Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

DENGAN MASALAH MENJELANG AJAL

DOSEN PEMBIMBING :
Shanti Rosmaharani S.Kep.Ns,.M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


1. Alifia Rahma Nadlifah (151001004)
2. Dimas Angger I (151001010)
3. Eva Febriani Safitri (151001011)
4. Mahda Fanindha Wardana (151001022)
5. M.Amang Handaris (151001028)
6. Nur Aini (151001033)
7. Nuratri Harmiani (151001034)
8. Puji Rahayu Ningsih (151001036)
9. Rizki Putri Isnain (151001038)
10. Shinta Lukita Kirana Putri (151001039)
11. Tiflatul Amin Hidayah (151001040)
12. Usha Meilasari (151001042)
13. Verra Shintya Putri (151001043)
14. Vina Ismawati (151001044)
15. Yuyun Siti Nur Janah (151001047)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEMKAB JOMBANG
2017 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah karena berkat
kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini
saya membahas Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Menjelang Ajal .

Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,


arahan, koreksi dan saran, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Shanti
Rosmaharani S.Kep.Ns,.M.Kep. Harapan kami dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang memberikan bantuan serta dukungan dalam
penyusunan makalah ini.

Jombang, 11 Oktober 2017

ii
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi ........................................................................................................... 2


2.2 Jenis-Jenis Penyakit Terminal........................................................................ 4
2.3 Manifestasi Klinis .......................................................................................... 4
2.4 GRIEVING (Berduka) ................................................................................... 5
2.5 DYING (Sekarat/ Menjelang mati) ................................................................ 7
2.6 DEATH (kematian) ........................................................................................ 13
2.7 Fase-Fase Kehilangan .................................................................................... 15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH MENJELANG


AJAL
3.1 Pengkajian ...................................................................................................... 18
3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................. 24
3.3 Intervensi........................................................................................................ 28
3.4 Implementasi .................................................................................................. 29
3.5 Evaluasi .......................................................................................................... 30
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 31
4.2 Saran .............................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua makhluk hidup akan menghadapi kematian. Proses kematian harus melewati
proses menjelang ajal. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ
tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar
selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi walaupun usia sudah lanjut, harus tetap menjaga
kesehatan.
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena
itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural
disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan
episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4)
Proses menua manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan fisik dan
mental. Keluhan yang menyertai proses menua menjadi tanda adanya penyakit, biasanya
disertai dengan perasaan cemas, depresi atau mengingkari penyakitnya.
Apalagi penyakit stadium terminal (tinggal menunggu ajal) dalam prediksi secara medis
sering diartikan penderita tidak lama lagi meninggal dunia. Keadaan ini menyebabkan
lansia mengalami kecemasan menghadapi kematian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja yang dimaksud keadaan paliatif/terminal/menjelang ajal ?
2. Apa saja penyakit terminal ataumenjelang ajal ?
3. Apa manifestasi klinis dari pasien menjelang ajal ?
4. Bagaimana fase-fase kehilangan ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia menjelang ajal ?
1.3 Tujuan
Mahaiswa mampu memahami proses menjelang ajal dan memahami Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Penyakit Terminal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia diatas 60 tahun (uu nomor 13
tahun 1998).Lanjut usia didefinisikan berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang
mengaanggap bahwa oarang telah tua jika menunjukan ciri fisik seperti rambut
beruban ,hilangnya gigi,kulit keriput,(Reimer,1999,staley and beare:2007).
WHO menggolongkan lansia berdasarkan kronologi biologis menjadi 4 kelompok
yaitu usia pertngahan (middle age) usia antara 45-59 tahun,lanjut usia (elderly)antara
60-74 tahun,lanju usia tua (old)berusia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) lebih
dari 90 tahun.
a. Tugas perkembangan lansia (bunside, 1979)(Duval,1977) (havighurts 1953)
dikutip oleh Potter dan Perry, 2005).
1) Menyesuaikan terhada penurunan kekuatan fisik dan kesehatan lansia harus
menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem
tubuh,perubahan penampilan dan fungsi.Hal ini tidak dikaitkan dengan
penyakit,tetapi adalah normal.
2) Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapat lansia umum
pensiun mempunyai ketergantungan sosial ,finansial selain itu kehilangan
prestasi,kewibawaan ,peranan,sosial dan sebagainya hal itu yang
memyebabkan stress tersndiri bagi lansia.
3) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Kehilangan ini sulit untuk diselesaikan,apalgi bagi lansia yang yang
menggantungkan hidupnya dari seorang yang meninggalkannya,dan sangat
berarti untuk dirinya melalui proses berdukalah lansia sedikit terbantu
menyesuaikan kehilangan ini.
4) Menermaa diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama
penuaan .mereka dapat memperlihatkan ketidak mmampuan sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi,meminta cucu cucunya memanggil
nenek atau kakek atau menolak bantuan dalam tugas yang menempatkan
keamanan mereka pada resiko yang benar.

