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi.

b. Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik, sampah


kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan bahan lainnya, seperti
air laut/garam dan lain-lainnya yang akan menurunkan mutu pasangan batu.

4.3. Material Cement


a. Bahan material cement yang dipakai adalah jenis PC yang ada dipasaran dan
harus memenuhi standart.

b. Bahan material cement yang telah mengeras karena pengaruh cuaca, air atau
bahan organic lainnya tidak boleh dipakai

c. Dalam menyimpan material di gudang lapangan, tempat penyimpanan harus


kering dan diberi alas minimum 30 cm diatas permukaan tanah dan tinggi
tumpukan maksimum 3 m.
4.4. Air
Air yang dipergunakan harus bersih tidak mengandung Lumpur, minyak, bahan organic
atau bahan kimia.

5. Pelaksanaan Pekerjaan

5.1. Bongkaran Pasangan Batu Kali / Gunung dan dibersihkan

a. Batu bekas bongkaran harus dibersihkan dari spesi, dan bekas spesi dan batu
yang kecil tidak boleh dipakai untuk isian pasangan tapi harus dibuang diluar
lokasi pekerjaan.

b. Apabila batu bekas bongkaran yang sudah dibersihkan akan dipakai kembali
untuk isian pasangan batu yang baru maka volume bongkaran dapat
diperhitungkan sebesar 65 % dari volume bongkaran pasangan.

c.. Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah
disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 3
Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya umum dan
keuntungan

5.2. Pasangan Batu Kosong

a. Dalam pelaksanaannya batu yang dipakai harus batu pecah dengan ukuran antara
20 cm sampai dengan 30 cm yang disusun rapi sehingga permukaan batu kosong
menjadi rata.

c. Pondasi yang akan diber batu kosong harus kuat atau sesuai petunjuk Konsultan
dan Direksi sehingga pasangan batu kosong menjadi stabil dan tak akan
longsong.

c. Perhitungan dan Pembayaran :


Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah
disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 3.

29
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya Umum dan
keuntungan.

5.3. Pasangan Batu Belah 1 PC : 3 PS

a. Sebagai pengikat satu batu dengan batu yang lain dipergunakan spesi yang
merupakan adukan cement, pasir dan air. Dan perbandingan campuran spesi
adalah 1 PC (Portland Cement) : 3 Psr (Pasir) dengan kebutuhan semen sebesar
= 202 kg, diaduk secara merata dengan air, guna mencapai campuran yang
homogen maka diwajibkan untuk memakai mixer / molen.

b. Tebal lapisan spesi pada permukaan batuan minimum 1,5 cm agar supaya ikatan
antar batu menjadi kuat.

c. Periksa dimensi dan elevasi profil dengan alat ukur (oleh juru ukur) dan minta
persetujuan Konsultan dan Direksi bila telah selesai gambar kontrak.

d. Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan setebal


3 - 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2 - 3 cm (tidak
bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat dengan
adukan. Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai penuh/mampat
dengan menggunakan sendok adukan.
e. Untuk bangunan dengan pasangan batu yang tingginya lebih dari 1 meter, maka
tinggi pengerjaan pasangan batu maksimum 1 meter. Penghentian pelaksanaan
tidak boleh dibuat rata melainkan dibuat bertangga agar sambungan pasangan
lama dan pasangan berikut diatasnya bisa terjadi satu ikatan yang kuat.

f. Untuk meletakkan pasangan baru diatas pasangan lama maka permukaan


pasangan lama harus dibersihkan dan disiram dengan air cement sebagai bahan
pengikat.

g. Perhitungan dan Pembayaran :


Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah
disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 3
Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya umum dan
keuntungan.

5.4. Pasangan Batu Belah 1 PC : 4 PS

a. Spesifikasi teknis untuk pasangan batu belah 1 PC : 4 PS sama dengan


spesifikasi pasangan batu belah 1 PC : 3 PS akan tetapi perbandingan campuran
spesi adalah 1 PC (Portland Cement) : 4 PS (Pasir) dengan kebutuhan semen
sebesar = 163 kg.

b. Perhitungan dan Pembayaran :


Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah
disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 3
Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya umum dan
keuntungan.

5.5. Pasangan Batu Belah bekas bongkaran 1 PC : 4 PS

a. Spesifikasi teknis untuk pasangan batu belah bekas bongkaran 1 PC : 4 PS sama


dengan spesifikasi pasangan batu belah 1 PC : 4 PS dengan kebutuhan semen
sebesar = 163 kg, akan tetapi sebagaian batu yang dipakai adalah batu belah
hasil bongkaran pasangan lama.

b. Perhitungan dan Pembayaran :


Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah
disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 3
30
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya umum dan
keuntungan.

5.6. Pasangan Batu Candi 1 PC : 3 PS

a. Sebagai pengikat satu batu dengan batu yang lain dipergunakan spesi yang
merupakan adukan cement, pasir dan air.
Dan perbandingan campuran spesi adalah 1 PC (Portland Cement) : 3 PS (Pasir)
dengan kebutuhan semen sebesar = 202 kg, diaduk secara merata dengan air,
guna mencapai campuran yang homogen maka diwajibkan untuk memakai mixer /
molen.

b. Tebal lapisan spesi pada permukaan batu antara 1,5 cm sampai dengan 2 cm
agar supaya ikatan antar batu menjadi kuat.

c. Untuk meletakkan pasangan baru diatas pasangan lama maka permukaan


pasangan lama harus dibersihkan dan disiram dengan air cement sebagai bahan
pengikat.

d. Batu candi digunakan pada bendung-bendung, lebih-lebih pada bendung yang


membawa bahan kasar (seperti pasir dan batu), untuk menanggulangi gerusan
pasir pada permukaan bendung.

e. Batu candi yang dipakai harus berwarna gelap, sewarna dan sejenis. Semua batu
harus didapatkan dari satu sumber, kuat, tidak mudah pecah dan tahan terhadap
cuaca atau bahan-bahan yang dibawa arus sungai.

f. Setiap batu candi harus dibentuk dari batu besar dan dibelah menyerupai piramida
terpancung dengan ukuran 30 cm x 30 cm bujur sangkar, atau maksimum 40 cm x
40 cm pada muka luarnya, bagian dalam berukuran minimum 20 cm x 20 cm dan
tingginya 30 - 60 cm. Pada bagian bawah/luar setebal 4 cm dari permukaan harus
dibuat halus dan rata. Pada bagian bawah/luar dibuat kasar dan dibentuk seperti
piramida terpancung kecuali ditentukan lain.

g. Batu candi harus dipasang dengan jarak antara pada bagian atas tidak boleh lebih
dari 1 cm. Pada bagian atas harus disiar rata dengan adukan 1 PC : 2 PS dan
dipasang sesuai dengan bentuk seperti tercantum dalam gambar. Penempatan
batu candi harus berselingan seperti tercantum di dalam gambar.

h. Perhitungan dan Pembayaran :


Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah
disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 3
Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya umum dan
keuntungan.

5.7. Siaran 1 PC : 2 PS

a. Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang sambungan diantara batu muka
harus dikorek sebelum ditutup dengan adukan. Permukaan harus dibersihkan

b. Adukan spesi untuk siaran harus memakai adukan 1 PC (Portland Cement) : 2 PS


(Pasir) dengan kebutuhan semen sebesar = 6,35 kg dan diaduk secara merata
dengan air.

c. Pekerjaan Siaran dapat dibagi atas :


i. Siaran Tenggelam (masuk kedalam 1 cm).
ii. Siaran rata (rata dengan muka batu dengan tebal 1 cm)
iii. Siaran Timbul (timbul dengan tebal 1 cm dari muka batu)

d. Perhitungan dan Pembayaran :


Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah
disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 2.
Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah
30
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya Umum dan
keuntungan.

5.8. Plesteran 1 PC : 3 PS

a. Bila diperintahkan, dinding dan lantai baik lama maupun baru terbuat dari
pasangan bata/batu kali harus diplester dengan adukan 1 PC (Portland Cement) :
3 PS (Pasir) dengan kebutuhan semen sebesar = 7,75 kg dan diaduk secara
merata dengan air, guna mencapai campuran yang homogen maka diwajibkan
untuk memakai mixer / molen.

b. Pekerjaan Plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan


dihaluskan dengan air semen. Apabila tidak diperintahkan lain pasangan harus
diplester pada bagian atas dari dinding, bagian tepi pasangan pada sorongan / pipa
saluran, dan selebar 0,10 m dibawah tepi atas dinding dan pasangan sorongan /
pipa saluran.

c. Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah


selesai karena sust pengerasan, maka permukaan plesteran yang sudah selesai
harus dibasahi dengan air selama 7 hari berturut-turut.

d. Perhitungan dan Pembayaran :


Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah
disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan M 2.
Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya Umum dan
keuntungan.

5.9. Drain Hole pipa PVC diameter 2

a. Bila diperintahkan Direksi / ditunjuk dalam gambar disain maka pasangan baru
harus dipasangan drain hole dengan bahan antara lain pipa PVC, ijuk kerikil
bergradasi baik.

b. PVC diameter 2 harus lebih panjang 20 cm sampai dengan 25 cm dari pasangan


bagian belakang dan diujungnya harus dibungkus dengan ijuk setebal 5 cm dan
dikelilingi / diselimuti kerikil setebal 15 cm secara penuh.

c. Cara pemasangan harus selang seling dengan jarak horisontal 2 m dan vertikal 1
m atau ditentukan lain oleh direksi.

d. Perhitungan dan Pembayaran :


Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah
disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan buah.

5.10. Bronjong Kawat Galvanis diameter 8 x 10 Cm


Bronjong kawat dari anyaman mesin fabrikasi yang mempunyai sertifikat SNI 03-0090-
1999 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau standart
lain yang berlaku yang ditetapkan oleh instansi terkait yang sudah teragreditasi, dengan
anyaman kawat galvanise diameter 2,7 mm, tiap anyaman dibuat 3 kali lilitan dengan
lubang anyaman berbentuk segi enam dengan diameter lubang 8 x 10 cm dengan
simpul yang digunakan bergaris tengah 3,4 mm atau lebih.
Semua kawat bronjong dan pengikat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
harus dari kawat besi galvanis dengan kekuatan tarik minimum 40 Kg/mm2 dan dengan
berat minimum lapisan seng 260 gram/m2. Mutu dari kawat bronjong tersebut harus
dibuktikan dengan sertifikat dari pabrik dan dengan tes dari laboratorium dengan
disaksikan oleh Konsultan dan Direksi dan pengawas mutu.

31
Ukuran bronjong yang dipakai adalah ukuran standart 0.50 x 1.50 x 3.00 m atau seperti
yang tertera dalam gambar rencana, diberi diafragma. Pengisian bronjong harus disusun
dengan baik/rapih dengan betul-betul penuh, kemudian ditutup dan diikat.
Kotak-kotak bronjong sebelum diisi batu harus ditegangkan lebih dahulu agar dicapai
volume yang maksimum.
Sebelum pekerjaan bronjong dilaksanakan, Kontraktor harus menyerahkan dulu kepada
Direksi contoh bronjong yang akan digunakan yang dilampiri dengan setifikat SNI 03-
0090-1999 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau
standart lain yang berlaku yang ditetapkan oleh instansi terkait yang sudah teragreditasi
dengan dilampiri spesifikasi dari pabrik yang mengeluarkan untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi.
Dalam memasang brojong rusuk-rusuk dan sambungan bronjong harus diikat erat-erat
dengan kawat dengan dililitkan penuh, terlebih bagian penutup bila bronjong itu telah diisi
penuh dengan batu-batu. Bronjong yang satu dengan yang lain harus diikat dengan erat,
supaya bronjong-bronjong itu tidak terlepas dengan yang lain.
Penilaian dan pembayaran pekerjaan bronjong kawat dibuat berdasarkan harga satuan
m3 dari pasangan batu bronjong yang dikerjakan pada batas dan ukuran yang tepat yang
ditentukan dalam gambar rencana. Harga satuan pekerjaan tersebut sudah termasuk
bahan batu, kawat, tenaga kerja, alat dan sebagainya.

5.11. Rip - Rap

a. Dalam pelaksanaannya batu yang dipakai harus batu pecah dengan ukuran yang
sama sesuai dengan gambar disain.

b. Dalam pemasangannya permukaan harus rata dan apabila antara batu-batu rip
rap ada celah kosong harus diberi batu pengunci yang sesuai dengan ukuran
rongga.

c. Dalam pemasangan rip rap harus dilakukan penekanan pada batu sehingga batu
menjadi stabil dan tidak longsong

d. Perhitungan dan Pembayaran :


Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah
disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan ( Unit ) M 3.
Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya Umum dan
keuntungan.

31
Gambar Bronjong

BRONJONG KAWAT LUBANG ANYAMAN MATRAS

Sekat

Tinggi
(H)

Lebar Panjang (L)


(w)

(BRONJONG KAWAT) SNI (BRONJONG KAWAT) SNI


Dimensi Seka Lb. Anyaman Dia. Kawat Lapisan Zinc

Dimensi Seka Lb. Anyaman Dia. Kawat Lapisan Zinc

BRONJONG KAWAT &


MATRAS BERLAPIS

32
V. PEKERJAAN BETON

1. Ruang Lingkup

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan beton. Pedoman ini
mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton
pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan waterstop. Pedoman ini mencakup penyiapan
tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan
pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap
kering.

2. Acuan Normatif

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


- SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus
dan Kasar
- SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Kasar
- SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton
- SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton
- SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los
Angeles.
- SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar.
- SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan untuk
Campuran Beton
- SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur
- SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
- SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti
- SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium
- SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
- SNI 03-2530-1991 : Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland
- SNI 03-2531-1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland
- SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk
Campuran Mortar dan Beton
- SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai Gelagar
Sederhana Dengan Sistem Beban Titik di Tengah
- SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
- SNI 03-2854-1992 : Spesifikasi Kadar Ion Klorida dalam Beton
- SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
- SNI 03-2915-1992 : Spesifikasi Beton Tahan Sulfat
- SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural
- SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
Terhadap Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
- SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton Segar
- SNI 03-3419-1994 : Metode Pengujian Abrasi Beton di Laboratorium
- SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi Ringan di
Lapangan
- SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan
dengan Agregat Ringan
- SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton
- SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir
Mudah Pecah dalam Agregat
- SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos
No.200 (0,075 mm).
- SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan Balok Uji
Sederhana Yang dibebani Terpusat Langsung
- SNI 03-4155-1996 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji
Patahan Balok Bekas Uji Lentur
- SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar

33
- SNI 03-4169-1996 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan Rasio
Poison Beton dengan Kompresor Ekstensometer
- SNI 03-4430-1997 : Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton
Dengan Alat Palu Beton Tipe n dan nr
- SNI 03-4431-1997 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua
Titik Pembebanan
- SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai
- SNI 03-4805-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam Beton
Keras Yang Memakai Semen Hidrolik
- SNI 03-4806-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam Beton
Segar dengan Titrasi Volumetri
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar
Semen Portland
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar
Semen Volumetri
- SNI 03-4809-1998 : Metode Pengujian untuk membandingkan berbagai Beton
Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap Tulangan
- SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Lapangan
- SNI 03-4811-1998 : Metode Pengujian Rangkak Pada Beton Yang Tertekan
- SNI 03-4812-1998 : Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara Langsung
- SNI 03-4817-1998 : Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk Perawatan
Beton
- SNI 03-4820-1998 : Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan
Perubahan Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen Yang
Sudah Mengeras
- SNI 03-6369-2000 : Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji Silinder
Beton
- SNI 03-6429-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Dengan
Cetakan Silinder Di Dalam Tempat Cetakan
- SNI 06-6430-2000 : Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding
- SNI 06-6430.1-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk Beton dengan
Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6430.2-2000 : Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut Untuk Beton
dengan Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6451-2000 : Metode Pengujian Kuat Lentur Adukan Semen Hidraulik
- SNI 03-6477-2000 : Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk Agregat
- SNI 03-6805-2002 : Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan Beton
pada Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada
Umur Berikutnya
- SNI 03-6806-2002 : Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang Struktural
- SNI 03-6807-2002 : Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan Air pada
Campuran Graut untuk Beton Agregat Praletak di
Laboratorium
- SNI 03-6808-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton Agregat
Praletak (Metode Pengujian Corong Alir)
- SNI 03-6809-2002 : Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode
Maturity
- SNI 03-6810-2002 : Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan Bahan
Anorganik dalam Air Untuk Campuran Beton
- SNI 03-6811-2002 : Spesifikasi Bahan Pencampur Untuk Beton Semprot
- SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos Yang Dilas Untuk
Tulangan Beton
- SNI 03-6814-2002 : Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis untuk
Tulangan Beton
- SNI 03-6815-2002 : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton
- SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam Beton
- SNI 03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktur
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam Beton
- SNI 03-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat
- SNI 03-6889-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat

34
3. Istilah dan Definisi

3.1. Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai 4
mm.

3.2. Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai 31.5
mm

3.3. Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil pengeboran beton
pada bangunan yang sudah dilaksanakan.

3.4. Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk
masa padat

3.5. Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m3
3.6. Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat
karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).

3.7. Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc=14,5 Mpa dengan
batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm.

3.8. Construction joint adalah sambungan konstruksi beton

3.9. Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara.

3.10. Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan tetap
mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang
diperlukan beton dalam masa perawatan.

3.11. Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang tekan benda uji.

3.12. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda
uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin
tekan.

3.13. Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan alumunium yang
bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa membentu k
senyawa bersifat cementitious

3.14. Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu adukan.

3.15. Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang mengandung silica amorf
yang dihasilkan dari elemen silica atau senyawa ferro-silica.

3.16. Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif daro beton
segar.

3.17. Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran dengan
cukup banyak dan sangat berbeda

4. Ketentuan dan Persyaratan

Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :

4.1. Toleransi

1) Bangunan Beton
a) Batas penyimpangan pada gambar-gambar plat, balok mendatar dan
pengganti pagar.
Terlihat : 1 cm setiap 3 m
Tertimbun : 5 cm setiap 3 m

35
b) Penyimpangan dalam dimensi potongan melintang dari kolom, pilar, lantai,
dinding, balok dan sebagainya.
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
c) Penyimpangan pada plat jembatan
Minus : 1 cm
Plus : 2 cm
d) Dasar Pondasi
Penyimpangan ukuran-ukuran dalam perencanaan
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
e) Salah penempatan atau penyimpangan 2% dari lebar dasar pondasi,
terhadap rencana tidak lebih dari 5 cm.
f) Pengurangan ketebalan : 5%
g) Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang terbuka : 5
cm
h) Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk pintu dan
bangunan-bangunan air yang serupa : 0,1%
i) Penempatan tulangan baja
Penyimpangan untuk beton pelindung : 10%
Penyimpangan dari tempat yang seharusnya : 2 cm
j) Perletakan beton pra cetak
Penyimpangan terhadap trase yang seharusnya dibangun 1% dari panjang
beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm
Penyimpangan terhadap elevasi rencana adalah 1% dari panjang beton pra
cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
Penyimpangan garis unting setiap beton pra cetak yang ditempatkan vertical
tidak boleh lebih dari 1 cm setiap 3 m.

2) Pekerjaan Water Stop


Penyimpangan pemasangan as dari water stop untuk kearah kanan dan kiri +5
mm

4.2. Persyaratan Bahan

1) Bangunan Beton
a) Semen
(1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994. Apabila menggunakan
bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka
gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan
harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan dan Direksi Pekerjaan.

(2) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Konsultan dan Direksi Pekerjaan.
Jika di dalam satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen,
maka Penyedia Jasa harus mengajukan kembali rancangan campuran
beton sesuai dengan merk semen yang digunakan.
b) Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, basa, gula atau organis. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat
tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari Memenuhi
karakteristik kuat tekan yang ditentukan

c) Agregat
(1) Ketentuan Agradasi Agregat
- Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan
yang diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan
gradasi tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat
campuran yang disyaratkan.
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran
agregat terbesar tidak lebih dari jarak bersih minimum antara

36
baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau
celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.

(2) Sifat-sifat Agregat


- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang
diperoleh dari pemecahan batu atau koral, atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir sungai.
- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang
ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus
memenuhi sifat-sifat lainnya bila contoh-contoh diambil dan diuji
sesuai dengan prosedur yang berhubungan.

d) Batu untuk Beton Siklop


Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan
tidak rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari
kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan
beton. Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih
besar dari 25 cm.

e) Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja
beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk
halus sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton dengan
persetujuan Konsultan dan Direksi.

f) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses
pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan
standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991. Bahan
tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya sebagai
berikut :
- Tipe A - bahan pengurang kadar air
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan
pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam
campuran sesuai dengan workability yang diinginkan, atau untuk
meningkatkan workability ada angka water-cement rasio yang telah
ditetapkan.
- Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan
Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen,
sehingga akan memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah
jenis ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas,
dimana waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal
menjadi sangat pendek dikarenakan suhu yang tinggi.
- Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan
Tipe C berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen,
yang akan mempercepat pengerasan dari beton sehingga
mempercepat kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik
pembuatan beton precast (dimana perlu pelepasan bekisting
secepatnya), atau pekerjaan perbaikan yang sangat penting
- Tipe D - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
memperlambat waktu pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability, dimana beton
mempunyai kekuatan tinggi dapat dibuat workabel tanpa mengurangi
density, ketahanan dan kekuatannya. Perlambatan waktu pengikatan
sangat berguna untuk waktu pengangkutan adukan beton yang lama
ke tempat pengecoran, pengecoran dalam kondisai yang sangat
panas dan menghindari cold joint.
- Tipe E - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
mempercepat waktu pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability dan memberikan
kekuatan awal yang tinggi, atau memberikan kekuatan awal yang lebih

37
tinggi pada workability yang sama. Bahan tambah ini digunakan pada
precast karena memungkinkan pelepasan bekisting lebih awal dan
dipakai untuk pekerjaan perbaikan dimana kekuatan awal sangat
diperlukan.
- Tipe F - bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi atau
superplasticizer.
Tipe F atau Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi
air dalam campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda
dengan Tipe A, D atau E. Penggunaan bahan ini digunakan membuat
beton alir (flow concrete) untuk menjangkau tempat yang tak
terjangkau oleh pengetar dan beton pompa (pumping concrete) pada
jenis bangunan yang rumit.
- Tipe G - campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka
tinggi tau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu
pengikatan. Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F dan
Tipe B, tetapi slump loss-nya lebih kecil bila dibandingkan dengan
beton yang menggunakan superplasticizer.

2) Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash, Pozzolan,
silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Bahan tambah yang
digunakan harus sesuai atas persetujuan Konsultan dan Direksi

3) Pekerjaan Waterstop
a) Waterstop yang dipergunakan harus terbuat dari bahan polyvinychlorida
dalam bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti yang diberikan pada
gambar atau petunjuk Konsultan dan Direksi.

b) Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu


campuran plastik elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC) 100%
didapat, homogen dan tidak berlubang-lubang atau cacat lainnya.

4.3. Persyaratan Kerja

1) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh
sifat bahan sesuai dengan Pasal ini.

b) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-


masing mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum pekerjaan
pengecoran beton dimulai.

c) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian


pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi Pekerjaan
sehingga data tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.

d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 7 hari, 14
hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran

e) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan terinci


untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh
persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah
dimulai.

f) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis


mengenai rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis
beton untuk mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam sebelum
tanggal pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai dengan metode
pengecoran, kapasitas peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil
dan jadwal pelaksanaannya

38
2) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
a) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat
yang terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai kayu
dengan ketinggian tidak urang dari 30 cm dari permukaan tanah serta
ditutup dengan lembaran plastik (polyethylene) selama penyimpanan dan
tidak lebih dari 3 bulan sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi
pekerjaan. Semen tidak boleh ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah
atas.

b) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat


penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar
matahari dan hujan pepanjang waktu pengecoran.

c) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis


agregat atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.

3) Kondisi Tempat Kerja


Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari secara
langsung.

Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan pengecoran jika :


- Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam.
- Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.

4) Pencampuran dan Penakaran


a) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus berdasarkan hasil tes campuran

b) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan
rancangan campuran serta bahan yang diusulkan dengan disaksikan oleh
Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan
sebagaimana yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

5) Permukaan Tampak
a) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat bersih dan
tidak keropos.

b) Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat.

c) Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan setiap beton
yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman tertentu dan diganti
atau diperbaiki dengan cara seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan
atas biaya Penyedia Jasa.

6) Blockout
a) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagianbagian bangunan dari
pekerjaan besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan dibuat,
dikasarkan, dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk paling sedikit 4
jam. Sesudah permukaan demikian disetujui Konsultan dan Direksi, maka
pekerjaan logam dan lainnya seperti tersebut diatas, dapat dilaksanakan.
Penyedia Jasa dapat memasang tulangan (jika diperlukan) dan adukan
beton dengan 500 kg semen atau lebih per meter kubik, atau beton dari tipe
yang sama.

b) Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhatihati, harus


bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan beton
lama dan semua pekerjaan besinya.

5. Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, bekisting dan waterstop harus memuat :

39
5.1. Pekerjaan Beton

1) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
(i) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan dan Direksi sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini,
dan harus membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling
pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin
dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah
dan aman
(ii) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton
harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas
tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton
akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan
peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar
sumuran atau cofferdam dan atas persetujuan Konsultan dan Direksi.

(iii) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan


benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau
selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak
bergeser pada saat pengecoran.

(iv) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Konsultan dan Direksi, maka
bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.

(v) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan


untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan
atau pengecoran beton.

(vi) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah
dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti
bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau
melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang
diperintahkan oleh Konsultan dan Direksi.

(vii) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Konsultan dan
Direksi berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang
dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi
pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air tanah
dengan penanganan seperlunya.

b) Cetakan Beton
(i). Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat
dari kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan
ukuranukuran yang ada di dalam gambar.

(ii) Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat
sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin
dan tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk.

(iii). Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar
cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan
persetujuan Konsultan dan Direksi, sebelum memulai pekerjaan,
walaupun demikian penyerahan tersebut kepada Konsultan dan

40
Direksi untuk disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor
bagi keberhasilannya.

(iv). Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus


bebas dari sampah, paku, aluralur, belahan, atau cacatcacat
lainnya. Mengisi celahcelah sambungan cetakan beton harus berhati
hati dan dilaksanakan sedemikian rupa agar sanggup mengembang
dibawah pengaruh kelembaban beton tanpa
menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celahcelah harus diisi
secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen. Bagaimanapun
penggunaan kertas dengan tegas dilarang.

(v). Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan,


pembuangan air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat
sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah ditutup sebelum
pengecoran dimulai.

(vi). Sebelum pengecoran beton semua bautbaut harus dipasang pada


posisinya, semua yang diperlukan dan alatalat lain untuk menutup
lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat
lubang didalam beton tanpa persetujuan Konsultan dan Direksi

(vii). Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak


diijinkan dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.

(viii). Lubangbekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah


cetakan dibongkar

(ix). Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya


tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk.
Semua permukaan cetakan yang menempel dengan beton harus
dilumasi dengan oli untuk memastikan bahwa cetakan dapat dibuka
dengan mudah.

(x). Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang


dan harus berhatihati mencegah pelumas jangan sampai mengenai
besi tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian semua celah
celah cetakan yang telah diisi harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila
cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus
diperiksa oleh Konsultan dan Direksi. Tidak diperkenankan mengecor
bila cetakan belum disetujui Konsultan dan Direksi.
(xi). Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Konsultan dan Direksi
sekurang kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap
untuk diperiksa.

(xii). Penilaian dan pembayaran pekerjaan begisting dan perancah


berdasarkan atas satuan m2 permukaan beton yang dipasang
begisting pada beton K 175 dan beton K 225. Penilaian pembayaran
tersebut sudah termasuk pemasangan dan pembongkaran, bahan,
upah tenaga, peralatan.

c) Pencampuran Beton
(i) Perbandingan Campuran
. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan
bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama sama dan
digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan.

(ii). Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28


hari dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel di
bawah ini :

41
Tabel 1 Klasifikasi Beton berdasarkan Besarnya Tekanan
Kuat Kuat Ukuran Nilai factor Perkiraan
Tekan Tekan agregat air semen kebutuhan
Tipe Campuran Beton umur 7 umur 28 maksimum maksimum semen
hari hari (mm) (%) (kg/m3)
(kg/cm2) (kg/cm2)
fc = 26,4 MPa (K- 195 300 20 50 400
300) 147 225 40 (20) 50 330 (350)
fc = 19,3 Mpa (K- 114 175 40 50 310
225) 62 125 40 57 250
fc = 14,5 Mpa (K- 65 100 40 60 200
175)
fc = 9,8MPa (K-
125)
fc = 7,4 MPa (K-
100)

(iii). Proporsi campuran untuk masingmasing klas beton diatas akan


diberikan oleh Konsultan dan Direksi, berdasarkan hasilhasil test
percobaan campuran yang dikerjakan Penyedia Jasa.

(iv). Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu untuk
mendapatkan kepadatan maksimum dari beton, kemudahan
pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan faktor air semen yang
sekecil mungkin dengan persetujuan Konsultan dan Direksi tidak ada
tambahan biaya atas perubahan tersebut.

(v). Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Konsultan dan Direksi,
dalam batas yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen
pada beton dengan kekentalan yang benar. Tidak diperkenankan
penambahan air untuk mengatasi mengerasnya beton sebelum
ditempatkan. Keseragaman kekentalan beton pada setiap adukan
adalah perlu. Slump dari pada adukan beton harus mengikuti tabel di
bawah ini, setelah beton diendapkan.

d) Penakaran
(i). Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui
Konsultan dan Direksi
Pekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan
seperti yang diperlukan agar secara tepat mengontrol dan
menentukan jumlah dari masingmasing bahan yang dicampurkan,
sesuai dengan petunjuk Konsultan dan Direksi.

(ii). Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu) hingga


5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan dengan
mencampurkan agregat, semen, bahan additive (bila perlu), dan air
menjadi suatu campuran yang merata tanpa pemisahanpemisahan.
Juga mampu mengimbangi perubahanperubahan kadar air dari
agregat, serta merubah berat materialmaterial yang ikut tercakup.

(iii). Jumlah masingmasing bahan yang membentuk beton tersebut dapat


ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur dengan
takaran. Meskipun demikian material beton dapat juga diukur secara
volume, bilamana disetujui oleh Konsultan dan Direksi.

(iv). Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar
dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap
tiap skala pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian
periodik terhadap perubahan harga pengukuran dalam pekerjaan
pekerjaan adukan.

42
e) Mesin Pengaduk Beton
(i). Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar
dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali
sejumlah air yang diperlukan sudah ada dalam alat pengaduk
tersebut.

(ii). Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu


pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang
volumenya lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah seperempat menit
pada setiap penambahan 0,5 m3 .

(iii).Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi


kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang
dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan
beton dengan kekentalan dan warna yang merata secara menerus
dan disetujui Konsultan dan Direksi.
(iv). Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum
melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan,
tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang ada
dalam alat pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi 2 cm.

f) Truk Pencampur
(i). Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drumdrum
yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan kecepatan
yang dianjurkan oleh Pabrik

(ii). Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah


bahanbahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur,
setelah itu beton dapat diangkut menuju tempat pekerjaan dan satu
jam setelah penambahan air pengecoran harus selesai.

(iii). Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat
mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai
dengan petunjuk Konsultan dan Direksi.

g) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia


(i). Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali
jika situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin
pencampur setelah mendapat persetujuan Konsultan dan Direksi.

(ii). Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan,
sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus
dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak dibuat
dari kayu, maka selasela kayu harus ditutup agar tidak ada
kehilangan air dari adukan

(iii). Semua agregat dan semen harus diadukaduk dalam keadaan kering
sekurangkurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan berangsur-
angsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali diaduk dalam
keadaan basah, sekurangkurangnya 3 (tiga) kali sebelum adukan
diangkat ketempat pengecoran

2) Pengecoran
a) Pelaksanaan Pengecoran
(i). Penyedia Jasa harus memberitahukan Konsultan dan Direksi secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda
lebih dari 6 jam (final setting).

(ii) Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton


dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Konsultan dan Direksi
akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis

43
untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan dan Direksi.

(iii). Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi


dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak
meninggalkan bekas.

(iv). Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan


dan penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan
butiran.

(v). Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu,
berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu
dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar dari lapisan bawah
dengan alat penggetar (vibrator).
(vi). Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi
tulangan dan bagian bagian yang ditanam, cetakan dan perancah
belum diperiksa dan disetujui Konsultan dan Direksi secara tertulis.

(vii). Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai


terjadi pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar
cetakan cukup rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton
setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan yang dibutuhkan oleh
beton diatasnya.

(viii) Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan oleh Konsultan dan Direksi, kelebihan ini harus segera
dibuang. Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit
telah keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh
Konsultan dan Direksi.

(ix). Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan
atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran
harus segera dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru
saja dicor selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi
sambungan yang akan ditentukan kemudian

(x). Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus


ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun
horizontal, dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk
menahan gesekan dan membentuk ikatan sambungan beton
berikutnya, seperti yang diinginkan oleh Konsultan dan Direksi.

(xi). Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar


atau disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton
harus tetap lembab dan dilindungi dengan mortel semen
(perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm.

(xii) Beton harus dicor pada posisi dan urutan urutan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Konsultan dan Direksi.
Beton yang dicor ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian
rupa untuk menghindari pemisahan butiran dan penggeseran tulangan
beton, acuan, atau bagian bagian yang tertanam, serta membentuk
lapisan lapisan yang tidak lebih tebal dari 40 cm padat.

(xiii) Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan


ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Konsultan dan
Direksi.

(xiv) Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta
dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Konsultan dan

44
Direksiuntuk menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan
kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum dicorkan.

(xv) Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan


sebelumnya atau mengikuti petunjuk Konsultan dan Direksi dan harus
dikerjakan secara menerus sampai dengan selesai. Bila perlu
Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk mencapai target tersebut.

b) Pemadatan
(i). Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau
dari luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh
Konsultan dan Direksi, penggetaran harus disertai penusukan secara
manual dengan alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang
tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk
memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam
acuan.
(ii). Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua
sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa
menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara
terisi.

(iii). Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada
hasil pemadatan yang diperlukan.

(iv). Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan


sekurang- kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif
0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata.

(v). Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan


beton di dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat
melakukan penetrasi sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang
baru dicor sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada
bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada
posisi yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan
dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45
cm. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15
detik atau permukaan beton sudah mengkilap.

(vi). Jumlah minimum alat penggetar mekanis

(vii). Apabila kecepatan pengecoran 20 m3 /jam, maka harus digunakan


alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.

(viii). Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum
terjadi waktu ikat awal (initial setting).

3) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)


a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk disetujui oleh Konsultan dan
Direksi.. Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan
elemen-elemen bangunan kecuali ditentukan demikian.

b) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua


sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan
pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
c) Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat bangunan tetap monolit.

d) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke


dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi
dan dinding. Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas

45
permukaan dengan cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2.

e) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang


diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan
jika pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau
terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh Konsultan
dan Direksi.

f) Atas persetujuan Konsultan dan Direksi, bonding agent yang dapat


digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara
pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya

g) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak


diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm
di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
h) Penilaian dan pembayaran pekerjaan beton berdasarkan atas satuan m3
beton yang terpasang sesuai dengan gambar rencana. Penilaian
pembayaran tersebut sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan, biaya
tes dan perawatan beton.

4) Beton Siklop
a) Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari
tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan
akan merusak bentuk cetakan atau pasangan-pasangan lain yang
berdekatan

b) Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan.


Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume
pekerjaan beton siklop.

c) Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap batu
harus dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar batu
pecah maksimum 30 cm dan jarak terhadap permukaan minimum 15 cm.
Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping).

d) Penilaian dan pembayaran pekerjaan beton siklop berdasarkan atas satuan


m3 beton siklop yang terpasang sesuai dengan gambar rencana. Penilaian
pembayaran tersebut sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan, biaya
tes dan perawatan beton.

5) Lining Beton
a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada
Gambar atau ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi.

b) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai
dengan ketentuan.

c) Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul selesai


dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan.

d) Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Konsultan dan


Direksi, dilaksanakan sesuai dengan gambargambar detail yang ada
terutama yang telah disetujui Konsultan dan Direksi.

e) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau
petunjuk Konsultan dan Direksi.

f) Penilaian dan pembayaran pekerjaan lining beton berdasarkan atas satuan


m3 beton yang terpasang sesuai dengan gambar rencana. Penilaian
pembayaran tersebut sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan, biaya
tes dan perawatan beton.

46
6) Pekerjaan Pondasi Beton
a) Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus
membersihkan semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan tanah,
reruntuhan, plastik, sisa kertas dan genangan air yang ada sesuai dengan
permintaan Konsultan dan Direksi.

b) Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang dicor


bersih dari genangan air.

c) Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Direksi Pekerjaan


memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi tersebut.

d) Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya


disetujui oleh Konsultan dan Direksi. Ketebalan lapisan lantai kerja beton
harus dibuat sesuai dengan gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan.
e) Jika tidak ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi, sebelum melakukan
pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah
bersih.

f) Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan


dibuat bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen
ditempatkan diatasnya.

g) Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semenpasir yang


sama dengan perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.

h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau
proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.

i) Penilaian dan pembayaran pekerjaan beton pondasi berdasarkan atas


satuan m3 beton yang terpasang sesuai dengan gambar rencana. Penilaian
pembayaran tersebut sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan, biaya
tes dan perawatan beton.

7) Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan akhir
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah
pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang
ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau bangunan
busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton
menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton.
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah
(parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar
dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih
dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan
perawatan.

b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)


- Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam
yang telah digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang
melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling
sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan
ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan
harus dibersihkan.
- Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas
kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi
bangunan atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus
meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan
semen.

47
- Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat
keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh
(sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap
permukaan beton.
Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air,
tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya
lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu
bagian semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut
harus dibuat dan didiamkan sekira 30 menit sebelum dipakai agar
dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak susut
(non shrinkage cement).

c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)


Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir
berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
- Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru
dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian
yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus
diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan
perata kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan cara lain
yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.
- Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk
trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau
cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
sebelum beton mulai mengeras.
- Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar
(medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang
dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan
akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda
bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi,
serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari
penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
- Penilaian dan pembayaran pekerjaan pembongkaran cetakan beton
sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan cetakan
beton/begisting.

d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
(i). Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang
terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif
tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.

(ii). Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai


mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air.
Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh
dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau
lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan
yang dirawat.

(iii). Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar,
untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan
pengeringan beton.

(iv). Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus


harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum

48
terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir
lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari.

(v). Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi,
harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari
kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.

(2) Perawatan dengan Uap


(i). Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan
awal yang tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan
tambahan kecuali atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
(ii). Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus
sampai waktu dimana beton telah mencapai 70 % dari kekuatan
rancangan beton berumur 28 hari. Perawatan dengan uap untuk
beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini :
- Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton
tidak boleh melebihi tekanan luar.
- Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton
tidak boleh melebihi 380 C selama 2 jam sesudah
pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan
berangsur-angsur sehingga mencapai 650 C dengan
kenaikan temperatur maksimum 140 C / jam secara
bertahap.
- Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan
uap tidak boleh melebihi 5,50C.
- Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan
secara bertahap dan tidak boleh lebih dari 110 C per jam.
- Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari
ruang penguapan tidak boleh lebih dari 110C dibanding
udara luar.
- Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu
jenuh dengan uap air.
- Semua bagian bangunanal yang mendapat perawatan
dengan uap harus dibasahi selama 4 hari sesudah selesai
perawatan uap tersebut.

(iii). Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja


dengan baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat
diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca
luar.

(iv). Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus
dilindungi secukupnya agar beton tidak terkena langsung
semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan temperatur
pada bagian-bagian beton.

(3) Perawatan dengan Cara Lain


(i). Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton
segera sesudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih
dahulu setelah beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan.
Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung
sebelum lapisan membran cukup kering, atau seandainya
lapisan membran rusak maka harus dilakukan pelapisan ulang
lagi.

(ii). Selimut kedap air


Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton
dengan bahan lembaran kedap air yang bertujuan mencegah
kehilangan kelembaban ari permukaan beton. Beton harus
basah pada saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran
bahan ini aman untuk tidak terbang/pindah tertiup angin dan

49
apabila ada kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama
periode perawatan berlangsung.

(iii) Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan
cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama
waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan

(4) Penilaian dan pembayaran pekerjaan perawatan beton sudah


termasuk dalam harga satuan pekerjaan beton.

6. Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, bekisting.

6.1. Penerimaan bahan

Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis
yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan
ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton dan Bekisting.

6.2. Pengawasan

Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai keahlian
untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja

6.3. Perencanaan Campuran

1) Ketentuan Sifat-sifat Campuran


a) Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya
dinyatakan dengan nilai slump) seperti yang diusulkan tidak boleh
digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam
beberapa hal menyetujui penggunaannya secara terbatas. Kelecakan
(workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton
dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung
udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat
pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.

b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Konsultan dan Direksi, bila
pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03 -1974-
1990, SNI 03-4810-1998, SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991.

c) Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak diperkenankan
mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari hasil yang rendah
tersebut diketahui dengan pasti dan diambil tindakan-tindakan yang
menjamin bahwa produksi beton berikutnya memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi.
Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima
dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan di atas.
Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan jika hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang
dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh
dari rumus yang diuraikan.

d) Konsultan dan Direksi dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau


memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan perbaikan dalam
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton

50
umur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Penyedia Jasa harus segera
menghentikan pengecoran beton yang diragukan tetapi dapat memilih
menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton umur 7 hari diperoleh,
sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi
Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan
dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.

e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat


mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Tindakan
tersebut tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton
umur 3 hari saja, kecuali bila Penyedia Jasa, Konsultan dan Direksi
Pekerjaan sepakat dengan perbaikan tersebut.

2) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang
sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan
agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula
dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan
berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak
dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan untuk
meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila telah disetujui oleh
Konsultan dan Direksi.

b) Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen
dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat
disetujui oleh Konsultan dan Direksi.

c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru


Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Konsultan dan Direksi menerima bahan tersebut secara
tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian
campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa

d) Bahan Tambahan (admixture)


Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus
mendapat persetujuan dari Konsultan dan Direksi. Jenis dan takaran bahan
tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan
kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan
mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991.

Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus,
sebagian besar berupa mineral yang bersifat cementious seperti abu
terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron furnace
slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan utama
beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil pengujian
laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar Rencana dan
disetujui oleh Konsultan dan Direksi.
Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton, maka
bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan
tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton
segar (fresh concrete).

Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut :


- Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air;
- Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa
mengurangi kelecakan
- Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;

51
- Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
- Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
- Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan
volume beton (ekspansi)
- Mengurangi terjadinya bleeding;
- Mengurangi terjadinya segregasi.

Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan


tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan
sebagai berikut :
- Meningkatkan kekuatan pada beton muda
- Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses
pengerasan beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang
tinggi.
- Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut
- Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
- Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton)
- Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat
- Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
- Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan
- Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan

Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan


secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual
penggunaannya, serta dengan proses pengadukan yang baik, agar
pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa dicapai secara merata
pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa dosis yang
berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya kinerja beton, atau dalam
hal yang lebih parah, dapat menimbulkan kerusakan pada beton.

3) Pelaksanaan Pencampuran
a) Penakaran Agregat
(i). Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk
mutu beton fc < 19,3 MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai
SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak,
kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen
yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari
jumlah zak semen. Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah.
Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.

(ii). Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering


permukaan (SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak
dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan
kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat yang
jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot
tumpukan agregat dengan air secara berkala paling sedikit 12 jam
sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh kering permukaan

(iii) Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang


masih berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk
keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan agregat
pada perangkat ready mix

b) Pencampuran
(i). Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis
dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin
distribusi yang merata dari seluruh bahan.

(ii). Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.

52
(iii). Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama
masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga
mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan
seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat
secara merata. Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan
campuran.

(iv). Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus
sudah dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran tercapai.
Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas m3 atau kurang
harus sekira 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3

(v). Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi


Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual
dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.
Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi
hanya pada beton non-bangunanal.

4) Pengujian Campuran
a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan dan Direksi, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton
yang dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali
disaksikan oleh Konsultan dan Direksi. Nilai slump pada setiap campuran
tidak boleh berada diluar rentang nilai slump ( 2 cm) yang disyaratkan

b) Pengujian Kuat Tekan


(i). Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda
uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang
dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis
komponen bangunan yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.

(ii). Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150
mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03 -
4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil
dari contoh yang sama dengan benda uji silinder yang akan dirawat di
laboratorium.

(iii) Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen bangunan yang dicor secara terpisah dan
diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.

(iv). Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari


pencampuran secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus
dibuat 1 set benda uji dan untuk setiap komponen bangunan yang
dicor terpisah minimal diambil 3 set benda uji.

(v). Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi
ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk).
1set = 3 buah benda uji

(vi). Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat tekan
beton umur 28 hari.

(vii). Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji
dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus
diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam
perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji yang
berdekatan nilainya.

53
(viii). Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari
benda uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
fc= fcm k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil
uji tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil
kuat tekan dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah hasil kuat tekan benda
uji lebih besar atau sama dengan dari 30

dimana,
n 0f f 2 fc = Kuat tekan beton karakteristik
ci cm fci = Kuat tekan beton yang diuji
S= fcm = Kuat tekan beton rata-rata
l n-l

(ix). Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85
fc.

(x). Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka
harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat
tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa
kapasitas daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.

(xi). Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu
uji bor (core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan
pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3
(tiga) buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak membahayakan
bangunan untuk setiap hasil uji tekan yang meragukan atau terindikasi
bermutu rendah seperti disebutkan di atas.

(xii). Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat
tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc,
dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan
kurang dari 0,75 fc. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat
pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton yang
disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau
lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi
dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.

c) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian
tambahan tersebut meliputi :
(i). Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan);

(ii). Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang


dipertanyakan;

(iii). Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;

(iv). Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

5) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a). Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi
ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan,

54
harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Konsultan dan Direksi
antara lain

b) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum


dikerjakan;

c). Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;

d) Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh


pada bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.

e). Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Konsultan dan Direksi dapat
meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat
dinilai dengan adil dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.

f). Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail
rencana perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi
sebelum memulai pekerjaan.

7. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton harus memuat :

7.1. Pengukuran

1) Pekerjaan Beton
a) Cara Pengukuran
(i). Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik (M3) pekerjaan beton
yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan
pada Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
dengan batas toleransi yang diijinkan dan dibayar ukuran minimal
yang masih masuk dalam toleransi. Tidak ada pengurangan yang
akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan garis
tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam
seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau
lubang sulingan (weephole).

(ii). Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan
dilakukan untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan,
penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan
pelengkap lainnya untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari
pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk dalam harga penawaran
untuk Pekerjaan Beton.

(iii). Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja
tulangan dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan
bangunan yang telah selesai dan diterima akan diukur untuk
dibayarkan seperti disyaratkan pada Bagian lain dalam Spesifikasi ini.

(iv). Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai
beton bangunan atau beton tidak bertulang. Beton Bangunan harus
beton yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai
fc=21,7 MPa (K-250) atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang harus
beton yang disyaratkan atau disetujui untuk fc=14,5 MPa (K-175) atau
fc=9,8 Mpa (K-125). Jika beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih
tinggi diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan)
beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton
dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.

55
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
(i). Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk
pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan
semula telah memenuhi ketentuan.

(ii). Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap


peningkatan kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga
tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan
pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang
disyaratkan untuk pekerjaan beton.

7.2. Dasar Pembayaran

Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
tertera dalam working drawing, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran
dan menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas Harga.

LAMPIRAN
Tabel A Jumlah pengambilan contoh beton segar
No. Macam Pengujian Volume Contoh
(Liter)
1 Slum 8
2 Berat Jenis 6
3 Kadar Udara 9
4 Uji Kuat Tekan ( 3 contoh ) 28
5 Uji Kuat Lentur ( 3 contoh ) 28
6 Uji Kuat Tarik ( 3 contoh ) 28
7 Uji Modulus Elastis ( 3 contoh ) 28

Tabel B. Ketentuan Agradasi Agregat


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
Inchi Standart Halus Kasar
(m) (cm) # 467 # 56 # 67 #7
2 50,8 - 100 - - -
11/2 38,1 - 95 100 100 - -
1 25,4 - - 95 100 100 -
19 - 35 70 - 90 100
12,7 - - 25 60 - 100
3/8 9,5 100 10 30 - 20 55 90 100
#4 4,75 95 100 05 0 10 0 10 40 70
#8 2,36 80 100 - 05 05 0 15
#16 1,18 50 85 - - - 05
#50 0,300 10 30 - - - -
#100 0,150 2 - 10 - - - -

Tabel C. Ketentuan sifat campuran


Kuat Tekan Minimum
Mutu Beton Benda Uji Silinder Benda Uji Kubus
(MPa) F15 (Kg/cm2)
30 cm 15 x 15 x 15 cm3
fc Sbk 7 hari 28 hari 7 hari 28 hari
(MPa) (kg/cm2)
31,2 K-350 21,0 29,0 250 350
26,4 K-300 18,0 25,0 215 300
21,7 K-250 15,0 21,0 180 250
14,5 K-175 9,5 14,5 115 175
9,8 K-125 7,0 100 80,0 125

56
8. Besi Tulangan

8.1. Umum

Besi tulangan untuk pekerjaan konstruksi beton dapat berupa besi polos dan besi ulir
yang memenuhi ketentuan standar JIS atau ASTM A615, Grade 60 atau SII 0376-84,
dengan karakteristik sebagai berikut:

Property Besi Ulir Besi Polos


Tensile strength (kg/mm2) 45-57 45-57
Yield point (kg/mm2) 30 atau lebih 30 atau lebih
Elongation (%) 16 atau lebih 18 atau lebih

Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Konsultan dan Direksi untuk pengadaan besi
tulangan yang akan dipergunakan dan menyerahkan sertifikat produksi pabrik setiap
pengirimannya ke lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus
melakukan uji material bila diminta Konsultan dan Direksi dengan prosedur baku uji yang
disetujui Konsultan dan Direksi
Tampang melintang besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus sama pada seluruh
panjangnya dengan yang disetujui Konsultan dan Direksi
Dua besi tulangan dengan diameter yang sama yang diambil secara random dari besi
tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus tidak boleh berbeda lebih dari 2% (dua
persen) dari diameter yang disyaratkan. Besi tulangan harus bersih dari karat, oli, kotoran
dan tidak cacat.

8.2 Gambar Pembesian

Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar pembesian berikut dengan daftar besi dan
pembengkokannya kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum
pemasangannya di lokasi pekerjaan.

8.3 Pemasangan Besi Tulangan

Besi tulangan harus dipotong, ditekuk dan dibentuk sesuai dengan ukuran/dimensi yang
ditunjukkan pada gambar pembesian yang telah disepakati. Besi tulangan harus
dipasang pada lokasi dan posisi yang tepat sesuai dengan gambar dan diikat kuat pada
cetakan beton.
Besi tulangan harus menyatu dengan kuat antara satu dengan yang lain sebagai suatu
rangkaian/anyaman yang kokoh yang tidak mudah berubah bentuk dan diikat dengan
kuat pada cetakan dengan posisi yang tepat dan tidak mudah bergeser selama proses
penuangan dan pemadatan beton.
Semua ujung-ujung kawat pengikat harus ditekuk ke arah dalam adukan beton, tidak
diijinkan mencuat keluar permukaan beton.
Batu tahu untuk membentuk selimut beton, dibuat dari beton pra-cetak dengan kuat
desak tidak kurang dari tipe beton yang akan dituang, dengan tebal sesuai dengan
desain tebal selimut beton diikat kuat pada cetakan dengan kawat dan disiram air sesaat
sebelum beton dituang.
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, seluruh besi tulangan harus dibersihkan dari
material lepas, debu, lumpur, kerak, oli atau sisa beton hasil pengecoran sebelumnya
yang menempel/mengeras dan bahan lainnya yang dapat melemahkan ikatan dengan
beton.
Penyedia Jasa wajib memberikan waktu tidak kurang dari 24 jam sebelum pelaksanaan
penuangan beton, kepada Konsultan dan Direksi untuk melakukan pemeriksaan
kesiapan pelaksanaan secara menyeluruh dan memberi persetujuan bila semuanya
sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi.

8.4. Penyambungan Besi Tulangan

Semua besi tulangan harus dipasang dengan susunan dan panjang seperti pada gambar
kecuali bila ditentukan dan disetujui berbeda oleh Konsultan dan Direksi

57
Kecuali yang sudah ditetapkan dalam gambar penyambungan besi tulangan lainnya tidak
diperkenankan tanpa persetujuan Konsultan dan Direksi. Penyambungan harus
dilakukan dengan overlap sepanjang mungkin.
Panjang overlap antara 2 (dua) besi tulangan yang disambung harus sesuai dengan
gambar. Bila tidak ditunjukkan dalam gambar, panjang overlap harus tidak kurang dari 30
(tiga puluh) diameter besi tulangan. Untuk penyambungan dengan cara overlap, besi
tulangan harus dipasang dan diikat dengan kawat sedemikian sehingga tebal selimut
beton tetap memenuhi ketentuan.

8.5. Selimut Beton

Semua besi tulangan harus dipasang dengan tebal selimut beton sesuai dengan
ketentuan dalam gambar, atau atas perintah Konsultan dan Direksi

8.6. Pengukuran Pembayaran Besi Tulangan

Kecuali untuk beton pracetak, besi tulangan diukur dalam satuan berat Kg untuk setiap
jenis/tipe besi tulangan bulat-polos atau bulat-ulir, berdasarkan berat yang dihitung untuk
besi tulangan dengan ukuran diameter dan panjang yang ditunjukkan dalam daftar dan
gambar pembesian/penulangan yang disetujui Konsultan dan Direksi
Untuk menghitung berat besi tulangan setiap tipe besi sebagai dasar pembayaran,
ketentuan berat dalam SNI 07-2052-1990 yang setara dengan JIS G3112 harus diikuti
sbb:

Besi Bulat-Ulir
Diameter (mm) D10 D13 D16 D19 D22 D25 D29 D32
Berat (kg/m) 0,617 1,04 1,58 2,23 2,98 3,85 5,19 6,31

Besi Bulat-Polos
Diameter (mm) 8 10 12 16 19 22 25 28 32
Berat (kg/m) 0,395 0,617 0,888 1,58 2,23 2,98 3,85 4,83 6,31

Bila diameter besi tulangan dalam gambar tidak ada dalam daftar diatas, Konsultan dan
Direksi akan menetapkan berat besi tulangan yang dipasang di lokasi pekerjaan
berdasarkan ketentuan dalam standar SNI atau JIS.
Besi tulangan yang diperlukan untuk pemasangan, penyetelan, penjepit, pengikat dan
keperluan lainnya untuk penempatan besi tulangan pada cetakan, tidak diperhitungkan
dalam pembayaran. Besi tulangan untuk overlap sambungan akan diperhitungkan dalam
pembayaran.
Pembayaran untuk pekerjaan besi tulangan dilakukan berdasarkan harga satuan yang
ditawarkan/dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing tipe
besi bulat-ulir dan besi bulat-polos. Harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dan
ongkos untuk pekerja, peralatan, material, alat penyediaan, pemasangan dan penyetelan
besi tulangan dan semua pekerjaan pendukung yang disebut dalam Spesifikasi ini.

60
VI. PEKERJAAN PINTU AIR

1. Ruang Lingkup

Pedoman Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan


pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran pelaksanaan
pekerjaan pintu.
Pedoman ini mencakup perencanaan, pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan,
pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Konsultan dan Direksi.

2. Acuan Normatif

Standar Nasional Indonesia (SNI)


- SNI 03-3399-1994 : Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3400-1994 : Metode Pengujian Kuat Geser Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3527-1994 : Mutu Kayu Bangunan
- SNI 03-3958-1995 : Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3959-1991 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3960-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu di
laboratorium
- SNI 03-3972-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu
Konstruksi berukuran structural
- SNI 03-3973-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan Kuat
Tekan Sejajar Serat Kayu Konstruksi Berukuran Struktural
- SNI 03-3974-1995 : Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi
Berukuran structural
- SNI 03-3975-1995 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi Berukuran
structural
- SNI 03-6861.1-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)
- SNI 03-6861.2-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan
Dari Besi / Baja
- SNI 03-6861.3-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian C (Bahan Bangunan
Dari Logam Bukan Besi

3. Persyaratan Bahan

3.1. Baja konstruksi (plat dan profil) harus baik, baru, dari pabrik yang resmi dan setaraf
dengan S.t.(DIN 17100-1966).
3.2. Tangki dan ulir untuk gate/pintu harus setaraf dengan S.t. 60 (DIN 17100-1966).
3.3. Besi tuang harus bebas cacat/retak; perbaikan retak- retak dengan las atau lainnya tidak
diperkenankan.
3.4. Baut, keling dan washers harus dari pabrik resmi dan harus setaraf U.st. 36-1 (DIN
1711-1968). Baut dan keling yang tersentuh air harus digalvanisir.
3.5. Las harus dikerjakan dengan halus, rapi, penuh dan bersih, kelihatan jelek atau las yang
tidak sempurna dan sebagainya akan ditolak.
3.6. Kawat las yang dipakai adalah "Unimatic" 6000 (AC-DC) dengan kekuatan tarik 4.760
kg/cm 2 atau type yang sama.
3.7. Pipa besi untuk sandaran harus ukuran standar pipa dengan "heavy duty galvanized
coating".

4. Pelaksanaan Pekerjaan

4.1. Spesifikasi untuk Bangunan Pintu dan Pintu Sorong.


Bangunan Pintu.
a. Pintu harus dibuat dengan konstruksi las yang sempurna. Daun pintu untuk bagian
(sisi) hulu harus dipotong tepat ukuran. Palang sisi dan horizontal harus diklem
kuat pada permukaan plat sedemikian hingga pada waktu selesai mengelas jarak
antara plat dan batang tidak lebih dari 1 mm.
Bagian batang/palang yang dilas pada daun pintu, las harus menerus didua sisi,
sedemikian hingga tidak ada air yang bocor diantara bagian-bagian tersebut.
61
b. Pintu harus diserahkan komplit dengan segala kelengkapannya, plat dinding,
rangka, ambang, tangki ulir gear dan material lain yang dibutuhkan. Semua bagian
daripada pintu harus cocok dengan gambar disain.
c. Setelah pemasangan rangka, semua harus ditambat kuat pada bangunan dengan
baut berjangkar, dan semua rongga yang ada antara rangka dan bangunan harus
diisi mortar 1 PC : 3 PS sampai Konsultan dan Direksi menganggap cukup.
d. Semua pembuatan konstruksi harus sedemikian sehingga pintu bebas dari
puntiran, bengkok dan deformasi lain menurut anggapan Direksi.
e. Pemakaian karet atau bahan lain untuk seals guna perapat pada pintu- pintu harus
sesuai dengan yang diijinkan yang mempunyai effectivitas, keawetan sesuai cuaca
Indonesia dan terendam dalam air secara kontinu, dan keterbukaan pada sinar
matahari dimungkinkan pemakaian bahan karet sintetik atau plastik yang
memenuhi persyaratan.
Bahan perapat diatas harus sedemikian sehingga mudah dipasang atau diganti,
dan baut-baut dipakai harus tahan terhadap korosi.
f. Semua bagian harus dibuat secara presisi sesuai standar Industri untuk
memudahkan perakitan, pemasangan dan pemindahan. Semua dimensi yang ada
digambar adalah minimum. Dalam pembuatan harus dilebihi (ukurannya)
secukupnya, sedemikian hingga tidak ada dimensi yang kurang.
Pintu Sorong.
a. Pintu sorong dapat dioperasikan dan harus diserahkan lengkap termasuk tangkai,
dan kunci, gear, serta kopling dan lain-lain.
Tarikan yang dibutuhkan tidak boleh lebih keras dari 10 kg untuk membuka atau
menutup pintu dan las roda setang harus pada elevasi 0.90 m diatas bangunan
atau platform dimana operator akan berdiri.
b. Tangkai ulir dan gear harus dibuat presisi sangat tepat.
Gear harus dari besi tulang atau selubung/rangka las dilengkapi tutup untuk
pemberian pelumas dari gear.
c. Pintu sorong harus seluruhnya shop-assembled (rakitan pabrik) ukuran plat dan
profil pintu harus sesuai dengan gambar.

4.2. Spesifikasi Teknik Umum.

Penyiapan bahan-bahan.
a. Semua kegiatan, sedapat mungkin dilakukan didalam / sekitar wilayah (proyek).
b. Mutu dan penyelesaian harus sesuai dengan kenyataan praktek dalam pekerjaan
konstruksi baja modern. Bahan pada pekerjaan besi harus dijaga bersih dan
terlindung dari pengaruh cuaca sejauh memungkinkan dalam praktek.
Lubang baut harus betul-betul bulat.
Ukuran dari lubang baut harus tidak lebih dari 2 mm lebih besar dari diameter
nominal (ditetapkan) dari baut dan harus menciptakan putaran yang pas dengan
baut.
Jika mungkin, mesin dengan "a fixed drilling line" harus digunakan. Lubang-lubang
pada dasar plat untuk baut lebih besar 0.25 mm. Gerigi-gerigi pada permukaan luar
harus dihilangkan.
c. Panjang uliran baut harus sedemikian sehingga seluruh diameter tangkai berada
dalam daerah geser (shearzone).
Baut harus menonjol paling tidak satu panjang uliran dengan minimum 3 mm dan
maksimum 10 mm setelah penggeseran dari mur. Dibawah mur pada baut jangkar
dan dibawah semua kepala baut dan mur, harus dilengkapi "heavy duty washer".
Jika baut digunakan dalam permukaan yang miring, harus menggunakan "bevelled
washer". Kepala dari mur harus diputar benar, dengan kunci inggris yang cocok
dan dengan panjang tidak kurang dari 0.30 m.
d. Untuk dratsatng harus doble dratt
e. Sebelum dimulainya pengelasan, Penyedia Jasa harus membuat dan
menyerahkan kepada Konsultan dan Direksi untuk disetujui, program lengkap yang
menunjukkan :
- Type pengelasan.
- Klasifikasi bahan untuk pengelasan, termasuk ukuran-ukuran yang
diperlukan untuk mewujudkan dimensi spesifikasi setelah pengelasan.
62
Sesudah pengelasan, semua ceceran las harus dibersihkan dan semua
lubang, pori dan berkas-berkas terbakar harus diperbaiki.
- Diameter kawat las dan aliran listrik yang dipakai harus memenuhi ketentuan
dibawah ini.

