DOSEN PEMBIMBING :
Shanti Rosmaharani S.Kep.Ns,.M.Kep
Puji syukur saya sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah karena berkat
kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini
saya membahas Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Menjelang Ajal .
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia diatas 60 tahun (uu nomor 13
tahun 1998).Lanjut usia didefinisikan berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang
mengaanggap bahwa oarang telah tua jika menunjukan ciri fisik seperti rambut
beruban ,hilangnya gigi,kulit keriput,(Reimer,1999,staley and beare:2007).
WHO menggolongkan lansia berdasarkan kronologi biologis menjadi 4 kelompok
yaitu usia pertngahan (middle age) usia antara 45-59 tahun,lanjut usia (elderly)antara
60-74 tahun,lanju usia tua (old)berusia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) lebih
dari 90 tahun.
a. Tugas perkembangan lansia (bunside, 1979)(Duval,1977) (havighurts 1953)
dikutip oleh Potter dan Perry, 2005).
1) Menyesuaikan terhada penurunan kekuatan fisik dan kesehatan lansia harus
menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem
tubuh,perubahan penampilan dan fungsi.Hal ini tidak dikaitkan dengan
penyakit,tetapi adalah normal.
2) Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapat lansia umum
pensiun mempunyai ketergantungan sosial ,finansial selain itu kehilangan
prestasi,kewibawaan ,peranan,sosial dan sebagainya hal itu yang
memyebabkan stress tersndiri bagi lansia.
3) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Kehilangan ini sulit untuk diselesaikan,apalgi bagi lansia yang yang
menggantungkan hidupnya dari seorang yang meninggalkannya,dan sangat
berarti untuk dirinya melalui proses berdukalah lansia sedikit terbantu
menyesuaikan kehilangan ini.
4) Menermaa diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama
penuaan .mereka dapat memperlihatkan ketidak mmampuan sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi,meminta cucu cucunya memanggil
nenek atau kakek atau menolak bantuan dalam tugas yang menempatkan
keamanan mereka pada resiko yang benar.
2
5) Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupan
6) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak
anaknya yang telah dewasa ,masala keterlibatan,peran kertelibatan
peran,ketergantungan konflik,,perasaan bersalah dan kehilangan memerlukan
pengenalan dan resolusi
7) Menentukan cara untuk memperthankan kualitas hidup lansia haarus belajar
menerima aktifitas dan minat baru untuk mempertahankan kualitas
hidupnya.seseorang yang sebelumnya aktif dalam sosial sepanjang hidupnya
mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat
minat baru.
3
mengeluh curiga.menjadi tua tidak ada yang dianggap baik takut mati dan iri
hati dengan yang muda.
5. Tipe kepribadian defensive
Tipe ini selalu menolak bantuan, emosi tidak terkontrol,bersifat compulsif
aktif .mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa pensiun.
6. Tipe kepribadian kritik diri (self hate Personality)
Pada lansia ini umumnya terlihat sengsara ,karena perilakunya sendiri sulit
dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya .selalu menyalakan
diri,tidak memilik ambisi dan merasa korban keadaan.
4
2. Psikososial
Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kuber Ross
mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara
mendalam dari hasil penyelidikan/penelitiannya yaitu:
1. Respon kehilangan
Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka),
ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan tangan.
Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang
dan kemudian mengendor.
Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau
menanggis.
2. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidak mampuan
untuk
berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.
5
b. Marah (Anger)
Marah terhadap orang lain untuk hal-hal sepele: iritabel/sensitive.
c. Bargaining/tawar menawar
Mulai tawar menawar terhadap loss.
Mengekspresikan rasa bersalah , takut , putisment terhadap rasa berdosa, baik
nyata maupun imajinasi
d. Depresi
Rasa berduka terhadap apa yang terjadi.
Kadang bicara bebas atau menarik diri.
e. Acceptane/penermaan
Penurunan interest lingkungan sekitar.
Berkeinginan untuk membuat rencana rencana .
6
Asuhan keperwatan untuk pasien dan pemberi perawatan yang berduka
memerlukan rasa saling memberi yang sensitive, peduli dan empati.
Berbagai pendapat, perasaan dan ketenangan merupakan intervensi
keperawatan yang paling tepat . Bimbingan adaptif dapat membantu
mereka mempersiapkan orang yang menjelang ajal untuk mengahadapi
nyeri dan perasaan alamiah mereka yang berhubungan dengan proses
berduka .