2
5) Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupan
6) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak
anaknya yang telah dewasa ,masala keterlibatan,peran kertelibatan
peran,ketergantungan konflik,,perasaan bersalah dan kehilangan memerlukan
pengenalan dan resolusi
7) Menentukan cara untuk memperthankan kualitas hidup lansia haarus belajar
menerima aktifitas dan minat baru untuk mempertahankan kualitas
hidupnya.seseorang yang sebelumnya aktif dalam sosial sepanjang hidupnya
mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat
minat baru.

b. Tipe-tipe kepribadian lanjut usia (menurut kuntjoro 2002)


1. Tipe kepribadian konstruktif (konstrution personality)
Orang ini meiliki integritas baik ,menikati hidupnya ,toleransi tinggi dan
fleksibel ,biasanya tipe ini tidak mengalami gejolak tenang dan mantap
sampai sangat tua siap menghadapi pensiun dengan bijaksana dan menghadap
kematian dengan penuh dengan bijak sana dan menghadapi kematian dengan
penuh kesiapan mental dan fisik.
2. Tipe kepribadian mandiri (independent personality)
Pada type ini ada kecenderungan mengalami post powert sindrom,apalagi jika
pada lansia tidak di isi dengan kegiatan yang ada dapat memberikan otonomi.
3. Type kepribadian tergantung(dependent personality)
Tipe ini biasanya sangat di pengaruhi kehidupan keluarga ,apabila,kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak ,tetapi jika
pasangan hidup meninggal maka pasangan yang di tinggalkan akan menjadi
sedih yang mendalam .tipe ini saat mengalami pensiun,tidak inisiatif,pasif
tetapi masih tahu diri dan masih dan masih dapat diterima oleh masyarakat.
4. Type kepribadian bermusuhan (hostle Personalty)
Pada tipe ini lansia tetap merasa tidak pus dengan kehidupannya banyak
keinginan yang tidak di perhitungkan sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menurun,mereka menganggap orag lain yang menganggap,selalu

3
mengeluh curiga.menjadi tua tidak ada yang dianggap baik takut mati dan iri
hati dengan yang muda.
5. Tipe kepribadian defensive
Tipe ini selalu menolak bantuan, emosi tidak terkontrol,bersifat compulsif
aktif .mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa pensiun.
6. Tipe kepribadian kritik diri (self hate Personality)
Pada lansia ini umumnya terlihat sengsara ,karena perilakunya sendiri sulit
dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya .selalu menyalakan
diri,tidak memilik ambisi dan merasa korban keadaan.

2.2 JENIS JENIS PENYAKIT TERMINAL


Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah:
1. Penyakit-penyakit kanker.
2. Penyakit-penyakit infeksi.
3. Congestif Renal Falure (CRF)
4. Stroke Multiple Sklerosis.
5. Akibat kecelakaan fatal.
6. AIDS.
2.3 MANIFESTASI KLINIK
1. Fisik
a. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari
ujung kaki dan ujung jari.
b. Aktivitas dari GI berkurang.
c. Reflek mulai menghilang.
d. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama
pada kaki dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.
e. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
f. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.
g. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.
h. Penglihatan mulai kabur.
i. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.
j. Klien dapat tidak sadarkan diri.

4
2. Psikososial
Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kuber Ross
mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara
mendalam dari hasil penyelidikan/penelitiannya yaitu:
1. Respon kehilangan
Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka),
ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan tangan.
Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang
dan kemudian mengendor.
Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau
menanggis.
2. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidak mampuan
untuk
berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.

2.4 GRIEVING (Berduka)

Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan , biasanya akibat


perpisahan . Dimanifestasikan dalam perilaku, perasaan dan pemikiran . Berduka juga
merupakan proses mengalami reaksi psikologis, fisik, dan sosial terhadap kehilangan
yang dipersepsikan. Respon yang ada dalam berduka yaitu keputusasaan, kesepian,
ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersalah dan marah . Berduka juga mencakup
pikiran, perasaan dan perilaku
Breavement adalah respon subjektif dalam masa berduka yang dilalui selama
reaksi berduka. Biasanya berefek pada masalah psikis dan kesehatan . Sedangkan
berkabung adalah periode penirimaan terhadap kehilangan dan berduka yang terjadi
selama individu dalam masa kehilangan. Sering dipengaruhi oleh kebudayaan dan
kebiasaan.
1. Reaksi Berduka
a. Menolak dan Isolasi
Tidak percaya terhadap hal tersebut.
Tidak siap menghadapi masalah.
Memperhatikan kegembiraan yang dibuat-buat (menolak berkepanjangan).

5
b. Marah (Anger)
Marah terhadap orang lain untuk hal-hal sepele: iritabel/sensitive.
c. Bargaining/tawar menawar
Mulai tawar menawar terhadap loss.
Mengekspresikan rasa bersalah , takut , putisment terhadap rasa berdosa, baik
nyata maupun imajinasi
d. Depresi
Rasa berduka terhadap apa yang terjadi.
Kadang bicara bebas atau menarik diri.
e. Acceptane/penermaan
Penurunan interest lingkungan sekitar.
Berkeinginan untuk membuat rencana rencana .

2. Konsep Teori Berduka


a. Teori Engel ( 1964)
Teori ini memiliki cirri cirri bahwa berduka terdiri dari syok , tidak
percaya, mengembalikan kesadaran , mengenali dan restitusi .
b. Teori Kubler Ross ( 1969)
Konsep berduka terdiri atqs lima tahap diantara lain mengingkari, marah,
fase tawar-menawar, fase sedih yang mendalam dan penerimaan.
c. Teori Rando (1991)
Pada teori rando terdiri dari penghindaran, konfrontasi, dan akomodasi.
Meskipun tidak ada dua orang yang bereaski sama terhadap kematian dan
ajal, namun respon fisiologis dan psikologis terhadap kemkatian, yang
dikenal sebagi berduka telah digambarkan dalam tahapan tahapan oleh
orang orang terkenal seperti engel, linderman, Parkes, Bolbley, dan
Kubler Ross.
Berduka merupakan respo0n normal dan universal terhadap kehilangan
yang dialami melalui perasaan, perilaku, dan penderitaan emosional.
Berduka adalah proses pergeeseran melewati nyeri akibat kehilangan.
Kehilangan kesehatan, teman , kerabat, pekerjaan , keamanan financial
merupakan sebagian dari kehilangan kumulatif yang menyebabkann
berduka pada lansia. Periode berduka adalah waktu penyembuhan ,
adaptasi, dan pertumbhan.

