Pada dasar temuan mereka, kelompok White (1975) memperkirakan bahwa tulang
belakang cervical orang dewasa tidak stabil, atau mendekati ketidakstabilan, ketika setiap
kondisi-kondisi yang berikut hadir: semua element anterior atau semua unsur-unsur
posterior dihancurkan atau tidak mampu untuk berfungsi; lebih dari 3,5 mm dari garis
melintang (horisontal) pergeseran dari satu ruas tulang belakang yang berhubungan
dengan yang bersebelahan di/terukur di ukur dari foto rontgen lateral ( dalam keadaan
beristirahat atau flexi-extensi); lebih dari 11 derajat perbedaan rotasi dari vertebrae yang
berdekatan diukur pada foto lateral istirahat atau foto rontgen fleksi-ekstensi.
Petunjuk seperti itu untuk mengevaluasi stabilitas klinis tulang belakang cervical
mungkin mempunyai aplikasi-aplikasi spesific di dalam kasus-kasus yang diberi. Sebagai
contoh, Jika di dalam memeriksa pasien dengan trauma fleksi seorang dokter mengenali
bahwa kompleks-kompleks ligamentum posterior tidak utuh, hati-hati dapat diambil
untuk mencegah fleksi dari leher selama evaluasi dan perawatan. Jika ada indikasi suatu
prosedur pembedahan , pendekatannya perlu memelihara integritas ligamentum anterior
dan memperkecil kerusakan ligamentum posterior pada struktur-struktur ini memandang
tulang belakang dengan sepenuhnya tidak stabil di dalam fleksi dan ekstensi
PERAN KOMPONEN-KOMPONEN TULANG CERVICAL SELAMA
PEMBEBANAN
Sedikit studi yang melakukan pemeriksan gerakan torsi dari discus intervertebral
vertebra cervical , namun orientasi lain dari serabut collagen akan muncul untuk
berperanan dalam pengendalian perputaran di sekitar axis. Sungguh, orientasi serabut
cakram harus merupakan suatu faktor di dalam mengendalikan perputaran karena faset
cervical tidak termasuk permukaan-permukaan sendi antara C1 dan tulang occipital)
sungguh sedikit untuk menahan gerakan ini. Oleh perbandingan, hubungan rusuk di
dalam vertebra thoracal dan faset di dalam vertebra lumbal secara signifikant
mengendalikan perputaran di sekitar axis (Markolf, 1972)
Struktur dari kepala dan leher, yang sangat utama bahwa dari suatu peluru/bola
gesit yang besar ke puncak suatu poros yang langsing, membuat tulang belakang cervical
dan soft tissue disekelilingnya terutama sekali berbahaya kepada trauma yang dinamis.
Beban yang besar dan gerakan berlebihan kepala yang secara relatif berat di atas
porosnya dapat dengan mudah menciptakan penekanan dan tegangan yang melebihi
kekuatan kestabilan struktur-struktur. Mekanisme-mekanisme bertanggung jawab karena
pembebanan yang berlebihan pada tulang belakang sudah menerima perhatian yang
pantas dipertimbangkan oleh karena pentingnya trauma tulang belakang pencegahan dan
konsekuensi-konsekuensi nya yang serius.
Trauma Flexi-Extensi yang paling umum dari trauma tulang belakang cervical
trauma ini sering kali terjadi pada usia muda sebagai suatu konsekuensi dari penyelaman
ke dalam air yang dangkal dan bahkan lebih sering terjadi pada semua usia karena
kecelakaan lalu lintas. Yang belakangan dikenal sebagai Whiplash injury..
Sendi-sendi dari cervical bagian bawah (C2-C7) secara anatomi terpisah jelas.
Dengan begitu, kinematik dari regio ini sangat unik. Sebagian besar detail kerja
kinematik dari cervical bagian bawah diungkapkan oleh Lysell, yang melaksanakan
pemeriksaan tiga dimensi dengan teliti pada otopsi spesimen baru dengan menggunakan
teknik radiography.