Sekarat adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju kematian.
Dengan makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, meningkat pula jumlah
penderita penyakit kronis, yang pada suatu saat mengalami keadaan dimana tidak ada
sesuatu yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kemampuan melakukan aktivitas
sehari hari .
Bagi penderita yang keadaannya tidak sadar/koma dalam, semua fungsi organ jelas
tidak bisa membaik dengan berbagai pengobatan, keadaan yang jelas tidak member
harapan . Akan tetapi apabila penderita masih dalam kesadaran penh , dan masih
mampu bermobilisasi , dengan berbagai fungsi organ yang masih berfungsi, mka
persoalan etika hokum menjadi lebih rumit.
Dalam hal diatas yang menjadi masalah bagi praktek kedokteran di Indonesia adalah
bagaimana memberitahukan keadaan sebenarnya pada penerita yang sering kali
member beban psikologis sangat berat, sehingga keluarga kerapkali menyembunyikan
kebenaran dari klien . menurut hak azaz otonomi , seharusnya klien lah yang paling
berhak tahu atas kondisi kesehatan nya.
Perawat berkewajiban untuk berikan pandangan yang jelas mengenai makna
kematian bagi individu , keluarga sehingga perawatan klien menjelang ajal harus
nyaman dan terhormat. (Hockey,1989;Hurtig dan Steven,1990). Dying atau menjelan
ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju akhir (Kematian).
Kematian adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya ,tidak bernafas
selamabeberapa menit dan tidak menunjukan segala reflex, serta tidak ada kegiatan
otak.
7
a. Teori teori dying (menjelang ajal / sekarat)
Penulis yang paling dikenal dalam bidang kematian dan menjelang ajal adalah
Elizabeth KublerRoss. Hasil kerjanya membuat peka perawat , professional layanan
kesehatan dan konsumen terhadap proses menjelang ajal dan kebutuhan-kebutuhan
yang melekat pada orang yang menjelang ajal. Teorinya mengatakan bahwa orang
yang menjelang ajal mengalami lima tahap, dimulai dengan penyingkapan awal
terminalitas dan berakhir dengan momeng akhir kehidupan. Tahap l, penyangkalan
dan isolasi, biasanya mewakili pertahanan temporer yang digantikan dengan
penerimaan parsial. Penyangkalan ini tidak boleh diinterpretasikansebagai adaptasi
yang negative atau merendahkan. Sebagai pertahanan awal, penyangkalan
membantu seseorang dengan melindunginya dari ansietas dan ketakutan. Pada
Tahap II, kemarahan dan penyangkalan digantikan dengan perasaan marah , gusar ,
iri , kebencian,. Hal ini dianggap sebagai salah satu tahap yang paling sulit bagi
keluarga dan pemberi perawatan karena perasaan ini sering diarahkan pada mereka.
Selama Tahap III, tawar menawar, orang sering berupa negosiasi dengan Tuhan
untuk mendapatkan tambahan waktu. Tahap IV, depresi , meliputi 2 jenis
kehilangan : kehilangan yang terjadi di masalalu dan kehilangan hidup yang akan
terjadi. Yang disebut sebagai persiapan berduka oleh Kubler Ross. Tahap V ,
penerimaan , merupakan fase akhir dari proses menjelang ajal.
Amberton mengisolasi empat strategi koping utama yang digunakan oleh
orang yang menjelang ajal.: penyangkalan , ketergantungan , pemindahan , dan
regresi. Teorinya menekankan pada suatu pendekatan tim dalam merawat orang
yang menjelang ajal, dengan focus pada pendekatan asuhan paliatif daripada
pendekatan kuratif. Dukungan yang konsisten oleh pemberi perawatan diperlukan
pada saat pasien yang menjelang ajal terombang-ambing diantara berbagai bentuk
ketergantungan dan kecukupan diri. Orang yang menjelang ajal perlu mengetahui
bahwa mereka tidak akan diabaikan atau ditinggal sendiri.