6
Asuhan keperwatan untuk pasien dan pemberi perawatan yang berduka
memerlukan rasa saling memberi yang sensitive, peduli dan empati.
Berbagai pendapat, perasaan dan ketenangan merupakan intervensi
keperawatan yang paling tepat . Bimbingan adaptif dapat membantu
mereka mempersiapkan orang yang menjelang ajal untuk mengahadapi
nyeri dan perasaan alamiah mereka yang berhubungan dengan proses
berduka .

2.5 DYING (Sekarat/ Menjelang mati)

Sekarat adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju kematian.
Dengan makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, meningkat pula jumlah
penderita penyakit kronis, yang pada suatu saat mengalami keadaan dimana tidak ada
sesuatu yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kemampuan melakukan aktivitas
sehari hari .
Bagi penderita yang keadaannya tidak sadar/koma dalam, semua fungsi organ jelas
tidak bisa membaik dengan berbagai pengobatan, keadaan yang jelas tidak member
harapan . Akan tetapi apabila penderita masih dalam kesadaran penh , dan masih
mampu bermobilisasi , dengan berbagai fungsi organ yang masih berfungsi, mka
persoalan etika hokum menjadi lebih rumit.
Dalam hal diatas yang menjadi masalah bagi praktek kedokteran di Indonesia adalah
bagaimana memberitahukan keadaan sebenarnya pada penerita yang sering kali
member beban psikologis sangat berat, sehingga keluarga kerapkali menyembunyikan
kebenaran dari klien . menurut hak azaz otonomi , seharusnya klien lah yang paling
berhak tahu atas kondisi kesehatan nya.
Perawat berkewajiban untuk berikan pandangan yang jelas mengenai makna
kematian bagi individu , keluarga sehingga perawatan klien menjelang ajal harus
nyaman dan terhormat. (Hockey,1989;Hurtig dan Steven,1990). Dying atau menjelan
ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju akhir (Kematian).
Kematian adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya ,tidak bernafas
selamabeberapa menit dan tidak menunjukan segala reflex, serta tidak ada kegiatan
otak.

7
a. Teori teori dying (menjelang ajal / sekarat)

Penulis yang paling dikenal dalam bidang kematian dan menjelang ajal adalah
Elizabeth KublerRoss. Hasil kerjanya membuat peka perawat , professional layanan
kesehatan dan konsumen terhadap proses menjelang ajal dan kebutuhan-kebutuhan
yang melekat pada orang yang menjelang ajal. Teorinya mengatakan bahwa orang
yang menjelang ajal mengalami lima tahap, dimulai dengan penyingkapan awal
terminalitas dan berakhir dengan momeng akhir kehidupan. Tahap l, penyangkalan
dan isolasi, biasanya mewakili pertahanan temporer yang digantikan dengan
penerimaan parsial. Penyangkalan ini tidak boleh diinterpretasikansebagai adaptasi
yang negative atau merendahkan. Sebagai pertahanan awal, penyangkalan
membantu seseorang dengan melindunginya dari ansietas dan ketakutan. Pada
Tahap II, kemarahan dan penyangkalan digantikan dengan perasaan marah , gusar ,
iri , kebencian,. Hal ini dianggap sebagai salah satu tahap yang paling sulit bagi
keluarga dan pemberi perawatan karena perasaan ini sering diarahkan pada mereka.
Selama Tahap III, tawar menawar, orang sering berupa negosiasi dengan Tuhan
untuk mendapatkan tambahan waktu. Tahap IV, depresi , meliputi 2 jenis
kehilangan : kehilangan yang terjadi di masalalu dan kehilangan hidup yang akan
terjadi. Yang disebut sebagai persiapan berduka oleh Kubler Ross. Tahap V ,
penerimaan , merupakan fase akhir dari proses menjelang ajal.
Amberton mengisolasi empat strategi koping utama yang digunakan oleh
orang yang menjelang ajal.: penyangkalan , ketergantungan , pemindahan , dan
regresi. Teorinya menekankan pada suatu pendekatan tim dalam merawat orang
yang menjelang ajal, dengan focus pada pendekatan asuhan paliatif daripada
pendekatan kuratif. Dukungan yang konsisten oleh pemberi perawatan diperlukan
pada saat pasien yang menjelang ajal terombang-ambing diantara berbagai bentuk
ketergantungan dan kecukupan diri. Orang yang menjelang ajal perlu mengetahui
bahwa mereka tidak akan diabaikan atau ditinggal sendiri.
Pattison tidak menyetujui pembagian proses menjelang ajal menjadi tahapan-
tahapan kronologis yang tersusun. Ia mengindentifikasi berbagai mekanisme koping
ego yang digunakan oeh orang yang menjelang ajal pada berbagai titik yang
berbeda selama siklus hidup. Lansia menggunakan altruism, humor , supresi,
pikiran , antisipasi, dan sublimasi untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan
terminal. Patrison merujuk pada fase-fase proses menjelang ajal : fase akut, fase

