Ade Heryana - CatKul STUDI EXPRIMENTAL PDF
Ade Heryana - CatKul STUDI EXPRIMENTAL PDF
sengaja diberikan tindakan/intervensi tertentu dengan kelompok lain yang sama tetapi tidak
Nama lain studi eksperimental adalah studi Intervensi yang hampir mirip dengan studi
kohort. Perbedaan studi kohort dengan studi intervensi terletak pada perlakuan intervensi status
“exposure” pada subjek-subjek yang diteliti. Penelitian eksperimental dalam Epidemiologi pada
umumnya hanya menerapkan Jenis Intervensi yang bersifat Preventif (Profilaktif), Promotif, dan
Terapeutik.
5. Mengukur “Outcome” atau “Disease” (D+ atau D-) pada kedua kelompok; dan akhirnya
pg. 1
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
terhadap penyembuhan penyakit gusi berdarah. Pada penelitian ini para penderita penyakit gusi
berdarah dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama diberikan Vitamin C dan kelompok
kedua tidak diberikan Vitamin C. Kemudian dilakukan follow up dan dilihat hasilnya.
RANDOMISASI
Randomisasi adalah proses yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek-subjek yang
diteliti sedemikian rupa sehingga setiap subyek mempunyai kesempatan yang sama untuk
mendapat “exposure” atau tidak mendapat “exposure”. Dalam hal ini terdapat dua tahap
randomisasi yaitu randomisasi seleksi dan randomisasi alokasi (lihat gambar 2 di bawah)
pg. 2
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
Randomisasi Selection yaitu meyeleksi subjek-subjek yang akan diteliti sedemikian rupa
sehingga setiap subjek di populasi studi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih
untuk mendapat “exposure”, sehingga setiap anggota sampel mempunyai kesempatan yang sama
untuk menerima E+ atau E-. Pada proses ini, variabel-variabel confounder (covariate)
terdistribusi hampir secara “equal” pada kelompok yang E+ dan E- (lihat gambar 4).
pg. 3
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
Jika proses Random Allocation berjalan baik, maka akan diperoleh distribusi variable
konfounder yang “equal” pada kedua kelompok. Contoh: Distibusi Frekuensi Variabel
Konfounding.
Selain variabel konfounder yang dapat terukur, variabel-variabel konfounder yang tidak
terukur juga akan terdistribusi secara “equal” juga. Jika distribusi frekwensi variabel konfounder
tidak perlu lagi dilakukan kontrol terhadap variable konfounder pada fase analisis
pg. 4
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
Gambar 5. Beberapa Model Random Alokasi. Complete random allocation (kiri) dan
Stratified random allocation (kanan)
pembanding yaitu:
2. Between-Group Design
Nama lain dari studi ini adalah Single-Group Design atau Pre-test and Post-test Design.
Studi ini tidak membutuhkan randomisasi. Tahap-tahap pada studi ini antara lain (lihat gambar :
pg. 5
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
5. Membandingkan variabel “outcome” pada saat pre-test dan variabel “outcome” pada
post-test.
Merupakan studi experimen dimana peneliti membandingkan “outcome” dari dua atau
lebih kelompok yang mendapat intervensi yang berbeda. Terdapat dua macam beetween group
design:
Nama lain studi ini adalah RCT (Randomized Clinical Trial), untuk penelitian yang
bersifat klinis. Pada studi ini dilakukan penelitian hubungan antara variabel “exposure” dengan
variabel “outcome”. Label “E” atau “exposure” dapat berupa : obat, program-program kesehatan,
pg. 6
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
pelatihan, tindakan medis dan lain-lain. Label “D” atau “outcome” dapat berupa: status klinis,
status psikologis, status kesehatan, status laboratoris, status pengetahuan, dll. Berikut adalah
a. Menentukan siapa yang menjadi subjek untuk penelitian dan bagaimana merekrutnya.
externa).
2. Populasi Studi, yaitu populasi yang akan menjadi sasaran pada penelitian yang akan
dilakukan. Hal ini untuk menghindari adanya kesulitan secara teknis, misalnya: tidak
pg. 7
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
3. Populasi Trial, yaitu bagian dari Populasi Studi yang benar-benar bersedia
4. Kelompok Study dan Kelompok Kontrol. Dari mereka yang masuk dalam Populasi
Trial kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara acak, yaitu kelompok studi dan
kelompok kontrol.
Subyek dalam studi ini dapat manusia atau hewan seperti tikus, mencit, atau kera.
dan keefektivan suatu zat terapetik baru atau prosedur medis yang meminimalkan risiko
pada manusia.
Baik penggunaan subyek manusia atau hewan pada penelitian experimen, diupayakan agar
pg. 8
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
memastikan bahwa “outcome” belum muncul pada saat studi dimulai, dan untuk
konfounder
kelompok
“equal”
adalah peneliti tidak dapat mengecek jika randomisasi tidak menghasilkan ekualisasi pada
masing-masing kelompok.
Untuk mengontrol variable penelitian, tiga prinsip penting harus disertakan dalam
penelitian experimental:
Control groups, artinya intervensi atau perlakuan experimental (seperti obat, vaksin,
lingkungan bebas rokok atau diet khusus) ditahan dari sebagian subyek peneltian.