CAKUPAN GERAKAN (RANGE OF MOTION)
Studi dari mobilitas vertebrae cervical dapat dilihat dari faktor biomechanik,
etiologi dan patologi yang memberikan efek terhadap cakupan gerakan (Range of
motion). Umur merupakan salah satu faktor. Blanchart dan kottke, yang mempelajari
grup dari pelajar laki-laki usia antara 15 dan 29 tahun, ditemukan adanya hubungan
terbalik antara usia dan cakupan gerakan (range of motion) , dimana makin meningkatnya
usia , maka gerakan makin menurun. Alasan dari menurunnya gerakan tersebut tidak
jelas. Satu yang tidak diharapkan pada kelompok ini terdapat perubahan degeneratif.
Schoening dan Hannan melakukan studi invivo dengan menggunakan goniometer untuk
menentukan faktor-faktor yang memberikan efek terhadap gerakan cervical. Mereka juga
menemukan bahwa faktor usia merupakan fsktor yang penting untuk dipertimbangkan..
Mereka juga menemukan bahwa nyeri pada leher, lengan dan dada, nyeri pada sendi dan
prosesus spinosus, nyeri dengan gerakan leher pasif, meningkatnya ketegangan otot
semuanya berhubungan dengan berkurangnya cakupan gerakan (range of motion).
Dengan kecurigaan tersebut, mereka mendapatkan bahwa, berkurangnya jarak interspace
pada satu level tidak memberikan efek terhadap gerakan, hanya jika terjadi pada beberapa
level maka terdapat hubungan antara menurunnya jarak antara discus dan menurunnya
gerakan.
Lysell meneliti hubungan antara degenerasi discus dan gerakan, Pada awalnya,
dengan menggunakan radiography , Lysell mengukur cakupan gerakan (range of motion)
dari unit fungsi spinal. Berdasarkan hal ini kemudian dia mengambil discus
intervertebralis pada satu unit spinal dan dinilai sebagai suatu degenerasi. Dia
menemukan bahwa tidak ada hubungan antara derajat degenerasi discus dengan
kehilangan mobilitas. Hasil ini diterapkan pada seluruh arah gerakan pada semua sendi.
Hadley dan Fielding keduanya melaporkan penemuan yang sama, di mana sebelumnya
peneliti yang lain tidak sependapat. Ball dan Meijer mempelajari gerakan dari tulang
cervical dua puluh satu postmortem baru, dan disimpulkan bahwa terdapat penurunan
sudut gerakan ketika terdapat gambaran radiologis dari degenerasi discus.
Pada fleksi-extensi, gerakan difokuskan pada daerah sentral. Hubungan antara
vertebrae C5- C6 secara umum dipertimbangkan memiliki cakupan gerakan (range of
motion) yang besar, terutama pada bidang sagital. Kottke dan Mondale, bagaimanapun,
menetapkan bahwa cakupan gerakan (range of motion) vertebrae C4-C5 dan vertebrae
C6-C7 tidak berbeda jauh dari cakupan gerakan C5-C6. Untuk gerakan lateral dan rotasi
aksial, cakupan gerakan (range of motion) lebih kecil pada segmen yang lebih caudal.
Range of motion pada vertebrae cervical bagian bawah dapat digunakan dalam
membuat keputusan klinis mengenai stabilitas. Maksimum gerakan pada bidang sagital
(z aksis) yang terjadi pada vertebrae cervical bagian bawah, dibawah stimulasi beban
physiologis gerakan fleksi-extensi dapat diukur. Pengukuran langsung ditandai bahwa
batas atas dari nialai normal adalah 2,7 mm. Pengukuran yang sama pada pemeriksaan
radiologis dapat bervariasi sesuai teknik yang dikerjakan dan derajat berikutnya dari
magnifikasi. White dan teman-teman memperkirakan 3,5 mm sebagai patokan untuk
batas atas nilai normal, diambil dari perhitungan magnifikasi radiologi ( 182 cm jarak
antara tube ke film dan 36 cm jarak dari tulang cervical ke film). Dengan demikian satu
dapat dipertimbangkan pada vertebrae cervical dewasa untuk menjadi tidak stabil ketika
terdapat lebih dari 3,5 mm pergeseran horisontal dari satu vertebrae yang dihubungkan
dengan vertebrae yang berdekatan , diukur pada proyeksi lateral radiologis.
