Anda di halaman 1dari 2

Contoh Kasus Transkultural Nursing pada Ibu Post Partum

Klien bernama Ny.M, berusia 25 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA.
Klien adalah seorang ibu rumah tangga. Suami klien Tn. W berumur 27 tahun, pendidikan
terakhir SMK, bekerja di pabrik. Suku jawa, dan keluarga klien terutama mertua klien sangat
kental dengan adat dan budaya jawa, Tn. W adalah satu-satunya tulang punggung keluarga.
Selain tinggal dengan Tn. W klien juga tinggal dengan mertuanya.
Seminggu yang lalu klien telah melahirkan anak pertamanya berjenis kelamin
perempuan dengan berat 3500 gram, panjang 50 cm secara Sectio Caesarea atas indikasi
panggul sempit, sehingga di perut klien terdapat luka jahitan Klien melahirkan di Rumah
Sakit Suka Lahir. Klien merasa melahirkan adalah suatu anugerah, namun klien merasa
belum menjadi seorang wanita yang sempurna, karena tidak dapat melahirkan secara
normal. Setelah pulang dari rumah sakit, atas perintah mertuanya setiap pagi klien jalan-
jalan dan membawa bayinya untuk berjemur mulai pukul 06.00-07.00 WIB dengan
tujuan agar bayi hangat. Serta setelah melahirkan ibu di haruskan memakai korset,
Penggunaan korset ini dipercaya akan membuat perut tidak bergelambir dan perut kembali
langsing. Hal tersebut sudah di lakukan secara turun-temurun.
Klien datang ke poli KIA RS. Suka Sehat untuk kontrol. Dari hasil kontrol di poli KIA
RS. Suka Sehat, luka klien dinyatakan mengalami penyembuhan yang lambat. Luka bekas
sectio caesaria masih terlihat basah, tanda dan gejala dehidrasi ditemukan, serta
kekurangan protein. Setelah mendengar pernyataan dari dokter, klien terlihat cemas.
Kemudian dilakukan pengkajian oleh perawat untuk mengetahui penyebab luka yang
tidak kunjung mengering. Dari hasil pengkajian ternyata didapatkan hasil bahwa klien
mempunyai pantangan makan ikan dan telur karena ditakutkan akan menimbulkan rasa
gatal pada luka bekas jahitan, klien tidak boleh minum air terlalu banyak karna akan
membuat luka tetap basah ( luka tidak cepat kering ) serta klien menggunakan korset yang
terlalu kencang.
Perawat memberikan penjelasan bahwa makanan yang menjadi pantangan klien adalah
makanan yang mengandung tinggi protein yang baik untuk proses penyembuhan luka.
Makanan pantangan tersebut dapat digantikan dengan sumber protein lain seperti tahu,
tempe, sari kedelai, kacang-kacangan, dll dan air merupakan bagian penting dari struktur sel
dan jaringan sehingga dapat mempercepat pembentukan jaringan baru dalam proses
penyembuhan luka. Sementara dokter memberikan rawat luka dan terapi oral antibiotik.
Klien menganggap anjuran perawat bertentangan dengan keyakinannya.

Anda mungkin juga menyukai