Subyek ini selama control group, menerima dosis kosong atau tanpa pemeriksaan,
Randomization
Blinding
pg. 9
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
kesempatan yang sama untuk mendapat “exposure” (E+) atau tidak mendapat “exposure”
Proses randomisasi digunakan sebagai dasar untuk merencanakan analisis yang akan
Tidak terdistribusi secara “equal” pada kelompok yang dibandingkan maka analisis
secara “equal”
yang diteliti atau siapapun yang kontak dengan mereka, tidak mengetahui apakah mereka
Dikatakan “single blind” jika hanya subjek yang diteliti yang tidak mengetahui
Dikatakan “double blind” jika subjek yang diteliti dan peneliti yang tidak mengetahui
Dikatakan “triple blind” jika subjek yang diteliti, peneliti, dan penganalisis data tidak
mengetahui
dilakukan. Setelah proses randomisasi selesai yaitu pada periode follow-up, proses
pg. 10
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
Pada periode follow-up dapat muncul kondisi yang dapat menimbulkan bias,
misalnya :
a. Subjek yang mengetahui dirinya mendapat E + akan merasa lebih baik, sebaliknya
subjek yang mendapat E – merasa dirinya menjadi lebih parah atau sebagainya;
b. peneliti yang mengetahui mengenai status keterpaparan “exposure” pada subjek yang
diteliti akan memberikan perhatian yang berlebih atau berkurang atau terpengaruh pada
Untuk menghindari bias tersebut diatas, jika memungkinkan dilakukan proses “blinding”.
Akan tetapi, tidak semua penelitian eksperimen dapat dilakukan proses “blinding”.
Peneliti sebaiknya telah membuat definisi operasional untuk variabel “outcome” yang
mungkin muncul akibat adanya “side effect”pada studi experimen yang dilakukan
pg. 11
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
Pada studi ini, experimen dilakukan tanpa melaksanakan proses randomisasi pada subjek-
subjek yang diteliti. Biasannya variabel konfounder tidak terdistribusi secara “equal” pada
kelompok-kelompok yang dibandingkan. Variabel konfounder belum dapat dikontrol pada fase
disain, akan tetapi dikontrol pada fase analitik dengan analisis multivariate. Kerugiannya hanya
variabel konfounder yang diketahui dan dapat terukur saja yang dapat dikontrol, sedangkan
variabel konfounder yang belum diketahui dan tidak terukur tidak dapat dikontrol. Berikut
Controlled Trial disebut juga Uji Klinis; 2) Field Trial disebut juga Eksperimen Lapangan; dan
pg. 12
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
mempelajari pengaruh intervensi, biasanya digunakan pada penelitian penyakit khusus (clinical
trial). Subyek dari populasi studi secararandom diambil untuk dilakukan intervensi dan
dialokasikan terhadap kelompok secara random yakni dengan kemungkinan. Bila pemilihan dan
randomisasi berjalan dengan baik, kelompok control dan penelitian akan sebanding pada awal
investigasi. Perbedaan antara kelompok yang telah berubah tidak dipengaruhi oleh bias “peduli”
Field trials
Field trials, berbeda dengan clinical trials, melibatkan orang sehat tetapi dianggap
memiliki risiko penyakit. Data yang dikumpulkan dari “field” biasanya berasal di antara orang-
orang “non-institutionalized” dari populasi umum, seperti pada bagan di bawah ini.
pg. 13
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
Bila subyek penelitian bebas penyakit dan tujuan penelitian adalah untuk mencegah
penyakit yang mungkin jarang terjadi, field trials biasanya kompleks dan mahal. Salah satu Field
Trial terbesar adalah mnguji vaksin Salk untu mencegah poliomyelitis, yang melibatkan lebih
Field Trials dapat digunakan untuk mengevaluasi intervensi yang ditujukan untuk
mengurangi exposure dimana pengukuran terhadap terjadinya efek bagi kesehatan tidak
memadai. Sebagai contoh, perbedaan metode proteksi terhadap pajanan pestisida diuji dengan
Field Trial, dan pengukuran level timbal dalam darah pada anak-anak menunjukkan bahwa
penggunaan proteksi yang baik adalah mengeliminasi timbal pada cat rumah. Beberapa studi
intervensi dapat dijalankan dalam skala kecil, dan dengan biaya yang murah, dimana tidak
Community trials
Pada jenis penelitian ini, kelompok perlakuan merupakan komunitas, bukan individu.
Studi ini cocok untuk penyakit yang dipengaruhi oleh kondisi social, dan untuk mencegah
perilaku kelompok target. Contoh yang tepat adalah penyakit Cardiovascular disease. Kelemahan
Random alokasi pada komunitas biasanya tidak praktis; metode lainnya dibutuhkan untuk
memastikan bahwa perbedaan yang ditemukan pada akhir studi merupakan bagian dari
Lebih lanjut, sulit untuk memisahkan antara komunitas yang dilakukan intervensi
pg. 14
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
Tidak selalu memungkinkan menarik kesimpulan akhir tentang upaya perbaikan yang
Gambar 11 berikut adalah contoh Community Trial pada program jangkauan tuberculosis
di pedesaan Ethiopia. Pada studi ini 32 komunitas – dengan total populasi 350.000 penduduk –
secara random dilakukan intervensi dan control group. Studi memperlihatkan bahwa
Kelebihannya adalah :
pg. 15
Ade Heryana – STUDI EKSPERIMEN (Catatan Kuliah)
Dapat merupakan satu-satunya disain yang sesuai dipakai misalnya untuk mempelajari
obat-obat baru
Dapat menghasilkan penelitian yang murah dan cepat dibanding penelitian observasional.
Misal studi tentang efek dari diet rendah lemak pada kadar kolesterol darah, dimana pada
Apabila jumlah samplenya besar, dapat dihindari pengaruh - pengaruh luar yang tidak
diinginkan.
Tidak semua pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan disain experimen karena
populasi
Prinsip Double Blind sulit diterapkan untuk penelitian yang bukan obat.
pg. 16