Pattison tidak menyetujui pembagian proses menjelang ajal menjadi tahapan-
tahapan kronologis yang tersusun. Ia mengindentifikasi berbagai mekanisme koping
ego yang digunakan oeh orang yang menjelang ajal pada berbagai titik yang
berbeda selama siklus hidup. Lansia menggunakan altruism, humor , supresi,
pikiran , antisipasi, dan sublimasi untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan
terminal. Patrison merujuk pada fase-fase proses menjelang ajal : fase akut, fase
8
kehidupan kronis , fase menjelang ajal, fase akhir. Ia mengatakan bahwa persiapan
reaksi psikologis muncul selama interval hidup-mati. Pendekatan individual
diperlukan untuk menghadapi stress dan krisis yang dapat muncul kapan saja dalam
proses menjelang ajal.
Wiesman mengemukakan adanya kemungkinan fase-fase pada ekspresi
respons emosional yang continue dan berubah-ubah selama proses menjelang ajal.
Ia menekankan pada individualitas seseorang daripada member label berdasarkan
urutan munculnya reaksi emosional.
b. Manifestasi Klinis Dying
a. Gerakan dan pengindraan menghilang secara beraangsur angsur ,biasanya
dimulai pada anggota badan,khusunya kaki dan ujung kaki
b. Gerakan peristaltik menurun
c. Tubuh klien lanjut usia tampak mengembung
d. Badan dingin dan lembab,terutama pada kaki,tangan dan ujung hidungnya
e. Kulit tmpak pucat,warna kebiruan /kelabu
f. Denyut nadi mulai tidak teratur
g. Nafas mendengkur berbunya keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lendir
pada saluran pernapasan yang tidak dapat di keluarkan oleh klien lanjut usia
h. Tekanan darah menurun
i. Terjdi ganguan kesadaran(ingatan menjadi kabur)tubuh klien lanjut usia tampak
mengembung.
c. Tahap menjelang Ajal
(menurut Elisabeth kubbler ross)
Tahap tahap ini tidak selamanya beruntutan secara tetap ,tetapi dapat saling tindih,
kadang kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk kemudian
kembali ke tahap itu. Lama setiap tahap dapat bervariasi.mulai dari beberapa jam
sampai beberapa bulan apabila tahap tertentu berlangsung sangat singkat, biasa
timbul kesan seolah olah klien lanjut usia melompati usia tahap, kecuali jika
perawat memperhatikan secara seksama dan cermat.
a. Tahaap pertama (penolakan/denial and isolation)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan .Biasanya,sikap itu ditandai
dengan komentar ,saya?Tidak itu tidak mungkinSelama tahap ini klien lanjut
usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpah semua orang kecuali
dirinya.klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakan sehingga
9
ia tidak memperhatikan facta yang munking sedang di jelaskan kepadanya
oleh perawat ,ia bahkan menekan apa yang telah ia dengaratau mungkin akan
meminta pertolongan dari berbagai macam sumber profesional dan non
profesional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah
berada di ambang pintu.
b. tahap kedua (marah atau anger )
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali.Klien
lanjut usia itu berkata mengapa saya?sering kali klien lanjut usia akan slalu
mencela setiap orang dalam segala hal.ia mudah marah terhadap perawat dan
petugas kesehatan lainya tentang apa yang mereka lakukan.pada tahap ini,klien
lanjut usia lebih menganggap hal ini merupakan hikmah,dari pada
kutukan.kemarahan di sini merupakan mekanisme pertahanan dari klien lanjut
usia akan tetapi ,kemarahan sesungguhnya tertujuh kepada kesehatan dan
kehidupan pada saat ini pada saat ini perawat kesehatan harus hati hati dalam
memberi penilaian sebagai reaksi yang normal terhadap kematian yang perlu
diungkapkan.
c. Tahap ketiga (tawar menawar/bergaining)
Pada tahap ini,klien lanjut usia pada hahekatnya berkata, ya benar aku,
tetapi Kemarahan biasanya mereka dan klien lanjut usia dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi dengan
dirinya .Akan tetapi pada tahap tawar menawar ini banyak orang cenderung
untuk menyelsaikan urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba,dan akan
menyiapkan beberapa hal,misalnya membuat surat dan mempersiapkan
jaminan hidup bagi orang tercinta yang ditinggalkan.