Dalam usaha untuk menentukan nilai untuk translasi aksis Y, White dan rekan
mengembangkan metode dari evaluasi klinis yang dinamakan ”stretch tes”. Tes ini
mengukur pola pergeseran dari vertebrae cervical dibawah kontrol hati- hati dari kondisi
dan diidentifikasi beberapa kelainan pada pola tersebut, yang mungkin dapat
menyebabkan ketidakstabilan. Secara biomekanik, saraf spinal dapat mentoleransi
pergeseran pada arah aksial (Y aksis). Dengan demikian, pada situasi klinis yang akut,
monitoring tes yang dilakukan pada pergeseran arah aksial lebih aman dibandingkan
pergeseran arah horisontal yang potensial sangat beresiko
Berdasarkan studi pada 8 orang yang normal, stretch tes yang abnormal ditandai
oleh pemisahan jarak lebih dari 1.7 mm. Dengan cara yang sama, displacement aksial
yang berlebihan dapat membuat kecurigaan adanya kerusakan struktural. Para peneliti
mengembangkan suatu kriteria untuk evaluasi klinis instabilitas pada cervical bagian
bawah.
POLA PERGERAKAN
Sebagai vertebrae mengalami suatu pergerakan. Pola dari pergerakan ditentukan oleh
design geometrik dari struktur dan physical dari jaringan ikat lunak. Posisi dari vertebrae
dari full fleksi sampai full extensi memiliki karakteristik tertentu yang sama dan
perbedaan regional dalam keseluruhan tulang belakang. Pada posisi fleksi, vertebrae
cervical miring dan melewati vertebrae di bawahnya. Permukaan sendi antar vertebrae
dari vertebrae bagian bawah bergeser ke atas dan ke depan melewati permukaan sendi
bagian atas. Pergerakan ini merupakan kombinasi antara tranlasi dan rotasi. Pada waktu
yang sama prosesus spinosus terpisah. Permukaan sendi diasumsikan dengan bentuk baji
dengan dasar yang diorientasikan secara posterior.
Lysell menggunakan istilah sudut puncak untuk mendeskripsikan kecuraman dari arkus
yang dibentuk oleh vertebrae cervical yang dimulai dari full fleksi sampai full ekstensi.
Kecuraman sudut tertinggi adalah pada C6 diikuti oleh C7. C2 adalah yang paling datar.
Lengkung dari arkus menurun dihubungkan dengan degenerasi discus.
PASANGAN KARAKTERISTIK
Bentuk Pasangan pada vertebrae cervical bawah adalah seperti lenturan lateral dari
prosesus spinosus terhadap konveksitas dari kurva. Oleh karena itu, lenturan lateral pada
prosesus spinosus sebelah kiri akan bergerak ke sebelah kanan dan lenturan lateral pada
sebelah kanan akan bergeser ke sebelah kiri..Pada sistem koordinat, positif 0 z
berpasangan dengan negatif 0 y, negatif 0 z berpasangan dengan positif 0 y. Bentuk
pasangan ini ditandai dan bermakna secara klinis dalam memahami dislokasi faset
vertebrae cervical. Sebagai contoh, dislokasi faset dapat disebabkan ketika kekuatan
trauma membawa sendi di luar dari gerakan normalnya.. Pada kejadian ini, terdapat
pernyataan yang berlebihan dari fisiologi ganda antara lenturan lateral dan rotasi aksial.
Sebagai hasilnya, faset pada satu sisi bergeser jauh di caudal dan pada sisi yang
berlawanan bergerak ke cranial dan dislokasi. Pada vertebrae Cervical 2 terdapat 2o dari
pasangan aksial rotasi untuk setiap 3 o dari lateral bending, ratio 2:3 (0,67). Pada vertebrae
cervical 7, terdapat 1 o dari pasangan rotasi aksial umtuk setiap 7,5 o
dari lenturan
lateral, ratio 1:7,5 (0,13). Antara C2 dan C7 terdapat penurunan derajat cephalocaudal
dari keseluruhan rotasu aksial yang dihubungkan dengan lenturan lateral. Fenomena
perubahan ratio pasangan mungkin berhubungan dengan perubahan pada sudut dari facet
joint. Meskipun hal ini belum terukur atau teruji, secara umum dipercaya bahwa sudut
dari faset joint pada bidang sagital meningkat dari cephalocaudal, suatu bukti bahwa
dapat dijelaskan secara partial frekwensi relatif dari lokasi unilateral faset pada C5 dan di
bawahnya.