Tebal Plat: Diameter kawat las : Aliran Listrik


(mm) (mm) (A)

2-4 : 3/32 (2.381 mm) : 35 90


4-6 : 1/8 (3.175 mm) : 60 125
8-10 : 5/32 (3.870 mm) : 95 160
8-15 : 5/32 (3.870 mm) : 95 160
15-20 : 3/16 (4.763 mm) : 120 200

Pemasangan.
a. Penyedia Jasa harus memasang semua bagian dari pekerjaan seperti pada
gambar disain yang disetujui atau atas petunjuk Direksi ditempat pekerjaan,
termasuk semua alat-alat pelengkap seperti baut jangkar, penahan, seal (penguat)
dan sebagainya.
b. Semua bagian yang ditanam harus ditumpu kuat (rigid) dan diteliti/tepat sebelum
dan selama pemasangan.
Dinding plat, sandaran dan ambang harus diperkuat seperti ditunjukkan dalam
gambar atau atas petunjuk Konsultan dan Direksi.
c. Pada penyelesaian pekerjaan semua bagian harus dibersihkan dan dirapikan oleh
Penyedia Jasa
Penyedia Jasa harus memindahkan semua kelebihan bahan-bahan dari tempat
pekerjaan atau seperti ditunjukkan Konsultan dan Direksi.
Semua gear-reducer tertutup harus diisi secukupnya dengan minyak pelumas,
sesuai syarat dari pembuat/pabrik.
Gear Reducer terbuka harus diberi gemuk kwalitas baik pada giginya (graphite
grease). Semua pelumas dan zat pencuci harus disediakan Penyedia Jasa tanpa
tambahan biaya.
d. Penyedia Jasa harus menyediakan persediaan pelumas yang cukup untuk jangka
waktu pemeliharaan untuk semua bagian pekerjaan dari Kontrak ini

Test dan Garansi.


a. Pada saat penyelesaian pekerjaan, peralatan harus siap untuk ditest, dihadapan
Direksi sebelum penyerahannya untuk membuktikan bisa dioperasikan dengan
memuaskan.
Jika ada bagian dari pekerjaan gagal dioperasikan sesuai ketentuan Direksi,
beberapa perubahan harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa sesuai ketentuan
Direksi tanpa pembayaran ekstra.
b. Pada saat penyerahan pekerjaan, Penyedia Jasa harus melaksanakan
pemeliharaan selama jangka waktu masa pemeliharaan untuk semua pekerjaan,
meliputi perbaikan dari semua kekurangan dan kerusakan yang mungkin terjadi
dalam jangka waktu tersebut tanpa biaya tambahan.

Pengecatan
a. Bahan-bahan.
i. Semua cat harus disediakan dalam keadaan segel pabrik (factory scaled)
kaleng/cap pabriknya akan ditentukan oleh Konsultan dan Direksi.
ii. Cat yang telah melampui batas kadaluwarsa seperti tertulis pada kalengnya
tidak boleh dipakai, dan harus segera disingkirkan dari tempat pekerjaan

61
b. Pelaksanaan Pengecatan Pekerjaan Baja.
Sebelum pengecatan dilaksanakan permukaan harus dibersihkan dan dikerjakan
atau dicat sebagai berikut :
h. Pengecatan harus dikerjakan dengan mesin, dalam pelaksanaan pengecatan
lapis demi lapis sampai dengan ketebalan yang ditentukan dimulai dari cat
meni lalu cat anti karat dan terakhir dilapis cat bron untuk bagian atas
konstruksi.
ii. Yang bersentuhan dengan pekerjaan baja lainnya ketika pemasangan di
lapangan, dua lapis cat dasar, kecuali ditentukan lain
iii Yang akan bersentuhan dengan beton, aspal, termakadam atau bitumen
penahan air, tidak perlu pengerjaan apa-apa atau pengecatan

c. Pengecetan Daun Pintu/Schot balk (balok sekat).


i. Sebelum pengecatan dimulai terlebih dahulu bidang-bidang permukaan yang
akan dicat, dibersihkan dari kotoran-kotoran tanah dan lumpur dan
sebagainya.
ii. Semua bidang permukaan kayu diketam licin.
iii. Pengecatan permukaan Daun Pintu / Papan balok sekat dicat 4x kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi.

Pemeriksaan dan Perakitan


Pemeriksaan Bahan & Mutu.
Direksi atau pejabat yang bertugas mengadakan pemeriksaan terhadap bahan-bahan,
mutu pekerjaan Pabrik, percobaan perakitan di pabrik, harus melakukan pemeriksaan-
pemeriksaan

Pemeriksaan ini meliputi :


a. Pemeriksaan baja atau bahan lain yang dipakai untuk memastikan bahwa bahan
diatas sesuai dengan standar. Laporan percobaan kimia dan fisika yang dilakukan
pemeriksaan terhadap bahan yang dipakai harus ditunjukkan pemeriksaan.
b. Memeriksa ukuran
c. Memeriksa pekerjaan las dan mengujinya bila diperlukan
d. Memeriksa pembersihan dan pengecatan dari pekerjaan baja
e. Percobaan perakitan dan menguji hasilnya
f. Memeriksa cara pengepakan untuk pengiriman

Pengerjaan di Lapangan
Penyedia Jasa harus melakukan pekerjaan baja selengkapnya dan menyediakan
perancah sementara serta persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
Sebelum pelaksanaan dimulai dilapangan Penyedia Jasa harus menyampaikan kepada
Direksi untuk mendapat persetujuan, cara yang diusulkan untuk pelaksanaan pekerjaan
baja serta melaksanakan pengaturan dan pencegahan terhadap kecelakaan seperti yang
ditunjukkan oleh Konsultan dan Direksi.

Permukaan yang Bersentuhan.


Kecuali ditentukan lain, jika logam dipasang permanen pada permukaan logam lain
permukaan logam yang bersentuhan harus dicat dengan dua lapis cat bitumen, segera
sebelum pemasangan.
Aluminium tidak boleh dipasang pada beton basah atau pasangan batu, atau dipasang
tetap pada beton yang masih muda. Bila perlu untuk menghubungkan aluminium dengan
baja atau besi tulang, kedua permukaan harus dipisahkan dengan bahan pemisah yang
disetujui tebalnya tidak kurang dari 1,5 mm.
Bila aluminium batang atau bangunan baja dipasang dalam pasangan batu, bata atau
beton, permukaan yang bersentuhan harus dicat lebih dahulu dan bahan sambungan
harus diberi seng.

62
Pemasangan Bagian-bagian.
Untuk pemasangan bagian-bagian pekerjaan baja yang tercantum dalam pekerjaan
beton atau pasangan batu yang permanen maka bagian-bagian diatas angkur, plat
perletakan dan lain-lain harus lebih dahulu dari pada bagian lain.

4.3. Perhitungan dan Pembayaran :

Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yang


telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan dalam satuan ( Unit )
Buah. Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan,
BiayaUmum dan keuntunga

65
VIII. PEKERJAAN PEMANCANGAN

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pemancangan meliputi penyediaan material tiang pancang dan pemancangan,


pekerjaan pancang disini adalah untuk pekerjaan pondasi bangunan.
Sebelum pekerjaan pondasi bronjong, pondasi beton maupun pondasi sayap dilaksanakan
seperti yang tercantum pada gambar rencana maka terlebih dahulu dilakukan pekerjaan
pancang, guna memperkokoh kedudukan bangunan..

2. Bahan Material Tiang Pancang Dolken Gelam

2.1. Bahan Material Tiang Pancang Dolken Gelam.

Dalam hal penyediaan dolken, Penyedia Jasa harus memberikan contoh kepada Direksi
untuk mendapatkan persetujuan.
Tiang pancang dolken gelam, harus berkwalitas baik, dalam keadaan masih
segar dengan ukuran diameter antara 8 - 10 Cm, serta panjang 3 m.

2.2. Pelaksanaan Pemasangan Dolken Gelam

Alat untuk pemasangan dolken gelam dipersiapkan oleh Penyedia Jasa. Penyedia Jasa
harus membuat gambar methode pelaksanaan pemasangan beserta peralatan dan
kapasitasnya. Gambar tersebut diajukan ke Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.

Tiang pancang dolken gelam dipancangkan/dipasang apabila tiang pancang dalam


keadaan baik, tidak cacat yang dapat mengurangi kekokohan pekerjaan. Alat
pemancanagan dengan drop hammer kapasitas 125 kg dengan tinggi jatuh minimal 3,00
m, atau dengan alat lain yang disetujui Konsultan dan Direksi.

Apabila pemancangan tidak bisa terbenam seluruhnya (belum sesuai dengan gambar
rencana) maka drop hamer harus diganti dengan yang lebih berat sehingga kedalaman
tiang pancang dapat dipancangkan sesuai dengan gambar rencana.

Elevasi top (atas) tiang pancang dolken adalah 15 cm, diatas dasar lantai kerja dan
untuk bronjong muncul 50 cm diatas permukaan tanah.

Apabila dari hasil pemancangan tersebut diatas menurut Konsultan dan Direksi hasilnya
meragukan, misalnya tiang pancang miring, pecah dan sebagainya maka Penyedia
Jasa harus mencabut tiang pancang tersebut dan diharuskan melakukan pemancangan
ulang. Segala kerugian yang ditimbulkan akibat hal tersebut diatas adalah menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

2.3. Perhitungan dan Pembayaran

Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan


jadi, yang telah disetujui oleh Konsultan dan Direksi, dan diperhitungkan
dalam satuan batang.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi
upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan, overhead
dan keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan.

3. Pekerjaan Pengadaan Dan Pemancangan Tiang Pancang Beton

3.1. Bahan Baku


Semua bahan baku tiang pancang beton yang terdiri dari semen, pasir, kerikil, besi
tulangan mengikuti persyaratan bahan dan material untuk beton.
Sebelum membeli / memesan tiang pancang Penyedia Jasa harus memberikan
informasi tentang kapasitas produk, proses pembuatan dan pabrikan yang membuat
secara tertulis untuk mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi.

66
Ukuran tiang pancang prestress terdiri dari
:
- Tiang Pancang 40 cm x 1200 ~ 1300 cm dengan kekuatan tiang pancang
pada umur 28 hari minimal harus 500 kg/cm2, dengan kekuatan tahanan bending
momen minimal 8,91 ton m. sedang tulangan harus mengikuti ketentuan :
a. Prestress steel breaking strength 160 kg/cm 2
b. Reinforcement steel bar quality SD 40

- Tiang Pancang 35 cm x 800 ~ 1000 cm dengan kekuatan tiang pancang


pada umur 28 hari minimal harus 500 kg/cm 2, dengan kekuatan tahanan bending
momen minimal 8,91 ton m. sedang tulangan harus mengikuti ketentuan :
a. Prestress steel breaking strength 160 kg/cm 2
b. Reinforcement steel bar quality SD 40

- Tiang Pancang 40 cm x 40 cm x 1200 cm atau sesuai gambar rencana


dengan kekuatan tiang pancang pada umur 28 hari minimal harus 500 Kg/cm 2, dan
tulangan harus mengikuti ketentuan :
a. Prestress steel breaking strength 160 kg/cm 2
b. Reinforcement steel bar quality SD 40

3.2. Pengangkutan
Penyedia Jasa harus sudah mempertimbangkan kekuatan tiang pancang selama
pengangkutan dari pabrik ke lokasi pekerjaan.
Bila terjadi kerusakan selama pengangkutan yang dapat menyebabkan penurunan
kekuatan tiang pancang, Direksi berhak menolak tiang pancang tersebut. Penggunaan
jalan masuk ke lokasi pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Kontraktor harus mengambil tindakan-tindakan pengamanan guna mencegah
kerusakan pada tiang pancang dan komponen-
komponennya mulai saat pengangkatan, pengangkutan, penyimpanan,
pemasangan sampai dengan pemancangan. Tiang pancang yang rusak harus diganti
baru oleh Kontraktor dengan biaya Kontraktor sendiri.
3.3. Pada umumnya, tiang pancang dengan panjang maksimum harus dipergunakan.
Dalam keadaan tertentu penyambungan (splice) tiang pancang akan diperbolehkan.
Metode penyambungan (splice) harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau
seperti petunjuk Direksi.

3.4. Pancang beton untuk pintu air yang sederhana terbuat dari tiang pancang
beton bertulang presstress segi empat dengan kuat tekan minimum 400 Kg/Cm2 yang
mempunyai ukuran 0.20 x 0.20 m, panjang antara 3.00 sampai dengan 4.00 m.

3.5. Pancang beton untuk pekerjaan penguat ikatan bronjong terbuat dari pancang
beton bertulang presstress segi tiga (triangle concrete pile) dengan kuat tekan
minimum 225 Kg/Cm2 yang mempunyai ukuran 0.20 x 0.20 x 0.20 m, panjang 3.00 m.

3.6. Sebelum mendatangkan peralatan pemancangan ke lokasi. Kontraktor harus


menyerahkan terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan
jenis peralatan dan motode pemancangan yang diusulkan oleh Kontraktor yang
akan dipergunakan.

3.7. Tiang-tiang pancang harus dipancang dengan pemukul yang digerakkan dengan uap,
udara, getaran atau mesin diesel. Bila pemukul dengan diesel atau tipe lain yang
memerlukan kalibrasi dipergunakan, maka peralatan tersebut harus dikalibrasi terlebih
dahulu dengan peralatan kalibrasi yang benar dan disetujui Direksi.
3.8. Pemukul yang dipergunakan untuk pemancangan tiang pancang baja harus berbobot
tidak boleh kurang dari berat kombinasi dari kepala-pemancang dan tiang pancang.
Pemukul tiang pancang, pemukul uap, udara atau diesel yang disetujui Direksi yang
menghasilkan cukup tenaga untuk menggerakkan tiang-tiang pancang pada kecepatan
penetrasi tidak kurang dari 3.2 mm setiap pukulan.

3.9. Pada tiap akhir dari pemancangan harus disisakan 1.0 m untuk dikupas dan besi dari
tiang pancang harus dimasukkan dalam lantai kontruksi parapet, revetment, sluice way
atau pintu air yang akan dibangun.

67
3.10. Kepala dari semua tiang pancang beton bila keadaan pemancangan sedemikian rupa
sehingga cenderung akan mengakibatkan rusak yang tidak semestinya harus diberi
pelindung tambahan dengan suatu penutup dan bantalan yang sesuai di atas kepala
tiang pancang dan disetujui oleh Direksi.

3.11. Untuk semua tipe tiang pancang, kepala tiang, sendi atau peralatan lain yang sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik harus disediakan sehingga tiang-tiang pancang dapat
dipancang tanpa mengakibatkan kerusakan pada tiang.

3.12. Metode/cara pemancangan tiang pancang tidak boleh berlebihan dan tidak sewajarnya,
sehingga mengakibatkan hancur dan rusaknya beton atau perubahan bentuk. Usaha-
usaha yang dilaksanakan pada tiang pancang untuk memaksanya dalam posisi yang
benar bila atas pertimbangan Direksi terlalu berlebihan tidak akan diperbolehkan. Tiang
pancang yang rusak karena cacat pada saat atau karena kesalahan pemancangan atau
dipancang tidak pada lokasi yang benar atau dipancang di bawah elevasi yang
diterapkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi, harus diperbaiki atas
biaya Kontraktor sendiri dengan salah satu dari metode berikut yang disetujui oleh
Direksi untuk tiang pancang yang diragukan :
3.12.1. Tiang pancang harus ditarik kembali dan diganti dengan yang baru dan bila
perlu dengan yang lebih panjang

3.12.2. Tiang pancang kedua harus dipancangkan dekat dengan tiang pancang yang
rusak
.
3.12.3. Tiang pancang harus disambung (splice) atau dirakit (built-up), bila tidak
ditentukan disini atau suatu bagian dari kaki pondasi yang ditambahkan untuk
menanam tiang pancang dengan benar. Semua tiang pancang yang terdorong
ke atas disebabkan pemasangan tiang pancang didekatkan atau oleh sebab
lainnya harus dipancang ke bawah lagi.

3.12.4. Tiang pancang akan dianggap rusak bila terdapat retak yang tampak atau retak
memanjang sekitar seluruh permukaan tiang pancang atau suatu cacat yang
menurut pendapat Direksi mempengaruhi kekuatan atau umur tiang pancang.

3.13. Pencatatan pukulan tiang pancang, jumlah pukulan pemukul (hammer) pada tiang
pancang beton dan kedalaman penetrasi setiap pukulan harus dicatat untuk memastikan
daya dukung lapisan tanah. Bila tidak ditentukan oleh Direksi. Kontraktor harus
menyediakan alat pancang yang sesuai untuk mencatat tiang pancang beton pada
setiap pukulan hammer. Untuk menghitung jumlah pukulan, penghitung digital atau
suatu alat lain yang disetujui untuk mencatat harus disediakan. Tempat-tempat yang
elastis dan plastis sebagai hasil dari setiap pukulan dapat dicatat dengan
mempergunakan penggaris yang lurus dan kuat di atas selembar kertas yang ditaruh di
atas tiang pancang dan menggoreskan sebuah pensil sepanjang penggaris pada saat
pukulan untuk mencatat pada kertas tempat-tempat, yang elastis dan plastis sebagai
hasil pukulan. Berdasarkan pemancangan yang dibuat, Kontraktor harus menghitung
daya dukung lapisan tanah, yang dijumpai dan membuat laporan kepada Direksi. Direksi

68
akan memberi petunjuk kepada Kontraktor untuk mengakhiri atau meneruskan
pemancangan sampai daya dukung yang dikehendaki tercapai.

3.14. Uji Tiang Pancang (Percobaan Pembebanan)


Bila dikehendaki dalam spesifikasi atau diperintahkan oleh Direksi, Kontraktor harus
memancang tiang pemancang sepanjang yang ditentukan pada lokasi yang
diperintahkan oleh Direksi untuk memastikan jumlah dan panjang dari tiang pancang.
Tiang pancang tersebut harus lebih panjang dari pada panjang perkiraan yang didesain
untuk menampung adanya variasi di dalam kondisi tanah. Jumlah dari tiang pancang uji
harus diputuskan oleh Direksi, tetapi tidak boleh kurang dari satu dan tidak lebih dari tiga
untuk setiap pondasi. Beban uji pada tiang pancang akan ditentukan oleh Direksi.
Kontraktor tidak boleh mengadakan tiang-tiang pancang tersebut sebelum Direksi
menyetujui jumlah dan panjang dari tiang-tiang pancang yang diusulkan berdasar hasil
uji tiang pancang oleh Kontraktor

3.15. Penilaian dan pembayaran untuk pengadaan tiang pancang didasarkan atas harga
satuan m dari tiang pancang yang terpasang (material on site tidak dapat diprogresskan
dan dibayarkan), sedang penilaian dan pembayaran untuk pemancangan didasarkan
atas harga satuan m dari tiang pancang yang terpancang tersebut. Penilaian tersebut
sudah termasuk bahan, pengadaan alat pancang, pemancangan, pemotongan /
penyambungan, peralatan bantu, upah tenaga kerja dan sebagainya.

4. Pekerjaan Pengadaan dan Pemancangan Steel Sheet Pile (SSP)


Steel sheet pile (SSP) dipakai tipe FSP-IIA yang mempunyai sertifikat SNI 0052-87-A atau
standart lain yang setara yang berlaku dan ditetapkan oleh instansi terkait yang sudah
teragreditasi dengan dilampiri spesifikasi dari pabrik yang mengeluarkan untuk mendapat
persetujuan dari Direksi.
SSP yang digunakan harus baru, tidak boleh bengkok, cacat atau rusak dan mempunyai
ukuran yang seragam.
Pemancangan dilaksanakan dengan alat pancang mekanik (vibro hammer atau pile hammer)
dengan beban tertentu yang disetujui oleh Direksi.
Penilaian dan pembayaran pekerjaan pengadaan SSP didasarkan atas satuan m2 yang
terpasang (material on site tidak dapat diprogresskan dan dibayarkan), sedang pemancangan
SSP dibayarkan atas dasar m2 dari SSP yang tertanam. Penilaian tersebut sudah termasuk
bahan, pengadaan alat pancang, pemancangan, pemotongan / penyambungan, peralatan
bantu, upah tenaga kerja dan sebagainya.
5. Pekerjaan Pengadaan Dan Pemancangan Flate Concrete Sheet Pile (FCSP), dan
Corrugated Concrete Sheet Pile (CCSP)
FCSP yang dipakai tipe flat dengan ukuran lebar 0.50 m, tebal 0.32 m, Mcr 10.91 Tm dan
panjang sesuai dengan bill of quantity, sedangkan CCSP yang digunakan adalah type W 450 A
1000, Mcr 30.40 Tm, terbuat dari beton bertulang presstress yang mempunyai kuat tekan beton
700 kg/cm2 yang mendapat persetujuan dari Direksi.
FCSP dan CCSP yang digunakan harus baru, tidak boleh bengkok, cacat atau rusak dan
mempunyai ukuran yang seragam.
Pemancangan dilaksanakan dengan alat pancang mekanik (vibro hammer atau pile hammer)
dengan beban tertentu yang disetujui oleh Direksi.
Penilaian dan pembayaran pekerjaan pengadaan FCSP dan CCSP didasarkan atas satuan m2
yang terpasang (material on site tidak dapat diprogresskan dan dibayarkan) sedang
pemancangan FCSP dan CCSP dibayarkan atas dasar m2 dari FCSP dan CCSP yang
tertanam. Penilaian tersebut sudah termasuk bahan, pengadaan alat pancang, pemancangan,
pemotongan / penyambungan, peralatan bantu, upah tenaga kerja dan sebagainya.

66
VIII. PEKERJAAN LAIN-LAIN

1. Ruang Lingkup

Pedoman Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan


pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran pelaksanaan pekerjaan
lain-lain.
Pedoman ini mencakup pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan, pengiriman ke lokasi
pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.