Selama tawar menawar ,pembohongan yang dikemukakan hendaknya dapat
dipenuhi karena merupakan urussan yang belum selesai dan harus diselesaikan
sebelum mati,misalnya klien lanjut usia mempunyai permintaan terakhir untuk
melihat pertandingan olah raga ,mengunjungi kerabat,melihat cucu
terkecil,atau makan di restoran,perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu
karan membantu klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya
d. Tahap keempat(sedih /depresi)
Pada tahap ini klien pada lanjut usia pada hakekatnya berkatayang benar
aku.Hal merupakan saat yang menyedihkan karena klien lanjut usia sedang
dalam suasana berkabung,dimasa lampau ,ia sudha kehilangan orang yang
10
yang dicintai dan sekarang ia akan kehilanaagan nyawanya sendiri,bersamaan
dengan itu,ia harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah
dinikmatinya.selama tahap ini,klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara
dan sering menangis,saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang
disamping klien lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum
meninggal.
e. Tahap kelima(Menerima /acceptance )
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian ,menjelang saat ini, klien
lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai dan mungkin
tidak ingin bicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatu,tawar
menawar sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenangan .Seseorang
mungkin saja lama ada pada tahap menerima tetapi bukan tahap pasrah yang
berarti bukan kekalahan.dengan kata lain pasrah pada maut tidak berarti tidak
menerima maut.
d. hak asasi pasien menjelang ajal
Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai ia mati.
Adapun hak hak pasien yang mengalami sakratul maut :
a. Berhak tetap untuk merasa mempunyai harapan meskipun fokusnya dapat
sajah berubah
b. Berhak dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan
walaupun dapa berubah .
c. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah
mendekat dengan caranya sendiri
d. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
perawatnya .
e. Berhak untuk menghaarapkan terus mendapatkan perhatian medis dan
perawatan waalaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan
memberi rass nyaman.
f. Berhak untuk tidak mati kesepian
g. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri
h. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan
i. Berhak untuk tidak di tipu
j. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalm menerima
kematian.
11
k. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat
l. Berhak untuk mempertahakan individualitas dan tidak dihakimi atas keputusan
yang mungkin saj bertenntangan dengan orang lain
m. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian
n. Berhak untuk mengharapkan bahwa sesudah tubuh manusia akan di hormati
sesudah mati.
e. Perilaku Mejelang Ajal
Seseorang yang menjelang ajal ada u pola perjalanan klinis yang ditunjukan oleh
prilaku klien menurut marthoccio pattem of living dying seperti :
Pola ini memiliki karakteristik sehat yang tinggi (puncak) dan periode krisis
(lemah).Pada kondisi puncak klien mempunyai harapan yang tinggi pada
kondisi yang lembab sebaga kondisi yang menakutkan dan bisa menimbulkan
penurunan depresi pada pola ini walaupun pad kondisipuncak tetapi terjadi
penurunan terus menerus sampai kematian
b. pola dataran yang turun karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah
kemunduran yang terus bertambah dan tidak terduga dalam periode yang tidak
dapat dipastikan .klien hampir tidak kembali pada kesehatan semulah sebelum
crisis semulah sebelum krisis secara emosional ,pernyatan sis-sia dan
kemaraha klien serta keluarga
Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut ,berlahan dan hampir
tidak teramati sampai akhirnya menghebat menuju kematian, terkadang masih
terpasang alat bantuan hidup.
12
2.6 DEATH (kematian)
Kematian adalah kondisi berhentinya fungsi organ tubuh secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara menetap. Meninggal dunia adalah keadaan insane yang
diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan
denyut jantung seseorang telah terhenti . Kematian adalah satu fase kehidupan yang
terakhir bagi manusia. Persepsi seseorang tentang kematian berbeda-beda. Dalam
merawat lansia yang tidak ada harapan untuk sembuh, seorang perawat profesional
harus mempunyai ketrampilan yang multikompleks. Sesuai dengan peran yang dimiliki,
perawat harus mampu memberi pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan
fisik, mental, sosial dan spiritual. Perawat juga dituntut untuk membantu anggota
keluarganya dalam memenuhi kebutuhan klien lanjut usia dan harus menyelami
perasaan hidup dan mati.
Pemberian askep pada lansia yang sedang menghadapi sekratul maut tidak selamanya
mudah. Klien lansia akan memberi reaksi yang berbeda-beda, bergantung pada
kepribadian dan cara klien lansia menghadapi hidup. Bagaimanapun keadaannya,
perawat harus dapat menguasai situasi, terutama anggota keluarga dalam keadaan kritis
ini memerlukan perhatian perawat karna kematian seorang dapat terjadi secara tiba-tiba
dan dapat pula berlangsung sehari-hari. Kadang-kadang sebelum ajal tiba, klien lansia
kehilangan kesadarannya terlebih dahulu.
Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien lansia tidak dapat lagi
atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Pengertian kematian/mati adalah apabila
seorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak bernapas selama beberapa menit, dan
tidak menunjukan segala refleks, serta tidak ada kegiatan otak.
13
2. Kecelakaan (hematoma epidural)
Ciri/tanda klien lansia menjelang kematian:
1. Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya
dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.
2. Gerakan peristaltik usus menurun.
3. Tubuh klien tampak mengembung.
4. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung hidungnya.
5. Klien tampak pucat, berwarna kebiruan/kelabu.
6. Denyut nadi mulai tidak beraturan.
7. Napas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya
lendir pada saluran pernapasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh lansia.
8. Tekanan darah menurun.
9. Terjadi gangguan kessadaran (ingatan menjadi kabur)
a. Rigor mortis
b. Algor moris
14
Setelah sistem sirkulasi hilang kulit menjadi biru kehitaman karena sel sel
sudah rusak dan terjadi pelepasan Hb.untuk memperlambat dengan di taruh
di ruang suhu rendah atau dibalsam(diawetkan).
15
Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien dalam
menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat bermanfaat untuk
memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu:
1. Tahap peningkatan atau denial
Adalah ketidakmampuan menerima, kehilangan untuk membatasi atau
mengontrol nyeri dan dystress dalam menghadapinya. Gambaran pada tahap
denial yaitu:
a) Tidak percaya diri
b) Shock
c) Mengingkari kenyataan akan kehilangan
d) Selalu membantah dengan perkataan baik
e) Diam terpaku
f) Binggung, gelisah
g) Lemah, letih, pernafasan, nadi cepat dan berdebar-debar
h) Nyeri tubuh, mual
2. Tahap anger atau marah
Adalah kekesalan terhadap kehilangan. Gambaran pada tahap anger yaitu:
a) Klien marah-marah
b) Nada bicara kasar
c) Suara tinggi
4. Tahap depresi
Adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau
reaksi kehilangan. Gambaran pada tahap ini yaitu:
a) Klien tidak banyak bicara.
16
b) Sering menanggis.
c) Putus asa.
5. Tahap acceptance atau menerima
Adalah akhir klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan.
Gambaran pada tahap ini yaitu:
a) Tenang/damai.
b) Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru.
c) Berpartisipasi aktif.
d) Tidak mau banyak bicara.
e) Siap menerima maut.
Tidak semua orang dapat melampaui kelima tahap tersebut dengan baik,
dapat saja terjadi, ketidakmampuan menggunakan adaptasi dan timbul bentuk-
bentuk reaksi lain. Jangka waktu periode tahap tersebut juga sangat individual.
Penerimaan suatu prognosa penyakit terminal memang berat bagi setiap
individu. Ini merupakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan
pada individu tersebut. Dari ancaman tersebut timbul suatu rentang respon
cemas pada individu, cemas dapat dipandang suatu keadaan
ketidakseimbangan atau ketegangan yang cepat mengusahakan koping.
Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal dapat digambarkan
dalam suatu rentang yaitu harapan ketidakpastian dan putus asa.
1. Harapan
Mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan
adanya harapan dapat mengurangi stress sehingga klien dapat
menggunakan koping yang adekuat.
2. Ketidakpastian
Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidakpastian yang disertai
dengan rasa tidak aman dan putus asa, meskipun secara medis sudah
dapat dipastikan akhirnya prognosa dapat mempercepat klien masuk
dalam maladaptif.
3. Putus asa
Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah-olah tidak ada lagi
upaya yang dapat berhasil untuk mengobati penyakitnya. Dalam kondisi
ini dapat membawa klien merusak atau melukai diri sendiri.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH MENJELANG AJAL
Contoh Kasus
Ny.R adalah seorang wanita lemah dengan usia 88 tahun. Suaminya meninggal 14 tahun yang
lalu akibat cedera serebovaskuler. Ny R tinggal dirumahnya bersama anaknya hingga satu
tahun yang lalu. Pada saat itu Ny.R didiagnosis kanker payudara metastasis, beliau telah
menjalani pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Klien diinformasikan bahwa harapan
hidupnya hanya tinggal kurang dari setahun. Pada suatu saat tiba tiba kondisi yang terminal,
pasien mengalami penurunan keyakinan terhadap tuhannya dan kelurganya pun mengalami
kecemasan akan kondisi terminal yang dihadapi klien.