STABILITAS
Beberapa studi biomekanik diselenggarakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi
ketidakstabilan vertebra cervical bagian bawah setelah suatu trauma atau pada keadaaan
di mana stabitilas diragukan. Hal ini meliputi penelitian pada vertebra cervical cadaver
yang normal dengan cadaver yang strukturnya telah mengalami perubahan.Di dapatkan
pada cadaver normal, gerakan yang minimal antar vertebrae, dimana gerakan horisontal
dari satu corpus vertebrae pada vertebra lain tidak lebih dari 3,5 mm, dan gerakan angular
antara vertebrae selalu 11 o atau kurang dari sudut yang diukur antara adjecent vertebrae.
Hanya ketika sebagian besar dari ligamen rusak maka gerakan melebihi angka tersebut.
Informasi ini dapat digunakan secara klinis untuk menilai ketidakstabilan spinal dengan
menggunakan rontgen AP/lat dari vertebrae cervical. Pengukuran horisontal dibuat pada
level yang dicurigai antara ujung posteroinferior dari corpus vertebrae di atasnya dengan
ujung posterosuperior pada corpus vertebrae di bawahnya. Jika ukurannya melebihi 3,5
mm pada orang dewasa normal tanpa perubahan degeneratif lanjut, instability harus
dicurigai, karena sebagian besar ligamen pasti rusak. Sebagai contoh, pada dislokasi faset
bilateral komplit, sekurangnya 7 mm dari perubahan jarak horisontal dapat terjadi antara
vertebrae. Sebagian besar ligamen pada level yang terlibat dapat rusak menyebabkan
translasi horisontal yang lebih besar. Namun, meskipun dislokasi dapat direduksi secara
baik dengan traksi, vertebrae biasanya masih tidak stabil. Untuk mengukur angular
displacement pada rontgen lateral dari vertebrae cervical, garis horisontal dibuat dari dua
titik terpisah pada kedua corpus vertebrae. Sudut perpotongan pada level yang terlibat
diukur dan dibandingkan dengan sudut yang diukur di atas dan di bawah level yang
terlibat. Jika angular displacement 11O lebih besar dari angulasi vertebrae didekatnya, hal
ini kemungkinan besar terdapat instability pada level tersebut. Pengukuran ini hanya
digunakan untuk menilai stabilitas ketika terdapat kerusakan ligamen secara nyata.
O
Sebagai contoh, angulasi lebih 11 mungkin didapatkan pada fraktur kompresi berat
karena hilangnya ketebalan korpus vertebrae. Bagaimanapun, angulasi disebabkan oleh
fraktur kompresi tidak significan kecuali jika berhubungan dengan kerusakan dari
ligamentum posterior dengan pemisahan yang luas dari prsesus spinosus.
Studi ini dilakukan pada vertebrae kadaver umur 19 – 58 tahun dengan perubahan
degeneratif minimal. Oleh karena itu, batas gerakan fisiologis ini harusnya diterpkan
untuk orang dewasa dengan penyakit degeneratif minimal dan tidak untuk anak-anak dan
orang tua dengan spondilosis lanjut. Hal ini diketahui bahwa anak-anak menpunyai
tulang belakang yang luar biasa luwes, namun batas atas dari gerakan normal pada anak-
anak belum dibentuk. Studi pendahuluan pada orang tua dengan spondilosis lanjut
diperkirakan bahwa spondilosis vertebrae lebih kaku dan meskipun subluksasi atau
deformitas dapat tampak pada rontgen, hal ini biasanya fixed dan tidak berubah pada
gerakan fleksi dan ekstensi.
Pada pemeriksaan klinis biasa, pemeriksaan rontgen diperoleh dengan kepala dan leher
istirahat. Gerakan dinamik tidak diperbolehkan pada pemeriksaan ini, namun hubungan
abnormal antara vertebrae mungkin dapt diperkirakan. Jika stabilitas dari vertebrae
diragukan dan tidak ada hubungan dengan defisit neurologis, kami rekomenasikan
pemeriksaan rontgen lateral dari leher pada posisi fleksi dan ekstensi untuk menekankan
hubungan abnormal. Film ini diperoleh dengan pasien aktif fleksi dan ekstensi lehernya
di bawah kontrolnya sendiri dan dibawah pengawasan dokter. Jika studi ini gagal untuk
melihat kelainan gerakan dan stabilitas spinal dalam keraguan, kami menyarankan
observasi hati-hati di rumah sakit dan proteksi vertebrae dengan traksi atau brace. Pada 3
sampai 5 hari otot-otot paraspinal cervical spasme dan displacement dapat terjadi.
