Manajement Keperawatan
Conflict Management
ANGGOTA :
Lisa Listiana Dewi ( 20140320027)
Nia Ayu Lestari ( 20140320063)
Muhammad Ulin Nuha ( 20140320082)
Nihlatun Arifah ( 20140320087)
Dzikri Abdillah Sakti ( 20140320089)
Aidatul Fitri ( 20140320100)
Tri Yulianti ( 20140320109)
Muhammad Danang Putra P. ( 20140320115)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan laporan manajement konflik ini banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai cara menyusun konsep manajement keperawatan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
Scenario
Di bangsal perawat, identik terdapat konflik antara perawat. Perawat yang kebanyakan datang
terlambat dan meninggalkan bangsal lebih awal dari yang lainnya, dengan alasan domestic yaitu
dia tidak memiliki pengasuh untuk anaknya dirumah. Setelah sekian lama, rekan perawatnya di
tempat kerja tidak lagi menerima alasannya karena hal itu berdampak pada pemberian asuhan
keperawatan dan kerja tim. Kepala perawat sedang menerapkan statemen smoothing untuk
menangani konflik saat ini.
STEP 1
STEP 2
STEP 3
1. Definisi Konflik
2. Penyebab konflik
3. Macam-macam konflik
4. Tipe-tipe konflik
5. Tujuan manajement konflik
6. Proses konflik
7. Strategi penyelesaian konflik
8. Pencegahan konflik
9. Pengelolaan konflik di ruang perawat
10. IRK
1. Definisi konflik
Konflik adalah suatu kondisi yang ditimbulkan karena adanya perbedaan pendapat
atau perbedaan cara pandang antara individu yang saling berinteraksi yang dimulai
dari dalam individu itu sendiri, antarkelompok dan antarorganisasi.
Konflik adalah perselisihan atau perjuangan yang timbul ketika keseimbangan dari
perasaan, hasrat, pikiran, dan perilaku seseorang terancam. Perjuangan ini dapat
terjadi di dalam individu atau di dalam kelompok. Pemimpin dapat menggerakkan
konflik ke hasil yang destruktif atau konstruktif.
Deutsch (1969) dalam lamonica (1986), mendefinisikan konflik sebagai suatu
perselisihan atau perjuangan yang timbul akibat terjadinya ancaman keseimbangan
antara perasaan, pikiran, hasrat dan perilaku seseorang. Douglass & bevis (1979)
mengartikan konflik sebagai suatu bentuk perjuangan diantara kekuatan
interdependen. Perjuangan tersebut dapat terjadi baik di dalam individu
(interpersonal conflict) ataupun di dalam kelompok (intragroup conflict).
2. Penyebab konflik
Konflik dapat terjadi karena manusia mempunyai sifat yang terbagi dalam kuadran
yaitu : (1) dominasi (dominance), sifat yang paling mendasar dalam diri manusia
yang dapat menimbulkan konflik. Dominasi muncul karena manusia ingin
mempertahankan kehidupan pribadi dan sosialnya dimata orang lain atau ingin
menguasai orang lain agar menuruti keinginannya yang tujuannya untuk mencapai
kepuasan diri. (2) Kepengaruhan (persuasiveness), hal ini terjadi jika seseorang
berusaha mempengaruhi orang lain agar mau menuruti apa yang dipengaruhkan
kepadanya, jika pengaruh tersebut membawa dampak negatif pada dirinya maka akan
terjadi konflik. (3) Keteguhan hati (steadiness), merupakan cerminan sikap egois
dalam diri manusia, yang bila bersentuhan dengan kepentingan dan harga diri
manusia lain bisa menimbulkan konflik dan (4) kepatuhan (compliance), diartikan
sebagai kepatuhan seseorang terhadap nilai-nilai dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungannya. Jika ada karyawan yang tidak patuh
sedangkan karyawan yang lain sudah patuh akan memicu timbulnya konflik
(Bachtiar, 2004).
