STOIKIOMETRI
Oleh:
Muh. Rasyid Indrawan
NIM. 1105025026
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah
satu tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia. Makalah ini secara garis besar
membahas mengenai stoikiometri dalam ilmu kimia.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs. M. Rusydi Ahmad, M. Hum sebagai dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia yang senantiasa memberikan petunjuk, arahan, dan motivasi selama
mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik yang berguna bagi kesempurnaan
makalah ini sangat diharapkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita pernah melihat sesorang yang sedang
membuat kue. Perlu diketahui bahwa kue dibuat menurut resep atau formula
tertentu, yaitu perbandingan antara bahan-bahan yang diperlukan. Hal yang
kira-kira sama juga berlaku dalam reaksi kimia. Setiap senyawa kimia
memiliki komposisi tertentu. Sehingga, untuk membuat suatu senyawa melalui
reaksi kimia, harus diperhitungkan campuran bahan-bahan dalam perbandingan
tertentu. Hal inilah yang menjadi pembahasan dalam makalah ini. Hal-hal yang
akan dibahas yaitu tentang perbandingan unsur-unsur dalam senyawa, serta
perbandingan zat-zat dalam reaksi kimia.
Hal yang pertama kita sebut stoikiometri senyawa, sedangkan yang
kedua kita sebut stoikiometri reaksi. Istilah stoikiometri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur, dan metron yang berarti
mengukur. Jadi, stoikiometri berarti perhitungan kimia. Konsep-konsep yang
mendasari perhitungan kimia adalah massa atom relatif, rumus kimia,
persamaan reaksi, dan konsep mol. Oleh karena itu, sebelum masuk ke dalam
perhitungan kimia, akan dibahas berbagai konsep tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1) Apa-apa saja hukum-hukum dasar dalam perhitungan kimia?
2) Bagaimana langkah-langkah dalam menuliskan persamaan reaksi?
3) Bagaimana perhitungan dengan menggunakan konsep mol?
4) Bagaimana cara menentukan rumus molekul dan empiris suatu senyawa?
5) Bagaimana cara untuk menyatakan konsentrasi suatu senyawa dalam
larutan?
1
C. Tujuan
Setelah membahas makalah ini pembaca diharapkan :
1. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam
perhitungan kimia (stoikiometri).
2. Mampu mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik
sederhana serta persamaan reaksinya.
3. Mampu membuktikan dan mengomunikasikan berlakunya hukum-hukum
dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam
menyelesaikan perhitungan kimia.
2
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
= 50 gram
3
= 6 gram
Kadar C = 100%
= 100%
= 12%
4. Hukum-Hukum Gas
Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT
dimana:
P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)
Perubahan-perubahan dari P, V, dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan
kondisi-kondisi tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut:
a. Hukum Boyle
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan n1 = n2
dan T1 = T2 ; sehingga diperoleh:
P1.V1 = P2.V2
4
b. Hukum Gay-Lussac
"Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi bila
diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai
bilangan bulat dan sederhana".
Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku:
d. Hukum Avogadro
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama
mengandung jumlah mol yang sama".
Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan STP (0 oC 1 atm) 1
mol setiap gas, volumenya 22,4 liter. Volume ini disebut sebagai volume
molar gas.
Contoh soal:
Berapa volume 8,5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27 oC dan tekanan 1
atm ? (Ar: H = 1 ; N = 14)
Jawab:
V2 = 12,31 liter
5
B. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi mempunyai sifat:
1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
2. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang
berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan
volume asalkan suhu dan tekanannya sama).
6
1. Tuliskan persamaan kerangka, yaitu persamaan reaksi yang belum setara,
dengan reaktan di ruas kiri dan hasil reaksi di ruas kanan.
2. Tetapkan koefisien zat/senyawa yang lebih rumit adalah satu.
3. Setarakan reaksi dengan mengatur koefisien reaktan dan hasil reaksi yang
lain.
C. Konsep Mol
Mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau
molekul-molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa
itu.
Jika bilangan Avogadro = L , maka:
L = 6,023 x 1023
1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.
1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersebut.
7
Jumlah partikel = n L
Contoh soal:
Berapa mol atom timbal dan oksigen yang dibutuhkan untuk membuat 5 mol
timbal dioksida (PbO2).
Jawab:
1 mol timbal dioksida tersusun oleh 1 mol timbal dan 2 mol atom oksigen (atau
1 mol molekul oksigen, O2). Sehingga terdapat
Atom timbal = 1 5 mol = 5 mol
Atom oksigen = 2 5 mol = 10 mol (atau 5 mol molekul oksigen, O2)
salah satu isotop karbon yang memiliki 6 proton dan 6 neutron. Unsur ini
dijadikan sebagai standar pembanding sebab unsur ini memiliki sifat
yang sangat stabil dengan waktu paruh yang panjang. Dengan
menetapkan massa atom C-12 sebesar 12 sma, kita dapat menentukan
massa atom unsur lainnya. Sebagai contoh, diketahui bahwa satu atom
hidrogen hanya memiliki massa 8,4% dari massa satu atom C-12.
Dengan demikian, massa satu atom hidrogen adalah sebesar 8,4% 12
sma atau 1,008 sma. Dengan perhitungan serupa, dapat diperoleh massa
satu atom oksigen adalah 16,00 sma dan massa satu atom besi adalah
55,85 sma. Hal ini berarti bahwa satu atom besi memiliki massa hampir
56 kali massa satu atom hidrogen.