8
kehidupan kronis , fase menjelang ajal, fase akhir. Ia mengatakan bahwa persiapan
reaksi psikologis muncul selama interval hidup-mati. Pendekatan individual
diperlukan untuk menghadapi stress dan krisis yang dapat muncul kapan saja dalam
proses menjelang ajal.
Wiesman mengemukakan adanya kemungkinan fase-fase pada ekspresi
respons emosional yang continue dan berubah-ubah selama proses menjelang ajal.
Ia menekankan pada individualitas seseorang daripada member label berdasarkan
urutan munculnya reaksi emosional.
b. Manifestasi Klinis Dying
a. Gerakan dan pengindraan menghilang secara beraangsur angsur ,biasanya
dimulai pada anggota badan,khusunya kaki dan ujung kaki
b. Gerakan peristaltik menurun
c. Tubuh klien lanjut usia tampak mengembung
d. Badan dingin dan lembab,terutama pada kaki,tangan dan ujung hidungnya
e. Kulit tmpak pucat,warna kebiruan /kelabu
f. Denyut nadi mulai tidak teratur
g. Nafas mendengkur berbunya keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lendir
pada saluran pernapasan yang tidak dapat di keluarkan oleh klien lanjut usia
h. Tekanan darah menurun
i. Terjdi ganguan kesadaran(ingatan menjadi kabur)tubuh klien lanjut usia tampak
mengembung.
c. Tahap menjelang Ajal
(menurut Elisabeth kubbler ross)
Tahap tahap ini tidak selamanya beruntutan secara tetap ,tetapi dapat saling tindih,
kadang kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk kemudian
kembali ke tahap itu. Lama setiap tahap dapat bervariasi.mulai dari beberapa jam
sampai beberapa bulan apabila tahap tertentu berlangsung sangat singkat, biasa
timbul kesan seolah olah klien lanjut usia melompati usia tahap, kecuali jika
perawat memperhatikan secara seksama dan cermat.
a. Tahaap pertama (penolakan/denial and isolation)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan .Biasanya,sikap itu ditandai
dengan komentar ,saya?Tidak itu tidak mungkinSelama tahap ini klien lanjut
usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpah semua orang kecuali
dirinya.klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakan sehingga

9
ia tidak memperhatikan facta yang munking sedang di jelaskan kepadanya
oleh perawat ,ia bahkan menekan apa yang telah ia dengaratau mungkin akan
meminta pertolongan dari berbagai macam sumber profesional dan non
profesional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah
berada di ambang pintu.
b. tahap kedua (marah atau anger )
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali.Klien
lanjut usia itu berkata mengapa saya?sering kali klien lanjut usia akan slalu
mencela setiap orang dalam segala hal.ia mudah marah terhadap perawat dan
petugas kesehatan lainya tentang apa yang mereka lakukan.pada tahap ini,klien
lanjut usia lebih menganggap hal ini merupakan hikmah,dari pada
kutukan.kemarahan di sini merupakan mekanisme pertahanan dari klien lanjut
usia akan tetapi ,kemarahan sesungguhnya tertujuh kepada kesehatan dan
kehidupan pada saat ini pada saat ini perawat kesehatan harus hati hati dalam
memberi penilaian sebagai reaksi yang normal terhadap kematian yang perlu
diungkapkan.
c. Tahap ketiga (tawar menawar/bergaining)
Pada tahap ini,klien lanjut usia pada hahekatnya berkata, ya benar aku,
tetapi Kemarahan biasanya mereka dan klien lanjut usia dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi dengan
dirinya .Akan tetapi pada tahap tawar menawar ini banyak orang cenderung
untuk menyelsaikan urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba,dan akan
menyiapkan beberapa hal,misalnya membuat surat dan mempersiapkan
jaminan hidup bagi orang tercinta yang ditinggalkan.
Selama tawar menawar ,pembohongan yang dikemukakan hendaknya dapat
dipenuhi karena merupakan urussan yang belum selesai dan harus diselesaikan
sebelum mati,misalnya klien lanjut usia mempunyai permintaan terakhir untuk
melihat pertandingan olah raga ,mengunjungi kerabat,melihat cucu
terkecil,atau makan di restoran,perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu
karan membantu klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya
d. Tahap keempat(sedih /depresi)
Pada tahap ini klien pada lanjut usia pada hakekatnya berkatayang benar
aku.Hal merupakan saat yang menyedihkan karena klien lanjut usia sedang
dalam suasana berkabung,dimasa lampau ,ia sudha kehilangan orang yang

10
yang dicintai dan sekarang ia akan kehilanaagan nyawanya sendiri,bersamaan
dengan itu,ia harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah
dinikmatinya.selama tahap ini,klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara
dan sering menangis,saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang
disamping klien lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum
meninggal.
e. Tahap kelima(Menerima /acceptance )
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian ,menjelang saat ini, klien
lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai dan mungkin
tidak ingin bicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatu,tawar
menawar sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenangan .Seseorang
mungkin saja lama ada pada tahap menerima tetapi bukan tahap pasrah yang
berarti bukan kekalahan.dengan kata lain pasrah pada maut tidak berarti tidak
menerima maut.
d. hak asasi pasien menjelang ajal
Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai ia mati.
Adapun hak hak pasien yang mengalami sakratul maut :
a. Berhak tetap untuk merasa mempunyai harapan meskipun fokusnya dapat
sajah berubah
b. Berhak dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan
walaupun dapa berubah .
c. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah
mendekat dengan caranya sendiri
d. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
perawatnya .
e. Berhak untuk menghaarapkan terus mendapatkan perhatian medis dan
perawatan waalaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan
memberi rass nyaman.
f. Berhak untuk tidak mati kesepian
g. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri
h. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan
i. Berhak untuk tidak di tipu
j. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalm menerima
kematian.

11
k. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat
l. Berhak untuk mempertahakan individualitas dan tidak dihakimi atas keputusan
yang mungkin saj bertenntangan dengan orang lain
m. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian
n. Berhak untuk mengharapkan bahwa sesudah tubuh manusia akan di hormati
sesudah mati.
e. Perilaku Mejelang Ajal

Seseorang yang menjelang ajal ada u pola perjalanan klinis yang ditunjukan oleh
prilaku klien menurut marthoccio pattem of living dying seperti :

a. Pola puncak dan lembab.