2. Acuan Normatif

Standar Nasional Indonesia (SNI)

3. Pelaksanaan Pekerjaan

3.1. Pengadaan dan Pemasangan Rubber Joint t = 1 cm

a. Ketentuan Umum
Pekerjaan sekat elastis joint dipasang atau diisikan didalam sambungan antara
joint pasangan batu / beton sepanjang sesuai dengan yang tertera pada gambar
rencana. Rubber joint berbentuk dan berdimensi serta tebal sesuai dengan yang
tertera pada gambar rencana serta terbuat dari bahan karet yang memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
- Tegangan putus lebih dari 20 kg/cm2 JIS K 6301 (tensile strength)
- Batas ulur lebih dari 100 % (ultimate Elongation)
- Kekerasan (Hardnees) lebih dari 50 Hs JIS K6301-52
- Absorsi Air (Water Absorption) kurang dari 0,5 % JIS A9511
- Pemulihan (Recovery) lebih dari 90 % ASTM D544-48
- Padat Nyata (Apparent Density) lebih dari 0,3 g/cm3

b. Perhitungan dan Pembayaran


Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan
bangunan jadi, yang telah disetujui oleh Direksi, dan diperhitungkan dalam
satuan m2 yang telah terpasang.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi
upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan,
overhead dan keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan.

3.2. Pengadaan dan Pemasangan Pengaman Tangkis (Turap Bambu)

a. Persyaratan Bahan / Material


Untuk melindungi timbunan hasil galian maka perlu pengamanan tangkis dengan
turap bambu dikerjakan/diadakan sebagaimana tertera pada gambar atau sesuai
dengan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Bambu yang digunakan minimal diameter 10 cm sedangkan gedek dari bambu
anyaman menjadi kesatuan yang rapat dan unytuk kawat harus menggunakan
dengan diameter 3 mm.

b. Metoda Kerja
Pekerjaan pengadaan dan pemasangan pengaman tangkis (turap bambu) terdiri
dari pekerjaan pengadaan, pengangkutan, persiapan, pemotongan dan menata
bambu dan gedek sedemikian rupa sesuai dengan gambar pelaksanaan atau
sesuai perintah direksi sehingga timbunan tanah dari hasil galian tanah dapat ditata
sesuai dengan gambar konstruksi dan konstruksi dapat menahan hasil galian
dengan kuat.

c. Perhitungan dan Pembayaran.


Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan
bangunan jadi, yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan (unit) m 2 yang telah dipasang
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi
upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan,
overhead dan keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan.

3.3. Turap Bambu

a. Persyaratan Bahan / Material


Untuk memperkuat konstruksi maka perlu perkuatan dengan turap bambu
dikerjakan/diadakan sebagaimana tertera pada gambar atau sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

b. Metoda Kerja
Pekerjaan pengadaan dan pemasangan turap bambu terdiri dari pekerjaan
pengadaan, pengangkutan, persiapan, pemotongan dan menata bambu
sedemikian rupa sesuai dengan gambar pelaksanaan atau sesuai perintah direksi
sehingga hasil konstruksi sesuai dengan yang disyaratkan.

c. Perhitungan dan Pembayaran.


Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan
bangunan jadi, yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan buah yang telah dipasang
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi
upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan,
overhead dan keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan.

3.4. Pekerjaan Non woven geotextile


3.4.1. Kontraktor harus menyerahkan dulu contoh, type dan jenis geotextile yang akan
dipasang untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi maupun pengawas mutu.
Jenis Non Woven Geotextile yang digunakan dengan berat 150 gram/m2, dengan
tebal 1.5 mm, kekuatan tarik strip 11.5 kN/m.
3.4.2. Pekerjaan lapisan non woven geotextile dilaksanakan pada revetment brojong
sesuai gambar rencana. Sebelum geotextile dipasang, maka Kontraktor harus
menyerahkan dulu contoh, type dan jenis geotextile yang akan dipasang untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi.
3.4.3. Penilaian dan pembayaran untuk pekerjaan geotextile tersebut berdasarkan harga
satuan m2 sudah termasuk ongkos tenaga, bahan, peralatan dan sebagainya.
3.5. Pekerjaan rubber joint filler
3.5.1. Sebelum pemasangan rubber joint filler dilaksanakan, Kontraktor harus
menyerahkan contoh bahan yang akan digunakan, disertai dengan sertifikat
pengujian, spesifikasi dari pabrik dan cara-cara pemasangan yang diperlukan /
diinginkan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi maupun pengawas mutu.
Rubber joint filler yang dipakai dengan tebal 10 mm atau seperti yang ditunjukkan
dalam gambar rencana
3.5.2. Untuk pekerjaan parapet dan revetment beton maupun pasangan batu setiap 10
m (sesuai gambar rencana), harus diberi deletasi dari rubber joint filler selebar
pasangan tersebut.
3.5.3. Untuk pekerjaan parapet setiap panjang 10 m (sesuai gambar rencana), harus
diberi PVC water stop.
3.5.4. Penilaian pembayaran pekerjaan rubber joint filler tersebut berdasarkan atas
satuan m2, sedang untuk PVC water stop atas dasar satuan m
3.6. Pekerjaan Penahan air PVC Water Stop
3.6.1. Penahan air yang akan dipakai harus mempunyai karakteristik fisik sesuai syarat-
syarat dalam standar ASTM, Flexible Polyvinyl Chloride (PVC) Water Stop atau
bahan yang setara yang disetujui oleh Direksi maupun pengawas mutu.
3.6.2. Sebelum pemasangan Penahan Air PVC Water Stop dilaksanakan, Kontraktor
harus menyerahkan contoh bahan yang akan digunakan, disertai dengan sertifikat

68
pengujian, spesifikasi dari pabrik dan cara-cara pemasangan yang
diperlukan /
diinginkan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi.
3.6.3. PVC Water Stop harus mempunyai daya elongasi sampai 350 % dan
mempunyai daya tarik mencapai 160 kg/cm2, lebar PVC Water Stop 240 mm
dan tebal 4 mm
3.6.4. Penyambungan penahan air harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi
pabrik dan sesuai instruksi Direksi. Penyambungan khusus untuk menyatukan
keping- kepingan penahan air digunakan di semua pertemuan penahan air.
3.6.5. Untuk pekerjaan parapet setiap panjang 10 m (sesuai gambar rencana),
harus diberi PVC water stop.
3.6.6. Penilaian pembayaran pekerjaan untuk PVC water stop atas dasar
satuan m
3.7. Pembuatan dan pemasangan batang dowel
3.7.1. Kontraktor harus menyediakan, memotong dan memasang semua batang-
batang dowel seperti yang ditunjukkan didalam Gambar. Batang dowel harus
dari baja bulat polos dengan diameter 19 mm buatan pabrik yang disetujui
oleh Direksi.

3.7.2. Semua batang dowel ketika dipasang harus betul-betul lurus, bebas dari
kotoran.

3.7.3. Penilaian pembayaran pekerjaan pembuatan dan pemasangan batang


dowel tersebut berdasarkan atas harga satuan buah, sudah termasuk bahan,
upah tenaga, peralatan dan sebagainya.

3.8. Pekerjaan gorong-gorong


3.8.1. Pekerjaan pemasangan gorong-gorong harus dilaksanakan dengan baik
dan benar dengan ukuran sesuai gambar bestek. Penyambungan gorong-
gorong harus betul-betul kuat dan dipastikan tidak akan bergeser serta diberi
pasangan batu pada tempat penyambungan tersebut sesuai gambar bestek

3.8.2. Penilaian dan pembayaran pekerjaan gorong-gorong dibuat berdasarkan


harga satuan m

3.9. Pekerjaan bongkaran pasangan batu, beton dan bronjong


Pekerjaan ini mencakup pembongkaran pasangan batu revetment atau linning
tanggul atau jalan/jembatan atau parapet atau bronjong yang ada yang harus
dibongkar sesuai dalam gambar rencana. Semua material-material yang didapat dari
pembongkaran akan menjadi milik employer. Pembongkaran pasangan harus sangat
hati-hati sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada bagian lain yang tidak
dibongkar.
Hasil bongkaran harus disimpan oleh Kontraktor ditempat yang ditentukan oleh
Direksi. Penilaian pembayaran dari seluruh pembongkaran pasangan batu akan
dilakukan atas
dasar harga satuan m3 dari volume material yang dibongkar hingga batas-batas
dan
ketinggian seperti yang tercantum didalam gambar. Harga satuan pekerjaan tersebut
harus sudah mencakup semua biaya tenaga kerja, perkakas dan peralatan dan
semua biaya lainnya yang mungkin perlu untuk kompensasi pekerjaan tersebut.
3.10. Pekerjaan kayu untuk stop log
Kayu yang dipakai untuk stop log adalah kayu jati yang mempunyai kualitas baik dan
ukuran seragam, tidak cacat oleh mata kayu dan harus diserut halus.
Ukuran kayu stop log lebar 0.20 m, tebal 0.10 m, panjang menyesuaikan dari
lebar doorlat atau sesuai gambar rencana. Sebelum stop log digunakan, harus dicoba
terlebih dahulu dan dipastikan stop log berfungsi dengan baik dan dalam kedudukan
rapat.
Penilaian dan pembayaran untuk pekerjaan stop log ini didasarkan atas dasar m3
yang terpasang. Penilaian tersebut sudah termasuk bahan, upah, peralatan, tenaga
dan sebagainya.
3.11. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan angkur dengan besi dia. 29 mm, L = 12.00
m
Untuk pekerjaan turap baja diperlukan penguat dari angkur besi diameter 29 mm,
panjang 12.00 m yang dihubungkan antara concrete pile beton dengan turap baja.
Agar besi angkur penguat tidak mengalami korosi, maka harus dilindungi/dibungkus
dengan PVC diameter 1 1/4. Jarak angkur antara yang satu dengan yang lainnya
adalah 2.50 m. Angkur harus diregangkan/ditarik sedemikian rupa sehingga
kedudukan angkur betul-betul lurus dan kuat.
Penilaian dan pembayaran untuk pekerjaan ini didasarkan atas dasar batang yang
terpasang. Penilaian tersebut sudah termasuk bahan-bahan lain sebagai penunjang
(klem, baut, penyambungan, pengelasan dan lain-lain), upah, peralatan, tenaga dan
sebagainya.

3.12 Pekerjaan Beton Slab Pra Cetak (Pabrikasi)

1. Bahan
Semua persyaratan bahan yang terdiri dari semen, bahan batuan, pasir, air, zat
tambahan, tulangan dan cara penyimpanan bahan bangunan sama yang
dipersyaratkan dan memenuhi standar nasional Indonesia NI B dan NI-2.

2. Kelas dan Mutu


Kelas dan mutu dari bahan beton harus sesuai dengan standart beton Indonesia
NI-2 PBI 1971, dengan table sebagai berikut :

Bm Kategori
Pengawasan Terhadap
Bk S = 46 Dari
Mutu KG/ KG/ Bangunan
No CM2 CM2 (Tujuan) Kwalitas Kekuatan
Agregat Tekanan
K.175 175 250 Strukturil Pengujian Pengujian
mendetail akan diadakan
dengan analisa
ayakan
k = Kekuatan tekan beton karakteristik ialah kekuatan tekan, dimana dari sejum
lah besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan
yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja.
b = Kekuatan tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji (kg/cm)
bm = Kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)
Menurut Rumus :

N b
bm = ------
1 N
N = Jumlah seluruh nilai hasil pemeriksa atau jumlah seluruh benda uji yang
diperiksa yang harus diambil minimum 20 buah.
s = deviasi standar (kg/cm2)

s
b bm
1 1 2

N 1
k = bm 1,64 s

Jika tidak ditentukan lain, yang diartikan dengan kekuatan tekan beton senantiasa
ialah kekuatan tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang bersisi
15 (+0,06) cm pada umur 28 hari.

3. Komposisi/campuran beton
Beton mutu K.175, campuran minimal semen Portland, pasir dan kerikil (batu
pecah) dengan komposisi perbandingan volume trial mix design, banyaknya semen
untuk 1 m harus tidak kurang dari 371 kg atau sesuai hasil trial mix design.
Adapun dimensi beton precast K-175 yang dipersyaratkan yaitu 80 x 40 x 8 cm

4. Cetakan (Begisting)
- Cetakan beton slab dibuat dengan sitem knok down, sehingga mudah untuk
dilepas dan menggunakan plat besi yang berkualitas baik.
- Tanah terlebih dahulu diratakan lalu ditaburi dengan pasir urug dan diberi
balance dari papan (Kayu/Triplex) kemudian ditumpuk keatas dan selanjutnya
diberi spasi kertas bekas bungkus semen/papan kayu/triplek (Lihat seperti
gambar)
- Cara mengerjakan bekisting sesuai point C.12.

- Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki pada bagian jalan
air. Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat dari kayu ataupun
dari logam dan harus di dalam segala hal benar-benar berbentuk dan
berukuran yang tetap pada tempat dan bentuknya selama pembebanan dan
berlangsungnya pekerjaan vibrasi pemadatan beton.
- Harus diupayakan pada pembuatan cetakan untuk menguatkan pinggiran batas
dan ujung lainnya dalam arah yang tepat untuk menghindari terbentuknya
pelengkungan-pelengkungan, sisi pinggiran tersebut atau kerusakan-kerusakan
permukaan beton yang telah diselesaikan.
- Semua cetakan yang dibangun harus teguh, alat-alat dan usaha-usaha yang
sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan
dari beton yang telah selesai harus tersedia. Sebelum beton dicor, semua
material untuk mempermudah melepaskan cetakan harus dipakai hanya
setelah disetujui oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas
Pekerjaan Penggunaan minyak cetakan harus berhati-hati agar tidak kontak
dengan besi beton yang mengakibatkan kurang daya lekat.
- Semua cetakan harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya sehingga
dicegah pengembangan atau lain gerakan selama penuangan beton. Mereka
dapat dicegah selama pengecoran beton pada pilar-pilar beton (Concrete
Piers), kaki-kaki logam (Metal Pedestral) atau dengan cara-cara lain yang
disetujui. Penyangga cetakan (Perancah) harus bersandar pada fondasi yang
baik sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama
pelaksanaan.

5. Besi Tulangan
Besi yang digunakan memenuhi SNI, tidak berkarat dan ukuran sesuai gambar
yang disetujui Direksi Pekerjaan dan Konsultan Supervisi.
6. Pemadatan Beton
a. Beton harus dipadatkan terlebih dahulu dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan
dan Konsultan Supervisi.
b. Apabila diperlukan dilengkapi dengan pemampatan adukan beton.

7. Penyelesaian dan Perawatan Beton


a. Tidak ada acuan /cetakan yang boleh dibongkar sebelum beton telah cukup
kaku dan mengeras telah meraih kekuatan yang cukup untuk berdiri sendiri
harus diperoleh dari direksi teknik sebelum pembongkaran berlangsung
b. Jangka waktu minimum yang diperlukan antara pengecoran dan
pembongkaran diberikan waktu minimum 2 hari.
c. Permukaan jadi atau selesai kecuali diperkenankan lain permukaan beton
harus diselesaikan segera setelah pembongkaran cetakan, seluruh sarana
penunjang dari kayu atau logam dan lidah-lidah tonjolan dari adukan harus di
bersihkan, permukaan yang tidak sempurna harus disempurnakan dan
kelihatan bagus sehingga disetujui oleh direksi teknis, apabila ada rongga-
rongga besar Nampak keluar beton harus disambung kembali sampai bahan
yang keras dibasahi dengan air dan dilapisi dengan lapisan adonan semen
tipis, adukan beton terdiri dari 1 bagian semen dan 2 bagian pasir harus
dilapiskan kemudian sampai bentuk permukaan yang diperlukan.
d. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi
terhadap hujan lebat, panas matahari atau setiap kerusakan fisik yang dapat
menggeser beton tersebut. Untuk menjamin pengerasan dan hidrasi beton
harus dirawat dengan menutup dengan pasir basah, anyaman atau selimut
perawatan yang harus direndam dengan air untuk satujangka waktu paling
sedikit 3 hari dan kemudian dirawat dalam keadaan lembab untuk 4 hari
berikutnya. Cetakan yang terpasang harus juga dijaga tetap basah.

8. Komposisi / Campuran Beton


8.1. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir kerikil/batu pecah air seperti
yang ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam perbandingan yang
serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada ketentuan yang baik/tepat.
8.2. Pada pekerjaan ini yang digunakan adalah beton K175. Untuk beton mutu K
175 dan mutu-mutu lainnya yang lebih tinggi harus dipakai campuran yang
direncanakan (designed mix). Banyaknya semen untuk tiap m3 beton paling
tidak harus K 325 kg.
8.3. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II derajat K 125 dan untuk kelas III
derajat K 175 beton berada dalam batas yang ditentukan dalam NI-2-1971
klausul 3.4. dan Penyedia Jasa harus memperoleh derajat yang patut apabila
diminta oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas
Pekerjaan agar diperoleh derajat yang sepatutnya.
8.4. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton-beton yang dipakai
untuk berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke
waktu selama berjalannya pekerjaan. Demikian juga pemeriksaan terhadap
agregat dan beton yang dihasilkan. Perbandingan campuran dan faktor air
semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan, juga
mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, awet dan kekuatan yang
dikehendaki dengan tidak memakai semen terlalu banyak.
Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat)
tidak boleh melampaui 0.55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan
melampaui 0.60 (dari beratnya) untuk kelas-kelas lainnya.
Pengujian dari beton akan dilakukan oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan
Direksi/Pengawas Pekerjaan. Perbandingan-perbandingan campuran harus
diubah jika perlu untuk tujuan atau penghematan yang dikehendaki,
kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Penyedia Jasa tidak berhak
atas penambahan kompensasi disebabkan perubahan yang demikian.
9. Perlengkapan Mengaduk
Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-
masing bahan pembentukan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara
pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan Konsultan Supervisi
Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan.

10. M e n g a d u k
10.1. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin
pengaduk beton yaitu Concrete Mixer selama sedikitnya 1 menit sesudah
semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer.
Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar
dari 1.5 m3. Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan
berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan
cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan
ketentuan dan warna yang merata/seragam.
Beton harus seragam dalam komposisi dari adukan ke adukan, kecuali bila
dimintakan adanya perubahan dalam komposisi. Dalam pekerjaan
mencampur adukan beton, air harus dituangkan lebih dahulu. Pengadukan
yang berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk
mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak diperkenankan.
10.2. Penyampuran dengan pencampuran tangan diperkenankan apabila pada
lokasi-lokasi tertentu sebuah Portable Mixer tak mungkin dipergunakan
menurut pandangan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas
Pekerjaan
Untuk mempermudah pencampuran ini, Penyedia Jasa akan membuat beton
2
masif dengan ketebalan tidak kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm ,
dibatasi dengan parapet setinggi 10 cm. Semua kondisi hand-mixing adalah
sama.

11. Pengecoran
11.1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan
beton, pemasangan instalasi yang harus ditanam, penyekangan dan
pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan dengan
pengecoran yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan
Direksi/Pengawas Pekerjaan telah siap.
11.2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan pada tempat
pengecoran beton, lantai kerja harus bersih dari air yang menggenang,
reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan-permukaan dengan bahan-bahan
yang menyerap dengan rata hingga kelembaban (air) dari beton yang baru
dicor tidak akan diserap.
11.3. Permukaan Construction Joints harus bersih dan lembab ketika ditutup
dengan beton baru atau adukan.
Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, beton-beton yang
mengelupas atau rusak, bahan-bahan asing yang menutupinya. Permukaan-
permukaan Construction Joints harus dibersihkan dengan cara-cara yang
disetujui dan kemudian dicuci seluruhnya dengan penyemprotan air dengan
tekanan udara segera sebelum pengecoran beton baru. Pembersihan dan
pencucian harus dilaksanakan pada kesempatan terakhir dari pengecoran
beton. Semua genangan-genangan air harus dibuang dari permukaan
Construction Joints sebelum beton baru dicor.
11.4. Semua Construction Joints atau expansion joints seperti ditunjukkan pada
gambar harus dibersihkan seluruhnya dari kelebihan-kelebihan beton atau
material dengan menggaruk atau cara lain yang disetujui Konsultan Supervisi
Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan
11.5. Alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian
sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat
dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan
yang menyebabkan perubahan nilai slump.
11.6. Beton dicor dilaksanakan pada waktu Konsultan Supervisi Konstruksi dan
Direksi/Pengawas Pekerjaan serta Pelaksana Penyedia Jasa yang setaraf
ada di tempat kerja.
Setelah permukaan disiapkan dengan baik, permukaan Construction Joints
yang akan dicor harus dilapisi dengan penutup yang terbuat dari adukan
semen (air semen) atau ditutup dengan lapisan spesi/mortel.
Adukan harus dihamparkan merata dan harus rata juga pada permukaan
yang tidak beraturan. Beton harus segera dicor saat adukan yang masih baru
(fresh). Dalam pengecoran beton pada Construction Joints yang telah
dibentuk, penjagaan khusus harus dijalankan untuk menjamin agar beton
yang baru menjadi rapat betul dengan permukaan joints (sambungan) .
11.7. Pencampuran/penumbukan kembali beton tidak diperkenankan. Beton yang
sudah mengeras dalam hal mana pengecoran yang tepat untuk dituang/dicor
harus diusahakan agar pengangkutannya ke tempat posisi terakhir sependek
mungkin. Sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan
antara kerikil dan spesinya.
11.8. Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan (joints), semua
penuangan beton harus selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan
umumnya tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Konsultan Supervisi Konstruksi
dan Direksi/Pengawas Pekerjaan mempunyai hak untuk mengurangi tebal
tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan-lapisan 50 cm tidak dapat
memenui spesifikasi-spesifikasi ini.
Semua pertemuan/sambungan dan hubungan konstruksi dengan permukaan
beton, harus dibuat menerus dan rata atau tegak jika tidak ditentukan di
dalam kontrak, jumlah dan lokasi dari hubungan konstruksi harus dimintakan
persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan
11.9. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama
karena akan menyebabkan spesi/mortel terpisah dari agregat kasar.
11.10. Ember-ember beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat
pada slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran. Mekanisme
3
pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,035 m sekali
tuang. Ember beton harus mudah untuk diangkat/diletakkan dengan alat-alat
lainnya dimana diperlukan, terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas.
11.11. Keadaan construction joints harus mendekati horizontal jika tidak ada
ketentuan lain dari yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh
Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan
11.12. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan tertentu,
sehingga ia bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat
semua permukaan-permukaan dari cetakan dan material yang diletakkan.

12. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan


12.1. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dikerjakan
dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton.
Segera sesudah cetakan-cetakan dibuang, permukaan beton harus diperiksa
dengan hati-hati. Permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera
diperbaiki sampai disetujui Konsultan Supervisi Konstruksi dan
Direksi/Pengawas Pekerjaan
12.2. Umumnya diperlukan waktu minimum 28 (dua puluh delapan) hari sebelum
cetakan dibuka agar beton mengeras dengan sempurna.

13. Perawatan (Curing)


13.1. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan disini.
Direksi / Pengawas Pekerjaan berhak menentukan cara perawatan
bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.
13.2. Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera
sesudah beton cukup keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara
menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau dengan pipa-pipa
berlubang-lubang, penyiram mekanis atau cara-cara yang disetujui yang
akan menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang digunakan dalam
perawatan (curing) harus memenuhi maksud-maksud spesifikasi-spesifikasi
air untuk campuran beton.

14. Perlindungan (Protection)


Penyedia Jasa harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan
sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan
Direksi/Pengawas Pekerjaan
Permukaan beton yang terbuka kecuali permukaan-permukaan yang tertutup oleh
white pigmentod sealing compound, harus dilindungi terhadap sinar-sinar matahari
yang langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran.
Perlindungan semacam itu harus dibuat effective dan dapat dilaksanakan sesudah
pengecoran beton tanpa cetakan atau sesudah pembukaan cetakan-cetakan.

15. Penyelesaian-penyelesaian dan Penyempurnaan


Penyempurnaan-penyempurnaan beton harus dilaksanakan oleh tukang yang ahli
dan disaksikan oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas
Pekerjaan Permukaan-permukaan beton akan diuji/dites oleh Konsultan Supervisi
Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan. Diperlukan untuk menentukan apakah
ketidak teraturan permukaan berada dalam batas-batas yang ditentukan. Ketidak
teraturan digolongkan sebagai sekonyong-konyong (abrupt) atau lambat laun
(gradual).
Offiset yang disebabkan oleh pemindahan atau penempatan cetakan yang salah
dan membentuk garis-garis, juga disebabkan mata kayu lepas pada cetakan atau
kerusakan lain dari kayu, akan dianggap sebagai ketidak teraturan yang
sekonyong-konyong (abrupt) dan akan diuji dengan menggunakan pengukuran
langsung.
Semua ketidak teraturan lainnya dapat dianggap sebagai ketidak teraturan yang
gradual dan akan diperiksa dengan mempergunakan template, terdiri dari alat
dengan pinggiran yang lurus atau melengkung untuk permukaan yang melengkung.
Panjang template tersebut harus 1,5 m untuk pengujian permukaan hasil cetakan
dan 3 m untuk permukaan yang tidak pakai cetakan. Sebelum menerima
pekerjaannya, Penyedia Jasa harus membersihkan semua permukaan yang
terbuka dari kerak-kerak dan karat yang tidak nampak kecuali bila ditentukan
secara lain.
Bila tidak ditentukan secara lain tingkat-tingkat penyelesaian untuk permukaan
yang tidak bercetakan adalah sebagai berikut :
a. Permukaan yang tidak bercetakan yang akan ditutup dengan urugan (backfill)
atau dengan beton harus diselesaikan dengan meratakannya secara
memuaskan dan penambalan untuk menghasilkan permukaan yang sama.
b. Penyelesaian dengan sendok baja yang keras (hard steel trowel) harus
dipakai terhadap permukaan yang tidak bercetakan yang terbuka atau mudah
terkena air yang mengalir, kecuali permukaan dek jembatan yang akan
menjadi jalan lalu lintas orang-orang berjalan kaki atau kendaraan harus
diselesaikan dengan memakai tangan atau perlengkapan yang digerakkan
dengan mesin.
Peralatan dan troweling harus dimulai segera sesudah permukaan yang diratakan
telah cukup keras menghasilkan permukaan yang bebas dari bekas-bekas
plesteran dan harus sama dalam susunannya. Ketidakrataan pada permukaan,
diukur menurut pasal 3.17.1 tidak diperkenankan lebih dari 6 mm untuk
ketidakrataan yang gradul dan bekas-bekas pahatan atau ketidakrataan yang
sekonyong-konyong.

16. Perbaikan Permukaan Beton


16.1. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak menurut gambar
atau ternyata ada permukaan yang rusak atau keluar dari garis sesuai
dengan spesifikasi ini, harus dibuang dan diganti oleh Penyedia Jasa atas
bebannya sendiri kecuali bila Direksi / Pengawas Pekerjaan memberikan
izinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan
harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.
16.2. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri
dari sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lubang-lubang karena
keropos, lubang-lubang baut, ketidak rataan oleh pengaruh sambungan-
sambungan cetakan dan bergeraknya cetakan.
Ketidak rataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahat atau dengan alat
lain dan seterusnya digosok dengan batu gurinda. Semua lubang harus terus
menerus dibasahi selama 24 jam sebelum di cor , dan seterusnya
disempurnakan.
16.3. Jika menurut pendapat Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/
Pengawas Pekerjaan hal-hal yang tidak sempurna pada bagian bangunan-
bangunan yang akan terlihat , sehingga dengan penambahan saja tidak akan
menghasilkan sebuah dinding yang tidak memuaskan kelihatannya,
Penyedia Jasa diwajibkan untuk menutupi saluran dinding (dengan spesi
plester) demikian juga dinding yang berbatasan (yang bersambungan),
sesuai dengan instruksi dari Konsultan Supervisi Konstruksi dan
Direksi/Pengawas Pekerjaan
16.4. Cacat lubang-lubang baut angker dan tempat cukilan dari sarang kerikil yang
akan diperbaiki, harus diisi dengan spesi/mortel tambalan yang kering yang
disusun dari satu bagian semen portland dengan dua bagian pasir beton
bersama dengan bahan pengisi yang susut, yang disetujui oleh Konsultan
Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan, Bahan-bahan spesi
dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi
bola dan ditekan dengan tangan tidak akan mengeluarkan air. Spesi
penambal harus dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu
dipadatkan dengan alat yang cocok. Ketelitian diharapkan pada pengisian
baut-baut angker dan lubang-lubang pipa hingga seluruhnya dapat diisi
penuh dengan spesi yang padat.
17. Pengujian Beton
17.1. Penyedia Jasa harus melakukan tes beton sesuai prosedure yang
disyaratkan oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas
Pekerjaan
17.2. Bila pengecoran beton untuk bangunan permanen, Penyedia Jasa harus
melaksanakan Slump Test pada waktu mulai menuangkan beton. Slump
Test harus dilaksanakan sesuai dengan prosedure standar. Kecuali
diperintahkan lain, untuk pengecoran dengan sistem talang/chute slump
harus lebih dari 50 mm dan tidak boleh lebih dari 100 mm. Sedang untuk
pengecoran dengan concrete pump slump tidak boleh lebih dari 120 mm.
17.3. Percobaan beton, dari bahan batu yang diatur pada Sub Bab C Bagian I
pasal 2 dan kandungan air harus dilakukan sesuai prosedure standar dan
pada persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas
Pekerjaan Khususnya kubus beton yang dibentuk dalam cetakan tidak
kurang dari 150 mm kubus. Paling sedikit 6 kubus dibuat dari masing-masing
pengecoran untuk diuji, 3 kubus diuji sesudah 7 hari dan 3 kubus sesudah 21
hari.
a. Penyedia jasa harus melaksanakan mix design sebelum memulai
pelksanaan pekerjaan pengecoran, untuk mengetahui komposisi
campuran sesuai beton karakteristik yang ditentukan.
b. Dalam pelaksanaan pengecoran setiap volume 3 m harus diambil
sempel beton minimal satu benda uji (kubus/ silinder).
17.4. Penyedia Jasa harus membuat catatan-catatan untuk tiap pengujian, yang
memberikan keterangan secukupnya. Penyedia Jasa harus membuat catatan
dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi / Pengawas Pekerjaan dalam
rangkap tiga, dan menyerahkan kepada Direksi / Pengawas Pekerjaan tidak
lebih dari 3 hari sesudah tiap percobaan selesai dilaksanakan.
17.5. Pengujian test beton dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi,
sesuai pengarahan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi Pekerjaan.
18. Mengawasi dan Mencampur Bahan
18.1. Penyedia Jasa harus membuat secara akurat perbandingan dari beton
berdasar ukuran volume.
18.2. Air harus ditambah pada bahan batuan, pasir dan semen di dalam mesin
pengaduk mekanis, banyaknya harus menurut jumlah paling kecil yang
diperlukan untuk memperoleh pemadatan penuh.
Alat pengukur air harus dapat menunjukkan secara akurat volume yang
diminta. Dan kemudian bahan-bahan beton harus benar-benar tercampur.
18.3. Beton pencampur hanya boleh digunakan dengan mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan lebih
dahulu. Apabila pencampuran beton diijinkan dilakukan oleh Konsultan
Supervisi Konstruksi dan Direksi / Pengawas Pekerjaan dengan tangan,
maka semen, bahan batuan dan pasir harus dicampur di atas lantai kayu
yang rapat.
18.4. Bahan-bahan harus dibalikkan paling sedikit dua kali dalam keadaan yang
kering, dan paling sedikit tiga kali sesudah air telah dicampurkan, sampai
campuran beton mencapai warna dan kekentalan yang sama.
Penyedia Jasa harus merencanakan tempat dari alat pencampur dan tempat
bahan-bahan untuk memberi ruang kerja yang cukup. Rencana ini harus
diserahkan untuk mendapat persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan
Direksi/Pengawas Pekerjaan, sebelum alat pencampur dan bahan-bahan
diletakkan.
19. Mengangkat, Menempatkan dan Memadatkan Beton
19.1. Beton harus dibawa sedemikian rupa sehingga sampai di tempat penuangan,
ia masih masih mempunyai mutu yang ditentukan dan kekentalan yang
dibenarkan, tak ada terjadi penambahan atau pengurangan apapun sejak ia
meninggalkan tempat adukan.
19.2. Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi
dan Direksi/Pengawas Pekerjaan atas pengaturan yang diusulkannya,
sebelum pekerjaan pembetonan dimulai.
19.3. Beton tidak diijinkan untuk dijatuhkan atau digelincirkan secara tak
terkendalikan dari ketinggian lebih dari 1,5 m tanpa harus diaduk lagi.
Pengecoran harus dilaksanakan terus menerus sampai ke tempat
sambungan cor yang disediakan sebelum permulaan pembetonan.
19.4. Penyedia Jasa harus memperhatikan pemadatan dari beton sebagai
pekerjaan yang besar dan penting dengan tujuan untuk menghasilkan beton
rapat air dengan kepadatan terbesar. Pemadatan harus dibantu dengan
mengakibatkan bergeraknya tulangan dan acuan. Jumlah dan jenis alat getar
yang tersedia untuk dipakai pada setiap masa pembetonan, harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas
Pekerjaan.
20. Sambungan Mencor Beton
20.1. Penjelasan dan kedudukan dari tempat sambungan-sambungan cor harus
diserahkan kepada Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/ Pengawas
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan pekerjaan berlangsung.
20.2. Tempat sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pengaruh
dari penyusutan dan suhu sangat dapat diperkecil. Pekerjaan beton yang
memanjang atau meluas dan jika menurut pendapat Konsultan Supervisi
Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan mungkin dilaksanakan, maka
Penyedia Jasa harus mengatur rencana pelaksanaan sedemikian rupa,
sehingga beton sudah mempunyai umur 4 minggu sebelum beton baru
diletakkan terhadapnya.
20.3. Sambungan cor harus rapat air, dan harus dibentuk dalam garis-garis lurus
dengan acuan yang kaku tegak lurus pada garis tegangan pokok dan sejauh
mungkin dapat dilaksanakan pada tempat gaya lintang yang terkecil. Itu
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas
Pekerjaan. Sebelum beton yang baru dicor disamping beton sudah
mengeras, beton yang lama harus dibersihkan dari batuan-batuan di atas
seluruh penampangnya dan meninggalkan permukaan kasar tak teratur serta
bebas dari buih semen.
20.4. Ukuran vertikal dari beton yang dituangkan pada saat hari Pelaksanaan
harus tidak lebih dari 1,5 m dan ukuran mendatang harus tidak lebih dari 7 m
tanpa mendapat persetujuan lebih dahulu dari Konsultan Supervisi
Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan
21. Daftar Bengkokan Tulangan Baja
21.1. Penyedia Jasa harus menentukan sendiri dari penjelasan yang diberikan
dalam gambar-gambar dan spesifikasi, kebutuhan-kebutuhan akan tulangan
baja yang tepat untuk dipakai dalam pekerjaan.
Daftar bengkokan yang mungkin diberikan oleh Konsultan Supervisi
Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan kepada Penyedia Jasa
ketelitiannya harus dicek sendiri oleh Penyedia Jasa.
21.2. Tulangan baja harus dipotong dari batang-batang yang lurus, yang bebas
dari belitan dan bengkokan atau kerusakan lainnya dan dibengkokkan dalam
keadaan dingin oleh tukang yang berpengalaman.
Batang-batang dengan garis tengah 20 mm atau lebih harus dibengkokkan di
mesin pembengkokan yang direncanakan untuk itu dan disetujui oleh
Konsultan Supervisi Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan Ukuran
pembengkokan harus sesuai dengan Pasal 8 Standar Nasional Indonesia NI-
2 kecuali jika ditentukan atau diperintahkan lain oleh Konsultan Supervisi
Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan
Bentuk-bentuk tulangan baja harus dipotong sesuai dengan gambar, tidak
boleh menyambung tulangan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi
Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan

22. Pemasangan
Penyedia Jasa harus menempatkan dan memasang tulangan baja dengan tepat
pada tempat kedudukan yang ditunjukkan dalam gambar-gambar dan harus ada
jaminan bahwa tulangan itu akan tetap pada kedudukan itu pada waktu pengecoran
beton. Pengelasan tempel harus ada persetujuan Direksi / Pengawas Pekerjaan
lebih dahulu untuk diijinkan memasang dengan tepat. Pada pengelasan lainnya,
pengokoh, ganjal dan tali pengikat harus atas persetujuan Konsultan Supervisi
Konstruksi dan Direksi/Pengawas Pekerjaan Ganjal harus dibuat dari beton yang
dicor. Ganjal dari besi, jepit dan kawat pengikat harus berkwalitas sama dengan
bahan tulangan beton dan tebal selimut harus dibuat sesuai dengan spesifikasi.

3.13 Perkerasan Aspal

1. Lapis Resap Pengikat Dan Lapis Perekat


a. Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan
aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk
pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus
dihampar di atas permukaan yang bukan beraspal (misalnya Lapis
Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas
permukaan yang beraspal (seperti Lapis Penetrasi Macadam, Laston,
Lataston dll).

b. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :

Pd S-02-1995-03
(AASHTO M82 - 75) : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang
Pd S-01-1995-03
(AASHTO M208 - 87) : Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik

AASHTO :

AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement


AASHTO M140 - 88 : Emulsified Asphalt
AASHTO M226 - 80 : Viscosity Graded Asphalt Cement

Brirish Standards :

BS 3403 : Industrial Tachometers

c. Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang


kering atau mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya
pada permukaan yang benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap
Pengikat atau Lapis Perekat tidak boleh dilaksanakan waktu angin
kencang, hujan atau akan turun hujan.

d. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi


Ketentuan
Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang
dilapisi dan tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau
kelebihan aspal.
Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan
yang disemprot. Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik,
sebagai akibat dari bahan aspal yang didistribusikan sebagai butir-butir
tersendiri dapat diterima asalkan penampilannya kelihatan rata dan
keseluruhan takaran pemakaiannya memenuhi ketentuan.
Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal
harus sudah meresap ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian
bahan aspal yang dapat ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam
yang merata dan tidak berongga (porous). Tekstur untuk permukaan
lapis pondasi agregat harus rapi dan tidak boleh ada genangan atau lapisan
tipis aspal atau aspal tercampur agregat halus yang cukup tebal sehingga
mudah dikupas dengan pisau.
Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak
memenuhi ketentuan harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan
e. Bahan
1). Bahan Lapis Resap Pegikat
Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari
berikut ini:
i) Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi
lambat (slow setting) yang memenuhi AASHTO M140 atau Pd S-
01-1995-03 (AASHTO M208). Umumnya hanya aspal emulsi yang
dapat menun- jukkan peresapan yang baik pada lapis pondasi
tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi harus mengandung
residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak
kurang dari 50 % dan mempu- nyai penetrasi aspal tidak kurang
dari 80/100. Aspal emulsi untuk Lapis Resap pengikat ini tidak
boleh diencerkan di lapangan.
ii) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO
M20, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak
tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang
telah selesai sesuai dengan Pasal 6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain
oleh Direksi Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah
pada percobaan pertama harus dari 80 bagian minyak per 100
bagian aspal semen (80 pph kurang lebih ekivalen dengan
viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30).

2). Bahan Lapis Perekat


i) Aspal emulsi jenis Rapid Setting yang memenuhi ketentuan
AASHTO M140 atau Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208). Direksi
Pekerjaan dapat meng- ijinkan penggunaan aspal emulsi yang
diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1
bagian aspal emulsi.
ii) Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi
ketentuan AASHTO M20, diencerkan dengan 25 sampai 30 bagian
minyak tanah per 100 bagian aspal.

f. Peralatan
1). Ketentuan Umum
Kontraktor harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis
dan atau kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan
bahan aspal dan peralatan yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan
bahan aspal.

2) Distributor Aspal - Batang Semprot


a) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin
yang bermesin penggerak sendiri, memenuhi peraturan
keamanan jalan. Bilamana dimuati penuh maka tekanan ban
pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak boleh
melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.
b) Sistem tangki aspal, pemanasan, pemompaan dan penyemprotan
harus sesuai dengan ketentuan pengamanan dari Institute of
Petroleum, Inggris.
c) Alat penyemprot, harus dirancang, diperlengkapi, dipelihara dan
dioperasikan sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas
yang sudah merata dapat disemprotkan secara merata dengan
berbagai variasi lebar permukaan, pada takaran yang ditentukan
dalam rentang 0,15 sampai 2,4 liter per meter persegi.
d) Distributor aspal harus dilengkapi dengan batang semprot
sehingga dapat mensirkulasikan aspal secara penuh yang dapat
diatur ke arah horisontal dan vertikal. Batang semprot harus
terpasang dengan jumlah minimum 24 nosel, dipasang pada jarak
yang sama yaitu 10 1 cm. Distributor aspal juga harus dilengkapi
pipa semprot tangan.

3). Kinerja Distributor Aspal


i) Kontraktor harus menyiapkan distributor lengkap dengan
perlengkapan dan operatornya untuk pengujian lapangan dan
harus menyediakan tenaga-tenaga pembantu yang dibutuhkan
untuk tujuan tersebut sesuai perintah Direksi Pekerjaan. Setiap
distributor yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan kiner- janya
tidak dapat diterima bila dioperasikan sesuai dengan Grafik
Takaran Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan
atau tidak memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi dalam segala
seginya, maka peralatan tersebut tidak diperkenankan untuk
dioperasikan dalam pekerjaan. Setiap modifikasi atau penggantian
distributor aspal harus diuji terlebih dahulu sebelum
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
ii) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian
aspal yang dihasilkan oleh distributor aspal harus diuji dengan cara
melintaskan batang semprot di atas bidang pengujian selebar 25
cm x 25 cm yang terbuat dari lembaran resap yang bagian
bawahnya kedap, yang beratnya harus ditimbang sebelum dan
sesudah disemprot. Perbedaan berat harus dipakai dalam
menentukan takaran aktual pada tiap lembar dan
perbedaan tiap lembar terhadap takaran rata-rata yang diukur
melintang pada lebar penuh yang telah disemprot tidak boleh
melampaui 15 persen takaran rata-rata.
iii) Ketelitian yang dapat dicapai distributor aspal terhadap suatu
takaran sasaran pemakaian alat semprot harus diuji dengan cara
yang sama dengan pengujian distribusi melintang pada butir (b) di
atas. Lintasan penyemprotan minimum sepanjang 200 meter
harus dilaksanakan dan kendaraan harus dijalankan dengan
kecepatan tetap sehingga dapat mencapai takaran sasaran
pemakaian yang telah ditentukan lebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan. Dengan minimum 5 penampang melintang yang
berjarak sama harus dipasang 3 kertas resap yang berjarak
sama, kertas tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 0,5
meter dari tepi bidang yang disemprot atau dalam jarak 10 m dari
titik awal penyemprotan. Takaran pemakaian, yang diambil sebagai
harga rata-rata dari semua kertas resap tidak boleh berbeda
lebih dari 5 persen dari takaran sasaran. Sebagai alternatif,
takaran pemakaian rata-rata dapat dihitung dari pembacaan
tongkat ukur yang telah dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam
Pasal 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini. Untuk tujuan pengujian ini
minimum 70 persen dari kapasitas distributor aspal harus
disemprotkan.

