Anda di halaman 1dari 3

INTUBASI

Hilda Fakhrani Fardiani

Kepaniteraan Klinik SMF Anestesi RSUP Fatmawati

Cara menilai kesulitan intubasi

1. L (Look)
Inspeksi pada setiap pasien yang akan diintubasi meliputi
 obesitas,
 micrognathia,
 tanda trauma / operasi pada kepala – leher sebelumnya,
 leher pendek berotot
 mandibula menonjol
 maksila / gigi depan menonjol
 uvula tidak terlihat (Mallampati 3 atau 4)
 gerak sendi temporo – mandibular terbatas
 gerak vertebrae servikal terbatas

2. E (Evaluate)
Evaluasi anatomi pasien melalui 3-3-2 rule. 3-3-2 rule meliputi
 3 jari pembukaan mulut
 3 jari dimensi mandibula (jarak antara mentum dan tulang hyoid
 Jarak kartilago tiroid adalah 2 jari di bawah tulang hyoid
3. M (Mallampati Score)
Mallampati score mengklasifikasikan visualisasi orofaring dengan laringoskop menjadi 2
kelas. Cara menilai Mallampati
 Pasien dalam posisi duduk dan mengekstensikan kepala
 Buka mulut, julurkan lidah, dan katakana “aah”
 Nilai lidah, palatum durum, palatum molle, uvula, dan pilar tonsil.

Kelas Pilar faring Uvula Palatum Molle


1 + + +
2 - + +
3 - - +
4 - - -
*Mallampati 3 atau 4diperkirakan akan menyulitkan intubasi trakea

4. O (Obstruction)
Evaluasi adanya tanda – tanda obstruksi seperti stridor, terlihatnya benda asing, dan
obstruksi sub/supraglotis

5. N (Neck Mobility)
Hambatan pergerakan leher, contohnya pada pasien degenerative, RA, trauma tulang
belakang.

Selain menggunakan metode LEMON, kesulitan intubasi juga dapat dinilai berdasarkan
tampilan laring saat dilakukan laringoskopi (metode Cormack – Lehane)
Referensi

o Birnbaumer DM, Pollack CV. Evaluation of Difficult Airway. Diunduh dari


http://www.medscape.com/viewarticle/430201_2
o Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology. 4th Ed. New York :
McGraw-Hill. 2006.
o Gupta S, Sharma R. Airway Assesment: Predictors of Difficult Airway. Indian J Anaesth.
2005; 49(4): 257 – 62.

Anda mungkin juga menyukai