Pola ini memiliki karakteristik sehat yang tinggi (puncak) dan periode krisis
(lemah).Pada kondisi puncak klien mempunyai harapan yang tinggi pada
kondisi yang lembab sebaga kondisi yang menakutkan dan bisa menimbulkan
penurunan depresi pada pola ini walaupun pad kondisipuncak tetapi terjadi
penurunan terus menerus sampai kematian

b. pola dataran yang turun karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah
kemunduran yang terus bertambah dan tidak terduga dalam periode yang tidak
dapat dipastikan .klien hampir tidak kembali pada kesehatan semulah sebelum
crisis semulah sebelum krisis secara emosional ,pernyatan sis-sia dan
kemaraha klien serta keluarga

c. Pola tebing yang menurun

Penurunan kondisi yang menetap atau stabil yang menggambarkan semakin


buruknya keada klien ,kondisi penurunan dapat di baik dalam ukuran jam atau
hari.Klien biasanya jatuh dalam kondisi yang tidak sadar dan sedikit waktu
untuk berpamitan dengan keluarga,banyak ditemui di ICU.

d. Pola landai turun sedikit-sedikit

Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut ,berlahan dan hampir
tidak teramati sampai akhirnya menghebat menuju kematian, terkadang masih
terpasang alat bantuan hidup.

12
2.6 DEATH (kematian)

Kematian adalah kondisi berhentinya fungsi organ tubuh secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara menetap. Meninggal dunia adalah keadaan insane yang
diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan
denyut jantung seseorang telah terhenti . Kematian adalah satu fase kehidupan yang
terakhir bagi manusia. Persepsi seseorang tentang kematian berbeda-beda. Dalam
merawat lansia yang tidak ada harapan untuk sembuh, seorang perawat profesional
harus mempunyai ketrampilan yang multikompleks. Sesuai dengan peran yang dimiliki,
perawat harus mampu memberi pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan
fisik, mental, sosial dan spiritual. Perawat juga dituntut untuk membantu anggota
keluarganya dalam memenuhi kebutuhan klien lanjut usia dan harus menyelami
perasaan hidup dan mati.
Pemberian askep pada lansia yang sedang menghadapi sekratul maut tidak selamanya
mudah. Klien lansia akan memberi reaksi yang berbeda-beda, bergantung pada
kepribadian dan cara klien lansia menghadapi hidup. Bagaimanapun keadaannya,
perawat harus dapat menguasai situasi, terutama anggota keluarga dalam keadaan kritis
ini memerlukan perhatian perawat karna kematian seorang dapat terjadi secara tiba-tiba
dan dapat pula berlangsung sehari-hari. Kadang-kadang sebelum ajal tiba, klien lansia
kehilangan kesadarannya terlebih dahulu.
Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien lansia tidak dapat lagi
atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Pengertian kematian/mati adalah apabila
seorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak bernapas selama beberapa menit, dan
tidak menunjukan segala refleks, serta tidak ada kegiatan otak.

Penyebab kematian diantara lain adalah sebagai berikut :


1. Penyakit
a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae)
b. Penyakit kronis, misalnya:
CVD (cerebrovaskuler disease), CRF (chronic renal failure (gagal Ginjal),
Diabetes Melitus (gangguan endokrin), MCI (myocard infark (gangguan
kardiovaskular), COPD (chronic obstruction pulmonary disease).

13
2. Kecelakaan (hematoma epidural)
Ciri/tanda klien lansia menjelang kematian:
1. Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya
dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.
2. Gerakan peristaltik usus menurun.
3. Tubuh klien tampak mengembung.
4. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung hidungnya.
5. Klien tampak pucat, berwarna kebiruan/kelabu.
6. Denyut nadi mulai tidak beraturan.
7. Napas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya
lendir pada saluran pernapasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh lansia.
8. Tekanan darah menurun.
9. Terjadi gangguan kessadaran (ingatan menjadi kabur)

Tanda - tanda kematian :


a. Pernapasan terhenti,penilaian lebih dari 10 menit(inpeksi, palpasi,auskultasi)
b. Terhentinya sirkulasi ,penilaian 15 menit nadi karotis tidak teraba
c. Kulit pucat ,dapat juga terjadi pada spasme agonal
d. Pembuluh darah retina bersegmentasi ,beberapa menit pasca kematian

Tanda-tanda kepastian kematian:

a. Rigor mortis

Kekakuan tubuh setelah 2-4 jam mati karena kekurangan ATP(adenoside


triphosphat)yang tidak dapat di sintesa akibat berkurangnya glikogen dalam
tubuh.Proses rigor mortis dimulai dari organ involunter ,kepala,leher,tubuh
dan ekstremitas.maka dari itu mayat harus diletakan terlentang ,mulut daan
kelopak tertutup sebelum rigor mortis terjadi dan akan berakhir 96 jam
kematian

b. Algor moris

Penurunan suhu tubuh berlahan lahan setelah sirkulasi dan hipotalamus


tidak berfungsi .kulit kehilangan elastisitannya dan mudah terbuka

c. Post mortem decomposition

14
Setelah sistem sirkulasi hilang kulit menjadi biru kehitaman karena sel sel
sudah rusak dan terjadi pelepasan Hb.untuk memperlambat dengan di taruh
di ruang suhu rendah atau dibalsam(diawetkan).