Arwani (2006) mengatakan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya konflik
diantaranya perilaku yang menentang, stress, kondisi ruangan, kewenangan dokter-
perawat, keyakinan, ekslusifisme, kekaburan tugas, kekurangan sumber daya, proses
perubahan, imbalan dan masalah komunikasi. Berikut ini uraian faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya konflik tersebut :
a. Perilaku menentang, sebagai bentuk dari ancaman terhadap suatu dialog, dapat
menimbulkan gangguan protokol penerimaan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Perilaku ini dapat berupa verbal dan nonverbal. Terdapat tiga macam perilaku
menentang, yaitu : competitive bomber yang dicirikan perilaku yang mudah
menolak, menggerutu dan menggumam, mudah untuk tidak masuk kerja, dan
merusak secara agresif yang disengaja. Tipe perilaku menentang kedua adalah
martyred acomodation, yang ditunjukkan dengan penggunaan kepatuhan semu atau
palsu dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain, namun sambil melakukan
ejekan dan hinaan. Tipe perilaku menentang ketiga adalah avoider, yang ditunjukkan
dengan pengghindaran kesepakatan yang telah dibuat dan menolak untuk
berpartisipasi.
b. Banyaknya stressor yang muncul dalam lingkungan kerja seseorang menimbulkan
terjadinya stress. Stres dapat mengakibatkan tekanan fisik maupun tekanan mental hal
ini akan mudah memicu terjadinya konflik.
c. Kondisi ruangan yang terlalu sempit atau tidak kondusif untuk melakukan
kegiatankegiatan rutin dapat memicu terjadinya konflik. Hal yang memperburuk
keadaan dalam ruangan dapat berupa hubungan yang monoton atau konstan diantara
individu yang terlibat di dalamnya, terlalu banyaknya pengunjung pasien dalam suatu
ruangan atau bangsal mampu memperparah kondisi ruangan yang mengakibatkan
terjadinya konflik.
d. Kewenangan dokterperawat yang berlebihan dan tidak saling mengindahkan
usulanusulan di antara mereka, juga dapat mengakibatkan munculnya konflik.
Dokter yang tidak mau menerima umpan balik dari perawat, atau perawat yang
merasa tidak acuh dengan saransaran dari dokter untuk kesembuhan klien yang
dirawatnya, dapat memperkeruh suasana.
e. Perbedaan nilai atau keyakinan antara satu orang lain dengan yang lainnya dapat
menyebabkan terjadinya konflik. Perawat begitu percaya dengan persepsinya tentang
pendapat kliennya sehingga menjadi tidak yakin dengan pendapat yang diusulkan
oleh profesi atau tim kesehatan lainnya. Keadaan ini akan semakin kompleks
jika perbedaan keyakinan, nilai, dan persepsi telah melibatkan pihak di luar tim
kesehatan yaitu keluarga pasien.
f. Ekslusifisme yaitu adanya pemikiran bahwa kelompok tertentu memiliki
kemampuan yang lebih dibandingkan kelompok lain.
g. Kekaburan tugas atau peran ganda yang disandang seseorang (perawat) dalam
bangsal keperawatan sering mengakibatkan konflik. Seorang perawat yang berperan
lebih dari satu peran pada waktu yang hampir bersamaan masih merupakan fenomena
yang jamak ditemukan dalam tatanan pelayanan kesehatan baik di rumah sakit
maupun komunitas.
h. Kekurangan sumber daya manusiasering memicu terjadinya persaingan yang tidak
sehat dalam suatu tatanan organisasi.
i. Proses perubahan yang terlalu cepat atau proses perubahan yang terlalu lambat
dapat memunculkan konflik. Individu yang tidak siap dengan perubahan memandang
perubahan sebagai suatu ancaman.
j. Imbalan jika dikaitkan dengan pembagian yang tidak merata antara satu orang
dengan orang lain dapat menyebabkan munculnya konflik. Pemberian imbalan yang
tidak didasarkan atas pertimbangan profesioanal sering menimbulkan masalah yang
pada akhirnya menimbukan suatu konflik.
k. Masalah komunikasi, penyampaian informasi yang tidak seimbang, hanya orang
tertentu yang diajak berbicara oleh manajer, penggunaan bahasa yang tidak efektif,
dan penggunaan media yang tidak tepat sering berujung terjadinya konflik.