4). Peralatan Penyemprot Aspal Tangan (Hand Sprayer)


Bilamana diijinkan oleh Direksi Pekerjaan maka penggunaan perlatan
penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti distributor
aspal.
Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus
selalu dijaga dalam kondisi baik, terdiri dari :
a) Tangki aspal dengan alat pemanas;
b) Pompa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga
aspal dapat tersemprot keluar;
c) Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur
keluarnya aspal (nosel).
Agar diperoleh hasil penyemprotan yang merata maka Kontraktor harus
menyediakan tenaga operator yang terampil dan diuji coba dahulu
kemampuannya sebelum disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
g. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal
i) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan
dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau
bahu jalan yang ada, semua kerusakan perkerasan maupun bahu
jalan harus diperbaiki menurut Spesifikasi ini.
ii) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan
dilaksanakan pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru,
perkerasan atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan
sepenuhnya
iii) Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut
standar butir (a) dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan
dilaksanakan.
iv) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus
dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau
kombinasi keduanya. Bilamana peralatan ini belum dapat
memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan
tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
v) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang
yang akan disemprot.
vi) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus
disingkirkan dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau
dengan cara lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan
perintah Direksi Pekerjaan dan bagian yang telah digaru tersebut
harus dicuci dengan air dan disapu.
vii) Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi
Agregat Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata,
rapat, bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya
mengandung agregat halus tidak akan diterima.
viii) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum
perkerasan telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

2) Pelaksanaan Penyemprotan
a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan
penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis
Resap Pengikat, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai
dengan cat atau benang.
b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan
aspal harus disemprotkan dengan batang penyemprot dengan
kadar aspal yang diperintahkan, kecuali jika penyemprotan
dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang sempit,
Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal
tangan (hand sprayer).
Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik
penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan
kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan nosel
harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama
pelaksanaan penyemprotan.
c) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal
harus satu lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian
yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-
sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar
20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh
lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan di lajur
yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula
lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari
pada lebar yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi
permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga
nosel, sama seperti permukaan yang lain.
d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan
bahan yang cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan
dihentikan sampai seluruh batas bahan pelindung tersemprot,
dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada
sepanjang bidang jalan yang akan disemprot.

Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum


daerah yang akan disemprot dengan demikian kecepatan
lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang
semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini
harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir.
e) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang
dari 10 persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang
terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan.
f) Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan
penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki
dengan meteran tongkat celup.
g) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan
penyemprotan, harus dihitung sebagai volume bahan aspal
yang telah dipakai dibagi luas bidang yang disemprot. Luas
lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang
lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan
jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai
harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan dari
Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut ini :

Toleransi takaran pemakaian


1% dari volume
tangki
= + (4 % dari takaran yg diperintahkan + -------------------------
--- )
Luas yang
disemprot
Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum
lintasan penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan bila perlu
diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya .
h) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada
ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi.
i) Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis
Perekat, bahan aspal yang berlebihan dan tergenang di atas
permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan
menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu
dari karet.
j) Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat
yang menun- jukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup
dengan bahan penyerap (blotter material) yang memenuhi dari
Spesifikasi ini sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan
penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah
penyemprotan Lapis Resap Pengikat.
k) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan
aspal harus dilabur kembali dengan bahan aspal yang sejenis
secara manual dengan kadar yang hampir sama dengan kadar di
sekitarnya.

h. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut
Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran
yang tercantum di bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana
pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
pengadaan dan penyemprotan seluruh bahan, termasuk bahan penyerap
(blotter material), penyemprotan ulang, termasuk seluruh pekerja,
peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam
Spesifikasi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran
n
2
6.1.(1) Lapis Resap Pengikat M
2
6.1.(2) Lapis Perekat M

2. Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) Dan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda)
a. Uraian Umum
Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface
dressing) yang dapat terdiri dari laburan aspal satu atau dua lapis, setiap lapis
diberi pengikat aspal dan kemudian ditutup dengan butiran agregat (chipping).
Pelaburan aspal (surface dressing) ini umumnya dihampar di atas Lapis Pondasi
Agregat Kelas A yang sudah diberi Lapis Resap Pengikat, atau di atas suatu
permukaan aspal lama.
b. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-2417-1991 .(AASHTO T96 - 87) : Metode Pengujian Keausan
Agregat dengan Mesin Los
Angeles
SNI 03-3407-1994 (AASHTO T104 - 86) : Metode Pengujian Sifat
Kekekalan Bentuk Batu terhadap
Larutan Natrium Sulfat dan
Magnesium Sulfat.

SNI 03-2439-1991 (AASHTO T182 - 84) : Metode Pengujian Kelekatan


Agregat Terhadap Aspal.

AASHTO :

AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement


AASHTO M226 - 80 : Viscisity Graded Asphaltic Cement
c. Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja
Pelaburan aspal harus disemprot hanya pada permukaan yang kering dan bersih,
serta tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
Pela- buran aspal harus dilaksanakan hanya selama musim kemarau dan
bilamana cuaca diperkirakan baik paling sedikit 24 jam setelah pengerjaan.
d. Standar Untuk Penerimaan dan Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak
Memenuhi Ketentuan
Direksi Pekerjaan akan memeriksa permukaan jalan sebelum pekerjaan pelaburan
dimulai, untuk mengetahui apakah permukaan jalan telah benar-benar disiapkan
dan dibersihkan sesuai ketentuan dalam Spesifikasi ini. Kontraktor tidak
diperkenankan memulai pekerjaan pelaburan sebelum mendapat ijin tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
BURTU atau lapisan pertama BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan
bebas dari bahan-bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh
penyapuan.
Lapisan kedua BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas dari bahan-
bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan. Lapisan
kedua BURDA tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan BURTU dan BURDA yang telah selesai, permukaannya harus
terlihat seragam, dan bentuknya menerus, terkunci rapat, harus kedap air tanpa ada
lubang- lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal.
Permukaan pekerjaan pelaburan aspal yang telah selesai harus dipelihara oleh
Kontraktor paling sedikit selama 3 hari agar tidak terdapat agregat yang lepas.
Pekerjaan BURTU dan BURDA yang tidak memenuhi ketentuan, harus diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dapat mencakup pembuangan
atau penambahan bahan, pembuangan seluruh bahan dan pekerjaan
penggantian atau pelaburan dengan BURTU atau BURDA untuk menghasilkan
pekerjaan yang meme- nuhi ketentuan.
e. Bahan
1) Agregat Penutup
i) Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, keras, kerikil pecah
atau batu pecah dari bahan yang awet, bebas dari kotoran, lempung, debu
atau benda lainnya yang dapat menghalangi penyelimutan yang menyeluruh
oleh aspal.
ii) Sumber agregat yang digunakan untuk memproduksi agregat penutup
harus memenuhi ketentuan berikut :
Keausan dengan Mesin Los Angeles : Maks. 30 %
(SNI 03-2417-1991)
Kelekatan Agregat Terhadap Aspal : Min. 95 %
(SNI 03-2439-1991)
iii) Agregat penutup harus dijaga agar tetap dalam keadaaan kering dan bebas
dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi ketentuan berikut :
Persentase berat kerikil pecah yang tertahan ayakan
4,75 mm yang mempunyai dua bidang pecah. : Min. 90 %
iv) Batas ukuran partikel agregat untuk BURTU dan untuk lapisan pertama
BURDA ditentukan dalam ukuran agregat terkecil, menurut Tabel di bawah
ini.

Tabel 6.2.2.(1) Ketentuan Ukuran Agregat

Ukuran Ukuran Persentase ukuran terkecil Persentase


nominal terkecil rata- rata-rata dalam batas 2,5 maksimum lolos
(mm) rata (ALD) mm dari ALD ayakan 4,75 mm

13 6,4 - 9,5 65 2

v) Agregat lapisan kedua untuk BURDA, harus mempunyai ukuran nominal 6


mm, dan harus memenuhi gradasi sesuai dengan ketentuan dari Tabel di
bawah, dan harus berbentuk kubikal.

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm)
3/8 9,5 100
6,35 95 - 100
No.8 2,36 0 - 15
No.200 0,075 0-8

2) Bahan Aspal
i) Bahan aspal yang dipakai harus dari jenis aspal semen Pen.80/100 atau
jenis Pen.60/70, memenuhi ketentuan AASHTO M20 - 70, diencerkan
memakai minyak tanah sesuai ketentuan Tabel 6.2.2.(3), tabel ini harus
dipakai untuk merancang bahan aspal.

Suhu Udara Perbandingan Minyak Tanah Terhadap Suhu Penyem-


(C saat teduh) Aspal Pen. 80/100 Aspal Pen.60/70 protan (C)
20,0 11 13 157
22,5 9 11 162
25,0 7 9 167
27,5 5 7 172
Catatan :
a) pph = bagian minyak tanah per 100 bagian volume aspal.
b) Suhu penyemprotan yang sebenarnya harus berada dalam rentang
10 % dari nilai- nilai yang telah ditentukan dalam tabel di atas.
c) Bilamana temperatur udara berada pada temperatur antara dari kolom
satu di atas, maka proporsi kerosen dan temperatur penyemprotan
yang dipilih haruslah temperatur yang terendah di antara keduanya.
Perkiraan rentang perubahan temperatur saat pengukuran dan
penyemprotan harus diperkirakan sebelumnya.
Bahan aspal yang dipanaskan pada temperatur penyemprotan
selama lebih dari 10 jam pada suhu penyemprotan seperti ditentukan
pada Tabel di atas atau telah dipanaskan melebihi 200 C, harus
ditolak.
ii) Bilamana pelaksanaan pelaburan terpaksa harus dilaksanakan dalam kondisi
yang kurang menguntungkan atau dalam kondisi cuaca tanggung, atau
kelekatan aspal terhadap agregat (SNI 03-2439-1991) dalam kondisi
tanggung Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui
penggunaan bahan anti pengelupasan (anti-stripping agent) untuk
meningkatkan ikatan antara agregat dan aspal. Bahan tambah (additive)
yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui Direksi Pekerjaan dan
proporsi yang diperlukan harus dicampur dalam bahan aspal sampai merata
sesuai dengan pabrik pembuatnya. Campuran ini harus disirkulasikan dalam
distributor minimum selama 30 menit pada kecepatan penuh pompa untuk
memperoleh campuran yang homogen.
iii) Bilamana pencampuran aspal, minyak tanah dan bahan tambah, jika
disetujui, harus dilakukan dalam distributor aspal, campuran ini harus
disirkulasikan dalam distributor minimum selama 30 menit pada kecepatan
penuh pompa untuk memperoleh campuran yang homogen.
3) Peralatan
i) Ketentuan Umum
Peralatan yang akan digunakan haruslah distributor aspal yang
mempunyai mesin penggerak sendiri, dua alat pemadat roda karet, alat
penebar agregat, paling sedikit 2 (dua) dump truck, sapu lidi dan sikat dan
perlengkapan untuk menuangkan drum dan untuk memanaskan bahan
aspal.
ii) Distributor Aspal
Distributor aspal harus memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini. Tangki
distributor harus benar-benar tersekat sempurna dalam menahan aliran
panas, dengan demikian apabila diisi penuh oleh bahan aspal pada
temperatur 150 C, turunnya panas tidak boleh melampaui 2,5 C per jam
dalam kondisi tidak sirkulasi.
iii) Alat Pemadat
Alat pemadat roda karet harus mempunyai lebar total tidak kurang dari 1,5
meter, dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri.
iv) Alat Penghampar Agregat
Peralatan penghampar agregat, harus mampu menghampar agregat
secara merata dalam takaran yang terkendali dengan lebar hamparan
minimum 2,4 meter. Suatu perlengkapan khusus harus dipasang pada
sisi badan truk sehingga lebar hamparan dapat disetel. Rancangan alat
penghampar agregat dan kecepatan penghamparan harus sedemikian
rupa sehingga menjamin tidak terjadinya penumpukan agregat pada
permukaan yang telah disemprot aspal. Paling sedikit harus disiapkan
2 truk penghampar agregat atau paling tidak disiapkan satu alat
penghampar agregat berupa mesin penebar agregat dengan penggerak
empat roda (four wheel drive belt spreader). Penebaran agregat secara
manual hanya boleh dilakukan bilamana digunakan peralatan sikat
hela.
v) Sikat
Sapu ijuk kasar untuk mendistribusi ulang agregat dan sebuah peralatan
sikat hela atau mekanis untuk menyingkirkan kelebihan agregat harus
disiapkan.
vi) Peralatan Lain
Peralatan lain yang boleh dipakai oleh Kontraktor untuk meningkatkan
kinerja dapat ditambahkan bilamana telah mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan.
4) Pelaksanaan Pekerjaan
i) Pekerjaan Persiapan Permukaaan Aspal Lama
a. Sebelum permukaan aspal lama dilabur, maka semua kotoran dan
bahan tidak dikehendaki lainnya harus dibersihkan dengan alat
penyapu mekanis atau kompresor atau kedua-duanya. Bilamana
hasil pembersihan tidak membe- rikan hasil yang merata, maka
bagian-bagian yang belum bersih harus dibersihkan secara manual
dengan sapu yang lebih kaku.
b. Pembersihan permukaan harus dilebihkan paling sedikit 20 sentimeter
dari tiap-tiap tepi yang akan disemprot.
c. Lubang-lubang atau tonjolan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki
harus disingkirkan dari permukaan dengan alat penggaru baja atau
cara lain yang disetujui dan bilamana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan maka lokasi yang telah digaru harus dicuci dengan air dan
disikat secara manual.
d. Pekerjaan pelaburan tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan
pembersihan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
e. Permukaan jalan lama tanpa penutup aspal, sebelum dilapisi BURTU
atau BURDA harus terlebih dahulu diberi Lapis Resap Pengikat, sesuai
ketentuan dari Spesifikasi ini. Bagian permukaan jalan yang sudah
diberi Lapis Resap Pengikat, harus diperiksa kembali
kesempurnaannya. Bilaman ditemui adanya lokasi-lokasi yang
belum tertutup Lapis Resap Pengikat harus dilabur ulang sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan. Pekerjaan semacam ini harus
dilaksanakan dan dibayar sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
Lapis Resap Pengikat harus dibiarkan sampai kering seluruhnya
dengan waktu paling sedikit 48 jam atau lebih sesuai petunjuk
Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai.
f. Semua lubang-lubang harus ditambal terlebih dahulu oleh Kontraktor
sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum pekerjaan pelaburan
aspal dimulai.
ii) Pemakaian Bahan Aspal
a) Penyemprotan bahan aspal harus dilaksanakan merata pada
semua titik.
Penyemprotan bahan aspal yang merata sesuai takaran yang
diperintahkan harus dilakukan dengan menggunakan peralatan
batang semprot dari distributor aspal kecuali pada lokasi yang
sempit dimana distributor aspal tidak praktis digunakan, maka Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian perlengkapan semprot tangan.
Distributor aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang
telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi batang
semprot dan kedudukan nosel harus disetel sesuai dengan
ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan
penyemprotan.
b) Suhu pada saat penyemprotan untuk BURTU dan BURDA tidak
boleh bervariasi melebihi 10 C dari harga-harga yang telah diberikan
dalam Tabel
c) Bilamana diperintahkan Direksi Pekerjaan bahwa lintasan
penyemprotan bahan aspal selebar satu lajur atau kurang maka harus
terdapat bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm
sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang
selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh diberi
agregat penutup sampai lintasan penyemprotan di lajur yang
bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar tepi
permukaan yang dibiarkan tetap terbuka ini mendapat semprotan dari
tiga nosel, sehingga mendapat takaran aspal yang sama seperti
permukaan yang lain. Lapis kedua BURDA harus mempunyai
sambungan yang bergeser paling sedikit 15 cm dari sambungan lapis
pertama.
d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan
yang cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan
sampai seluruh bahan pelindung tersemprot, dengan demikian semua
nosel bekerja dengan benar pada seluruh panjang jalan yang akan
dilabur.
Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah
yang akan disemprot, sehingga kecepatan lajunya dapat dijaga konstan
sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung
tersebut dan kecepatan ini harus dipertahankan sampai melewati
titik akhir. Bahan pelindung atas percikan aspal harus dikeluarkan dan
dibuang sedemikian hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
e) Sisa aspal dalam tangki distributor setelah penyemprotan selesai harus
dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki atau
sebesar yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, untuk mencegah
terperangkapnya udara (masuk angin) pada sistem penyemprotan
dan untuk mencegah kurangnya takaran penyemprotan.
iii) Menghampar Agregat Penutup
a) Sebelum bahan aspal digunakan, agregat penutup dalam bak truk di
lapangan harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menutup seluruh
bidang yang akan ditebar dengan agregat. Agregat tersebut harus
bersih dan dalam kondisi sedemikian sehingga dijamin akan melekat
ke bahan aspal dalam waktu 5 menit setelah penyemprotan aspal.
Penghamparan agregat tersebut harus dilaksanakan segera setelah
penyemprotan aspal dimulai dan harus diselesaikan dalam jangka
waktu 5 menit terhitung sejak selesainya penyemprotan atau
selesai dalam jangka waktu yang lebih singkat sesuai perintah
Direksi Pekerjaan.
b) Agregat harus dihampar merata di atas permukaan yang telah
disemprot aspal, dengan alat penghampar agregat yang telah disetujui
Direksi Pekerjaan. Setiap tempat yang tidak tertutup agregat harus
segera ditutup kembali secara manual sampai seluruh permukaan
tertutup agregat dengan merata. Setiap hamparan agregat yang
melebihi jumlah takaran yang disyaratkan atau diperintahkan harus
dihamparkan dan didistribusikan kembali dengan merata di atas
permukaan jalan dengan sapu hela, atau disingkirkan dengan cara lain
dan ditumpuk sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
iv) Penyapuan dan Penggilasan
a) Segera setelah penghamparan agregat penutup hingga diterima oleh
Direksi Pekerjaan, maka hamparan agregat tersebut harus digilas
dengan dua alat pemadat roda karet. Penggilasan harus dilanjutkan
sampai seluruh permukaan telah mengalami penggilasan sebanyak
enam kali.
b) Permukaan jalan kemudian harus dibersihkan dari agregat yang
berkelebihan, sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
v) Pengukuran Dan Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut
Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang telah
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan
pembayaran itu harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan
penghamparan seluruh bahan, termasuk seluruh pekerja, peralatan,
perlengkapan, dan biaya tidak terduga yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan seperti diuraikan dalam Spesifikasi ini.
Nomor Mata Uraian Satuan
Pembayaran Pengukuran

6.2.(1) Agregat Penutup BURTU Meter Persegi

6.2.(2) Agregat Penutup BURDA Meter Persegi

6.2.(3) Bahan Aspal untuk Pekerjaan Pelaburan Liter

3. Campuran Beraspal Panas


1). Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata,
lapis pondasi atau lapis aus campuran aspal yang terdiri dari agregat dan bahan
aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran, serta
menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau
permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan
memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam
Gambar Rencana.
Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi
rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas,
kelenturan dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana.
2). Jenis Campuran Aspal
i) Latasir (Sand Sheet) Kelas A dan B
Campuran-campuran ini ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas ringan,
khususnya pada daerah dimana agregat kasar sulit diperoleh. Pemilihan Kelas
A atau B terutama tergantung pada tebal nominal minimum. Campuran Latasir
biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat
yang disyaratkan.
ii) Lataston (HRS)
Lataston terdiri dari dua macam campuran, Lataston Lapis Pondasi (HRS-
Base) dan Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course) dan ukuran
maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. Lataston Lapis
Pondasi (HRS-Base) mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar
daripada Lataston Lapis Permukaan (HRS - Wearing Course).
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang
sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi. Dua
kunci utama adalah :
a) Gradasi yang benar-benar senjang. Agar diperoleh gradasi senjang,
maka hampir selalu dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat
pecah mesin. Bilamana pasir (alam) halus tidak tersedia untuk
memperoleh gradasi senjang maka campuran Laston bisa digunakan.
b) Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus
memenuhi ketentuan yang ditunjukkan dalam Spesifikasi ini.
iii) Laston (AC)
Laston (AC) terdiri dari tiga macam campuran, Laston Lapis Aus (AC-WC),
Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base) dan
ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm,
37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer
atau Aspal dimodifikasi dengan Aspal Alam atau Aspal Multigrade disebut
masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base
Modified.
3). Bahan
i) Agregat Umum
a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus
perbandingan campuran, memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan
b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini.
c) Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menumpuk setiap
fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran aspal, paling sedikit untuk
kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan harus
dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan campuran aspal satu bulan
berikutnya
d) Dalam pemilihan sumber agregat, Kontraktor dianggap sudah
memperhitung- kan penyerapan aspal oleh agregat. Variasi kadar
aspal akibat tingkat penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat
diterima sebagai alasan untuk negosiasi kembali harga satuan dari
Campuran Aspal.
e) Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %.
f) Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda
lebih dari 0,2.
ii) Agregat Kasar
a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan No.8 (2,36 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih,
keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak
dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan.

b) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan.
Ukuran maksimum (maximum size) agregat adalah satu ayakan yang
lebih besar dari ukuran nominal maksimum (nominal maximum size).
Ukuran nominal maksimum adalah satu ayakan yang lebih kecil dari
ayakan pertama (teratas) dengan bahan tertahan kurang dari 10 %.
c) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan.
Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap
berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah
satu atau lebih
d) Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.