Pemenuhan Kebutuhan Klien Menjelang Ajal


a. Kebutuhan jasmaniah.kebutuhan toleransi terhadap rasa sakit,berbeda pada
setia orang .tindakan yang memungkingkan rasa nyaman bagi klien lanjut
usia (misalnya sering mengubah posisi tidur,perawatan fisik
b. Kebutuhan emosi .untuk menggambarkan ungkapan sikap dan perasaan
klien lanjut usia dalam menhadapi kematian

1. Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat (ketakutan


yang timbul akibat menyadari bahwa diri nya tidak maampu mencegah
kematian )

2. Mengkaji hal yang di inginkan penderita selama mendampinginya.


misalnya lanjut usia ingin memperbincangkan tentang kehidupan di
masa lalu dan kemudian hari.bila pembicaraan tersebut
berkenan,luangkan,waktu sejenak,ingat tidak semua orang senang
membicarakan kematian.

c. Peran Perawat dalam merawat pasien menjelang ajal


Memenuhi kebutuhan biologis klien
Memenuhi kebutuhan sosiologis
Memenuhi kebutuhan psikologis
Memenuhi kebutuhan spiritual

2.7 FASE-FASE KEHILANGAN

Masuknya klien ke dalam ancaman peran sakit pada rentang hidup-mati


mengamcam dan mengubah hemostatis. Lebih dari rasa takut yang nyata tentang
kematian dan pengaruh terhadap anggota keluarga yang dirawat dirasakan oleh
keluarga. Banyak faktor yang mempengaruhi klien dalam perawatan penyakit
terminal, apabila seseorang sudah divonis/prognosa jelek, ia tiak akan bisa menerima
begitu saja tentang apa yang ia hadapi sekarang.

15
Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien dalam
menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat bermanfaat untuk
memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu:
1. Tahap peningkatan atau denial
Adalah ketidakmampuan menerima, kehilangan untuk membatasi atau
mengontrol nyeri dan dystress dalam menghadapinya. Gambaran pada tahap
denial yaitu:
a) Tidak percaya diri
b) Shock
c) Mengingkari kenyataan akan kehilangan
d) Selalu membantah dengan perkataan baik
e) Diam terpaku
f) Binggung, gelisah
g) Lemah, letih, pernafasan, nadi cepat dan berdebar-debar
h) Nyeri tubuh, mual
2. Tahap anger atau marah
Adalah kekesalan terhadap kehilangan. Gambaran pada tahap anger yaitu:
a) Klien marah-marah
b) Nada bicara kasar
c) Suara tinggi

3. Tahap tawar menawar atau bergaining


Adalah cara coping dengan hasil-hasil yang mungkin dari penyakit dan
menciptakan kembali tingkat kontrol. Gambaran pada tahap ini yaitu:
a) Sering mengungkapkan kata-kata kalau, andai.
b) Seirng berjanji pada Tuhan.
c) Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu.
d) Merasa bersalah terus menerus.
e) Kemarahan mereda.

4. Tahap depresi
Adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau
reaksi kehilangan. Gambaran pada tahap ini yaitu:
a) Klien tidak banyak bicara.

16
b) Sering menanggis.
c) Putus asa.
5. Tahap acceptance atau menerima
Adalah akhir klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan.
Gambaran pada tahap ini yaitu:
a) Tenang/damai.
b) Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru.
c) Berpartisipasi aktif.
d) Tidak mau banyak bicara.
e) Siap menerima maut.

Tidak semua orang dapat melampaui kelima tahap tersebut dengan baik,
dapat saja terjadi, ketidakmampuan menggunakan adaptasi dan timbul bentuk-
bentuk reaksi lain. Jangka waktu periode tahap tersebut juga sangat individual.
Penerimaan suatu prognosa penyakit terminal memang berat bagi setiap
individu. Ini merupakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan
pada individu tersebut. Dari ancaman tersebut timbul suatu rentang respon
cemas pada individu, cemas dapat dipandang suatu keadaan
ketidakseimbangan atau ketegangan yang cepat mengusahakan koping.
Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal dapat digambarkan
dalam suatu rentang yaitu harapan ketidakpastian dan putus asa.
1. Harapan
Mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan
adanya harapan dapat mengurangi stress sehingga klien dapat
menggunakan koping yang adekuat.
2. Ketidakpastian
Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidakpastian yang disertai
dengan rasa tidak aman dan putus asa, meskipun secara medis sudah
dapat dipastikan akhirnya prognosa dapat mempercepat klien masuk
dalam maladaptif.
3. Putus asa
Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah-olah tidak ada lagi
upaya yang dapat berhasil untuk mengobati penyakitnya. Dalam kondisi
ini dapat membawa klien merusak atau melukai diri sendiri.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH MENJELANG AJAL

Contoh Kasus

Ny.R adalah seorang wanita lemah dengan usia 88 tahun. Suaminya meninggal 14 tahun yang
lalu akibat cedera serebovaskuler. Ny R tinggal dirumahnya bersama anaknya hingga satu
tahun yang lalu. Pada saat itu Ny.R didiagnosis kanker payudara metastasis, beliau telah
menjalani pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Klien diinformasikan bahwa harapan
hidupnya hanya tinggal kurang dari setahun. Pada suatu saat tiba tiba kondisi yang terminal,
pasien mengalami penurunan keyakinan terhadap tuhannya dan kelurganya pun mengalami
kecemasan akan kondisi terminal yang dihadapi klien.

3.1 Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny.R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 88 tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds.Tangguangan Jombang
Tangga MRS : 13-10-2017
No. Reg : 00.92.77.86
Tanggal Pengkajian : 13-10-2017
Diagnosa Medis : Kanker payudara metastasis
II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1. Keluhan Utama
Pasien dan keluarganya mengeluh cemas dengan penyakitnya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Faktor pencetus : benjolan di payudara kiri
2. Lamanya keluhan : 7 hari
3. Timbulnya keluhan : bertahap

