Denaturasi Protein
Denaturasi Protein
1. Suhu
Protein dengan residu asam amino hidrofobik lebih stabil daripada protein
hidrofilik.
- Ikatan disulfida
Adanya ikatan disulfida menyebabkan protein tahan terhadap denaturasi
pada suhu tinggi.
- Jembatan garam
Semakin tinggi kadar air maka protein menjadi semakin tidak stabil.
- Bahan tambahan
Contoh lain:
- Glisinin (protein cadangan pada kedelai)
Pada suhu 2 oC menggumpal dan mengendap, pada suhu kamar dapat larut
kembali.
- -kasein (bagian dari misel kasein pada susu)
Pada 4 oC aktivitas enzim hilang dan sub unitnya terpisah. Pada suhu kamar,
enzim dapat kembali aktif dan sub unitnya bergabung kembali.
2. Tekanan hidrostatis
- Pembentukan gel.
Pembentukan gel pada putih telur, larutan kedelai 16% dan larutan
aktomiosin 3% dilakukan pada tekanan 1 7 kbar, suhu 25 oC selama 30
menit. Gel yang terjadi karena tekanan umumnya lebih lunak daripada gel
yang terjadi karena panas.
- Pelunak daging
Apabila daging sapi diberi tekanan 1 3 kbar maka miofibril sebagian akan
lepas sehingga daging menjadi lunak. Kelebihan proses dengan tekanan
dibanding dengan panas:
- tidak merusak asam amino esensial
- tidak merusak warna dan flavor alami
- tidak menimbulkan komponen beracun
3. Gaya mekanik
B. CARA KIMIA
1. pH
Denaturasi karena pH bersifat reversibel, kecuali terjadi:
- hidrolisis sebagian pada ikatan peptida
- rusaknya gugus sulfhidril
- agregasi
Pada titik isoelektrik (pI) kelarutan protein akan berkurang sehingga protein
akan menggumpal dan mengendap.
2. Pelarut organik
5. Garam
2. Mekanisme
Denaturasi protein terjadi bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu
molekul protein berubah. Jika ikatan-ikatan yang membentuk konfigurasi molekul
tersebut rusak, molekul akan mengembang. Berikut ini merupakan beberapa
mekanisme denaturasi (Purnomo,2007) :
Denaturasi karena Panas Panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan
hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu
tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul
penyusun protein bergerak atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan
ikatan molekul tersebut. Protein telur mengalami denaturasi dan terkoagulasi
selama pemasakan. Beberapa makanan dimasak untuk mendenaturasi
protein yang dikandung supaya memudahkan enzim pencernaan dalam
mencerna protein tersebut. Pemanasan akan membuat protein bahan
terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi
karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen
yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan
kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung
pada kisaran suhu yang sempit.
Alkohol dapat merusak ikatan hidrogen Ikatan hidrogen terjadi antara gugus
amida dalam struktur sekunder protein. Ikatan hidrogen antar rantai samping
terjadi dalam struktur tersier protein dengan kombinasi berbagai asam amino
penyusunnya.
Denaturasi karena Asam dan basa Protein akan mengalami kekeruhan
terbesar pada saat mencapai ph isoelektris yaitu ph dimana protein memiliki
muatan positif dan negatif yang sama, pada saat inilah protein mengalami
denaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan timbulnya gumpalan.
Asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan
ionik. Sebuah tipe reaksi penggantian dobel terjadi sewaktu ion positif dan
negatif di dalam garam berganti pasangan dengan ion positif dan negatif
yang berasal dari asam atau basa yang ditambahkan. Reaksi ini terjadi di
dalam sistem pencernaan, saat asam lambung mengkoagulasi susu yang
dikonsumsi
Denaturasi karena Garam logam berat Garam logam berat mendenaturasi
protein sama dengan halnya asam dan basa. Garam logam berat umumnya
mengandung Hg+2, Pb+2, Ag+1 Tl+1, Cd+2 dan logam lainnya dengan
berat atom yang besar. Reaksi yang terjadi antara garam logam berat akan
mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak larut Protein
akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam. Pengendapan
oleh ion positif (logam) diperlukan ph larutan diatas pi karena protein
bermuatan negatif, pengendapan oleh ion negatif diperlukan ph larutan
dibawah pi karena protein bermuatan positif. Ion-ion positif yang dapat
mengendapkan protein adalah; Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++ dan
Pb++, sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein adalah;
ion salisilat, triklorasetat, piktrat, tanat dan sulfosalisilat .
Garam logam berat merusak ikatan disulfida Logam berat juga merusak
ikatan disulfida karena affinitasnya yang tinggi dan kemampuannya untuk
menarik sulfur sehingga mengakibatkan denaturasi protein.
Agen pereduksi merusak ikatan disulfida Ikatan disulfida terbentuk dengan
adanya oksidasi gugus sulfhidril pada sistein. Antara rantai protein yang
berbeda yang sama-sama memiliki gugus sulfhidril akan membentuk ikatan
disulfida kovalen yang sangat kuat. Agen pereduksi dapat memutuskan
ikatan disulfida, dimana penambahan atom hidrogen sehingga membentuk
gugus tiol; -SH
3. Dampak yang Ditimbulkan Pada produk
Denaturasi menimbulkan beberapa dampak pada produk , dampak dampak
tersebut diantaranya adalah hilangnya aktivitas enzim, penambahan kelarutan dan
dehidrasi, dan perubahan warna. Selain itu produk yang memiliki kandungan
protein akan mengalami kerusakan mulai dari kerusakan struktur primernya sampai
pada kerusakan struktur tersiernya (Purwaningsih,2007).
Denaturasi protein
Ciri-ciri suatu protein yang mengalami denaturasi bisa dilihat dari berbagai hal. Salah
satunya adalah dari perubahan struktur fisiknya, protein yang terdenaturasi biasanya mengalami
pembukaan lipatan pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, protein yang terdenaturasi akan
berkurang kelarutannya. Lapisan molekul yang bagian hidrofobik akan mengalami perubahan
posisi dari dalam ke luar, begitupun sebaliknya. Hal ini akan membuat perubahan kelarutan
DAPUS :
Stoker, H. Stephen. 2010. General, Organic, And Biological Chemistry Fifth Edition Page 684 . Cengage
Learning : Belmont, CA USA
Frederick A B, William H, Brown, dkk. 2010. Introduction to general, organic, and biochemistry. Kanada :
Nelson Education Ltd.
Uversky, Vladimir. N. 2007. Conformational Stability, Size, Shape and Surface of Protein Molecules . Nova
Science : New York
Vaclavik, Vickie. A dan Elizabeth W. Cristian. 2008. Essential of Food Science Third Edition. Springer
Science + Business Media : New York
Sumardjo Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Damarjo, Sumin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Damasceno, F, et al. 2008. Evaluation and Optimization Of Non Enzymatic Browning Of Cajuina During
Thermal Treatmentl. 1Vol. 25, No. 02, pp. 313 320, April June, 2008 Brazil