Rontgen serial, laminograms, study fleksi-extensi dapat mengklarifikasi luasnya trauma.
Ini seharusnya ditekankan bahwa rontgen posisi fleksi dan ekstensi digunakan hanya
ketika stabilitas diragukan namun tetap kontraindikasi jika didapatkan defisit neurologis
atau ketika spinal instability jelas.
CERVICAL LAMINEKTOMY
Laminectomy cervical (bhb.dg.tengkuk) di mana proses-proses spinous dan pelat
tipis dipindahkan tetapi segi-segi itu tidak diganggu bisa sumur dimaklumi secara klinis
di dalam situasi-situasi yang tertentu. Bagaimanapun, di dalam situasi-situasi yang lain
dan dengan waktu, kelainan bentuk progresif dapat terjadi .Kita mengira angkatan berotot
gigih itu dan peregangan viscoelastic ikatan sendi sisa menyebabkan kelainan bentuk
progresif ini. Laminectomy, bagaimanapun, tidak selalu mengakibatkan ketidakstabilan
atau kelainan bentuk. Callahan dan rekanan-rekanan meninjau satu rangkaian kasus-kasus
untuk menentukan pasien-pasien yang adalah di resiko mengikuti laminectomy. Mereka
menemukan bahwa tiga kelompok pasien mempunyai suatu kemungkinan yang lebih
tinggi mengembangkan kelainan bentuk progresif : 1.anak-anak atau orang dewasa muda
di bawah 25 tahun usia, 2.pasien-pasien yang sudah mengalami laminectomy mengikuti
trauma, stabilitas tulang belakang yang di dalam mana telah dikompromikan, dan
3.pasien-pasien yang sudah mengalami laminectomy yang dikombinasikan dengan
foraminotomy atau pembedahan luas sekitar segi-segi. Pasien-pasien ini mempunyai
suatu resiko yang tinggi mengembangkan kelainan bentuk dan harus dipadukan pada
waktu dari laminectomy. Pasien-pasien lebih tua dengan spondylosis dan perubahan
merosot/mundur mempunyai suatu timbulnya yang lebih rendah mengembangkan
ketidakstabilan mengikuti laminectomy. Peleburan bisa ditandai di dalam ini patiens yang
lebih tua untuk mengurangi kejengkelan akar saraf gerakan dan resultan tetapi bukan
untuk mengendalikan ketidakstabilan bruto.
Cervical Facetectomy dan fraktur facet
Di dalam situasi yang bersifat percobaan johnson dan assosiates, kita menemukan bahwa
rekening bersama segi-segi untuk lebih 40% dari stabilitas tulang belakang dan bahwa
ketika laminectomy dikombinasikan dengan kepindahan segi, 60% dari stabilitas di
dalam pembelokan lenyap. Di dalam pengaturan yang klinis, memindahkan semua unsur-
unsur pantat termasuk segi-segi itu mungkin tidak mengakibatkan ketidakstabilan segera
jelas nyata, hanya lagi; kembali, berapa lama kemudian, kelainan bentuk progresif, akan
developFigure 2 menunjukkan a "langsing" kelainan bentuk bahwa terjadi pelan-pelan
(di) atas suatu 2 periode tahun dengan kekuatan yang physiologic sendirian dan yang
bukan disebabkan oleh trauma. Kita sudah menemukan bahwa mematahkan melalui segi-
segi atasan cervical (bhb.dg.tengkuk) kombinasikan dengan gangguan ikatan sendi yang
luas, seperti adakalanya terjadi dengan luka-luka pembelokan atau keseleo/kerusakan
segi, bisa luka-luka yang tidak stabil dengan tidak aman. Segi yang cervical
(bhb.dg.tengkuk) dan kompleks ikatan sendi nya memegang buku untuk prosentase besar
dari stabilitas tulang belakang di dalam pembelokan. Futhermore, pesawat segi yang
superior melayani di penopang dinding/penunjang ke(pada ruas tulang punggung
preventone yang mengapung pemain depan di yang berikutnya. Luka-luka ini bisa susah
untuk mengendalikan dengan [alat; makna] konvensional, dan teknik-teknik khusus,
seperti pemasangan kawat interfacet, bisa diperlukan untuk mencegah futher gerak ke
depan. Interfacet pemasangan kawat mengendalikan gerak di depan ini baik sekali secara
klinis, dan secara eksperimen itu menambahkan sebanyak seperti 80% dari kekuatan
normal kepada tulang belakang.