3.1 Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 88 tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds.Tangguangan Jombang
Tangga MRS : 13-10-2017
No. Reg : 00.92.77.86
Tanggal Pengkajian : 13-10-2017
Diagnosa Medis : Kanker payudara metastasis
II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1. Keluhan Utama
Pasien dan keluarganya mengeluh cemas dengan penyakitnya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Faktor pencetus : benjolan di payudara kiri
2. Lamanya keluhan : 7 hari
3. Timbulnya keluhan : bertahap
18
4. Bagaimana dirasakan : pasien merasakan nyeri di seluruh bagian
payudara sebelah kiri dan mengeluarkan bau yang tidak sedap
sehingga merasakan mual, muntah dan tidak nafsu makan
5. Bagaimana dilihat : pasien tampak gemetar, ketakutan, gelisah dan
meringis kesakitan. Payudara sebelah kiri tampak membengkak
melebihi yang kanan dan lama kelamaan pecah sehingga ulkus
yang meluas dan tampak memperberat aktivitas pasien dengan
sedikit bergerak. Badan tampak lemah, skala nyeri 5-6 (sedang)
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri : istirahat
7. Upaya yang dilakukan oleh orang lain : membawa ke Rumah sakit
, menjalani pembedahan, kemoterapi dan radiasi
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serius
sebelumnya
b. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Menjalani pembedahan, radiasi dan kemoterapi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang tua
Pasien mengatakan orang tuanya hanya mengalami penyakit orang
tua biasa.
b. Saudara kandung
Saudara kandung pasien tidak ada yang mengalami sakit yang
mengharuskan dirawat di rumah sakit.
c. Penyakit keturunan yang ada
Keluarga pasien tidak ada mengalami penyakit keturunan
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : composmentis (E4, V5, M6)
2. Tanda Tanda Vital :
TD : 110/60 mmHg
RR : 20x /menit
Nadi : 60x/menit
Suhu : 36,5 OC
19
3. Pemeriksaan Per sistem
a. Sistem Pernapasan
Hidung
20
Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas efektif,
pergerakan dada simetris, retraksi dinding dada
(-), tidak tampak ictus cordis
Palpasi :
Perkusi : pekak
Auskultasi : Bunyi jantung normal lup dup.
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis (-)
Palpasi : suhu akral dingin
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : varises (-), oedem (-)
Palpasi : pitting odem (-)
c. Sistem Persyarafan
Anamnesis :
Pemeriksaan nervus
1) Nervus I olfaktorius (pembau)
Baik dapat mencium bau antara balsam dan minyak kayu
putih
2) Nervus II opticus (penglihatan)
Pandangan kabur dan tak jelas dan susah membedakan
warna
3) Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis dan
Abdusen)
Klien dapat menggerakkan bola matanya ke segala arah.
4) Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Mata klien tidak berkedip saat ada benda asing menyentuh
kornea
5) Nervus VII facialis
Klien dapat menggerakkan wajah dan dahinya. Klien
tidak dapat membedakan berbagai macam rasa
6) Nervus VIII vestibucochlearis
Kemampuan mendengarkan klien menurun
7) Nervus IX glosoparingeal dan Nervus X vagus
Rangsangan menelan baik, reflek muntah
21
8) Nervus XI aksesorius
Klien dapat menggerakkan bahu ke atas dan
menggerakkan kepala
9) Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke
segala arah
d. Perkemihan dan Eliminasi Uri
Perempuan :
Genetalia eksterna
Kandung kemih:
22
f. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Warna kulit :, warna sawo matang , bersih, bersisik
Kekuatan otot : 3 3
3 3
Keterangan:
23
i. Persepsi sensori
Mata
Inspeksi : Simetris antara kanan dan kiri, palpebral
normal dan simetris, sclera tidak ikterik,
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan
kelopak mata
Penciuman-(hidung)
00146 Ansietas
NS.