3. Macam-macam konflik
Marquis & Huston (2010) mengatakan ada tiga kategori konflik yang utama :
intrapersonal, interpersonal, dan inter kelompok.
(1) Konflik intrapersonal : konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini
merupakan masalah internal untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dan konflik
yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetensi peran
(Nursalam, 2009). Bagi manajer, konflik intrapersonal dapat disebabkan oleh
berbagai area tanggung jawab yang terkait dengan peran manajemen (Marquis &
Huston, 2010).
(2) Konflik interpersonal : konflik terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai,
tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karenaseseorang secara
konstan berinteraksi dengan orang lain, sehingga ditemukan perbedaanperbedaan
(Nursalam, 2009). Ruang lingkup ini sangat tidak terbatas, konflik bisa terjadi antara
atasan dengan bawahan secara individu dalam suatu
perusahaan (Bachtiar, 2004).
(3) Konflik interkelompok: konflik yang terjadi antara dua atau lebih dari kelompok
orang, departemen, atau organisasi. Sumber konflik ini adalah hambatan dalam
mencapai kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta keterbatasan prasarana
(Marquis & Huston, 2010). Konflik interkelompok menyebabkan tugas koordinasi
dan integrasi kegiatan-kegiatan tugas menjadi sulit (Winardi, 2007).
4. Tipe-tipe konflik
Konflik timbul didalam diantara dan antara orang- orang adanya perbedaan adanya
pada kenyataan definisi, pandangan, otoritas, tujuan, nilai, dan kendali konflik dalam
organisasi secra strukturan dapat dikategorikan sebagai konflik vertika atau
horizontal. Konflik vertical meliputi perbedaan antara pemimpin dan anak buah. Hal
inin sering diakibatkan oleh komunikasi dan kurang penyebaran persepsi dan perilaku
yang tepat untuk peran diri sendiri atau orang lain.
Konflik horizontal adalh garis konflik antara staff dan ada hubungan dengan praktik
keahlian otoritas, dan sebagainya. Sering berupa perselisihan antar departemen:
1. Konflik di dalam pengirim Pengirim sama pesan saling berlawaan. Contoh
pemimpin yang sama menutut pelayanan yang tinggi, menolak memecat anggota staff
tidak kompeten dan menolak pengontrak staff tambahan
2. Antar pengirim
Pesan pesan yang berlawan dari dua atau lebih pengirim. Contoh pimpinan tertinggi
dari keperawatan menekankan kebutuhan untuk memakai keperawatan menekankan
kebutuhan untuk memakai keperawatan primer sebagai model pelayanan
keperawatan; anak buah yakin bahwa mereka dapat mencapai layanan keperawatan
yang individual dan bermutu dengan menggunakan metode keperawatan tim
3. Antar pesan Orang yang sama ternasuk didalam kelompok- kelompok yang
berkonflik. Contoh Direktur keperawatan adalah seorang anggota kelompok
konsumen masyarakat yang sedang berusaha untuk mengkonsilidasi pelatyanan
obsteri dan pediatric didaerahnya, dengan menempatkan semau ahli pediatric terbagi
diantara dua rumah sakit lainya. Perawat yang sama juga merupakan pegawai di salah
satu rumah sakit yang ingin tetap mempertahankan kedua pelayanan tersebut dirumah
sakitnya.
4. Peran pribadi Orang yang sama nilai- nilainya berlawanan (ketidak sesuaian
kognitif). Contoh perawat percaya bahwa pasien di klinik harus menerima perhatian
individual dari seseorang perawat yang mengikuti perkembangannya pada setiap
kunjungan. Syarat syarat dari kedudukannya dan system pelayanan yang ada
membuat tujuan ini jarang bisa tercapai, jika tidak boleh dibilang bahwa tidak
mungkin tercapai.
5. Antar pribadi Dua atau lebih orang bertindak sebagai pendukung kelompok-
kelompok yang berbeda. Contoh direktur keperawatan bersaing dengan direktur lain
untuk sebuah posisi baru.
6. Didalam kelompok Nilai- nilai baru dari luar dimasukkan pada kelompok yang
ada. Contoh pendidikan yang berkelajutan diwajibkan oleh pemerintah untuk setiap
perpanjangan ijin kn keperawatan. Lembaga pelayanan kesehatan desa tidak
mempunyai dana untuk pengirim perawat untuk mengikuti program pendidikan
berkelanjutan, dan staff perawat, yang dibayar murah tetapi puas, tidak dapat
membianyayi sendiri pendidikan lanjutan mereka.
7. Antar kelompok Dua atau lebih kelompok dengan tujuan yang berlawanan.
Contoh departemen keperawatan menuntut bahwa para perawata diruang operasi dan
pemulihan secara organisional berada dibawah keperwatan. Departemen bedah, yang
terdiri dari dari para dokter, menyakini bahwa mereka harus mengendalikan perawat-
perawat di area ini.
8. Peran mendua Seseorang tidak menyadari harapan olrang lain terhadap sebuah
peran tertentunya. Contoh seorang pengawas perawat yang baru tidak
mempunyai gambaran tentang posisinya dan tidak mempunyai pengalaman
sebelumnnya sebagai pengawas.
9. Beban peran yang terlalu Seseorang tidak dapat memenuhi harapan orang lain
untuk perannya. Contoh seorang sarjana muda baru diharapkan oleh direktur
keperawatan untuk bertanggung jawab terhadap 40 tempat tidur di unit penyakit
kronis dan akut pada dinas malam.
6. Proses konflik
Proses konflik ada enam tahapan yaitu : pertama, kondisi yang mendahului, konflik
yang dipersepsi, konflik yang dirasakan, perilaku yang dinyatakan, penyelesaian atau
penekanan konflik, dan penyelesaian akibat konflik (Filley dikutip dari Monica
1998). Kondisi yang mendahului merupakan penyebab terjadinya konflik (tahap
kedua). Kondisi yang ada di antara pihak yang terlibat atau di dalam diri dapat
menyebabkan terjadinya konflik. Tahapan ketiga konflik akan dipersepsikan adalah
konflik intelektual dan sering melibatkan isu serta peran. Konflik ini dikenali secara
logis dan tidak melibatkan perasaan orang lain yang terlibat konflik. Konflik
yang dirasakan ketika konflik melibatkan emosi. Emosi yang dirasakan antara lain
rasa bermusuhan, takut, tidak percaya dan marah. Konflik ini mungkin juga
dipersepsikan bukan dirasakan, karena orang juga dapat merasakan konflik tetapi
tidak mengetahui masalahnya (Marquis & Huston, 2010). Pada tahapan keempat
konflik akan dimanifestasikanataupun ada perilaku yang dinyatakan seperti agresif,
pasif, asersif, persaingan, debat, atau beberapa individu memecahkan konflik.
Langkah selanjutnya (tahap lima) yang dilakukan terhadap terjadinya konflik adalah
perilaku untuk menyelesaikan atau menekan konflik tersebut. Perilaku tersebut dapat
berupa perjanjian di antara yang terlibat atau kadang melakukan tindakan penaklukan
salah satu pihak. Suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang
yang terlibat di dalamnya dengan prinsip winwin solution. Pada tahap terakhir dalam
proses konflik adalah akibat konflik. Konflik akan selalu menimbulkan dampak
negatif dan positif. Jika konflik dikelola secara baik, orang yang terlibat di dalam
konflik akan percaya ia akan diberlakukan secara adil. Jika konflik tidak terselesaikan
akan menimbulkan konflik yang lebih besar dari konflik yang utama (Nursalam,
2009)
103 Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,
dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.
104 Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
105 Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat
Referensi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39781/Chapter%20II.pdf;jsessionid=2EF1E0
6B11239B10D6AD7C7650C91879?sequence=4
Al Quran