18
4. Bagaimana dirasakan : pasien merasakan nyeri di seluruh bagian
payudara sebelah kiri dan mengeluarkan bau yang tidak sedap
sehingga merasakan mual, muntah dan tidak nafsu makan
5. Bagaimana dilihat : pasien tampak gemetar, ketakutan, gelisah dan
meringis kesakitan. Payudara sebelah kiri tampak membengkak
melebihi yang kanan dan lama kelamaan pecah sehingga ulkus
yang meluas dan tampak memperberat aktivitas pasien dengan
sedikit bergerak. Badan tampak lemah, skala nyeri 5-6 (sedang)
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri : istirahat
7. Upaya yang dilakukan oleh orang lain : membawa ke Rumah sakit
, menjalani pembedahan, kemoterapi dan radiasi
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serius
sebelumnya
b. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Menjalani pembedahan, radiasi dan kemoterapi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang tua
Pasien mengatakan orang tuanya hanya mengalami penyakit orang
tua biasa.
b. Saudara kandung
Saudara kandung pasien tidak ada yang mengalami sakit yang
mengharuskan dirawat di rumah sakit.
c. Penyakit keturunan yang ada
Keluarga pasien tidak ada mengalami penyakit keturunan
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : composmentis (E4, V5, M6)
2. Tanda Tanda Vital :
TD : 110/60 mmHg
RR : 20x /menit
Nadi : 60x/menit
Suhu : 36,5 OC

19
3. Pemeriksaan Per sistem
a. Sistem Pernapasan
Hidung

Inspeksi : Bersih, tidak ada sekret , cuping hidung tidak


ada

Palpasi : tidak ada nyeri pada hidung


Mulut
Inspeksi : keadaan bibir kering dan pecah - pecah
Sinus paranasalis
Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : Simestris, distensi vena jugularis (-)
Palpasi :nyeri tekan (-)
Faring
Inspeksi : Tidak ada tanda tanda infeksi
Area dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas efektif,
pergerakan dada simetris, retraksi dinding dada
(-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : Vesikuler.
b. Kardiovaskuler dan Limfe
Wajah
Inspeksi : pasien tampak gemetar, ketakutan, gelisah
dan meringis kesakitan.
Leher
Inspeksi : Simestris, distensi vena jugularis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Dada

20
Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas efektif,
pergerakan dada simetris, retraksi dinding dada
(-), tidak tampak ictus cordis
Palpasi :
Perkusi : pekak
Auskultasi : Bunyi jantung normal lup dup.
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis (-)
Palpasi : suhu akral dingin
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : varises (-), oedem (-)
Palpasi : pitting odem (-)
c. Sistem Persyarafan
Anamnesis :
Pemeriksaan nervus
1) Nervus I olfaktorius (pembau)
Baik dapat mencium bau antara balsam dan minyak kayu
putih
2) Nervus II opticus (penglihatan)
Pandangan kabur dan tak jelas dan susah membedakan
warna
3) Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis dan
Abdusen)
Klien dapat menggerakkan bola matanya ke segala arah.
4) Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Mata klien tidak berkedip saat ada benda asing menyentuh
kornea
5) Nervus VII facialis
Klien dapat menggerakkan wajah dan dahinya. Klien
tidak dapat membedakan berbagai macam rasa
6) Nervus VIII vestibucochlearis
Kemampuan mendengarkan klien menurun
7) Nervus IX glosoparingeal dan Nervus X vagus
Rangsangan menelan baik, reflek muntah

21
8) Nervus XI aksesorius
Klien dapat menggerakkan bahu ke atas dan
menggerakkan kepala
9) Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke
segala arah
d. Perkemihan dan Eliminasi Uri
Perempuan :

Genetalia eksterna

Inspeksi : tidak ada tanda tanda infeksi

Palpasi : nyeri tekan (-)

Kandung kemih:

Inspeksi : benjolan (-), massa (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

e. Sistem pencernaan eliminasi alvi


Anamnesa : nafsu makan berkurang
Mulut
Inspeksi : keadaan bibir kering dan pecah - pecah
Lidah
Inspeksi : kering dan membengkak
Abdomen
Inspeksi (bentuk, benjolan) : Sawo matang, tidak ikterik,
Palpasi : nyeri tekan (-)
Kuadran I:
Hepar hepatomegali (-)
Kuadran II:
Gaster Nyeri tekan (-)
Kuadran III: Tidak terdapat massa
Kuadran IV: Nyeri tekan pada titik Mc Burney (-)
Perkusi : distensi abdomen
Auskultasi : tympani

22
f. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Warna kulit :, warna sawo matang , bersih, bersisik

Kekuatan otot : 3 3

3 3

Keterangan:

0: Tidak ada kontraksi

1: Kontaksi (gerakan minimal)

2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi

3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi

4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu


menahan tahanan ringan

5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu


menahan tahanan penuh

g. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Kepala
Inspeksi : bentuk simetris, kurang bersih, tidak ada lesi ,
benjolan tidak ada
Leher
Inspeksi : Simestris, distensi vena jugularis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting
h. Sistem Reproduksi
Axilla
Inspeksi : tidak adanya benjolan abnormal
Palpasi : tidak benjolan abnormal

23
i. Persepsi sensori
Mata
Inspeksi : Simetris antara kanan dan kiri, palpebral
normal dan simetris, sclera tidak ikterik,
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan
kelopak mata
Penciuman-(hidung)

Inspeksi : Bersih, tidak ada sekret , cuping hidung


tidak ada

Palpasi : tidak ada nyeri pada hidung

3.2 Diagnosa Keperawatan

00146 Ansietas
NS.
DIAGNOSIS ____________________________________________
:
Domain 9 : koping/ Toleransi Stress
(NANDA-I)
Kelas 2 : Respon Koping

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons


otonom (sumber seringkali tidak spesiffik atau tidak diketahui oleh
DEFINITION individu) : peraasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
: bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman

Perilaku

Agitasi
DEFINING
Gelisah
CHARACTE
Gerakan Ekstra
RISTICS
Insomnia
Kontak mata yang buruk
Melihat sepintas

24
Mengekspresikan kekhawatiran kerena perubahan dalam peristiwa
hidup
Penurunan produktivitas
Perilaku mengintai
Tampak waspada