Oleh karena itu, kekuatan masing-masing teknik peleburan dinyatakan sebagai suatu
persen dari kekuatan suatu tulang belakang yang normal. Teknik peleburan diuji tidak
meningkatkan kekuatan tulang belakang di luar normal, karena di dalam situasi bersifat
percobaan ini, kita memulai dengan nol stabilitas. Secara teoritis, jika teknik-teknik
pemasangan kawat ditambahkan kepada suatu tulang belakang normal menjadi
kebalikannya, kekuatan ultimat ini bangun akan menjadi lebih besar dari yang normal.
Ketika yang diuji di dalam pembelokan, semua teknik-teknik pemasangan kawat pantat
yang muncul kepada yang diperbaiki kekuatan tulang belakang. Bagaimanapun, tidak
satupun teknik-teknik peleburan yang ditambahkan kepada stabilitas tulang belakang
ketika yang diuji di dalam perluasan. Di dalam praktek klinis, tulang belakang cervical
(bhb.dg.tengkuk) yang bersifat tidak stabil di dalam perluasan bersifat jarang.
Bagaimanapun, ketika ini ditemui, hati-hati khusus dengan menyegarkan eksternal atau
teknik-teknik peleburan alternatif bisa diperlukan. Interspinous pemasangan kawat
memperkuat dengan methylmethacrylate lakukan menambahkan suatu perbaikan yang
konsisten di dalam stabilitas tulang belakang di dalam perluasan. Bagaimanapun,
kebanyakan clinicians bisa segan untuk menggunakan teknik ini di dalam pasien-pasien
yang lebih muda dan boleh ingin mempertimbangkan; menganggap metode alternatif.
Banyak dapat [dipelajari/terpelajar] dengan pengujian bagaimana peleburan pantat ini
gagal dalam laboratorium. Pemasangan kawat interspinous digagalkan, di dalam
kebanyakan dari situasi-situasi yang bersifat percobaan, dengan penarikan kawat melalui
lubang gurdi di dalam ruas-ruas tulang belakang yang lebih rendah.
Mengenali hal ini, kita mencoba sejumlah modifikasi-modifikasi dari teknik ini dan
menemukan bahwa oleh hanya membungkus kawat di sekitar spinous memproses
dibanding itu yang tengah lewat melalui tulang belakang, kita bisa memperbaiki kekuatan
ini membangun. Teknik yang menggunakan pemasangan kawat segi dan sogok
menyogok tulang dengan mantap lebih kuat dari yang manapun metoda pemasangan
kawat interspinous dinguji. Peleburan segi gagal (dalam) secara eksperimen ketika tulang
jambul illiac struct mematahkan antara ruas-ruas tulang belakang. Itu jarang untuk
memiliki suatu kawat meninggalkan tiang-tiang segi. Secara teoritis, kekuatan peleburan
segi bisa diperbaiki dengan menggunakan tupang tekanan dari tulang yang bersifat yang
lebih kuat, seperti yang yang diambil dari tulang betis atau tulang kering. Teknik
pemasangan kawat interfacet adalah lebih kuat dari manapun peleburan-peleburan pantat
yang lain yang diuji, tidak termasuk [mereka/yang] memperkuat dengan
methylmethacrylate. Pemasangan kawat interfacet gagal dalam kebanyakan kasus-kasus
ketika kawat pecah[kan damping kepada pokok di mana tujuan keduanya dari kawat itu
terbelit di satu sama lain. Kita menggunakan nomor 18 kawat ukur untuk teknik ini.
Menurut teori, kekuatan membangun bisa diperbaiki dengan menggunakan suatu garis
tengah yang lebih besar memasang kawat atau menggandakan pantai-pantai dari tujuan
wireThe yang terbelit dari studi ini dan yang lain seperti nya untuk menyediakan
beberapa data yang objektif untuk membandingkan cara sesuatu dilakukan perawatan
yang berbeda. Menggunakan hal ini sebagai suatu titik awal, kita harus bisa mendekati
permasalahan klinis lebih secara obyektif, memperbaiki metoda-metoda dari kita(kami
manajemen, dan melindungi pasien-pasien kita(kami lebih secara efektif