8
b. Massa Atom Relatif (Ar)
Massa atom unsur sebenarnya belum dapat diukur dengan alat
penimbang massa atom, karena atom berukuran sangat kecil. Massa atom
unsur ditentukan dengan cara membandingkan massa atom rata-rata
9
Hubungan mol dan massa dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa
atom relatif (Ar) suatu zat dapat dicari dengan:
10
V : volume gas (liter)
n : jumlah mol gas
R : tetapan gas ideal (0,082 liter atm/mol K)
T : temperatur mutlak (Kelvin)
Contoh soal:
Suatu senyawa terdiri dari 60% karbon, 5% hidrogen, dan sisanya nitrogen.
Jika Mr senyawa itu = 80 (Ar C = 12 ; H = 1 ; N = 14). Tentukan rumus
empiris dan rumus molekul senyawa itu!
Jawab :
Persentase Nitrogen = 100% - ( 60% + 5% ) = 35%
11
Misal massa senyawa = 100 gram
Maka massa C : N : H = 60 : 35 : 5
Perbandingan mol C : mol H : mol N = 5 : 5 : 2,5
=2:2:1
Maka rumus empiris = C2H2N
(C2H2N) n = 80
(24 + 2 + 14) n = 80
(40) n = 80
n=2
Jadi rumus molekul senyawa tersebut = (C2H2N) 2
= C4H4N2
12
CuSO4 . x H2O(s) CuSO4 (s) + x H2O
5 gram 3,2 gram 1,8 gram
= 0.02 : 0,10
=1:5
Jadi Rumus hidrat dari tembaga (II) sulfat adalah CuSO4 . 5H2O.
F. Molaritas
Larutan merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah zat
terlarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk
menyatakan konsentrasi dan umumnya digunakan adalah dengan molaritas
(M). molaritas merupakan ukuran banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Dapat dituliskan sebagai berikut:
M=
G. Pereaksi Pembatas
Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang
dicampurkan tidak selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal
ini berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan habis bereaksi lebih dahulu.
X + 2Y XY2
13
Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, 1 mol
zat X membutuhkan 2 mol zat Y. Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas
dapat ditentukan dengan cara membagi semua mol reaktan dengan
koefisiennya, lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi terkecil,
merupakan pereaksi pembatas.
Contoh soal:
Diketahui reaksi sebagai berikut:
S(s) + 3F2(g) SF6(g)
Jika direaksikan 2 mol S dengan 10 mol F2
a. Berapa mol kah SF6 yang terbentuk?
b. Zat mana dan berapa mol zat yang tersisa?
Penyelesaian :
S + 3F2 SF6
Dari koefisien reaksi menunjukkan bahwa:
1 mol S membutuhkan 3 mol F2
Kemungkinan yang terjadi:
- Jika semua S bereaksi maka F2 yang dibutuhkan:
mol F2 = 2 mol S
= 3 2 mol
= 6 mol
Hal ini memungkinkan karena F2 tersedia 10 mol.
- Jika semua F2 habis bereaksi, maka S yang dibutuhkan:
mol S = 10 mol F2
= 0,333 10 mol
= 3,33 mol
Hal ini tidak mungkin terjadi, karena S yang tersedia hanya 2 mol.
Jadi yang bertindak sebagai pereaksi pembatas adalah S.
Banyaknya mol SF6 yang terbentuk = x mol S
a. mol SF6 = 1 x 2 mol = 2 mol
14
b. zat yang tersisa adalah F2, sebanyak = 10 mol 6 mol = 4 mol F2
2 : 3,33
(Nilai 2 < 3,33)
= 1 2 mol
= 2 mol
= 3 2 mol
= 6 mol
mol F2 sisa = mol tersedia - mol yang bereaksi
= 10 mol - 6 mol
= 4 mol
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh isi dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hukum kekekalan massa, hokum perbandingan tetap, dan hokum kelipatan
berganda adalah hukum-hukum dasar kimia.
2. Penyetaraan persamaan reaksi dilakukan dengan memberi koefisien yang
tepat dengan tidak mengubah indeks senyawa.
3. Satu mol setiap zat mengandung partikel sejumlah tetapan Avogadro (L),
yaitu 6,023 x 1023. Massa zat bergantung pada jumlah molnya, dimana
massa = mol Ar/Mr . Volume molar gas tidak bergantung pada jenisnya,
tetapi pada jumlah mol, suhu, dan tekanan pengukuran, dimana V = mol
Vm . Pada STP Vm = 22,4 liter/mol.
4. Rumus molekul dapat ditentukan dari rumus empiris, jika massa molekul
relatif (Mr) senyawa diketahui. Rumus empiris senyawa dapat ditentukan,
jika kadar unsur-unsurnya diketahui.
5. Konsentrasi suatu senyawa dalam larutan atau kemolaran larutan dinyatakan
dengan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.
M=
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu
dalam mengerjakan setiap soal stoikiometri diharapkan memahami dan
menguasai konsep hukum-hukum dasar kimia. Selain itu soal-soal stoikiometri
harus dikerjakan secara teliti. Sebab perhitungan yang diberikan biasanya
berbentuk hitungan bilangan pecahan desimal dan bilangan berpangkat
sehingga apabila tidak teliti dapat menyebabkan kesalahan dalam perhitungan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X Jilid 1. Phibeta Aneka Gama:
Jakarta.
Wiratmo, dkk. 1994. Ilmu kimia Jilid 1. Macanan Jaya Cemerlang: Klaten.
17