DIAGNOSIS ____________________________________________
:
Domain 9 : koping/ Toleransi Stress
(NANDA-I)
Kelas 2 : Respon Koping
Perilaku
Agitasi
DEFINING
Gelisah
CHARACTE
Gerakan Ekstra
RISTICS
Insomnia
Kontak mata yang buruk
Melihat sepintas
24
Mengekspresikan kekhawatiran kerena perubahan dalam peristiwa
hidup
Penurunan produktivitas
Perilaku mengintai
Tampak waspada
Afektif
Fisiologis
Gemetar
Peningkatan keringat
Wajah tegang
Simpatis
Anoreksia
Dilatasi pupil
Lemah
Mulut kering
Peningkatan frekuensi pernaoasan
Peningkatan tekanan darah
Parasimpatis
25
Mual
Kognitif
Blocking pikiran
Gangguan konsentrasi
Gangguan perhatian
Lupa
Melamun
Penurunan lapang persepsi
Ancaman kematian
Ancaman pada status terkini
Hereditas
Hubunan interpersonal
Kebutuhan yang tidak dipenuhi
Konflik nilai
Konflik tentang tujuan hidup
RELATED Krisis maturasi
FACTORS: Krisis situasi
Pajanan pada toksin
Penularan interpersonal
Penyalahgunaan zat
Perubahan besar (mis, status ekonomi, lingkungan, status kesehatan,
fungsi peran, status peran)
Riwayat keluarga tentang ansietas
Stressor
26
Subjective data entry : Objective data entry :
SESSMENT
2. Cemas terhadap penyakitnya gelisah dan meringis kesakitan
2. ekstremitas dingin
AS
3. penurunan reflek
4. nafsu makan berkurang
5. bibir kering dan pecah pecah
Ansietas
Diagnostic
Related to: Ancaman kematian
Statement:
27
3.3 Intervensi Keperawatan
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Pengurangan Pengurangan Tingkat Menarik diri (3)
Kecemasan Kecemasan Kecemasan Perasaan Gelisah
Definisi : 1. Gunakan pendekatan Setelah dilakukan (3)
Mengurangi yang tenang dan tindakan Berkeringat dingin
tekanan, meyakinkan keperawatan (3)
ketakutan,firasat, 2. Berada di sisi klien selama 2x24 jam, Rasa cemas yang
maupun untuk meningkatkan diharapkan disampaikan secara
ketidaknyamanan rasa aman dan kecemasan lisan (3)
terkait dengan mengurangi berkurang dengan Gangguan pola
sumber sumber ketakutan Tingkat makan (3)
bahaya yang 3. Identifikasi pada saat Kecemasan
tidak terjadi perubahan Definisi :
teridentifikasi tingkat kecemasan keparahan dari
4. Kaji untuk tanda tanda tanda,
verbal dan non ketegangan atau
verbal kecemasan kegelisahan yang
5. Dorong keluarga berasal dari
untuk mendampingi sumber yang tidak
klien dengan cara dapat
yang tepat diidentifikasi
6. Instruksikan klien
untuk menggunakan
tekhnik relaksasi
7. Atur penggunaan
obat obatan untuk
mengurangi
kecemasan secara
tepat
28
3.4 Implementasi Keperawatan
29
3.5 Evaluasi
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari
kehidupan manusia (Buku Ajar Keperawatan Gerontik: 435). Beberapa manifestasi
klinik dalam kematian seperti secara fisik ataupun psikosial. Penyebab kematian
diantaranya bisa disebabkan karena penyakit, kecelakaan. Tanda tanda kepastian
kematian yaitu rigor mortis, algor moris dan post mortem decomposition.
4.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan
1. Dalam membuat makalah, kelompok diharapkan dapat menjelaskan asuhan
keperawatan pada lansia menjelang ajal
2. Proses penuanaan yang di alami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik,
pikis dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya
meningkatkan pendekatan pendekatan melaui komunikasi terapeutik,
sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik
dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik
3. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan
denga pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal
informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang pasien dan
keluarga.
31
DAFTAR PUSTAKA
Aru W sudoyo,dkk. 2006.ilmu penyakit dalam,Fd IV Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Tamher,dkk. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan Jakarta :
Salemba Medika
McCloskey, J. & Gloria M. B. (2000). Nursing Outcome Classificatian (NOC). Second Ed.
New York : Mosby.
McCloskey, J. & Gloria M. B.. (2005). Nursing Intervention Classificatian (NIC). Second
Ed. New York : Mosby.
NANDA. (2011). Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.