iii) Agregat Halus


a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan
No.8 (2,36 mm).
b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan
terpisah dari agregat kasar.
c) Pasir dapat digunakan dalam campuran aspal. Persentase
maksimum yang disarankan untuk Laston (AC) adalah 15%.
d) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus
harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam
Spesifikasi ini. Agar dapat memenuhi ketentuan Pasal ini batu pecah
halus harus diproduksi dari batu yang bersih. Bahan halus dari
pemasok pemecah batu (crusher feed) harus diayak dan ditempatkan
tersendiri sebagai bahan yang tak terpakai (kulit batu) sebelum proses
pemecahan kedua (secondary crushing).
e) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus
dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok
penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa
sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan
baik.
iv) Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Aspal
a) Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone
dust), semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non
plastis lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Pekerjaaan.
Bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki.
b) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari
gumpalan- gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SK SNI
M-02-1994-03 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75
micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.
c) Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan
sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum
yang diijinkan adalah 1,0 % dari berat total campuran aspal.
v) Bahan Aspal Untuk Campuran Beraspal
i) Tabel Persyaratan Aspal Keras Pen 60

No. Jenis Pengujian Metode Persyarata


n
1. Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 detik; 0,1 SNI 06-2456- 60 79
1991 48 58
2. Titik Lembek; C
mm SNI 06-2434-
199106-2433-
3. Titik Nyala; C SNI Min. 200
1991
4. Daktilitas, 25 C; cm SNI 06-2432- Min. 100
5. Berat jenis 1991
SNI 06-2441- Min. 1,0
6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % 1991
SNI 06-2438- Min. 99
7. berat
Penurunan Berat (dengan TFOT); % 1991
SNI 06-2440- Max. 0,8
8. berat
Penetrasi setelah penurunan berat; % 1991
SNI 06-2456- Min. 54
9. asli
Daktilitas setelah penurunan berat; % 1991
SNI 06-2432- Min. 50
10 asli
Uji bintik (spot Tes) 1991
. - Standar Naptha AASHTO T. 102 Negatif
- Naptha Xylene
- Hephtane Xylene
Catatan : Penggunaan pengujian spot tes adalah pilihan (optional).
Apabila disyaratkan direksi dapat menentukan pelarut
yang akan digunakan, naptha, naptha xylene atau heptane
xylane.
ii) Tabel Persyaratan Aspal Polimer
No. Jenis Metode Persyaratan
Pengujian
1. Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 detik; 0,1 SNI 06-2456- 50 80
199106-2434-
2. Titik Lembek; C
mm SNI Min. 54
1991
3. Titik Nyala; C SNI 06-2433- Min. 225
1991
4. Daktilitas, 25 C; cm SNI 06-2432- Min. 50
5. Berat jenis 1991
SNI 06-2441- Min. 1,0
6. Kekentalan pada 135: cSt 199106-6721-
SNI 300-2000
2002
7. Stabilitas Penyimpanan pada 163 oC
selama
48 jam SNI 06-2434- Maks. 2
8. Kelarutan dalam 199106-2438-
- Perbedaan TitikTrichlor
Lembek; Ethylen;
C % SNI Min. 99
9. berat
Penurunan Berat (dengan TFOT); beratSNI199106-2440- Max. 1,0
10 Pebedaan Penetrasi setelah TFOT; % 1991
SNI 06-2456- Maks.
40
asli 1991
11 Perbedaan Titik Lembek setelah TFOT; SNI 06-2434- Maks. 6,5
% 1991
asli
12 Elastic recovery pada 25 C; % Min. 30

iii) Tabel Persyaratan Aspal Dimodifikasi Dengan Aspal Alam


No. Jenis Pengujian Metode Persyarata
n
1. Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 detik; 0,1 SNI 06-2456- 40 55
199106-2434-
2. Titik Lembek; C
mm SNI Min. 55
1991
3. Titik Nyala; C SNI 06-2433- Min. 225
1991
4. Daktilitas, 25 C; cm SNI 06-2432- Min. 50
5. Berat jenis 1991
SNI 06-2441- Min. 1,0
6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % 1991
SNI 06-2438- Min. 90
7. berat
Penurunan Berat (dengan TFOT); % 1991
SNI 06-2440- Max. 2
8. berat
Penetrasi setelah kehilangan berat; % 1991
SNI 06-2456- Min. 55
9. asli
Daktilitas setelah TFOT; % asli 1991
SNI 06-2432- Min. 50
10 Mineral Lolos Saringan No. 100; % * 1991
SNI 03- Min.90
Catatan : * Hasil Ekstraksi 19681990
4. Agregat Lapis Pondasi (Macadam)
i) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapis permukaan atau lapis pondasi terbuat dari
agregat yang distabilisasi oleh aspal. Pekerjaan ini dilaksanakan dimana biaya
untuk menggunakan campuran aspal panas tidak mencukupi dan/atau penyediaan
instalasi campuran aspal sulit dilaksanakan akibat situasi lingkungan.
ii) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-2417-1991 (AASHTO T96 - 87) : Metode Pengujian Keausan
Agregat dengan Mesin Los Angeles.
SNI 03-2439-1991 (AASHTO T182 - 84) : Metode Pengujian Kelekatan Agregat
Terhadap Aspal.
Pd S-03-1995-03 (AASHTO M81 - 90) : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Cepat.
Pd S-02-1995-03 (AASHTO M82 - 75) : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang.
Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208 - 87) : Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik.
AASHTO :

AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement.


AASHTO M140 - 88 : Emulsified Asphalt.
British Standards :
BS 812 Part I : 1975 : Flakiness Index.
iii) Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja
Lapis Penetrasi Macadam tidak boleh dilaksanakan pada permukaan yang
basah, selama hujan atau hujan akan turun. Aspal emulsi tidak boleh disemprotkan
setelah jam 15.00. Bilamana digunakan aspal panas maka temperatur perkerasan
saat aspal disemprotkan tidak boleh kurang dari 25 C.
iv) Bahan
a) Umum
Bahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat penutup
(hanya digunakan untuk lapis permukaan) dan aspal.
Setiap fraksi agregat harus disimpan terpisah untuk mencegah
tercampurnya antar fraksi agregat dan harus dijaga agar bersih dari benda-
benda asing lainnya.
b) Agregat harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet, bebas dari lumpur dan
benda-benda yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi ketentuan yang
diberikan dalam Tabel

Ketentuan Agregat Pokok dan Pengunci

Pengujian Standar Nilai


Abrasi dengan mesin Los Angeles pada SNI 03-2417-1991 Maks. 40 %
500 putaran
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
Indeks Kepipihan BS 812 Part I Maks.25 %
1975
Agregat harus, bilamana diuji sesuai dengan SNIArticle 7.3
03-1968-1990, memenuhi
gradasi yang diberikan

Tabel Gradasi Agregat


Ukuran Ayakan % Berat Yang Lolos
Tebal Lapisan (cm)
ASTM (mm) 7 - 10 5-8 4-5
Agregat Pokok :
3 75 100
2 63 90 - 100
2 50 100 95 - 100
1 38 35 - 100 95 -
1 25 70 35 - 100
19 0 - 15 70 -
0-5 0 - 15 0-5
- 0-5
Agregat Pengunci :
1 25 100 100 100
19 95 - 95 - 95 -
3/8 9,5 100 100 100
Agregat Penutup : 0-5 0-5 0-5
12,7 100 100 100
3/8 9,5 85 - 85 - 85 -
No. 4,75 100 100 100
4 2,36 10 - 10 - 10 -
c) Aspal No.8 30 30 30
Bahan aspal haruslah salah satu dari0 berikut
- 10 ini : 0 - 10 0 - 10
i) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi AASHTO M20.
ii) Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan Pd S-01-1995-03
(AASHTO M208) atau RS1 atau RS2 yang memenuhi ketentuan AASHTO
M140.
iii) Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang
memenuhi ketentuan Pd S-03-1995-03, atau aspal cair penguapan sedang
(medium curing) jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan Pd S-
02-1995-03.
Jenis aspal lainnya mungkin dapat digunakan dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
d) Kuantitas Agregat Dan Aspal
Kuantitas agregat dan aspal harus diambil dari Tabel 6.6.3.(1) dan Tabel
6.6.3.(2) serta harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan
sebelum pekerjaan dimulai. Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan
selama Kontrak jika dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh
mutu pekerjaan yang disyaratkan.
Tabel 6.6.3.(1) : Lapen Sebagai Lapis Permukaan
Tebal Agregat Aspal Agregat Aspal Agrega
Lapisa Pokok Resid Pengun Resid t
n (cm) (kg/m2 u ci u Penutu
7 - 10 5 )- 8 4-5 (kg/m (kg/m2) (kg/m p
10 200 2)
8,5 25 2)
1,5 14 2
(kg/m
9 180 7,5 25 1,5 ) 14
8 160 6,5 25 1,5 14
8 152 6,0 25 1,5 14
7 140 5,5 25 1,5 14
7 133 5,2 25 1,5 14
6 114 4,4 25 1,5 14
5 105 3,7 25 1,5 14
5 80 2,5 25 1,5 14

Tabel 6.6.3.(2) : Lapen sebagai Lapis Pondasi (Perata)


Tebal Agregat Aspal Agregat
Lapisa Pokok Residu Pengunci
n (cm) 5 - 82
7 - 10 (kg/m 4-5 (kg/m2 (kg/m2
8,5 200 ) )
8,5 )
25
7,5 180 7,5 25
6,5 160 6,5 25
6,5 152 6,0 25
5,5 140 5,5 25
5,5 133 5,2 25
4,4 114 4,4 25
3,7 105 3,7 25
3,7 80 2,5 25

Catatan :
Aspal Residu adalah bitumen tertinggal setelah semua bahan pelarut atau
pengemulsi telah menguap.
v) Peralatan
Peralatan berikut ini harus disediakan untuk :
a) Penumpukan Bahan
Dump Truck
Loader
b) Di Lapangan
i) Mekanis.
Penggilas tandem 6 - 8 ton atau penggilas beroda tiga 6 - 8 ton.
Penggilas beroda karet 10 - 12 ton (jika diperlukan).
Distributor aspal atau hand sprayer sesuai dengan ketentuan
Truk Penebar Agregat.
ii) Manual.
Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak dorong, dan
peralatan kecil lainnya.
Ketel aspal.
Penggilas seperti cara mekanis.
vi) Pelaksanaan
a) Persiapan Lapangan
Permukaan yang diperbaiki dengan Penetrasi Macadam harus disiapkan
seperti di bawah ini :
i. Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut rancangan
potongan melintang.
ii. Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan seperti
debu dan bahan lepas lainnya. Lubang-lubang dan retak-retak harus
diperbaiki sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Umum.
iii. Permukaan aspal lama harus diberikan Lapis Perekat sesuai dengan
ketentuan dalam Spesifikasi ini, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
b) Penghamparan dan Pemadatan
1) Umum
Agregat dan aspal harus tersedia di lapangan sebelum pekerjaan
dimulai. Kedua bahan tersebut harus dijaga dengan hati-hati untuk
menjamin bahwa bahan tersebut bersih dan siap digunakan.
Selama pemadatan agregat pokok dan agregat pengunci, kerataan
permukaan harus dipelihara. Bilamana permukaan yang telah dipadatkan
tidak rata, maka agregat harus digaru dan dibuang atau agregat
ditambahkan seperlunya sebelum dipadatkan kembali.
Temperatur penyemprotan aspal harus sesuai dengan Tabel
JENIS ASPAL TEMPERATUR PENYEMPROTAN (C)
60/70 Pen. 165 - 175
80/100 Pen. 155 - 165
Emulsi kamar, atau sebagaimana petunjuk pabrik
Aspal Cair RC/MC 250 80 - 90
Aspal Cair RC/MC 800 105 - 115
Bilamana jenis aspal lain digunakan, temperatur penyemprotan harus
disetujui
Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
2) Metode Mekanis
a) Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok
Truk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan
yang sedemikian hingga kuantitas agregat adalah seperti yang
disyaratkan dan diperoleh permukaan yang rata.
Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat 6 - 8 ton
yang bergerak dengan kecepatan kurang dari 3 km/jam. Pemadatan
dilakukan dalam arah memanjang, dimulai dari tepi luar hamparan dan
dijalankan menuju ke sumbu jalan. Lintasan penggilasan harus
tumpang tindih (overlap) paling sedikit setengah lebar alat pemadat.
Pemadatan harus dilanjutkan sampai diperoleh permukaan yang rata
dan stabil (minimum
6 lintasan).
b) Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci.
Segera setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus
ditebarkan pada takaran yang disyaratkan dan dengan cara yang
sedemikian hingga tidak ada roda yang melintasi lokasi yang belum
tertutup bahan aspal. Takaran penebaran harus sedemikian hingga,
setelah pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok
terisi dan agregat pokok masih nampak.
Pemadatan agregat pengunci harus dimulai segera setelah penebaran
agregat pengunci dan harus seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi
ini. Bilamana diperlukan, tambahan agregat pengunci harus
ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan di atas
permukaan selama pemadatan. Pemadatan harus dilanjutkan sampai
agregat pengunci tertanam dan terkunci penuh dalam lapisan di
bawahnya.
c) Penebaran dan Pemadatan Agregat Penutup (untuk Lapis Permukaan).
Segera setelah penyemprotan aspal, agregat penutup harus ditebarkan
pada takaran yang disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian
hingga tidak ada roda yang melintasi lokasi yang belum tertutup bahan
aspal.
Pemadatan agregat penutup harus dimulai segera setelah penebaran
agregat penutup. Bilamana diperlukan, tambahan agregat penutup
harus ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan di
atas permukaan sehingga seluruh rongga-rongga dalam permukaan
agregat pengunci terisi selama pemadatan. Pada saat penyelesaian
pemadatan, kelebihan agregat penutup harus disapu dari permukaan.
3) Metode Manual
a) Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok.
Jumlah agregat yang ditebar di atas permukan yang telah
disiapkan harus sebagaimana yang disyaratkan. Kerataan
permukaan dapat diperoleh dengan keterampilan penebaran dan
menggunakan perkakas tangan seperti penggaru. Pemadatan harus
dilaksanakan seperti yang disyaratkan untuk metode mekanis.
b) Penyemprotan Aspal diatas Agregat Pokok
Penyemprotan aspal dapat dikerjakan dengan menggunakan penyem-
prot tangan (hand sprayer) dengan temperatur aspal yang disyaratkan.
Takaran penggunaan aspal harus serata mungkin dan pada takaran
penyemprotan yang disetujui, sesuai dengan Tabel. Cara penggunaan
harus memenuhi ketentuan dalam
Spesifikasi ini
4) Pemeliharaan Agregat Pengunci
Bilamana terdapat keterlambatan antara pengerjaan lapis agregat pengunci
dan lapis berikutnya, Kontraktor harus memelihara permukaan agregat
pengunci dalam kondisi baik sampai lapis berikutnya dihampar.
vii) Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu harus memenuhi ketentuan di bawah ini :
1) Penyimpanan untuk setiap fraksi agregat harus terpisah untuk menghindarkan
tercampurnya agregat, dan harus dijaga kebersihannya dari benda asing.
2) Penyimpanan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu agar supaya tidak
terjadi kebocoran atau kemasukan air.
3) Suhu pemanasan aspal harus seperti yang disyaratkan dalam Tabel
4) Tebal Lapisan
Tebal padat untuk lapisan penetrasi macadam harus berada di dalam toleransi
1cm. Pemeriksaan untuk ketebalan lapis penetrasi macadam harus seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
5) Kerataan Permukaan Sewaktu Pemadatan.
Pada setiap tahap pemadatan, kerataan permukaan harus dijaga. Bahan harus
ditambah pada tiap tempat di mana terdapat penurunan.
6) Kerataan Pemadatan Agregat Pokok.
Kerataan harus diukur dengan menggunakan mistar lurus yang panjangnya 3
meter. Punggung jalan yang ambles tidak melebihi dari 8 mm.
7) Sambungan memanjang dan melintang harus diperiksa dengan cermat.
viii) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana disyaratkan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak
per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah ini dan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, produksi, pencampuran dan
penghamparan seluruh bahan, termasuk semua pekerja, alat, pengujian, alat-alat kecil
dan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan seperti yang diuraikan
dalam Seksi ini.
Nomor Mata Uraian Satuan
Pembayaran Pengukuran
6.6.(1) Lapis Permukaan Penetrasi Macadam Meter Kubik
6.6.(2) Lapis Pondasi/Perata Penetrasi Macadam Meter Kubik

PEDOMAN PELAKSANAAN GROUTING

Pekerjaan sementasi (grouting) pada umumnya dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut;
1. Pembuatan lubang grouting dengan pengeboran sampai kedalaman yang ditentukan
2. Pencucian lubang bor dari kotoran yang melekat dan mengendap pada dasar lubang (biasanya
menggunakan air pemboran / air pembilas yang bersih)
3. Uji permeabilitas (tes air bertekanan) sebelum pelaksanan grouting
4. Injeksi grouting dimulai dari yang encer (1 : 10) ke yang lebih kental
5. Backfill lubang bor (kalau menggunakan metode down stage)
Adapan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan grouting adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan grouting harus dimulai dari lubang primer, sekunder dan seterusnya hingga di
5
dapatkan nilai permeabilitas (lugion) makin mengecil ( K 10 ), Adapun penyiapan titik grouting
harus disiapkan lebih dahulu,
2. Metode pemindahan titik grout yang akan diterapkan adalah pisahspasi (split spacing) atau
lompat katak (ship and loop)
3. Pelaksanaan grouting dimulai dari row paling luar ke dalam mendekati As Bendungan (bersifat
menutup.
4. Selesai pengeboran kedalaman lubang bor harus dicek apakah sudah sesuai dengan kedalaman
dan urutan grouting
5. Sesaat sebelum grouiting, test tekanan air harus dilaksanakan dalam waktu 10 menit , dengan
menggunakan tekanan maksimum yang diijinkan sesuai kedalaman. Kecuali untuk lubang Pilot
hole dan Check hole, selain diambil contoh batuan(coring) juga dilaksanakan uji permeabilitas
yang dilakukan 5 kali pengetesan masing-masing 10 menit setiap tekanan.
6. Pada waktu tes air / grouting, tekanan yang dilakukan tidak boleh melampoi tekanan maksimum
yang diijinkan untuk setiap kedalaman.
7. Kalau hasil perhitungan tes lugeon betul dengan nilai lugean (permeabilitas) kecil, maka
masuknya semen juga kecil (sedikit), demikian sebaliknya dengan lugeon besar, maka masuknya
semen pun akan banyak.
8. Flow meter yang digunakan utuk test air (water test) harus dikalibrasi, supaya hasil perhitungan
debit air tidak keliru.
9. Pada waktu pemboran kalau terjadi water loss (kehilangan air) atau adanya air artesis (kelebihan
air keluar), menandakan adanya retakan-retakan atau rongga yang berhubungan, pelaksanaan
pemboran bisa dilaksanakan dengan pemboran kering (tampa air pembilas), kalau kesulitan
lubang bor harus digrouting dengan tekanan maksimum sesuai kedalam.
10. Perlu dicheck banyaknya semen di grout plan sebelum dan sesudah operasi grouting. Banyaknya
sak semen yang kosong harus sesuai dengan masuknya semen dalam lubang bor kalau tekanan
besar biasanya masuknya juga besar.
11. Dalam pelaksanan grouting harus di kontrol /check jangan sampai ada kebocoran, kalau terjadi
kebocoran harus segera disumbat, atau grouting dihentikan.
12. Kalu terjadi kebocoran pada lubang bor yang berdekatan, maka lubang bor harus ditutup dengan
pecker yang dilengkapi dengan alat pengukur tekanan (pressure gouge). Lubang bor tersebut
juga dianggap sudah selesai apabila tekanan dari stage yang akan digrouting sama dengan
tekanan pada lubang bor yang memberikan kebocoran.
13. Check peralatan dan perlengkapan grouting, harus sesuai degan persyaratan/spesifikasi, putaran
mixer dan agitator, tekanan dan kapasitas pompa grouting, selang sirkulasi harus terhubung
dengan benar serta standpipe fittings untuk check bleeding dan control tekanan.
14. Untuk menghindari kebocoran dalam lubang bor, kalau kondisi batuan yang digrouting baik(keras
dantidak banyak rongga) packer menggunakan cara mekanik (mechanical packer), sedangkan
batuan yang jelek ( banyak rongga dan mudah pecah) sebaiknya packer menggunakan yang
inflated ( dipompa)
15. Kondisi batuan jelek, pelaksanaan grouting harus menggunakan metode down stage grouting,
sedang kondisi batuan baik , pelaksanaan grouting bisa menggunakan metode upstage grouting
(dari bawah keatas)
16. Pada kondisi batuan yang banyak rekahan dipermukan tau batuan yang lunak yang tidk bisa
(kuat) menahan packer, permukaan lubang harus dipasang casing (standpipe) atau dibuat grout
caps.
17. Chek lubang yang mau digrouting apakah sudah sesuai urutan dan prosedur grouting. Dan kalau
sudah selesai grouting, plot pada denah dan penampang lubang grouting yang ditempel pada
Grout Plant, agar pelaksanaan lubang berikutnya dengan mudah dapat ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai