Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI DASAR

ACARA III
ANALISIS KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN
BAWAH

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2017
I. DASAR TEORI
Di lingkungan, dapat dijumpai keanekaragaman makhluk hidup yang berbeda-beda.
Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna, dan sifat-sifat lain dari
makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama terdapat keseragaman. Setiap
lingkungan memiliki keanekaragaman hayati masing-masing.Keanekaragaman hayati sangat
penting bagi kelangsungan dan kelestarian makhluk hidup.
Keanekaragaman dapat terjadi akibat proses evolusi dan adaptasi. Evolusi adalah
perubahan yang terjadi dalam waktu lama yang akan membentuk makhluk hidup yang
berbeda dengan asalnya sehingga akan menimbulkan spesies baru. Sedangkan adaptasi
adalah proses penyesuaian diri terhadap linkungan yang berbeda akan menghasilkan
makhluk hidup yang berbeda pula.
Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang
tinggi. Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar 300 spesies,
burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies, tumbuhan paku-
pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur 72.000 spesies, serta
bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Dari data yang telah disebutkan, itu
membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di Indonesia sangatlah tinggi. Keanekaragaman
hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah
sampai organisme tingkat tinggi. Secara garis besar , keanekaragaman hayati ini terbagi lagi
menjadi tiga bagian utama yaitu keanekaragaman tingkat ekosistem, keanekaragaman tingkat
ini dapat ditunjukan dengan adanya variasi dari ekosistem di biosfer. Misalnya ekosistem
lumut, hutantropis, gurun, masing-masing ekosistem memiliki organisme yang khas.
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beranekaragaman jenis
makhluk hidup.

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) dapat mempunyai arti yang berbeda.


Keanekaragaman hayati adalah jutaan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, termasuk gen
yang mereka miliki serta ekosistem rumit yang mereka bantu menjadi lngkungan hidup
(World Wildlife Found, 1989 dalam Indrawan, Mochamad, dkk, 2007). Pengertian
keanekaragaman hayati adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari semua sumber,
termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan ekosistem akuatik lain serta
kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup menjadi bagiannya. Hal ini meliputi
keanekaragaman jenis, antar jenis dan ekosistem (Convention on Biological Diversity, 1993).
Pengertian yang lain, keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumber
daya hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam
jenis), keanekaragaman antarjenis dan keanekaragaman ekosistem (Sudarsono dkk, 2005: 6).
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik
tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang
dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk
didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang
berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya
(Global Village Translations, 2007:4). Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang
digunakan untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun
frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah. Pengertian yang lebih mudah
dari keanekaragaman hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam hayati
(tumbuhan dan hewan) yang terdapat di muka bumi (Ani Mardiastuti, 1999: 1).
Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan:
a. Keanekaragaman spesies
Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi,
termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan,
jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai
sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari
kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia. Definisi
spesies secara morfologis ini yang paling banyak digunakan oleh pada taksonom yang
mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan spesies dan mengidentifikasi spesimen
yang belum diketahui (Mochamad Indrawan, 2007: 16-18).
b. Keanekaragaman genetik
Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di
antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-
individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki perbedaan
genetik antara satu dengan lainnya. Variasi genetik timbul karena setiap individu
mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi genetik bertambah ketika
keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya melalui
rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi seksual. Proses inilah yang
meningkatkan potensi variasi genetik dengan mengatur ulang alela secara acak
sehingga timbul kombinasi yang berbeda-beda (Mochamad Indrawan, 2007: 15-25).
c. Keanekaragaman ekosistem
Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas biologi yang berbeda serta
asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing (Mochamad
Indrawan, 2007: 15). Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat
didalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup
maupun makhluk hidup dengan lingkungannya atau komponen abiotiknya. Hubungan
timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem. Perbedaan
letak geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk
ekosistem.
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat (terestrial)
dan ekosistem perairan (akuatik). nah dari kedua ekosistem tesebut cakupannya
adalah Bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan basah, bioma hutan gugur,
bioma taiga, bioma tundra. berikut ini kita akan bahas satu persatu bioma tersebut.
a) Bioma gurun/padang pasir
Bioma gurun hanya dapat di tumbuhi oleh beberapa jenis makhluk
hidup saja seperti kaktus dan hewan seperti unta. Hal ini disebabkan oleh
curah hujan yang sangat rendah, suhu di malam hari sangat dingin dan di siang
hari sangat panas sehingga tidak banyak makhluk hidup yang bisa bertahan.
beberapa wilayah yang masuk bioma gurun adalah Asia, Amerika utara,
Australia.
b) Bioma padang rumput atau savanna
Pada bioma ini banyak sekali jenis tumbuhan yang berupa perdu ada
pohon. hal ini disebabkan karena curah hujannya yang lebih tinggi. Akibatnya
hewan pemakan tumbuhan dan pemakan hewan berkembangbiak dengan baik.
Bioma padang rumput terletak di Australia, Amerika afrika dan asia bagian
selatan.
c) Bioma hutan hujan tropis
Ciri ciri bioma ini adalah banyaknya pohon pohon yang besar,
memiliki daun yang lebar dan lebat. Curah hujannya sangat tinggi di
sepanjang tahun dan memiliki tingkat keanekaragaman tumbuhan yang cukup
tinggi. Contoh bioma hutan tropis terletak di Amerika selatan, Aftrika,
Australia bagian timur dan Asia tenggara.
d) Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur dicirikan memiliki pohon yang berdaun lebar dan
memiliki kebiasaan menggugurkan daunnya ketika musim dingin. Hewan
yang hidup di bioma ini memiliki aktivitas musiman karena musim dinginnya
yang sangat ekstrim. Bioma hutan gugur banyak terdapat di Eropa, Asia timur,
Amerika Serikat dan Amerika Timur.
e) Bioma taiga
Ciri ciri bioma taiga adalah memiliki tumbuhan konifer dan rendahnya
keanekaragaman tumbuhan. Contoh Bioma Taiga ada di benua Eropa, Benua
asia,, Amerika Utara
f) Bioma tundra
Ciri ciri bioma tundra adalah memiliki banyak jenis tumbuhan lumut
mulai dari lumut kerak, dan pohon pohon yang berukuran kecil. Bioma
tundra biasanya terdapat di sekitar Kutub.
Metode line transek dan metode kuadrat
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis.
Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan
tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin
pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan
untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini
digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei,
1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang
akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah
individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan
panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat
(Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Metode kuadrat menggunakan petak contoh yang berupa segi empat atau lingkaran
yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk
vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode
ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
(Surasana, 1990). Metode ini juga digunakan untuk komunitas padang rumput yang dibuat
berpetak dan panjang garisnya 25 ,55, dan 1010 meter. Kemudian dibuat bersegmen-
segmen dengan ukuran 11 meter.dan diamati dengan secara analisis vegetasi. Kelimpahan
setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah
total spesies yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang
relatif. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
II. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk menghitung dan mempelajari keanekaragaman
tumbuhan bawah pada tingkat jenis.
III. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
Meteran
Patok
tali plastic/raffia
pisau/cutter
petunjuk pengenalan jenis tumbuhan bawah.
b) Bahan
Ekosistem padang rumput yang akan diamati.

IV. PROSEDUR KERJA


1. Metode line transec
a. Dibuat transec garis (line transec) sepanjang 10 m pada ekosistem yang akan
diamati
b. Dibagi transec tersebut menjadi 5 bagian, setiap jarak 2 meter
c. Dibuat plot contoh pengamatan dengan ukuran 1 m x 1 m pada setiap bagian
secara zik zak
d. Dihitung banyaknya jenis dan banyaknya individu-individu setiap jenis yang
ada pada setiap plot.
2. Metode kuadrat
a. Dipilih suatu komuitas dengan tingkat heterogenitas tumbuhannya cukup
tinggi
b. Dibuat petak pengamatan dengan ukuran 10 meter x 10 meter
c. Didalam petak tersebut, dibuat plot ukuran 1m x1m sebanyak 5 buah yang
bisa mewakili petak petak tersebut
d. Diamati vegetasi yang ada disetiap plot berupa jenis dan jumlah individu
setiap jenis yang ditemukan.
V. HASIL PENGAMATAN
Nomor Nama spesies Jumlah
Total
Plot indiviu
1. Rumput 21
2. Semut Hitam 16
1 3. Rayap 1 44
4. Binatang kecil I 4
5. Laba-laba 2
1. Rumput 25
2. Semut Hitam 7
3. Binatang Kecil I 3
2 42
4. Binatang Kecil II 1
5. Belalang 4
6. Laba-laba 2
1. Rumput 10
2. Tumbuhan I 6
3. Tumbuhan II 2
4. Tumbuhan III 13
3 5. Semut Hitam 12 60
6. Semut Merah 4
7. Binatang Kecil I 3
8. Belalang 8
9. Ulat 2
1. Rumput 14
2. Tumbuhan I 11
3. Semut Hitam 2
4. Binatang kecil I 1
4 5. Binatang kecil II 1 58
6. Belalang 16
7. Rayap 4
8. Laba-laba 3
9. Nyamuk 6
1. Rumput 10
2. Tumbuhan I 5
3. Tumbuhan II 8
5 4. Binatang Kecil I 3 41
5.Binatang Kecil II 2
6. Belalang 8
7. Nyamuk 5

INP
Nama Spesies KM KR % FM FR %
(KR+FR)
Rumput 0,8 32,26 1 13,51 45,77
Tumbuhan I 0,22 8,87 0,6 8,11 16,98
Tumbuhan II 0,1 4,03 0,4 5,41 9,44
Tumbuhan III 0,13 5,24 0,2 2,70 7,94
Semut Hitam 0,4 16,13 1 13,51 29,64
Rayap 0,05 2,01 0,4 5,41 7,43
Binatang Kecil I 0,14 5,65 1 13,51 19,16
Binatang Kecil II 0,04 1,61 0,6 8,11 9,72
Laba-laba 0,07 2,82 0,6 8,11 10,93
Belalang 0,36 14,52 0,8 10,81 25,33
Semut Merah 0,04 1,61 0,2 2,70 4,31
Nyamuk 0,11 4,44 0,4 5,41 9,85
Ulat 0,02 0,80 0,2 2,70 3,5
Jumlah 2,48 100 7,4 100 200

Indeks
Indeks Kekayaan Keanekaragaman Indeks
Nomor Plot
dari Margalef (RI) dari Shannon- Kemerataan (E)
Wieners (H)
1 1,05
2 1,34
3 1,96 1,59 0,72
4 1,97
5 1,61
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap keanekaragaman tumbuhan
bawah pada tingkat spesies yang ada di padang rumput. Praktikum ini menggunkan metode
kuadrat dimana Metode kuadrat menggunakan petak contoh yang berupa segi empat dengan
ukuran 10x10 kemudian dibuat 5 plot dengan ukuran 1x1 lalu dilakukan analisis.
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) dapat mempunyai arti yang berbeda.
Keanekaragaman hayati adalah jutaan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, termasuk gen
yang mereka miliki serta ekosistem rumit yang mereka bantu menjadi lngkungan hidup.
Keanekaragaman hayati dibagi atas tiga tingkatan yaitu keanekaragaman spesies yang
mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan protista serta
spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau
multiseluler). Keanekaragaman genetik yang merupakan variasi genetik dalam satu spesies
baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-
individu dalam satu populasi. Dan terakhir keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas
biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing.
Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat didalamnya selalu melakukan
hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan
lingkungannya atau komponen abiotiknya. Tingkatan keanekaragaman hayati yang dilakukan
pada praktikum kali ini yaitu pada tingkatan keanekaragamn ekosistem khususnya ekosistem
padang rumput.
Data yang didapat pada plot 1 terdapat 5 spesies dengan total individu seluruhnya
yaitu 44. Pada plot 2 terdapat 6 spesies dengan total individu seluruhnya yaitu 42. Pada plot 3
terdapat 9 spesies dengan total individu seluruhnya yaitu 60. Pada plot 4 terdapat 9 spesies
dengan total seluruhnya 58. Dan pada plot terakhir terdapat 7 spesies dengan total individu
seluruhnya yaitu 41.
Dari data yang didapat dilakukan analisis untuk mencari kerapatan mutlak, kerapatan
relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif dan nilai indeks penting (INP). Untuk spesies
rumput dari kelima plot tersebut memiliki nilai yang tertinggi yaitu untuk kerapatan mutlak
sebesar 0,8 kerapatan relatif sebesar 32,26 %, frekuensi mutlak 1, frekuensi relatif sebesar
13,51 % dan untuk indeks nilai penting sebesar 45,77. Hal ini menunjukkan spesies rumput
banyak atau lebih dominan dari spesies lain pada ekosistem padang rumput.
Dari hasil pengamatan dan analisis data nilai terendah untuk kerapatan mutlak,
kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif dan indeks nilai penting terjadi pada
semut merah yaitu kerapatan mutlaknya sebesar 0,04; untuk kerapatan relatif sebesar 1,61 %;
untuk frekuensi mutlak sebesar 0,2 ; untuk frekuensi relatifnya sebesar 2,70% dan untuk nilai
indeks penting hanya sebesar 4,31.
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis.
Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan
tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin
pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan
untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini
digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m.
Metode kuadrat menggunakan petak contoh yang berupa segi empat atau lingkaran
yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk
vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode
ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
Metode ini juga digunakan untuk komunitas padang rumput yang dibuat berpetak dan
panjang garisnya 25 ,55, dan 1010 meter. Kemudian dibuat bersegmen-segmen dengan
ukuran 11 meter.dan diamati dengan secara analisis vegetasi. Kelimpahan setiap spesies
individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesies
yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatif. Secara
bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur
komunitas.
VII. KESIMPULAN
Keanekaragaman tumbuhan bawah tingkat jenis pada ekosistem padang rumput yang
dominan adalah rumput-rumputan karena dapat dilihat dari hasil analisis keanekaragaman
dengan menggunakan perhitungan kerapatan, frekuensi, indeks nilai penting indeks kekeyaan
margalef, indeks kemeratan dan indeks keanakaragaman Shannon .
VIII. SARAN
Dalam melakukan praktikum diharapkan agar lebih teliti agar hasil yang didapat lebih akurat
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Tanri. 2013. Pentingnya Keanekaragaman Hayati. http://www.biologi-
sel.com/2013/04/pentingnya-keanekaragaman-hayati.html.
Harjadi, M.M. Sri Setyadi. 1979. Pengantar Agronomi. PT Gramedia: Jakarta.
Heddy, G. 2000. Biologi Pertanian. Rajawali Press: Jakarta.
Indrawan, Mochamad, dkk. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.
Muna, Naylah. 2014. Biologi Konservasi.
http://majalah1000guru.net/2014/07/biologi-konservasi/.
National Geographic. 2014. Biodiversity.
http://education.nationalgeographic.com/education/encyclopedia/biodiversity/?ar_a=1.
Nurhabibah, Binti, dkk. 2010. Biodiversitas dan Konservasi Biologi.
http://biologi2008fkipunila.blogspot.com/2010/02/biodiversitas-dan-konservasi-
biologi.html
Salam, Abdul. 1994. Keanekaragaman Genetik. Yogyakarta: Andi Offset.
Soemarwoto, O. 1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung:
Penerbit Djambatan.
Sutiowati, Tetty. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press.
Tjitrasam.1983. Botani Umum I. Angkasa: Bandung
Wolf, L. 1992. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
LAMPIRAN

Plot I Plot II

Plot III Plot IV

Plot V

Anda mungkin juga menyukai