Afektif

Berfokus pada diri sendiri


Distress
Gelisah
Gugup
Kesedihan yang mendalam
Ketakutan
Putus asa
Ragu
Sangat khawatir

Fisiologis

Gemetar
Peningkatan keringat
Wajah tegang

Simpatis

Anoreksia
Dilatasi pupil
Lemah
Mulut kering
Peningkatan frekuensi pernaoasan
Peningkatan tekanan darah

Parasimpatis

Gangguan pola tidur

25
Mual

Kognitif

Blocking pikiran
Gangguan konsentrasi
Gangguan perhatian
Lupa
Melamun
Penurunan lapang persepsi

Ancaman kematian
Ancaman pada status terkini
Hereditas
Hubunan interpersonal
Kebutuhan yang tidak dipenuhi
Konflik nilai
Konflik tentang tujuan hidup
RELATED Krisis maturasi
FACTORS: Krisis situasi
Pajanan pada toksin
Penularan interpersonal
Penyalahgunaan zat
Perubahan besar (mis, status ekonomi, lingkungan, status kesehatan,
fungsi peran, status peran)
Riwayat keluarga tentang ansietas
Stressor

26
Subjective data entry : Objective data entry :

1. Nyeri 1. pasien tampak gemetar, ketakutan,

SESSMENT
2. Cemas terhadap penyakitnya gelisah dan meringis kesakitan
2. ekstremitas dingin
AS

3. penurunan reflek
4. nafsu makan berkurang
5. bibir kering dan pecah pecah

Client Ns. Diagnosis (Specify):


DIAGNOSIS

Ansietas
Diagnostic
Related to: Ancaman kematian
Statement:

27
3.3 Intervensi Keperawatan

NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Pengurangan Pengurangan Tingkat Menarik diri (3)
Kecemasan Kecemasan Kecemasan Perasaan Gelisah
Definisi : 1. Gunakan pendekatan Setelah dilakukan (3)
Mengurangi yang tenang dan tindakan Berkeringat dingin
tekanan, meyakinkan keperawatan (3)
ketakutan,firasat, 2. Berada di sisi klien selama 2x24 jam, Rasa cemas yang
maupun untuk meningkatkan diharapkan disampaikan secara
ketidaknyamanan rasa aman dan kecemasan lisan (3)
terkait dengan mengurangi berkurang dengan Gangguan pola
sumber sumber ketakutan Tingkat makan (3)
bahaya yang 3. Identifikasi pada saat Kecemasan
tidak terjadi perubahan Definisi :
teridentifikasi tingkat kecemasan keparahan dari
4. Kaji untuk tanda tanda tanda,
verbal dan non ketegangan atau
verbal kecemasan kegelisahan yang
5. Dorong keluarga berasal dari
untuk mendampingi sumber yang tidak
klien dengan cara dapat
yang tepat diidentifikasi
6. Instruksikan klien
untuk menggunakan
tekhnik relaksasi
7. Atur penggunaan
obat obatan untuk
mengurangi
kecemasan secara
tepat

28
3.4 Implementasi Keperawatan

No Tanggal Implementasi Respon Paraf


Diagnosa /jam
00146 13-10- 1. Menggunakan Klien tampak sedikit
Ansietas b.d 2017/ pendekatan yang tenang
Ancaman 08.0 WIB tenang
Kematian 2. Mengidentifikasi
terjadi perubahan pasien tampak gemetar,
tingkat kecemasan ketakutan,
3. Mengkaji tanda gelisah dan
verbal dan non meringis kesakitan
verbal kecemasan
4. Mendorong keluarga
untuk mendampingi
klien tampak tenang
klien
dengan kelurga yang
5. Menginstrusikan
ada disampingnya
klien untuk relaksasi
6. Mengatur
penggunaan obat
obatan untuk
mengurangi
kecemasan

29
3.5 Evaluasi

NO MASALAH HARI,TG CATATAN PARAF


KEPERAWATA L,JAM PERKEMBANGAN
N/KOLABORASI
1. Ansietas b.d 13-10- S : cemas sedikit berkurang tidak
Ancaman 2017/ menarik diri, Perasaan Gelisah
Kematian 19.0 WIB berkurang
O : pasien tampak lebih tenang,
tidak berkeringat dingin,mau
makan sedikit tapi sering.
A : masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

30
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari
kehidupan manusia (Buku Ajar Keperawatan Gerontik: 435). Beberapa manifestasi
klinik dalam kematian seperti secara fisik ataupun psikosial. Penyebab kematian
diantaranya bisa disebabkan karena penyakit, kecelakaan. Tanda tanda kepastian
kematian yaitu rigor mortis, algor moris dan post mortem decomposition.

4.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan
1. Dalam membuat makalah, kelompok diharapkan dapat menjelaskan asuhan
keperawatan pada lansia menjelang ajal
2. Proses penuanaan yang di alami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik,
pikis dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya
meningkatkan pendekatan pendekatan melaui komunikasi terapeutik,
sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik
dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik
3. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan
denga pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal
informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang pasien dan
keluarga.

31
DAFTAR PUSTAKA
Aru W sudoyo,dkk. 2006.ilmu penyakit dalam,Fd IV Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Azizah mariatul Lilik.2001.Keperawatan lanjut usia. Surabaya : Graha ilmu

Maryam,dkk2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya.Jakarta : Salemba Medika.

Tamher,dkk. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan Jakarta :
Salemba Medika

Nugroho. 2006. Gerontik dan geriatric, Edisi 3. Jakarta : EGC

McCloskey, J. & Gloria M. B. (2000). Nursing Outcome Classificatian (NOC). Second Ed.
New York : Mosby.
McCloskey, J. & Gloria M. B.. (2005). Nursing Intervention Classificatian (NIC). Second
Ed. New York : Mosby.
NANDA. (2011). Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai